Anda di halaman 1dari 19

HOME VISITE

F. 51.0 INSOMNIA NON-ORGANIK

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSUD Wonosari

Disusun Oleh :

DESTHA ALISSA

20100310199

Diajukan Kepada :

dr Ida Rochmawati, M.Sc Sp. KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD WONOSARI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
LEMBAR PENGESAHAN

HOME VISITE

F.51.0 INSOMNIA NON-ORGANIK


Telah dipresentasikan pada tanggal:

Oleh: DESTHA ALISSA

20100310199

Disetujui oleh:

Dosen pembimbing Kepaniteran klinik

Bagian Ilmu Kedokteran jiwa

RSUD Wonosari

dr Ida Rochmawati, M.Sc Sp. KJ


BAB I

PENDAHULUAN

I. IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Bp SR
2. Umur : 74 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen
5. Pekerjaan : pensiunan TNI
6. Alamat : Gedangan 2, Gedang Rejo, Karangmojo
7. Status : Menikah
8. Tanggal Kunjungan R : 2 September 2016
9. Tanggal home visit : 14 September 2016
B. IDENTITAS KELUARGA PASIEN
1. Nama : Ny S
2. Umur : 52 Tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Agama : Kristen
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Alamat : Selang1, Selang Wonosari
7. Status : menikah
8. Hubungan dengan pasien : Istri pasien

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama

Susah tidur.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Bapak SR mengeluhkan susah tidur. Keluhan susah tidur sudah dirasakan
selama satu bulan belakangan ini. Keluhan susah tidur berupa susah untuk
memulai tidur dan terkadang jika sudah tidur, pasien sering terbangun
dimalam hari dan tidak bisa untuk tidur kembali. Sempat mengalami tidak
tidur selama dua hari akibat susah tidur. Pasien mengaku sebelum tidur,
banyak pikiran-pikiran yang terlintas sehingga mengakibatkan pasien susah
untuk memulai tidur. Susah tidur ini mengakibatkan pasien merasa cepat letih,
lesu dan lelah serta mengantuk pada siang harinya sehingga sangat
menganggu aktivitas pasien. Pasien mengaku jika tidak bisa tidur, pasien akan
menonton tv ataupun mendengar radio hingga larut malam. Jika pasien
tertidur dan terbangun jam 2 pagi, pasien berdoa dan berusaha untuk tidur
lagi. Pernah mengalami nyeri kepala dan otot tegang akibat susah tidur ini lalu
pasien refleksi untuk mengurangi keluhan tersebut. Keluhan ini pernah dirasakan
pada dua tahun yang lalu sewaktu pasien tinggal di Jakarta. Pasien kerumah
sakit terdekat dan diberi obat tidur selama 3 bulan dan sembuh. Setelah itu
gangguan tidur ini tidak pernah dirasakan pasien sampai 1 bulan terakhir ini
gejala tersebut muncul lagi. Nafsu makan baik hanya porsinya lebih sedikit,
tidak ada penurunan minat, konsentrasi masih baik, pandangan masa depan
baik.
Perasaan pasien saat ini biasa saja. Pasien merupakan pensiunan tentara
yang memiliki kehidupan yang keras sewaktu masih bekerja dulu. Pasien
sering berpindah-pindah dan tinggal terpisah dari anak dan istrinya sewaktu
masih bekerja menjadi tentara. Pasien merupakan orang yang idealis sehingga
apapun yang pasien kerjakan, hasilnya harus sesuai dengan apa yang pasien
inginkan dan harus sempurna. Saat ini pasien tinggal dengan ibu dan istrinya
di wonosari. Istri pasien merupakan penderita stroke ringan sehingga pasien
saat ini lebih sering dirumah untuk menjaga istrinya. Pasien memiliki aktivitas
kesenangan berupa tenis seminggu tiga kali dan mengaku orang yang
memiliki aktifitas banyak tidak terbiasa berlama-lama dirumah.
Pasien memiliki 2 orang anak. Anak pertama pasien mengalami masalah
kejiwaan sejak 6 bulan yang lalu, pada saat ini dirawat di RSJ Purinirmala.
Sehingga pasien sering memikirkan anaknya tersebut. Pasien juga
menceritakan sedang membangun rumah untuk keluarganya saat ini. Beberapa
masalah muncul saat membangun rumah, sehingga pasien terkadang sering
memikirkannya juga pada malam hari. Dan banyak janji yang harus ditepati
dan didatangi pasien pada acara-acara baik dalam kota maupun luar kota.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Riwayat gangguan jiwa sebelumya : Pasien tidak pernah mengalami
gangguan mental sebelumnya. Pasien tidak pernah merasa bingung, sedih
ataupun perasaan senang yang berlebih. Pasien pernah mengalami gejala
serupa dengan yang dialami pasien sekarang 2 tahun yang lalu.

