Home Visite Destha
Home Visite Destha
Disusun Oleh :
DESTHA ALISSA
20100310199
Diajukan Kepada :
2016
LEMBAR PENGESAHAN
HOME VISITE
20100310199
Disetujui oleh:
RSUD Wonosari
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Bp SR
2. Umur : 74 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen
5. Pekerjaan : pensiunan TNI
6. Alamat : Gedangan 2, Gedang Rejo, Karangmojo
7. Status : Menikah
8. Tanggal Kunjungan R : 2 September 2016
9. Tanggal home visit : 14 September 2016
B. IDENTITAS KELUARGA PASIEN
1. Nama : Ny S
2. Umur : 52 Tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Agama : Kristen
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Alamat : Selang1, Selang Wonosari
7. Status : menikah
8. Hubungan dengan pasien : Istri pasien
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Susah tidur.
E. Riwayat Perkembangan
Pasien dalam keseharian tinggal bersama ibu dan istrinya. Pasien merupakan
anak pertama dari enam bersaudara. Menurut keterangan keluarga besarnya,
pasien dikenal sebagai individu yang berkepribadian mandiri dan pandai serta
mudah emosional. Interaksi dengan keluarga, teman, tetangga baik.
Pasien tau dirinya sakit, pasien sering merasa sedih karena sakitnya tidak
lekas sembuh. Pasien rutin minum obat terus dan kontrol ke dokter.
G. Situasi Sekarang
2. Alam Perasaan :
Mood : Eutimia
Afek : Normoafek
Keserasian : Apropriate
3. Bicara
Bicara banyak, dalam menjawab pertanyaan volume sedang, pasien menjawab
pertanyaan pemeriksa dengan baik. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan sesuai
dengan apa yang di tanyakan.
4. Gangguan Persepsi
Halusinasi visual : disangkal .
Halusinasi auditorik : disangkal
Halusinasi taktil : disangkal
5. Proses Pikir
1) Bentuk pikir : realistis
2) Isi pikir :
Waham paranoid : tak ada
Waham curiga : tak ada
Waham kebesaran : tak ada
Waham nihilistik : tak ada
3) Arus pikir : produktivitas cukup, kontinutitas lancar, hendaya bahasa tidak
ada
6. Kesadaran dan Kognisi :
1) Orientasi : orang/tempat/waktu baik
2) Daya ingat :
Jangka segera : baik pasien mampu menyebutkan nama pemeriksa
yang dikenalkan di awal pembicaraan.
Jangka pendek : baik, pasien mampu menyebutkan apa yang pasien
makan sebelumnya
Jangka panjang : pasien ingat dengan apa yang dikerjakan
sewaktu masih bekerja
I. Pemeriksaan Fisik
Cor
o Inspeksi : Kuat angkat (-)
o Palpasi : iktus tidak melebar
o Perkusi : Batas atas jantung kanan pada SIC II parasternalis dextra,
batas atas jantung kiri pada SIC II parasternalis sinistra, batas bawah
jantung kanan pada SIC IV parasternalis dextra, dan batas bawah jantung
kiri pada SIC V LMC sinistra
o Auskultasi : SI-II murni, bising (-), gallop (-)
6) Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : Flat, defans (-), massa (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Tympani
o Palpasi : Supel
7) Pemeriksaan Ekstremitas Atas : akral hangat , sianosis (-/-)
8) Pemeriksaan Ekstremitas Bawah : akral hangat , sianosis (-/-)
9) Pemeriksaan Neurologi :
Fungsi kesadaran : compos mentis GCS E4V5M6
Fungsi kognitif : dalam batas normal
Fungsi sensori : dalam batas normal
Fungsi motoris : kekuatan
5 5
5 5
seperti sering murung, sedih, hilang minat, hilang gairah, mudah merasa lelah, nafsu
makan menurun, susah konsentrasi dan cepat lupa disangkal. Susah tidur berupa susah
untuk memulai tidur dan sering terbangun dimalam hari. Gejala serupa pernah
dirasakan pasien 2 tahun yang lalu sempat diobati dan tidak ada gejala lagi. Namun,
Anak pertama pasien mengalami gangguan jiwa dan saat ini sedang diobati dan
terkadang sering teringat. Pasien tinggal bersama istri dan ibu kandungnya. Istri pasien
terkena stroke ringan dan Ibu pasien seorang lansia yang berusia 96 tahun. Sehingga
Pada pemeriksaan status mental pasien tampak kooperatif dengan rawat diri
baik. Perasaan normal atau biasa saja diakui dengan normoafek yang sesuai.
