Anda di halaman 1dari 16

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dislipidemia
2.1.1 Definisi
Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi
lipod yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL.9 Dalam proses terjadinya
aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya
satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri.10
Dislipidemia dapat dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti
hiperkolesterolemi, hipertrigliseridemi, isolated low HDL-cholesterol dan
dislipidemia campuran. Adapun kadar lipid normal menurut National Cholesterol
Education Program Adult Panel III (NCP-ATP III) dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut:11

Tabel 2.1 Klasifikasi kadar lipid serum menurut NCP-ATP III 2001 (mg/dl).11

Profil Lipid Interpretasi

Kolesterol Total
<200 Optimal
200-239 Diinginkan
>240 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Diinginkan
160-189 Tinggi
>190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
<40 Rendah
>60 Tinggi
6

Trigliserid
<150 Optimal
150-199 Diinginkan
200-499 Tinggi
>500 Sangat tinggi

2.1.2 Faktor Risiko


Faktor risiko merupakan faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko
timbulnya penyakit yang bersangkutan. Adapun faktor risiko dari dislipidemia
adalah sebagai berikut:
A. Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuh semakin menurun,
begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL sehingga bercak perlemakan
dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih
tinggi, sedangkan kadar kolesterol HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun
bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan
meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. 12
Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,
tetapi setelah menopause kadar LDL pada wanita mulai meningkat. 10 Faktor risiko
dislipidemia semakin meningkat pada laki-laki usia lebih dari sama dengan 40
tahun, wanita dengan usia lebih dari sama dengan 50 tahun atau pada wanita yang
sudah menopause.9

B. Riwayat keluarga dengan dislipidemia


Riwayat keluarga sebagai faktor risiko dislipidemia berhubungan dengan
genetik. Faktor genetik mempengaruhi kecepatan metabolisme seseorang.
Metabolisme pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki
kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan
tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan
yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki
kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini bersifat genetik dan
7

secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya


lipoprotein dari aliran darah.10

C. Obesitas
Obesitas adalah keadaan patologi yang terjadi akibat penimbunan lemak yang
berlebihan di dalam tubuh sehingga dapat mengganggu kesehatan tubuh
seseorang.13 Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan yang
melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak
berlebihan dalam tubuh.14
Pada obesitas terjadi resistensi insulin yang dapat menyebabkan terganggunya
proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak. Insulin berfungsi untuk
merangsang lipogenesis pada jaringan arterial dan jaringan adiposa melalui
peningkatan produksi acetyl-CoA, meningkatkan asupan trgliserida dan glukosa.
Jika terjadi resistensi insulin, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi
trgliserida dan penurunan kolesterol HDL yang pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya dislipidemia.11,12

D. Diet kaya lemak


Asupan lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang tinggi dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL sehingga meningkatkan
resiko terjadinya dislipidemia.12

E. Kurang melakukan olahraga


Olahraga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL dan trigliserida menurun dalam darah sedangkan kadar kolesterol HDL akan
meningkat secara bermakna. Dengan berolahraga akan memecahkan timbunan
trigliserida di dalam sel lemak dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam
aliran darah. Sebaliknya, inaktivitas fisik akan menurunkan kadar kolesterol HDL
dalam darah sehingga akan meningkatkan risiko dislipidemia.15

F. Penggunaan alkohol
Konsumsi alkohol mempunyai berbagai efek pada level plasma lipid. Efek
alkohol paling sering ditemukan pada peningkatan level plasma trigliserida.
Konsumsi alkohol akan menstimulasi hepar untuk mensekresi VLDL, hal ini
8

terjadi karena terhambatnya oksidasi asam lemak bebas oleh sel hepar yang akan
memicu sintesis trigliserida dan sekresi VLDL. Pola lipoprotein yang sering
terlihat pada konsumsi alkohol adalah peningkatan VLDL, tetapi pada orang
dengan gangguan lipid primer dapat berkembang menjadi hipertrigliseridemia
berat.16,17
G. Merokok
Merokok berhubungan dengan peningkatan konsentrasi trigliserida dan
penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Sedangkan menghentikan merokok
dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-10%. 17

H. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik


Pasien dengan diabetes melitus tipe 1 umumnya tidak terdapat hiperlipidemia
jika dalam kontrol glikemik yang baik. Ketoasidosis diabetik terkadang diiringi
dengan hipertrigliseridemia karena peningkatan influks hepar oleh asam lemak
bebas dari jaringan adiposa. 16
Pasien diabetes melitus tipe 2 umumnya terdapat dislipidemia, jika tidak
dalam kontrol glikemik yang baik. Insulin yang tinggi dan resistensi insulin
dengan diabetes melitus tipe 2 mempunyai berbagai efek dalam metabolisme,
yakni : 17,18
(1) penurunan aktivitas LPL yang mengakibatkan penurunan katabolisme
kilomikron dan VLDL
(2) peningkatan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa
(3) peningkatan sintesis asam lemak di hepar
(4) peningkatan produksi VLDL hepar.
Pasien DM tipe 2 mempunyai berbagai abnormalitas lipid, termasuk
peningkatan plasma trigliserida (berhubungan dengan peningkatan VLDL dan
lipoprotein remnant), peningkatan LDL, dan penurunan kolesterol-HDL.19

I. Penyakit tiroid
Hipotiroidisme berhubungan dengan peningkatan plasma kolesterol LDL
terutama karena penurunan fungsi reseptor LDL hepar dan clearance LDL yang
tertunda. Sebaliknya, plasma kolesterol LDL sering menurun pada pasien
9

hipertiroid. Pasien hipotiroid memiliki sirkulasi IDL yang meningkat, dan


beberapa hipertrigliseridemia ringan(<300 mg/dl).16

2.1.3 Deteksi Dini Dislipidemia


Deteksi dini atau skrinning bertujuan untuk identifikasi penyakit
asimptomatik dengan mendiagnosis faktor-faktor risiko. Deteksi dini terhadap
dislipidemia dimulai dengan cara melakukan penapisan pada kelompok yang
berisiko. Penapisan sebaiknya dilakukan pada individu dengan salah satu faktor
risiko dibawah ini, tanpa melihat usianya: 9
1. Perokok aktif
2. Diabetes
3. Hipertensi
4. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner dini
5. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
6. Penyakit ginjal kronik
7. Penyakit inflamasi kronik
8. Lingkar pinggang > 90 cm untuk laki-laki atau lingkar pinggang > 80
cm untuk wanita
9. Disfungsi ereksi
10. Adanya aterosklerosis atau abdominal aneurisma
11. Manifestasi klinis dari hiperlipidemia
12. Obesitas (IMT > 27 kg/m2 ). Untuk orang Asia IMT ≥ 25 kg/m2
13. Laki-laki usia ≥ 40 tahun atau wanita dengan usia ≥ 50 tahun atau
sudah menopause.
Penapisan dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Anamnesis dan pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada :16,17
1. Usia (laki-laki ≥ 45 tahun, wanita ≥ 55 tahun)
2. Riwayat keluarga dengan PJK dini (Infark miokard atau sudden death
< 55 tahun pada ayah atau < 65 tahun pada ibu
3. Perokok aktif
4. Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau dengan pengobatan
antihipertensi)
5. Kadar kolesterol HDL yang rendah (< 40 mg/dl)
10

Secara umum, anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan untuk mencari


adanya faktor-faktor risiko kardiovaskular terutama yang berkaitan dengan
tingginya risiko yaitu:17
1. Penyakit jantung koroner
2. Penyakit arteri karotis yang simtomatik
3. Penyakit arteri perifer
4. Aneurisma aorta abdominal
Sedangkan pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan adalah:9,17
1. Total kolesterol
2. Kolesterol LDL
3. Trigliserida
4. Kolesterol HDL
Catatan: Pemeriksaan laboratorium untuk trigliserida membutuhkan puasa
selama 12 jam. Penghitungan K-LDL yang menggunakan Friedewald formula
membutuhkan data trigliserida, sehingga harus puasa 12 jam. Sedangkan
pemeriksaan total kolesterol, K-HDL dapat dilakukan dalam keadaan tidak puasa.
Adapun rumus Friedewald formula adalah : 9,11
Kolesterol LDL (mg/dl) = Kolesterol total – Kolesterol HDL – Trigliserida/5
Rumus Friedewald ini tidak dapat diaplikasikan pada keadaan : 9
1. Kadar trigliserida lebih dari 400 mg/dl
2. Pada dislipidemia Frederickson type III
3. Adanya fenotip Apo E2/2
Selain empat pemeriksaan diatas, ada beberapa pemeriksaan lain dibawah
ini yang dapat dipertimbangkan untuk dikerjakan sebagai marker alternatif.
Namun pemeriksaan ini tidak direkomendasikan sebagai suatu pemeriksaan rutin,
oleh karena masih harus dilakukan standarisasi pemeriksaan, yaitu:9,17
1. Non K-HDL : dapat dipertimbangkan pada individu yang didapatkan
kombinasi hiperlipidemia, diabetes, sindroma metabolik atau gagal
ginjal kronis.
2. Lipoprotein(a) : dapat dipertimbangkan pada individu dengan riwayat
keluarga yang jelas untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang
dini .
11