b) Riwayat gangguan medis


Pasien pernah mengalami sakit yang harus dilakukan rawat inap sebelumnya seperti
operasi hernia dan operasi lutut selain itu tidak ada, pasien tidak pernah mengalami
mual, berdebar, gangguan buang air kecil dan gangguan nafsu makan. Ada riwayat
darah tinggi dan rutin minum obat, serta mengalami nyeri sendi.Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit kronis lainnya, seperti riwayat trauma kepala (-), kencing
manis (-), sesak nafas (-), penyakit jantung (-). Pernah mengalami nyeri kepala dan
otot tegang lalu pasien refleksi untuk mengurangi keluhan tersebut.

c) Riwayat Penyalahgunaan Obat / zat


 Riwayat Merokok : disangkal
 Riwayat alkohol : disangkal
 Riwayat konsumsi narkoba : disangkal

D. Riwayat penyakit Keluarga

Riwayat Gangguan jiwa di keluarga : di keluarga pasien yang memiliki


gangguan jiwa adalah anak pasien. Riwayat Hipertensi, DM, dan penyakit kronis
lainnya dikeluarga disangkal.

E. Riwayat Perkembangan

Pasien dalam keseharian tinggal bersama ibu dan istrinya. Pasien merupakan
anak pertama dari enam bersaudara. Menurut keterangan keluarga besarnya,
pasien dikenal sebagai individu yang berkepribadian mandiri dan pandai serta
mudah emosional. Interaksi dengan keluarga, teman, tetangga baik.

1. Prenatal dan perinatal


Pasien lahir secara normal ditolong bidan, langsung menangis, cukup bulan
berat badan lahir tidak diketahui.
2. Early childhood (0-3 tahun)
Saat masih kecil, perkembangan pasien sama dengan perkembangan anak
seusianya. Pasien juga tidak pernah menderita sakit yang parah.
3. Middle Childhood
Pada masa anak anak di sekolah pasien termaksud anak yang pandai, selalu
mendapat rangking, dan berteman dengan teman temannya.
4. Late childhood (masa kanak akhir)
Pada masa SMP pasien termaksud anak pandai , pasien sekolah hanya sampai
SMA, dilanjutkan sekolah kemiliteran.
5. Adult (Dewasa)
 Riwayat pernikahan : Pasien menikah di usia 25 tahun.
 Sejarah pendidikan : Pasien termasud anak pandai di sekolahnya dan
selalu mendapat rangking, pasien merupakan anak yang mandiri.
 Riwayat Pekerjaan : pasien merupakan pensiunan tentara. Memiliki
kehidupan yang keras pada waktu masih bekerja. Hubungan dengan rekan
kerjanya sampai saat ini masih sangat baik. Pasien memiliki tanggung
jawab yang besar dan berat sewaktu masih bekerja.
 Agama : Pasien beragama kristen , pasien rajin berdoa, dan membaca kitab
injil. Pasien pernah beberapa kali mengelilingi dunia untuk perjalanan
rohani.
 Aktifitas sosial : pasien sering keluar rumah untuk enghadiri acara-acara
kampung maupun teman-temannya dulu.
 Situasi kehidupan sekarang : pasien hidup bersama ibunya dan istrinya.
Anak pertamanya mondok dan belum berkeluarga dan anak keduanya di
Jakarta bekerja dan sudah berkeluarga Keluarga pasien tetap mendukung
pasien dan menjaga pasien.

