Masalah kulit terutama di bagian wajah, salah satunya adalah jerawat.
Jerawat merupakan kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihnya produksi kelenjar minyak yang menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Penyumbatan ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan dan pembentukkan komedo. Adanya interaksi dengan bakteri jerawat menyebabkan munculnya tonjolan kecil berwarna kemerahan. Acne vulgaris (jerawat) pada umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita pada rentang usia 15-44 tahun yaitu 34% pada laki-laki dan 27% pada wanita . Angka kejadian jerawat yang sangat tinggi, membuat penderita melakukan banyak cara untuk mengatasinya, mulai dari mengatasi sendiri dengan obat tradisional atau kosmetik sampai berobat ke dokter spesialis kulit. Pengobatan jerawat sangat bersifat individual dan dapat berlangsung dengan baik tergantung berat atau ringan reaksi yang ditimbulkan . Sebagian besar mikroorganisme yang menetap pada kulit adalah basil anaerob (Corynobacterium, Propionibacterium) Staphylococcus nonhemolitik anaerob (Staphylococcus epidermidis, S. aureus dan spesies Peptostreptococcus). Produk sabun mandi anti bakteri kebanyakan masih menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya yang berpotensi menimbulkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif. Contoh bahan aktif sintetik yang berbahaya bagi kulit manusia dan banyak disorot saat ini adalah triklosan yang terdapat di hampir semua sabun mandi yang beredar di pasaran. Triklosan merupakan bahan antiseptik yang dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 dan telah digunakan dalam berbagai produk kesehatan, seperti sabun, pasta gigi, obat kumur, kosmetik, dan lain sebagainya. Antiseptik yang mengandung triklosan dalam konsentrasi kurang dari 2% biasanya dapat ditoleransi dengan baik dan jarang menimbulkan reaksi alergi. Apabila triklosan terakumulasi dalam lemak di tubuh manusia, maka berpotensi menimbulkan disfungsi tiroid. Mulai banyak produsen sabun mandi yang melirik ke bahan alam untuk dijadikan substitusi bahan aktif pembuatan sabun mandi Tujuan digunakannya bahan alam ini tentunya untuk menghindari penggunaan bahan-bahan sintetik anti bakteri. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, dengan kekayaan tumbuhan berkhasiat obat. Tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri penyebab jerawat adalah buah belimbing wuluh dan daun sosor bebek. Masyarakat Aceh memanfaatkan air belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) untuk mengawetkan ikan dan daging. Ekstrak belimbing wuluh dalam sediaan krim dengan konsentrasi 7,5% memberikan diameter daya hambat pada bakteri P. Acnes. Tanaman obat yang diketahui sebagai antimikroba dan ekstrak etanol daun sosor bebek memiliki aktivitas antiseptik terhadap bakteri Streptococcus mutans 4 kali lebih besar dari ekstrak airnya. Tanaman sosor bebek kaya akan kandungan alkaloid, triterpenes, glikosida, fl avonoid, steroid dan lipid. Bufadienolides pada Kalanchoe pinnata memiliki potensi untuk digunakan sebagai antibakteri, antitumor, pencegah kanker, dan insektisida. Tujuan dari penelitian ini untuk pengembangan sediaan kosmetik bahan alam dari ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.). Sediaan gel sabun wajah dievaluasi secara organoleptik, tinggi busa, bobot jenis, tegangan permukaan, viskositas, sifat alir, pH sediaan, hasil uji daya anti bakteri. Pembuatan ekstrak etanol buah belimbing wuluh dan daun sosor bebek. Buah belimbing wuluh dicuci hingga bersih, diiris tipis-tipis, dikeringkan di oven suhu ± 400 oC dan dihaluskan dengan blender. Daun sosor bebek dicuci hingga bersih dan diblender. Masing-masing simplisia dilakukan maserasi kinetik dengan pelarut etanol 96%, pada suhu kamar (28-30 oC). Proses maserasi dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Filtrat dari masing-masing ekstrak diuapkan dengan rotavapor hingga terbentuk ekstrak kental. Ekstrak diuji secara organoleptik, bobot jenis, identifi kasi kadar fl avonoid dan tanin, ketercampuran ekstrak, pemeriksaan pH, penetapan kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air. Pemeriksaan Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh dan Daun Sosor Bebek. Pemeriksaan organoleptik meliputi warna dan bau. Pemeriksaan DDH (Diameter Daerah Hambat) Ekstrak Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Agar. Mikroba uji dicampurkan dengan media pertumbuhan Mueller Hinton Agar. Evaluasi sediaan gel sabun wajah yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, penetapan pH dan bobot jenis, pengukuran tegangan permukaan, tinggi busa, kestabilan busa dan pengukuran viskositas serta sifat alir. Penentuan Aktivitas Antibakteri dari Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Agar. Pembuatan sediaan bakteri uji. Uji Hayati Ekstrak. Buat galian/sumuran pada agar dengan diameter lubang 8 mm, dan masukkan bahan uji yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri ke dalam sumuran agar yang telah dilapisi bakteri uji. Inkubasikan pada suhu 37 oC selama 24-48 jam. Zona bening di sekitar larutan uji menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dari larutan uji. Kesambi (Schleichera oleosa (L.) Oken.) merupakan tanaman khas provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada esktrak etanol kulit kayu Kesambi terbukti mengandung triterpenoid yang berfungsi sebagai antimikroba dalam melawan gram negatif dan positif. Sediaan facial wash sebagai pembersih wajah merupakan produk yang umum digunakan pada kehidupan sehari-hari, namun dengan karakteristik ekstrak etanol kulit kayu kesambi dan karakteristik formula standard facial wash yang berbeda akan menjadi tantangan dalam memformulasikannya menjadi sebuah produk yang stabil. Facial wash yang mengandung ekstrak etanol kulit kayu kesambi yang dievaluasi organoleptis dan viskositasnya. Tiga formula dievaluasi berdasarkan organoleptis, viskositas, tingkat busa, daya sebar dan pH selama uji stabilitas. Selain itu, dilakukan modifikasi pada konsentrasi gelling agent pada formula yang dirancang, yaitu 0,5%; 0,7%; dan 0,8%. Berdasarkan uji stabilitas yang dilakukan, ketiga formula terbaik mengalami peningkatan signifikan pada parameter viskositas dan penurunan pada daya sebar akibat penguapan air yang terjadi pada sediaan selama 30 hari penyimpanan, namun ketiga formula tersebut memiliki pH yang stabil, dimana pH sediaan tidak berubah secara bermakna setelah 30 hari penyimpanan.. Perbedaan konsentrasi gelling agent berpengaruh terhadap viskositas yang dihasilkan. . Kesambi diperoleh dari Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kulit kayu Kesambi diekstraksi dengan pelarut etanol menggunakan metode maserasi. Standarisasi ekstrak etanol kulit kayu kesambi secara kualitatif membuktikan hasil positif kuat untuk kandungan terpenoid, flavonoid, dan senyawa fenolik, serta positif lemah untuk kandungan tannin dan saponin. Carbomer 940P diperoleh dari Lubrizol, Pohang, Korea Selatan. Trietanolamine diberikan oleh Petronas Chemicals, Gresik, Indonesia. Preparasi gel Basis gel dipreparasi dengan cara carbomer sebagai gelling agent disiapkan dengan cara menimbang secara akurat dan didispersikan ke dalam air panas (< 60 ̊ C) sambil diaduk merata, dengan menghindari udara yang akan terperangkap ke dalam gel. Pengawet yang digunakan dilarutkan ke dalam air. Ekstrak etanol kulit kayu Kesambi, propylene glycol dan sodium lauryl ether suplhate ditimbang dan ditambahkan ke dalam pengawet yang telah disediakan dan ditambahkan gelling agent yang dibuat sedikit demi sedikit sambil diaduk merata. Organoleptis Evaluasi termasuk bentuk, warna, dan bau dianalisis secara manual, dengan bantuan mata dan hidung. Viskositas gel diukur dengan menggunakan viskometer. Aliran gel diukur pada suhu kamar. Sampel diletakkan sekitar 1 g pada cone. Pengukuran dilakukan dengan meningkatkan laju geser dari 0,5/detik sampai 100/detik dan viskositas dibaca pada setiap putaran per menit. Tingkat busa Sebagian besar sabun kaya akan busa, dibandingkan dengan body soap, facial wash memiliki busa yang lebih sedikit. Kemampuan membentuk busa diukur dengan melarutkan sampel dalam air pada gelas ukur. Jumlah air yang digunakan dicatat dan gelas ukur digoyangkan secara manual menggunakan tangan hingga 10 kali. Kemampuan pembentuk busa dihitung dengan mengukur tinggi busa dan stabilitas busa diukur dengan menghitung waktu busa mulai hilang. Daya sebar Apabila dioleskan ke kulit, gel harus dapat tersebar ke kulit dengan mudah. Ph diukur menggunakan pH meter. Elektroda yang akan kontak dengan permukaan larutan dan dibiarkan setimbang selama 1 menit. Rentang pH 6-8 dianggap dapat diterima untuk menghindari iritasi pada paparan jangka panjang di kulit wajah. Uji stabilitas dipercepat dilakukan untuk menggambarkan kondisi penyimpanan produk yang akan diedarkan dalam jangka waktu lama. Sampel ditempatkan pada suhu 40 ̊ C ± 2 ̊ C dengan kelembaban relatif 75% ± 5%. Sampel akan diamati secara fisika dan kimia. Kestabilan pH yang dihasilkan mengindikasikan bahwa senyawa tricadenic acid A (bersifat asam) yang terdapat pada ekstrak etanol kulit kayu Kesambi tidak dipengaruhi oleh adanya kemampuan netralisasi dari komponen trietanolamin yang digunakan untuk membentuk gel yang baik setelah penggunaan carbopol sebagai gelling agent, dimana kedua komponen ini dapat mempengaruhi pH, namun hal ini perlu diteliti lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA
Budiati, A. 2016. Pengembangan Produk Gel Sabun Wajah Ekstrak Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.) sebagai Anti Bakteri Penyebab Jerawat. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol 15(1): 89-95. Eugresya, G. 2017. Pengembangan Formula dan Uji Stabilitas Fisik- pH Sediaan Gel Facial Wash yang Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Kayu Kesambi. Media Pharmaceutica Indonesiana. Vol 1(4): 181 -187.