Pembicaraan lancar dan relevan dengan isi dan proses fikir yang normal. Pasien
memiliki daya nilai terhadap situasi yang sangat baik. Tilikan diri pasien VI yaitu
menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.
K. Formulasi Diagnostik
Axis 5 : 90-81 gejala minimal berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
yang biasa.
Diagnosis Banding
G. TERAPI
a. Psikofarmaka
Diazepam 5 mg 1x1
b. Psikoterapi
Pada pasien
- Rutin control dan rajin minum obat
- Lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
- Rajin beribadah
- Lakukan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang dengan
beribadah atau mengembangkan hobi
- Melakukan relaksasi
- Sharing bila ada permasalahan yang ada
- Menyarankan untuk tidak terlalu memikirkan suatu hal berlebihan dan
belarut-larut.
Pada keluarga
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INSOMNIA
2.1 DEFINISI
Gangguan tidur adalah gangguan utama dari pola tidur normal yang
mengakibatkan tekanan dan menggangu fungsi di siang hari.
2) Parasomnia : peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak ada
hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa berupa
somnabulisme, night terror, nightmare
2.3 ETIOLOGI
5. Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas
dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia
lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini
dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-
paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan
penyakit Alzheimer.
6. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau
pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian
tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam
internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.
7. 'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan
tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh
tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka
berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba
untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau membaca.
a. Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah
tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola
tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab
dari jenis insomnia primer ini.
b. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi
medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat
menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah
fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya
insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita
insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping
dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan
yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari
10 orang yang menderita insomnia.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
unspecified (nonorganic)
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)
2.6 PENGOBATAN
1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku, meliputi :
- Teknik Relaksasi
- Terapi kognitif
- Restriksi Tidur
- Kontrol stimulus
2. Medikamentosa
2.7 KOMPLIKASI
Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi
kecelakaan.
2.8 PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan
lain spt depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia
BAB III
KESIMPULAN
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau
mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan
dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. Menurut
The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang
terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.
Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur
atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.
Sebanyak 95% orang Amerika telah melaporkan sebuah episode dari insomnia pada
beberapa waktu selama hidup mereka. Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami
kesulitan memulai tidur dan/atau mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% di
antaranya mengakibatkan gangguan kualitas hidup. Di Indonesia, pada tahun 2010
terdapat 11,7% penduduk mengalami insomnia. Insomnia di klasifikasikan menjadi
insomnia primer dan insomnia sekunder. Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu
organik dan non organik.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu , gangguan
tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain, oleh kondisi medis umum, oleh
bahan-bahan atau keadaan tertentu, dan gangguan tidur primer . Adapun bebrapa etiologi
insomnia bisa karena stress, kecemasan dan depresi, obat-obatan, kafein, nikotin dan
alcohol, kondisi medis, perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Insomnia didiagnosis
dengan melakukan penilaian terhadap pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan,
alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik, dan
kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi,
bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang biasanya digunakan
untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam,
dan Estazolam), dan non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana
insomnia secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya
hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur. Ada beberapa komplikasi
dari insomnia, diantaranya , efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi dan sebagainya, efek fisik/somatic
berupa kelelahan, nyeri otot, kelebihan berat badan atau kegemukan, daya tahan tubuh
yang rendah, meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya
tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
DAFTAR PUSTAKA