F. Persepsi (Tanggapan) Pasien Tentang Dirinya dan Kehidupannya

Pasien tau dirinya sakit, pasien sering merasa sedih karena sakitnya tidak
lekas sembuh. Pasien rutin minum obat terus dan kontrol ke dokter.

G. Situasi Sekarang

Pasien tinggal dilingkungan pedesaan, pasien sendiri tinggal bersama ibu


dan istrinya. Lingkungan tempat tinggal pasien tampak aman dan jauh dari
keramaian.
H. Pemeriksaan Status Mental (14 September 2016)
1. Deskripsi Umum
 Penampilan :
laki-laki terlihat berumur 60 tahun lebih muda dengan umur yang
sebenarnya, pasien berambut hitam, memakai kemeja berwarna coklat, celana
panjang hitam, sangat rapi dan perawatan diri sangat baik
 Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien kooperatif selama wawancara, pasien duduk tenang.
 Sikap terhadap pemeriksa :
Pasien bersikap kooperatif dan berusaha menjawab sesuai pertanyaan
pemeriksa selama wawancara, Kontak mata adek kuat.

2. Alam Perasaan :
Mood : Eutimia
Afek : Normoafek
Keserasian : Apropriate
3. Bicara
Bicara banyak, dalam menjawab pertanyaan volume sedang, pasien menjawab
pertanyaan pemeriksa dengan baik. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan sesuai
dengan apa yang di tanyakan.
4. Gangguan Persepsi
Halusinasi visual : disangkal .
Halusinasi auditorik : disangkal
Halusinasi taktil : disangkal
5. Proses Pikir
1) Bentuk pikir : realistis
2) Isi pikir :
 Waham paranoid : tak ada
 Waham curiga : tak ada
 Waham kebesaran : tak ada
 Waham nihilistik : tak ada
3) Arus pikir : produktivitas cukup, kontinutitas lancar, hendaya bahasa tidak
ada
6. Kesadaran dan Kognisi :
1) Orientasi : orang/tempat/waktu baik
2) Daya ingat :
 Jangka segera : baik pasien mampu menyebutkan nama pemeriksa
yang dikenalkan di awal pembicaraan.
 Jangka pendek : baik, pasien mampu menyebutkan apa yang pasien
makan sebelumnya
 Jangka panjang : pasien ingat dengan apa yang dikerjakan
sewaktu masih bekerja

3) Daya konsentrasi dan perhatian :


 Konsentrasi : cukup
 Perhatian : cukup
7. Pengendalian impuls : baik
8. Tilikan Diri :derajat 5-6 yaitu pasien menyadari dirinya sakit
dan butuh bantuan dan mengetahui penyebab sakitnya
9. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

I. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran : Compos Mentis , GCS E 4V 5M 6


2) Tanda-tanda Vital
o Tekanan Darah : 140/90 mmHg
o Nadi : 102 x/menit
o Respirasi Rate : 20x/menit
o Temperature : 36,7˚C
3) Pemeriksaan Kepala
o Bentuk Kepala: Mesochepal, rambut hitam pandek, sulit dicabut
o Wajah : Simetris
o Mata : Konjungtiva anemis -/- , pupil isokor +/+
o Telinga: sekret -/-, nyeri -/-, perdarahan -/-, tinitus -/-
o Hidung: sekret -/-, perdarahan +/+, deformitas -/-
o Mulut: sianosis (-), bibir kering (-)
4) Pemeriksaan Leher : PKGB (-), JVP meningkat (-)
5) Pemeriksaan Thoraks
Pulmo
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi : Nyeri tekan (-/-)
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Cor
o Inspeksi : Kuat angkat (-)
o Palpasi : iktus tidak melebar
o Perkusi : Batas atas jantung kanan pada SIC II parasternalis dextra,
batas atas jantung kiri pada SIC II parasternalis sinistra, batas bawah
jantung kanan pada SIC IV parasternalis dextra, dan batas bawah jantung
kiri pada SIC V LMC sinistra
o Auskultasi : SI-II murni, bising (-), gallop (-)
6) Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : Flat, defans (-), massa (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Tympani
o Palpasi : Supel
7) Pemeriksaan Ekstremitas Atas : akral hangat , sianosis (-/-)
8) Pemeriksaan Ekstremitas Bawah : akral hangat , sianosis (-/-)
9) Pemeriksaan Neurologi :
 Fungsi kesadaran : compos mentis GCS E4V5M6
 Fungsi kognitif : dalam batas normal
 Fungsi sensori : dalam batas normal
 Fungsi motoris : kekuatan
5 5
5 5

