Bab Iii Aini
Bab Iii Aini
BAB III
TUGAS KHUSUS
40
41
3.1.6 Asumsi
Selain batasan masalah diatas, diperlukan juga beberapa asumsi yang
mendukung proses pemecahan masalah yang ada yaitu sebagai berikut:
1. konsumen atau vendor dan karyawan dalam keadaan sehat saat diberikan
kuisioner.
2. selama penelitian dianggap tidak ada perubahan sistem manajemen yang
berarti pada departemen pengadaan barang .
44
fungsional dibawahnya.
2. Menentukan pengukuran strategi
Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke
seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus pada beberapa
pengukuran kritikal saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak
melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.
3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen
Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal
maupun informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan
sumber daya manusia perusahaan.
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan. Manajemen
harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah masih
valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.
Retur on assets
Perspektif
Keuangan Retur on invesment Profit margin Current ratio
Perspektif
Tingkat Kepuasan Konsumen atau Vendor
Pelanggan
Perspektif proses
Proses inovasi Proses layana purna Analisa MCE
Bisnis Internal
Perspektif
Pertumbuhan dan Employe turnover Employe training kehadiran karyawan
Pembelajaran
Gambar 3.1 Kerangka Perencanaan Balanced Scorecad
Konsep balanced scorecard dapat digunakan untuk menyeimbangkan
orientasi kinerja eksekutif perusahaan untuk tidak hanya terpaku pada kinerja
keuangan dan tidak hanya berorientasi pada kinerja jangka pendek. Pengukuran
kinerja yang komprehensif bagi masa depan perusahaan meliputi kinerja
keuangan, kepuasan pelanggan, proses bisnis dan pertumbuhan. Sehingga dengan
adanya pengukuran yang komprehensif tersebut maka kinerja keuangan yang
diwujudkan oleh perusahaan merupakan sumbangan dari terwujudnya kinerja
dalam memuaskan kebutuhan pelanggan, pengelolaan bisnis yang efekif dan
pengembangan sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen.
51
PANGSA PASAR
KEPUASAN
PELANGGAN
Oleh Kaplan dan Norton (2001) perspektif pelanggan dibagi menjadi dua
kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value
prepositions. Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen
pengukuran, yaitu:
a. Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan bagian yang
dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi
jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.
b. Customer Retention (retensi pelanggan); Mengukur tingkat di mana
perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.
c. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur tingkat di mana
suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan
bisnis baru.
d. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan): Menaksir tingkat kepuasan
pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.
e. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan): mengukur keuntungan
yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa kepada
konsumen.
Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yang
terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai
berikut:
56
Dimana:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = presentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan (10%)
Keterangan:
r = koefisien korelasi
x = Variabel Independen
y = Variabel dependen
n = Jumlah sampel
Tarif Signifikan = 5%
Keterangan:
𝐫𝟏 = Realiabilitas internal seluruh instrumen
𝐫𝐛 = korelasi produk moment antara belahan pertama dan kedua
58
penciptaan nilai yang unik bagi karyawanmya. Secara umum Kaplan dan Norton
membagi menjadi tiga prinsip dasar yaitu:
1. Inovasi
Pengukuran kinerja dalam proses inovasi slama kurang mendapat
perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam proses
operasi. Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu mengidentifikasi
kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan pasar tersebut.
2. Layanan purna jual
Tahap terakhir dalam internal bisnis ini mencakup garansi dan berbagai
aktivitas perbaikan, pergantian produk yang rusak dan dikembalikan serta
prosesn pembayaran.
Mengukur kinerja perspektif internal bisnis yang paling dominan pada
setiap perusahaan adalah tolak ukur ditinjau dari sudut pandang yang menelusuri
tentang mengukur setiap hasil biaya proses dengan jumlah karyawan, yang harus
diketahui oleh sebuah perusahaan agar dapat memenuhi pendapatan produksi agar
finansial tersebut dapat digunakan dalam keperluan tertentu yaitu sebagai berikut:
1. Proses inovasi, meliputi inovasi pembaharuan dalam memperoleh nilai
harga operasi urea tiap tahunnya dengan formulasi berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑛𝑜𝑣𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = ..............(Pers3.9)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑂 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Kriteria perspektif proses internal bisnis dapat dilihat pada Tabel 3.3
dibawah ini:
Tabel 3.3 Kriteria Perspektif Proses Internal Bisnis
Ukuran Nilai Kriteria
Inovasi Menurun Tidak Baik
Konstan Kurang Baik
Fluktuatif Cukup Baik
Meningkat Baik
Semakin Meningkat Sangat Baik
Sumber: Kaplan (2000)
c. Persepktif Learning and Growth
Kaplan dan Norton (dalam Huang, 2009) Perspektif learning and growth
ini mengukur kemampuan karyawan, sistem informasi, dan keselarasan organisasi
dalam mengelola bisnis dan beradaptasi dengan perubahan bisnis yang ada.