3. Apo B : dapat dipertimbangkan pada individu dengan kombinasi


hiperlipidemia, diabetes, sindroma metabolik atau gagal ginjal kronis.
4. Rasio apoB/apo A : menggabungkan resiko yang didapatkan dari apo
B dan apo A I dan dipertimbangkan sebagai analisis alternatif untuk
penapisan faktor resiko.
5. Rasio non HDL-C/HDL- C : analisis alternatif untuk penapisan faktor
resiko.
Catatan: Pemeriksaan laboratorium untuk panel diatas dapat dilakukan
dalam keadaan tidak puasa.15

2.1.5 Pencegahan Dislipidemia


Dalam pencegahan dislipidemia, diperlukan strategi yang komprehensif
untuk mengendalikan kadar lipid dan faktor faktor metabolik lainnya seperti
hipertensi, diabetes dan obesitas. Selain itu faktor faktor risiko penyakit
kardiovaskuler lainnya seperti merokok juga harus dikendalikan. Pencegahan
dislipidemia meliputi pencegahan primer yang ditujukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi penyakit-penyakit kardiovaskular pada pasien dislipidemia
seperti penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit aterosklerosis vaskular
lainnya dan pencegahan sekunder yang ditujukan untuk mencegah komplikasi
kardiovaskuler lanjutan pada semua pasien yang telah menderita penyakit
aterosklerosis dan kardiovaskular yang jelas.9

2.1.6 Pengelolaan Dislipidemia


Pengelolaan pasien dislipidemia terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis. Terapi non farmakologis meliputi perubahan gaya hidup, termasuk
aktivitas fisik, terapi nutrisi medis, penurunan berat badan dan penghentian
merokok. Sedangkan terapi farmakologis dengan memberikan obat anti lipid.
Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai kedua terapi tersebut.9,17
A. Terapi Non-Farmakologis
Terapi non-farmakologis terdiri dari : 9,11
1. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik yang disarankan meliputi program latihan yang
mencakup setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang
12

(menurunkan 4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan


pengeluaran minimal 200 kkal/ hari. Kegiatan yang disarankan meliputi
jalan cepat, bersepeda statis, ataupaun berenang. Tujuan aktivitas fisik
harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa sesi sepanjang
rangkaian dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi beberapa pasien,
beristirahat selama beberapa saat di selasela aktivitas dapat meningkatkan
kepatuhan terhadap progran aktivitas fisik. Selain aerobik, aktivitas
penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu. 11,15

2. Terapi Nutrisi Medis


Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengkonsumsi diet rendah
kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran (≥ 5 porsi / hari), biji-
bijian (≥ 6 porsi / hari), ikan, dan daging tanpa lemak. Asupan lemak
jenuh, lemak trans, dan kolesterol harus dibatasi, sedangkan makronutrien
yang menurunkan kadar LDL-C harus mencakup tanaman stanol/sterol (2
g/ hari) dan serat larut air (10-25 g /hari). 9,15

3. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko kuat, terutama untuk penyakit
jantung koroner, penyakit vaskular perifer, dan stroke. Merokok
mempercepat pembentukan plak pada koroner dan dapat menyebabkan
ruptur plak sehingga sangat berbahaya bagi orang dengan aterosklerosis
koroner yang luas. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa merokok
memiliki efek negatif yang besar pada kadar KHDL dan rasio K-LDL/K-
HDL. Merokok juga memiliki efek negatif pada lipid postprandial,
termasuk trigliserida. Berhenti merokok minimal dalam 30 hari dapat
meningkatkan K-HDL secara signifikan.9,17

B. Terapi Farmakologis
Prinsip dasar dalam terapi farmakologi untuk dislipidemia baik pada ATP
III maupun ACC/AHA 2013 adalah untuk menurunkan risiko terkena penyakit
kardiovaskular. Berbeda dengan ATP III yang menentukan kadar K-LDL
tertentu yang harus dicapai sesuai dengan klasifikasi faktor risiko, ACC/AHA
2013 tidak secara spesifik menyebutkan angka target terapinya, tetapi
13

ditekankan kepada pemakaian statin dan persentase penurunan K-LDL dari


nilai awal. Hal tersebut merupakan hasil dari evaluasi beberapa studi besar
yang hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan statin berhubungan dengan
penurunan risiko ASCVD tanpa melihat target absolut dari K-LD.9
Namun demikian, jika mengacu kepada ATP III, maka selain statin,
beberapa kelompok obat hipolipidemik yang lain masih dapat digunakan yaitu
Bile acid sequestrant, Asam nikotinat, dan Fibrat.11,15

2.1.6 Upaya perusahaan dalam mencegah dislipidemia


Perusahaan juga memiliki peran dalam melakukan pencegahan terhadap
dislipidemia pada pekerja yang ada di perusahaan tersebut. Adapun beberapa
upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam mecegah
dislipidemia di kalangan pekerjanya adalah sebagai berikut: 19,20
A. Mengadakan sosialisasi gaya hidup sehat, seperti memberikan edukasi
tentang pola makan yang seimbang
B. Mengadakan program stop merokok, atau membatasi dan menyediakan
area bebas rokok.
C. Menyediakan fasilitas olahraga dan kebugaran jasmani.
D. Menyediakan menu yang sehat di kantin perusahaan.
E. Membiasakan diet seimbang dengan mengadakan program satu hari tanpa
gorengan (one day no fried food) atau makan buah dan sayur (fruit and
veggie day) di kantin perusahaan.
F. Menyediakan makanan yang sehat untuk pekerja selama shift kerja dan
hindari memberikan nasi bungkus yang mengandung tinggi kalori kepada
pekerja
G. Menyediakan menu cemilan dan minuman yang sehat di kantor
perusahaan.
H. Mengadakan program senam bersama secara rutin seminggu sekali.

2.2 Sosialisasi
14

2.2.1 Definisi
Sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam masyarakat.21
Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai tidak mungkin seorang
warga masyarakat akan dapat hidup normal tanpa menjumpai kesulitan dalam
masyarakat. jelas, bahwa hanya dengan menjalani proses sosialisasi yang cukup
banyak sajalah seorang individu warga masyarakat akan dapat meyesuaikan
segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan norma-norma sosial.21

2.2.2 Tujuan sosialisasi


Menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi memiliki beberapa tujuan, yaitu:22
1. Sosialisasi bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan
yang kelak akan dibutuhkan untuk kehidupan.
2. Sosialisasi bertujuan agar individu dapat berkomunikasi dengan efektif
sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat
berkembang.
3. Sosialisasi bertujuan agar setiap individu dapat membiasakan dirinya
dengan nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
4. Sosialisasi bertujuan agar mengendalikan fungsi organik melalui latihan
latihan mawas diri yang tepat.
5. Membentuk sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh
watak pribadinya.

2.2.3 Manfaat sosialisasi


Manfaat sosialisasi adalah sebagai berikut: 22
1. Membentuk pribadi
2. Mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya
3. Melahirkan masyarakat sosial sesuai dengan budayanya.

2.2.4 Cara-cara sosialisasi


15

Sosialisasi dapat disosialisaikan dengan menggunakan berbagai media,


baik berupa media komunikasi seperti brosur, poster, leaflet, spanduk, dan
baliho, maupun melalui media elektronik, seperti internet, cakram optik
(compact disk atau DVD), radio dan televisi.21
Leaflet (sering juga disebut pamphlet) merupakan sehelai kertas dari
bahan agak kaku yang mudah dilipat sebagai sarana untuk menginformasi
dan mengkomunikasikan produk, jasa, layanan, proses atau prosedur tertentu.
Leaflet digunakan untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah pernah
dikomunikasikan atau untuk memperkenalkan ide – ide baru / prosedur (proses)
baru kepada orang banyak. 21
Poster berbeda dengan media komunikasi lainnya yakni bahwa poster
harus dapat dibaca orang yang sedang bergerak (berkendara atau berjalan
kaki) sedangkan brosur, booklet dirancang untuk dibaca secara khusus, duduk atau
diam sesaat sambil berdiri. Oleh karena itu poster harus dapat menarik
perhatian pembacanya seketika, dan dalam hitungan detik, pesannya harus
dimengerti.21

2.2.5 Metode penyuluhan


Menurut Notoatmodjo (2007), di bawah ini diuraikan metode
pendidikan kesehatan yaitu:23
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode pendidkan yang bersifat
individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina
seseorang yang tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar
digunakannya pendekatan individu ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan
atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan
tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode untuk
pendekatan ini, antara lain:
a) Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara masyarakat dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh masyarakat dapat
diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya orang tersebut
16

dengan sukarela dan pengertian menerima atau mengubah


perilaku
b) Wawancara
Cara ini merupakan bagian bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dan masyarakat untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan. Apakah dia tertarik atau tindakan dengan
perubahan, untuk mengetahui perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran
yang kuat. Apabila belum maka penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
2. Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus di ingat
besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formal sasaran.
Untuk kelompok yang besar metode nya akan lain dengan metode
kelompok yang kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung
pula pada besarnya sasaran pendidikan, yaitu:
 Kelompok Besar
Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode-metode yang baik untuk
kelompok besar ini antara lain ceramah atau seminar.
 Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-
metode yang cocok untuk kelompok kecil ini adalah diskusi
kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok
kecil, memainkan peran dan permainan simulasi.

3. Metode Pendidikan Massa


Metode pendidikan massa cocok untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
17

masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum,


dalam arti tidak membedakan golongan umur, pekerjaan, status
social ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi. Pada umumnya, bentuk pendekatan massa
ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui
media massa. Berikut ini dijelaskan beberapa contoh metode yang
cocok untuk pedekatan massa, yaitu:
a. Ceramah Umum
b. Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik, baik televisi maupun radio.
c. Simulasi, yaitu dialog antara dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau suatu
masalah kesehatan di suatu media massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam
bentuk artikel maupun bentuk konsultasi tentang
kesehatan dan penyakit.
e. Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk atau
lainnya.

2.2.6 Media penyuluhan


Menurut Notoadmodjo (2000), media promosi atau penyuluhan
kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media
penyuluhan kesehatan karena alat – alat tersebut digunakan untuk
menyampaikan informasi kesehatan dan mempermudah penerimaan pesan
– pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya sebagai
penyalur pesan – pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:23

a. Media cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan
pesan – pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain:
18

 Booklet (bentuk buku berupa isi tulisan dan gambar)


 Leaflet (bentuk lembaran yang dilipat isi berupa
tulisan, gambar maupun kombinasi)
 Flyer (bentuk seperti leaflet tetapi tidak terlipat)
 Flif chart (lembar balik, dimana dalam bentuk buku
tiap lembar berisi gambar peragaan dan kalimat yang
berkaitan dengan gambar tersebut)
 Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau
majalah
 Poster (biasanya ditempel ditembok – tembok,
ditempat umum, atau di kendaraan umum)
 Foto
Kelebihan :
- Repeatble, dapat dibaca berkali – kali atau
mengklipingnya
- Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar –
benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih
mendalam dan dapat membuat orang berpikir lebih
spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan:
- Lambat. Dari segi waktu media cetak adalah yang
terlambat karena media cetak tidak dapat
menyebarkan langsung berita yang terjasi kepada
masyarakat dan harus menunggu turun cetak.
- Tidak adanya audio, media cetak hanya dalam tulisan
saja tidak dapat didengar.
- Visual yang terbatas. Media cetak hanya dapat
memberikan visual dengan gambar yang terbatas
mewakili keseluruhan isi berita.
- Produksi. Biaya produksi yang cukup mahal. Karena
media cetak harus mencetak dan mengirimkannya
sebelum dapat dinikmati masyarakat.
19

b. Media elektronik, sebagai sasaran untuk menyampaikan


pesan – pesan atau informasi kesehatan berbeda – beda
jenisnya, antara lain:
 Televisi (sandiwara, sinetron, forum diskusi atau
tanya jawab, pidato, TV spot, kuis atau cerdas
cermat)
 Radio (obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio,
ceramah, dan radio spot).
 Video.
 Slide.
 Film strip.
Kelebihan:
- Cepat. Dari segi waktu, media elektronik termasuk cepat
dalam menyebarkan berita ke masyarakat.
- Audio visual, media elektronik mempunyai media
audiovisual untuk audiennya memahami berita secara luas.
Kekurangan :
- Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak mampu
mengulang apa yang sudah ditayangkan.

c. Media papan
Papan atau billboard yang dipasang di tempat umum dapat
diisi dengan pesan atau informasi kesehatan. Media papan
ini juga mencakup pesan – pesan yang ditulis pada
lembaran seng ditempel pada kendaraan – kendaraan
umum.
Kelebihan:
- Dapat dilihat dimana saja.
- Merangsang perhatian orang.
- Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar
masalah yang ada.
- Merangsang partisipasi.
20

Kekurangan:
- Biaya produksi yang cukup
mahal.

Anda mungkin juga menyukai