J.IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki dengan keluhan susah tidur datang ke poli jiwa. Gejala lain

seperti sering murung, sedih, hilang minat, hilang gairah, mudah merasa lelah, nafsu

makan menurun, susah konsentrasi dan cepat lupa disangkal. Susah tidur berupa susah

untuk memulai tidur dan sering terbangun dimalam hari. Gejala serupa pernah

dirasakan pasien 2 tahun yang lalu sempat diobati dan tidak ada gejala lagi. Namun,

gejala itu muncul lagi 1 bulan belakangan ini.

Anak pertama pasien mengalami gangguan jiwa dan saat ini sedang diobati dan

dirawat di RSJ Purinirmala. Pasien sudah mengikhlaskan kejadian ini, walau

terkadang sering teringat. Pasien tinggal bersama istri dan ibu kandungnya. Istri pasien

terkena stroke ringan dan Ibu pasien seorang lansia yang berusia 96 tahun. Sehingga

pasien menjaga ibu dan istrinya dirumah.

Pada pemeriksaan status mental pasien tampak kooperatif dengan rawat diri
baik. Perasaan normal atau biasa saja diakui dengan normoafek yang sesuai.
Pembicaraan lancar dan relevan dengan isi dan proses fikir yang normal. Pasien
memiliki daya nilai terhadap situasi yang sangat baik. Tilikan diri pasien VI yaitu
menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.

K. Formulasi Diagnostik

Diagnosis Multi Aksial

Axis 1 : Insomnia Non Organik

Axis 2 : tidak ada diagnosis axis II

Axis 3 : Tidak Ada Diagnosis Axis III

Axis 4 : Tidak Ada Diagnosis Axis IV

Axis 5 : 90-81 gejala minimal berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian

yang biasa.

Diagnosis Banding

- F51.0 Insomnia non organik


- F51.1 Hipersomnia non organik
- F51.2 Gangguan jadwal tidur non organik
- F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking)
- F51.4 Teror tidur (night terrors)
- F51.5 Mimpi buruk (nightmare)

G. TERAPI
a. Psikofarmaka
Diazepam 5 mg 1x1

b. Psikoterapi
 Pada pasien
- Rutin control dan rajin minum obat
- Lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
- Rajin beribadah
- Lakukan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang dengan
beribadah atau mengembangkan hobi
- Melakukan relaksasi
- Sharing bila ada permasalahan yang ada
- Menyarankan untuk tidak terlalu memikirkan suatu hal berlebihan dan
belarut-larut.

Pada keluarga

- Edukasi penyakit dan keadaan pasien


- Memberikan dukungan untuk kesembuhan pasien
- Mengingatkan dan membimbing pasien dalam meminum obat
- Menemani pasien untuk kontrol ke poli psikiatri RSUD Wonosari

H. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INSOMNIA

2.1 DEFINISI

Gangguan tidur adalah gangguan utama dari pola tidur normal yang
mengakibatkan tekanan dan menggangu fungsi di siang hari.