Keberhasilan dari proses tergantung pada keterampilan dan motivasi karyawan,
serta ketepatan waktu dan informasi. Dalam perspektif learning and growth dapat
diukur dengan menilai kepuasan karyawan, keterampilan dan produktivitas.
Pengukurannya dapat dilakukan cara mengukur tingkat produktivitas, pelatihan
dan tingkat keahlian, perbaikan kinerja dan kinerja individu (Kaplan dan Norton
1996).
Pengukuran kinerja dari perpektif pembelajaran dan pertumbuhan
menggunakan perhitungan:
1. Employee turnover
Employee turnover adalah perhitungan yang dilakukan untuk melihat
pertumbuhan dan pembelajaran karyawan setiap tahunnya.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = 𝑥 100%...(Pers 3.12)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎
HASIL
Produktivitas Pekerja
Retensi Pekerja
Kepuasan Kerja
manajemen kinerja yang dapat digunakan organisasi untuk pelaksanaan visi dan
strategi. Empat proses manajemen yang dapat membantu untuk tujuan strategis
jangka panjang dan jangka pendek.
Sejalan dengan Niven balanced scorecard menyebarkan strategi
organisasi ke dalam komponen-komponen melalui tujuan, langkah-langkah, target
dan inisiatif di masing-masing empat perspektif dalam balanced scorecard.
Penggunaan indikator yang berkaitan dengan pendekatan balanced scorecard
banyak digunakan dalam strategi bisnis suatu perusahaan.
3. Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2009) balanced scorecard memiliki keunggulan dalam
dua aspek, yaitu:
a. Meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan
Penciptaan alat yang mampu meningkatkan kualitas perencanaan akan
memperbaiki manajemen dan akan menghasilkan peningkatan hasil yang
menjanjikan. Balanced scorecard meningkatkan kualitas perencanaan
dengan menjadikan perencanaan bersifat strategik terdiri dari tiga tahap:
Sistem perumusan strategic, sistem perencanaan strategic, dan sistem
penyusunan progam
b. Keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam sistem manajemen
strategik adalah kemampuan balanced scorecard dalam menghasilkan
rencana strategik yang memiliki karakterisrik sebagai berikut:
komprehensif, koheren, berimbang, dan terukur
c. Meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja personel
Bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas personil dalam memanfaatkan
berbagai sumber daya dalam mewujudkan visi perusahaan melalui misi
pilihan. Pengelolaan kinerja personel terdiri dari lima tahap berikut ini:
perencanaan kinerja yang hendak dicapai oleh perusahaan, penetapan
peran dan kompetensi inti personel dalam mewujudkan kinerja
perusahaan, pendesainan sistem penghargaan berbasis kinerja, pengukuran
dan penilaian kinerja personel, pendistribusian penghargaan berbasis hasil
pengukuran dan penilaian kinerja personel.
63
a. Current Ratio
kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi
dengan aktiva lancar. Merupakan aset jangka pendek (aktiva lancar)
dibagi dengan hutang jangka pendek (hutang lancar), dan dinyatakan
dalam bentuk persen.
b. Profit Margin
Merupakan keuntungan bersih dibagi dengan penjualan bersih dan
dinyatakan dalam persen
c. Return On Assets (ROA)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik
pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
d. Return On Ivestment (ROI)
Return On Invesment merupakan rasio yang menunjukkan hasil dari
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran
tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh
aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan,
rasio ini biasanya diukur dengan persentase.
4. Kinerja Perspektif Pelanggan
Dalam pengukuran kinerja perspektif pelanggan ini berhubungan dengan
retensi pelanggan,kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.
a. Tingkat pemerolehan pelanggan (customer acquisition)
Merupakan pengukuran seberapa banyak perusahaan berhasil menarik
pelanggan baru, merupakan jumlah pelanggan baru dibagi jumlah
keseluruhan pelanggan dan dinyatakan dalam persen.
b. Tingkat retensi pelanggan
Merupakan pengukuran sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam
mempertahankan perusahaan lama, merupakan jumlah pelanggan
lama dibagi jumlah pelanggan keseluruhan dan dinyatakan dalam
bentuk persen.
66
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Melakukan perhitungan bobot dan tingkat kepuasan konsumen
Pengujian validitas dengan software SPPS 16
Pengkuran Perspektif Keuangan
Pengkuran Perspektif Proses Internal Bisnis
Pengkuran Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
Pengkuran Perspektif Pelanggan
129.233.185
ROI 2016 = X 100 % = 8.60 %
1.510.715
128.930.611
ROI 2017 = X 100 % = 9.12 %
1.413.417
Berdasarkan hasil perhiyungan diatas menunnjukan baha dari tahun 2015
ketahun 2016 Return On Investment nya sedikit menurun, tingkat pengambilan
sebesra 100.71 % dan pada tahun 2016 ketahun 2018 meningkat lebih baik dari
tahun sebelumnya sebesar 516.2 %. Ini menunnjukan bahwa laba penjualan dari
setiap tahun mengalami keuntungan yang baik disebabkan karena menjaga laba
dan investasi, sehingga aset yang di milki oleh departemen pengadaan barang,
menunnjukan bahwa hasil pengadaan dan negos yang dilakukan dengan
pelanggan selama ini baik.
c. Profit Margin
131.934.240
Profit Margin 2015 = X 100 % = 4.88 %
2.703.108.867
129.233.185
Profit Margin 2016 = X 100 % = 4.85 %
2.664.111.061
128.930.611
Profit Margin 2017 = X 100 % = 4.95 %
2.601.418.324
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa dari tahun 2015
ketahun 2016 profit marginnya menurun sebesar 0.03 % dihasilkan dari
pengandaan yang telah dilakukan, dan dari tahun 2016 ketahun 2017 profit margin
meningkat hanya 0.01%. Ini menunjukan bahwa nilai laba dari pengadaan yang
selama ini dilakukan meningkat meski tidak menutupi kerugian pada tahun
sebelumnya.
d. Current Ratio
1.442.903.731
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 2015 = X 100 % = 90.79 %
1.589.309.074
2.289.515.476
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 2016 = X 100 % = 110.42 %
2.073.327.668
2.995.958.684
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 2017 = X 100 % = 123.94 %
2.417.210.779
ketahun 2016 rationya naik hingga 19.63% menghasilkan presentase hutang yang
dimiliki departemen pengadaan barang dapat dibayar dengan segera mungkin, dan
pada tahun 2016 ke 2017 mengalami peningatan juga dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 13.52% dari sini dapat dikatakan bahwa departemen pengadaan barang
telah mampu belajar dari kekhawatiran kinerja keuangan current ratio dalam
pembayaran hutang jangka pendek.
1.241.000.000
Proses Inovasi 2015 = = 1.379
900.000
2.534.000.000
Proses Inovasi 2016 = = 2.599
975.000
2.418.000.000
Proses Inovasi 2017 = = 2.767
847.000
Berdasarkan hasil analisa diatas menunnjukan bahwa disetiap tahunnya
waktu proses operasi nya semakin membaik dan juga meningkat dengan ini dapat
disimpulkan bahwa PO yang dihasilkan setiap tahunnya terus meningkat.
3
𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑒 𝑇𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 2015 = x 100% = 11.11%
27
3
𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑒 𝑇𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 2016 = x 100% = 15.78%
19
3
𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑒 𝑇𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 2017 = x 100% = 20%
15
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunnjukan bahwa karyawan yang
mengikuti pelatihan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) dengan pola pikir
dan kinerja yang lebih baik dan etos kerja semakin meningkat, yaitu dari setiap
tahunnya terus meningkat. Departemen Pengadaan Barang menyadari bahwa
memberi pelatihan terhadap karyawannya itu sangat penting.
c. Kehadiran Karyawan
5
Kehadiran Karyawan 2015 = x 100% = 18.51%
27
7
Kehadiran Karyawan 2016 = x 100% = 36.84%
19
4
Kehadiran Karyawan 2017 = x 100% = 26.67%
15
Berdasarkan perhitungan diatas menunjukan absen karyawan di
Departemen Pengadaan Barang tidak stabil, ini ditunjukan dari hasil perhitungan
diatas yang mengalami naik turun setiap tahunnya sehingga diberikan skor D.