Gangguan tidur non organik mencakup :

1) Disomnia : kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan pada jumlah,


kualitas atau waktu tidur : insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur

2) Parasomnia : peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak ada
hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa berupa
somnabulisme, night terror, nightmare

2.2 INSOMNIA NON ORGANIK


Menurut DSM-IV, insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif
yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan
atau gangguan dalam fungsi individu. The International Classification of
Diseases mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal
satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep Disorders,
insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa
tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.

Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan


berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk
melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala
yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan
pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat
energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.

2.3 ETIOLOGI

1. Stres Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat


membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur.
Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari
orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan
insomnia.

2. Kecemasan dan depresi Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia


dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

3. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk


beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan
(seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
4. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung
kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat
menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu
seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam.

5. Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas
dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia
lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini
dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-
paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan
penyakit Alzheimer.

6. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau
pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian
tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam
internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.

7. 'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan
tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh
tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka
berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba
untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau membaca.

2.4 KRITERIA DIAGNOSIS INSOMNIA NON ORGANIK MENURUT


PPDGJ

1) Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau


kualitas tidur yang buruk

2) Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan.


3) Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan kekhawatiran yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari

4) Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur


menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam
sosial dan pekerjaan

2.5 KLASIFIKASI INSOMNIA

a. Insomnia Primer

Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah
tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola
tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab
dari jenis insomnia primer ini.

b. Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi
medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat
menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah
fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya
insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita
insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping
dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan
yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari
10 orang yang menderita insomnia.

Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu


International code of diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep Disorders (ISD). Dalam
ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
 Organik
 Non organik
- Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
- Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti mimpu
buruk, berjalan sambil tidur, dll)

Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder.


Insomnia disini adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1
bulan dan sudah menyebabkan gangguan fungsi dan sosial.

Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:

1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain


2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu
4. Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama sekali dengan
kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.) Gangguan ini menetap dan
diderita minimal 1 bulan.
5. menetap dan diderita minimal 1 bulan.

Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang


direvisi, insomnia diklasifikasikan menjadi:

a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
unspecified (nonorganic)
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)

2.6 PENGOBATAN

1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku, meliputi :

- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.

- Teknik Relaksasi

- Terapi kognitif

- Restriksi Tidur

- Kontrol stimulus

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah.

2. Medikamentosa

a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)

b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital

2.7 KOMPLIKASI

 Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.

 Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi
kecelakaan.

 Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi.

 Kelebihan berat badan atau kegemukan.

 Daya tahan tubuh yang rendah

 Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan


darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes

2.8 PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan
lain spt depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia

BAB III

KESIMPULAN

Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau
mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan
dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. Menurut
The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang
terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.
Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur
atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.
Sebanyak 95% orang Amerika telah melaporkan sebuah episode dari insomnia pada
beberapa waktu selama hidup mereka. Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami
kesulitan memulai tidur dan/atau mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% di
antaranya mengakibatkan gangguan kualitas hidup. Di Indonesia, pada tahun 2010
terdapat 11,7% penduduk mengalami insomnia. Insomnia di klasifikasikan menjadi
insomnia primer dan insomnia sekunder. Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu
organik dan non organik.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu , gangguan
tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain, oleh kondisi medis umum, oleh
bahan-bahan atau keadaan tertentu, dan gangguan tidur primer . Adapun bebrapa etiologi
insomnia bisa karena stress, kecemasan dan depresi, obat-obatan, kafein, nikotin dan
alcohol, kondisi medis, perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Insomnia didiagnosis
dengan melakukan penilaian terhadap pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan,
alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik, dan
kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi,
bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang biasanya digunakan
untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam,
dan Estazolam), dan non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana
insomnia secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya
hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur. Ada beberapa komplikasi
dari insomnia, diantaranya , efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi dan sebagainya, efek fisik/somatic
berupa kelelahan, nyeri otot, kelebihan berat badan atau kegemukan, daya tahan tubuh
yang rendah, meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya
tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.Rujukan ringkasan dari


PPDGJ III.1997. Jakarta
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara, 2010: 699-742
3. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya.2007.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai