Anda di halaman 1dari 15

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No.

1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP


PELAKSANAAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI
UPAYA PENCAPAIAN ZERO ACCIDENT DI PT. X

Seviana Rinawati1, Nilan Nur Widowati1, Eka Rosanti2


1
Universitas Sebelas Maret, 2 Universitas Darussalam Gontor

sev1ana_er.@staff.uns.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pelaksanaan pemakaian alat
pelindung diri sehingga menciptakan tenaga kerja yang disiplin sebagai upaya pencapaian zero accident bagian
spinning. Metode penelitian yang digunakan berjenis observasional analitik yang menggunakan pendekatan
cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah porposive sampling. Sampel yang menjadi objek
penelitian berjumlah 55 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar
observasi untuk mengetahui karakteristik responden, mengukur pengetahuan dan pelaksanaan pemakaian APD
lalu analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan uji Chi Square (p) 0,009 ≤ α =
0,05 sehingga hasil tersebut signifikan. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi,
sedangkan pelaksanaan pemakaian APD sebagian besar tenaga kerja disiplin dalam memakai APD. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan ada pengaruh pengetahuan terhadap pelaksanaan APD sebagai upaya
pencapaian zero accindent bagian spinning PT. X sebesar 6,839. Untuk penelitian lebih lanjut perlu pengkajian
terhadap faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pemakaian APD di tempat kerja.

Kata kunci : Pengetahuan, Pemakaian APD, Zero Accident

THE EFFECT OF KNOWLEDGE ON THE IMPLEMENTATION OF PERSONAL


PROTECTION EQUIPMENT USAGE AS AN EFFORT TO ZERO ACCIDENT
ACHIEVEMENT PT. X

Abstract

This study aim to determine the effect of knowledge toward Personal Protection Equipment usage to
create the discipline of the labor force as an attempt zero accident achievement on the Spinning sector. This
study applied observational analytical research using cross-sectional approach. Sampling technique using
purposive sampling. As the object of study sample is 55 people. Data taken using questionnaires and observation
sheets to know the characteristics of respondents, measuring knowledge, and personal protection equipment
usage. Processing techniques and data analysis performed with Chi Square statistical test. The results by Chi
Square test is known that the sig. as same as 0,009, or less than 0.05. Most respondents have a high knowledge
level, while the implementation of PPE usage is mostly labor discipline. For conclusion of study, there is
influence of knowledge toward Personal Protection Equipment (PPE) usage in the labor force spinning sector at
PT. X with value 6,839. For further research to the study of other factors that influence the performance of the
PPE usage in the workplace.

Keywords: Knowledge; PPE usage; Zero Accident

53
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

Pendahuluan mengalami kerugian akibat kerja baik berupa


material, Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Faktor lingkungan kerja yang tidak
maupun kecelakan kerja (Ridley, 2006).
memenuhi syarat Keselamatan dan
Penggunaan APD merupakan salah
Kesehatan Kerja (K3), proses kerja tidak
satu masalah di dalam dunia kerja. Hal
aman, dan sistem kerja yang semakin
tersebut dapat menambah tingkat risiko
komplek dan modern dapat menjadi ancaman
kerugian baik berupa material maupun non-
bagi keselamatan dan kesehatan pekerja.
material. Sebagai contoh, jika terjadi
Kondisi lain adalah, masih kurangnya
kecelakaan pada pekerja tentunya akan
kesadaran dari sebagian besar masyarakat
menjadi kerugian bagi pekerja (Silalahi
perusahaan, bagi pengusaha maupun tenaga
dalam Panggabean, 2008). Pengetahuan
kerja akan arti pentingnya K3 merupakan
adalah segala sesuatu yang diketahui,
hambatan yang sering dialami (Tarwaka,
pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal
2008).
akan mempunyai sikap yang positif terhadap
Pada umumnya perusahaan telah
hal tersebut. Selanjutnya sikap yang positif
menerapkan sistem manejemen K3, yang
akan turut serta dalam kegiatan akan menjadi
didalamnya juga terdapat ketentuan-
tindakan apabila mendapat dukungan sosial
ketentuan dalam penggunaan Alat Pelindung
dan tersedianya fasilitas. Faktor yang
Diri (APD). Namun, pada kenyataannya
mempengaruhi pengetahuan adalah umur,
APD tidak selalu dikenakan pada saat
jenis kelamin, pendidikan, lama kerja
bekerja, banyak ditemukan pekerja yang
(Azwar, 2003).
tidak menggunakan APD. Pekerja tidak
Perusahaan tekstil proses produksinya
memakai APD karena berbagai hal, misalnya
melalui pengolahan benang sebagai bahan
para pekerja tidak nyaman menggunakan
baku menjadi kain sebagai produk dalam
APD serta belum paham dengan risiko
setiap proses dan unit kerjanya menggunakan
pekerjaan yang ada, juga di dalam beberapa
mesin-mesin industri dan alat-alat kerja
kasus hanya bersifat kronik sehingga ada
disamping menggunakan tenaga manusia
anggapan bahwa penggunaan APD tidak
(man power), dimana dalam proses
diperlukan. Hal ini juga menjadi salah satu
produksinya penggunaan mesin-mesin
faktor peristiwa gunung es, dimana risiko
maupun peralatan dapat menimbulkan
akibat kerja yang dialami sangat jarang
sumber bahaya yang dapat mengancam
terungkap, dimana apabila pekerja
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
mengabaikan penggunaan APD maka

54
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

sumber bahaya tersebut berasal dari faktor manusia diperoleh melalui mata dan
dan potensi bahaya kebisingan, debu, telinga. Pengetahuan atau kognitif
kebakaran, penerangan, ledakan serta limbah merupakan domain yang sangat penting
dan langkah awal yang dilakukan PT. X untuk terbentuknya perilaku seseorang
untuk melindungi tenaga kerjanya dari (Notoatmodjo, 2003).
sumber-sumber bahaya tersebut adalah Menurut Notoatmodjo (2003),
pemberian APD pada tenaga kerjanya. pengetahuan merupakan domain yang
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti sangat penting dalam membentuk
ingin mengetahui bagaimana penggunaan tindakan seseorang dalam hal ini
APD di PT. X, apakah penyediaannya telah pengetahuan yang tercakup dalam domain
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1).
dimana APD yang disediakan apakah telah Tahu (know), diartikan sebagai mengingat
sesuai dengan potensi dan faktor bahaya di suatu materi yang telah dipelajari
tempat kerja, serta untuk melihat bagaimana sebelumnya. Termasuk ke dalam
kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
APD. kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
Tujuan penelitian ini adalah keseluruhan bahan yang dipelajari atau
mengetahui dan menganalisis adanya rangsangan yang telah diterima. Oleh
pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pelaksanaan pemakaian Alat Pelindung Diri pengetahuan yang paling rendah. Kata
(APD) sebagai upaya pencapaian zero kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
accident pada pekerja bagian spinning PT. X tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan,
Tinjauan Teoritis mendefinisikan, menyatakan. 2).

Pengetahuan Memahami (comprehension), diartikan

Pengetahuan adalah merupakan sebagai suatu kemampuan untuk

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang menjelaskan secara benar tentang objek

melakukan penginderaan terhadap suatu yang diketahui dan dapat

objek tertentu. Penginderaan ini terjadi menginterpretasikan materi tersebut

melalui panca indera manusia, yaitu indera secara benar. Orang yang telah paham

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa terhadap objek atau materi harus dapat

dan raba. Sebagaian besar pengetahuan menjelaskan, menyebutkan contoh,

55
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

menyimpulkan, meramalkan, dan berkaitan dengan kemampuan untuk


sebagainya terhadap objek yang dipelajari. melakukan justifikasi atau penilaian
3). Aplikasi (application), diartikan terhadap suatu materi atau objek.
sebagai kemampuan untuk menggunakan Penilaian-penilaian ini didasarkan pada
materi yang telah dipelajari pada situasi suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini menggunakan kriteria-kriteria yang telah
dapat diartikan sebagai aplikasi atau ada.
penggunaan hukum-hukum, rumus, Menurut Azwar (2003), ada
metode, prinsip, dan sebagainya dalam beberapa faktor yang mempengaruhi
konteks atau situasi yang lain. 4). Analisis pengetahuan seseorang, antara lain : 1).
(analysis), adalah suatu kemampuan untuk Umur, Makin tua umur seseorang maka
menjabarkan materi atau suatu objek ke proses-proses perkembangan mentalnya
dalam komponen-komponen, tetapi masih bertambah baik, akan tetapi pada umur
di dalam satu struktur organisasi, dan tertentu, bertambahnya proses
masih ada kaitannya satu sama lain. perkembangan mental ini tidak secepat
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari seperti ketika berumur belasan tahun
penggunaan kata kerja, seperti dapat (Singgih, 1998 dalam Hendra, 2008).
menggambarkan (membuat bagan), Selain itu (Abu, 2001 dalam Hendra,
membedakan, memisahkan, 2008) juga mengemukakan bahwa
mengelompokkan, dan sebagainya. 5). memang daya ingat seseorang itu salah
Sintesis (synthesis), menunjuk kepada satunya dipengaruhi oleh umur. Dari
suatu kemampuan untuk meletakkan atau uraian ini maka dapat kita simpulkan
menghubungkan bagian-bagian di dalam bahwa bertambahnya umur seseorang
suatu bentuk keseluruhan yang baru. dapat berpengaruh pada pertambahan
Dengan kata lain sintesis adalah suatu pengetahuan yang diperolehnya, akan
kemampuan untuk menyusun formulasi tetapi pada umur-umur tertentu atau
baru dari formulasi-formulasi yang ada. menjelang usia lanjut kemampuan
Misalnya, dapat menyusun, dapat penerimaan atau mengingat suatu
merencanakan, dapat meringkas, dapat pengetahuan akan berkurang. 2). Jenis
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap Kelamin, tenaga kerja yaitu laki-laki dan
suatu teori atau rumusan-rumusan yang perempuan. Sejalan dengan pendapat
telah ada. 6). Evaluasi (evaluation), Smet (Panggabean, 2008), bahwa kaum

56
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

perempuan lebih patuh dan lebih sabar sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk
dibanding dengan laki-laki, karena sesuai kemudian sedapat mungkin dikurangi atau
dengan kodratnya. 3). Pendidikan, dihilangkan. Setelah ditentukan sebab-
menentukan mudah tidaknya seseorang sebab kecelakaan atau kekurangan-
menyerap dan memahami pengetahuan kekurangan dalam sistem atau proses
yang mereka peroleh, pada umumnya produksi, sehingga dapat disusun
semakin tinggi pendidikan seseorang rekomendasi cara pengendalian yang tepat
makin semakin baik pula pengetahuanya (Sahab, 1997).
(Wied, 1996 dalam Hendra, 2008). 4). Suma’mur (2009), menjelaskan
Masa Kerja, Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa kecelakaan yang terjadi dapat
pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi dicegah dengan hal-hal sebagai berikut :
oleh beberapa faktor yaitu : Pengalaman, 1) Peraturan perundangan; 2). Standarisasi
Tingkat pendidikan, Keyakinan, Fasilitas, yang ditetapkan secara resmi, setengah
Penghasilan dan Sosial budaya. resmi, atau tidak resmi; 3). Pengawasan,
Lalu (2005), menyatakan bahwa agar ketentuan undang-undang wajib
keselamatan kerja bertalian dengan dipenuhi; 4). Penelitian bersifat teknik; 5).
kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang Penelitian secara statistik, 6). Pendidikan;
terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan 7). Pelatihan; 8). Asuransi.
istilah kecelakaan industri. Kecelakaan Pengendalian kecelakaan kerja
industri ini secara umum dapat diartikan pokok ada 5 usaha yaitu (Tarwaka, 2008)
sebagai suatu kejadian yang tidak diduga yaitu : Eliminasi, Subtitusi, Pengendalian
semula dan tidak dikehendaki yang rekayasa, Pengendalian administrasi dan
mengacaukan proses yang telah diatur dari Alat Pelindung Diri.
suatu aktivitas. Ada 4 faktor penyebabnya,
yaitu: Faktor manusia, Faktor material Alat Pelindung Diri (APD)
atau bahan atau peralatan, Faktor bahaya Alat Pelindung Diri (APD) adalah
atau sumber bahaya dan Faktor yang seperangkat alat keselamatan yang
dihadapi (pemeliharaan atau perawatan digunakan oleh pekerja untuk melindungi
mesin-mesin). seluruh atau sebagian tubuhnya dari
Pencegahan dan penanggulangan kemungkinan adanya pemaparan potensi
kecelakaan haruslah ditujukan untuk bahaya lingkungan kerja terhadap
mengenal dan menemukan sebab- kecelakaan dan penyakit akibat kerja

57
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

(Tarwaka, 2008). Pemakaian APD d. Tidak menimbulkan gangguan kepada


berperan penting terhadap kesehatan dan pemakainya, baik karena jenis
keselamatan kerja. Pemakaian APD bahayanya maupun kenyamanan dalam
memerlukan penyesuaian diri yang akan pemakaian.
mengurangi kemungkinan terjadinya e. Mudah untuk dipakai dan dilepas
kecelakaan atau luka-luka dan juga kembali.
mencegah penyakit akibat kerja yang akan f. Tidak mengganggu penglihatan,
diderita tenaga kerja beberapa tahun pendengaran dan pernapasan serta
kemudian (Anizar, 2009). gangguan kesehatan lainnya pada
Tenaga kerja mempunyai hak dan waktu dipakai dalam waktu yang cukup
kewajiban dalam pelaksanaan lama.
keselamatan dan kesehatan kerja salah g. Tidak mengurangi persepsi sensori
satunya adalah memakai alat pelindung dalam menerima tanda-tanda
diri yang diwajibkan (Lalu, 2005). Oleh peringatan.
karena itu, penggunaan alat pelindung diri h. Suku cadang alat pelindung diri yang
merupakan salah satu faktor penting bersangkutan cukup tersedia di
dalam melindungi tenaga kerja dari pasaran.
potensi-potensi bahaya selama bekerja. Tindakan untuk mengusahakan
Adapun syarat-syarat APD agar dapat agar semua agar semua anggota kelompok
dipakai dan efektif dalam penggunaan dan berusaha untuk mencapai sasaran yang
pemiliharaan APD sebagai berikut : sesuai dengan perencanaan manejerial dan
a. Alat pelindung diri harus mampu usaha-usaha organisasi yaitu perlu adanya
memberikan perlindungan efektif pada kedisiplinan dalam bekerja. Menurut
pekerja atas potensi bahaya yang Ekosiswoyo dan Rachman (2000),
dihadapi di tempat kerja. kedisiplinan hakikatnya adalah
b. Alat pelindung diri mempunyai berat sekumpulan tingkah laku individu maupun
yang seringan mungkin, nyaman masyarakat yang mencerminkan rasa
dipakai dan tidak merupakan beban ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh
tambahan bagi pemakainya. kesadaran untuk menunaikan tugas dan
c. Bentuk cukup menarik, sehingga kewajiban dalam rangka pencapaian
pekerja tidak malu memakainya. tujuan. Kedisiplinan dapat diartikan
sebagai serangkaian aktivitas/latihan yang

58
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

dirancang karena dianggap perlu oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan
dilaksanakan untuk dapat mencapai memberikan manfaat yang maksimal bila
sasaran tertentu (Sukadji, 2000). cara memakainya tidak benar.
Santosa (2004), menyatakan Aspek penggunaan APD, yaitu
bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang Aspek Keamanan : Alat pelindung diri
teratur, misalnya disiplin dalam harus memberikan perlindungan yang
menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja adekuat terhadap bahaya yang spesifik
secara teratur. Kedisiplinan berkenaan atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh
dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang tenaga kerja. Dan Aspek Ergonomi :
atau kelompok orang terhadap norma- Hendaknya APD beratnya seringan
norma dan peraturan-peraturan yang mungkin dan alat tersebut tidak
berlaku, baik yang tertulis maupun yang menyebabkan rasa ketidaknyamanan bagi
tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta tenaga kerja yang berlebihan dan
berkembang melalui latihan dan bentuknya harus cukup menarik.
pendidikan sehingga terbentuk kesadaran Pemeliharaan APD secara prinsip
dan keyakinan dalam dirinya untuk pemeliharaan APD dapat dilakukan
berbuat tanpa paksaan. dengan cara : Penjemuran dipanas
Adapun penggunaan APD harus matahari untuk menghilangkan bau dan
memberikan perlindungan yang kuat mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri.
terhadap bahaya yang spesifik yang Dan pencucian dengan air sabun untuk
dihadapi oleh tenaga kerja. APD meliputi pelindung diri seperti helm, kacamata,
sarung tangan, masker, pelindung kepala, earplug yang terbuat dari karet, sarung
gaun, kap, apron, dan alas kaki. APD yang tangan kain/kulit/karet dan lain-lain.
sangat efektif adalah yang terbuat darikain Penyimpanan APD, Tempat penyimpanan
yang diolah atau bahan sintesisyang dapat yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak
menahan air, darah, dan cairan lain yang terlalu lembab, serta terhindar dari gigitan
menembusnya (Ridley, 2006). binatang. Penyimpanan harus diatur
Pemberian perlindungan sedemikian rupa sehingga mudah diambil
maksimum pada tenaga kerja serta ukuran dan dijangkau oleh pekerja dan
APD harus tepat. Ukuran yang tidak tepat diupayakan disimpan di almari khusus
akan memberikan gangguan pada APD (Tarwaka, 2008).
pemakainya. Sekalipun APD disediakan

59
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

Menurut Notoatmodjo (1974) yang 2) Pengetahuan


dikutip dalam Efrianis (2007) banyak Pengetahuan merupakan faktor yang
faktor yang mempengaruhi tenaga kerja menjadi dasar atau motivasi untuk
mau atau tidaknya menggunakan APD, melakukan tindakan dimana
antara lain : Sejauh mana pemakai pengetahuan terhadap upaya kesehatan
mengerti kegunaannya. Dan kemudahan yang baik merupakan salah satu modal
dan kenyamanan dipakai, dengan untuk perilaku sehat (Green, 1980).
gangguan paling minimal terhadap 3) Sikap
prosedur kerja yang normal. Sanksi-sanksi Allport (1954) dalam Notoatmodjo
ekonomis, sosial dan disiplin yang dapat (2010) menjelaskan bahwa sikap
digunakan untuk perubahan sikap tenaga mempunyai tiga komponen pokok :
kerja. Kepercayaan, Kehidupan emosional
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau evaluasi terhadap suatu objek,
terbentuknya perilaku (kedisiplinan Kecenderungan untuk bertindak (tend
pemakaian APD), menurut Notoatmodjo to behave). Dalam kata lain, fungsi
(2010) perilaku ditentukan oleh 3 faktor sikap belum merupakan tindakan
utama, yaitu : (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan
1) Faktor predisposisi (predisposing tetapi merupakan predisposisi perilaku
factors) (tindakan) atau reaksi tertentu.
Menurut Green (1980) bahwa faktor 4) Umur
predisposisi adalah faktor yang Perbedaan umur tenaga kerja belum
mempermudah dan mendasari untuk tentu berbeda terhadap keinginanya
terjadinya perilaku tertentu. Dalam maupun kebiasaannya memakai APD
kaitannya dengan perilaku kedisiplinan pada saat bekerja, apalagi jika jarang
pemakaian APD faktor presdiposisi sekali ada kejadian kecelakaan kerja
meliputi pengetahuan keselamatan dan maupun penyakit akibat kerja bagi
kesehatan kerja termasuk didalamnya tenaga kerja yang tidak menggunakan
pengetahuan tentang APD, sikap APD (Dedek, 2008).
pekerja dalam pemakaian APD, budaya 5) Pendidikan
disiplin memakai APD ditempat kerja Menurut Notoatmodjo (2010)
dan kepercayaan pekerja tentang pendidikan adalah upaya persuasi atau
manfaat disiplin memakai APD. pembelajaran kepada masyarakat agar

60
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

masyarakat mau melakukan tindakan- Perlu ada “isyarat” yang cukup kuat
tindakan (praktik) untuk memelihara seseorang untuk bertindak sesuai dengan
(mengatasi masalah-masalah), dan pengetahuannya. Sebagian responden
meningkatkan kesehatannya. yang memiliki pengetahuan kategori
6) Masa Kerja kurang baik tentang Alat Pelindung Diri
Pengalaman untuk kewaspadaan (APD) kemungkinan disebabkan oleh
terhadap kecelakaan bertambah sesuai responden belum pernah mendapatkan
dengan usia, masa kerja di perusahaan pelatihan atau pembelajaran tentang Alat
dan lamanya bekerja di tempat kerja Pelindung Diri (APD). Sebaiknya pekerja
yang bersangkutan. Semakin lama disosilisasikan secara tertulis ataupun
seseorang bekerja semakin banyak lisan penggunaan Alat Pelindung Diri
pengalaman dan semakin tinggi (APD) sebagai pengendalian risiko.
pengetahuannya dan ketrampilannya Pemakaian APD adalah salah satu
(Dedek, 2008). perilaku aman, pengetahuan keselamatan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap adalah sesuatu yang perlu tetapi bukan
Pelaksanaan Pemakaian Alat Pelindung Diri merupakan faktor yang cukup kuat untuk
(APD) sebagai Upaya Pencapaian Zero mengubah perilaku, karena tidak jarang
Accident mereka yang mempunyai pengetahuan
Pengetahuan berperan penting tinggi cenderung bertindak ceroboh.
dalam mengimplementasikan APD pada Dengan demikian pengetahuan yang
saat bekerja, sehingga dengan adanya tinggi merupakan sarana yang baik untuk
pemakaian APD pada saat bekerja mengubah perilaku, namun perlu diikiti
merupakan perlindungan keselamatan dan dengan niat yang kuat, sehingga seorang
karyawan dapat mewujudkan pekerja akan bertindak sesuai dengan
produktivitas secara optimal (Sugiyono, tingkatan pengetahuannya. Perilaku
2003). Menurut Green dkk (et.al.1980) bekerja pada dasarnya dipengaruhi oleh
berpendapat bahwa peningkatan pengetahuan yang juga menjadi dasar
pengetahuan tidak selalu menyebabkan prinsip dalam kehidupan sehari-hari
perubahan sikap pada diri seseorang. (Mufarokhah, 2006).
Pengetahuan adalah sesuatu yang perlu, Menurut Emilia (2008), meskipun
tetapi bukan merupakan faktor yang tidak ada formulasi tertentu,
cukup untuk merubah sikap yang baik. kecenderungan seseorang untuk memiliki

61
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

motivasi berperilaku kesehatan yang baik pemakaian APD dipengaruhi beberapa


dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, faktor antara lain teladan dari pimpinan,
sikap dan ketrampilan. Pendapat ini pengawasan, adanya aturan, sangsi dan
mangacu pada model perilaku knowledge- kesadaran pekerja dan kenyamanan.
action. Tahapan-tahapan perubahan
Metode Penelitian
pengetahuan menjadi perilaku meliputi :
Pertama, orang dipenuhi dengan Metodologi penelitian ini adalah
informasi yang banyak sekali penelitian observasional analitik dengan
(pengetahuan). Orang akan mempersepsi pendekatan cross sectional. Sampel yang
informasi tersebut sesuai dengan menjadi objek penelitian berjumlah 55 orang
predesposisi psikologisnya, yaitu akan dari teknik porposive sampling (perempuan,
memilih atau membuang informasi yang usia 20-40 tahun, masa kerja >5th dan
tidak dikehendaki karena menimbulkan pendidikan SMP-SMA). Pengambilan data
kecemasan atau mekanisme pertahanan. dilakukan dengan menggunakan kuesioner
Kedua, setelah menerima stimulus, tahap dan lembar observasi untuk mengetahui
selanjutnya adalah interpretasi oleh karakteristik responden, mengukur
individu sesuai dengan pengalaman pengetahuan (variabel bebas) dan
pribadinya. Pada proses ini timbul respon pelaksanaan pemakaian APD (variabel
tergantung latar belakang atau terikat) dan analisis data menggunakan uji
pengalaman yang mempengaruhi nilai dan Chi Square.
sikap individu. Terakhir, input yang
Hasil Penelitian
diterima akan dianalisa harus memiliki
arti personal (kepentingan) bagi individu PT. X merupakan perusahaan tekstil

sehingga akan timbul tindakan. dengan hasil produksinya berupa kain batik

Dengan pengetahuan keselamatan dengan bahan baku kapas mentah, yang

dan kesehatan kerja yang baik dapat beroperasi selama 24 jam sehari selama 6

meningkatkan kedisiplinan pekerja dalam hari dalam satu minggu dan menggunakan

memakai APD. Begitu juga sebaliknya sistem kerja shift.

dengan pengetahuan yang rendah akan Berdasarkan data penelitian dari 55

menurunkan kedisiplinan. Diharapkan responden di bagian spinning, diperoleh hasil

dengan pengetahuan yang sedang dapat yang tersaji dalam tabel.1 berikut ini :

meningkatkan kedisiplinan. Kedisiplinan

62
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

Tabel.1 Karakteristik responden Notoatmodjo (2003), yang menyatakan


Karakteristik Persentase (%)
Umur 20-29 th 14,7 % bahwa umur dapat mempengaruhi
Umur 30-39 th 29,4 %
pengetahuam seseorang, semakin cukup
Umur 40-49 th 55,9 %
Masa kerja 5-10 th 41,2 % umur, tingkat pengetahuan kematangan
Masa kerja >10 th 58,8 %
seseorang akan lebih matang dalam berpikir
SMP 38,2 %
SMA 61,8% dan menerima informasi.
Pengetahuan rendah 38,2 % Hasil penelitian ini sesuai dengan
Pengetahuan tinggi 61,8 %
penelitian Hartati (2010), bahwa tidak
Disiplin APD 58,8 %
Tidak disiplin APD 41,2 % terdapat hubungan antara umur dengan
Uji Chi Square 6,839 kepatuhan dalam pemakaian masker kain di
0,0009 (p)
industri tekstil semarang. Hal ini berarti
pelaksanaan pemakaian APD bukan karena
Zero Accident merupakan suatu
faktor umum, hal ini sejalan dengan
kondisi tidak terjadi kecelakaan di tempat
penelitian Panggabean (2008), bahwa
kerja yang mengakibatkan pekerja sementara
pelaksanaan kinerja tidak harus dilihat dari
tidak mampu bekerja (STMB) selama 2x24
umur melainkan dari tindakan atau
jam dan atau menyebabkan terhentinya
keterampilan dalam mematuhi aturan yang
proses dan atau rusaknya peralatan tanpa
ada.
korban jiwa dimana kehilangan waktu kerja
Responden dengan masa kerja baru
tidak melebihi shift berikutnya pada kurun
dan yang masa kerja lama mempunyai
waktu tertentu dan jumlah jam kerja orang
tingkat pengetahuan yang berbeda mulai dari
tertentu. Data Kecelakaan Kerja karyawan
tingkat rendah dan hingga tinggi.
pada saat bekerja di bagian Spinning terdapat
Pengetahuan APD kurang disebabkan karena
near miss saja belum terjadi kecelakaan kerja
kurangnya penyuluhan atau sosialisasi
sehingga masih dalam kategori zero accident.
mengenai K3 sehingga pengetahuan
responden tentang APD kurang. Hal ini tidak
Pembahasan
sesuai dengan pendapat Dedek (2008), yang
Tingkat pengetahuan terhadap
menyatakan bahwa semakin lama seseorang
pemakaian APD tinggi dan sedang. Kategori
bekerja semakin banyak pengalaman dan
usia 20-29 tahun maupun 40-49 tahun
semakin tinggi pengetahuannya dan
ternyata masih ada yang tidak memakai alat
ketrampilannya. Hasil penelitian ini
pelindung diri. Hal ini tidak sesuai dengan
menunjukan bahwa responden dengan masa

63
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

kerja lama mempunyai kedisiplinan yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.


berbeda, masih ditemukan yang tidak Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan
disiplin. Hal ini juga tidak sesuai dengan formal dan non-formal, misalnya melalui
pendapat Pandji (2001), yang menyatakan bimbingan dan pelatihan, diskusi, dan
bahwa masa kerja sangat mempengaruhi berbagai pengalaman, sehingga semakin
pengalaman seseorang terhadap pekerjaan banyak memperoleh pengetahuan tentang
dan lingkungan tempat ia bekerja, semakin APD maka semakin besar kesadaran
lama ia bekerja semakin banyak responden dalam pelaksanaan pemakaian
pengalamannya. APD sebagai upaya pencapaian zero accident
Hal ini akan mempengaruhi persepsi, pada saat bekerja, selanjutnya pekerjaan
sikap, perilaku dan mengerjakan yang lebih dapat dikerjakan secara optimal dan dapat
terkontrol. Tenaga kerja yang mempunyai menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
masa kerja yang lama akan lebih terampil sehingga tercapainya produktivitas kerja.
dan berpengalaman di dalam mengerjakan Seseorang mempunyai pengetahuan
pekerjaanya sehingga hasilnya akan lebih baik apabila mampu mengungkapkan
baik dan aman. Hasil penelitian ini sesuai informasi dari suatu objek dengan benar, bila
dengan penelitian Firdausi (2011), bahwa seseorang hanya mampu mengungkapkan
tidak terdapat hubungan antara masa kerja sedikit informasi dari suatu subjek dengan
dengan kepatuhan pemakaian APD pada benar, maka dikategorikan memiliki
pekerja bagian produksi jamu lengkap di PT. pengetahuan kurang baik/rendah tentang
Leo Agung Raya Semarang. objek tersebut. Pengetahuan responden
Dalam penelitian ini tingkat tentang APD berpengaruh terhadap
pendidikan tidak mempunyai pengaruh pelaksanaan pemakaian APD pada saat
terhadap pelaksanaan pemakaian APD pada bekerja, atau dengan kata lain pengetahuan
saat bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat merupakan faktor yang sangat penting dalam
Panggabean (2008), bahwa tingkat membentuk tindakan seseorang.
pendidikan tidak mempunyai pengaruh Hal ini mungkin disebabkan karena
bermaksa terhadap terbentuknya sikap ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
seseorang. pengetahuan antara lain intelegensi seseorang
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat akan mempengaruhi dalam mengolah
pengetahuan diperoleh bahwa tingkat informasi, informasi yang diperoleh
pengetahuan APD sebagian besar responden mengenai K3 setiap responden berbeda,

64
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

P2K3 belum berjalan maksimal, kurangnya pengetahuan terhadap pelaksanaan


pelatihan K3 dan penyuluhan K3. pemakaian APD pada tenaga kerja bagian
Hasil yang menunjukkan responden spinning PT. X dengan pengertian jika
disiplin memakai APD, hal ini sejalan pengetahuan semakin baik maka panggunaan
dengan Sirait (2005), implementasi APD di APD akan dapat diterapkan dengan baik.
tempat kerja perlu mendapatkan perhatian Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
yang serius dari perusahaan guna mengurangi dilakukan oleh Mufarokhah (2008), bahwa
dampak kecelakaan atau kecelakaan yang pengetahuan berpengaruh terhadap
terjadi, salah satu penyebab minimnya penggunaan APD. Meskipun demikian dalam
penggunaan APD adalah kurangnya penelitian ini masih ditemukan responden
pengetahuan tentang penggunaan dan yang memiliki pengetahuan rendah.
perawatan APD. Sehubungan dengan hal Sehubungan dengan hal ini maka responden
tersebut maka responden yang tidak memakai yang memiliki pengetahuan rendah perlu
APD saat bekerja perlu meningkatkan meningkatkan pengetahuannya.
penggunaan APD untuk meningkatkan Sejalan dengan pendapat Azwar
kesehatan dan keselamatan kerja, sedangkan (1995), bahwa adanya informasi baru
responden yang telah menggunakan APD mengenai suatu hal memberikan landasan
pada saat bekerja agar tetap mempertahankan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
dan meningkatkan penggunaan APD agar terhadap hal tersebut. Dengan demikian
dapat bekerja secara maksimal, efektif dan informasi dapat memberikan perubahan
efisien. pengetahuan responden mengenai APD dan
Hasil penelitian pada responden pengetahuan merupakan faktor yang penting
dengan pengetahuan rendah yang dispilin dalam membentuk tindakan seseorang,
dalam menggunakan APD sebesar 11,8%, sehingga pengetahuan dapat mempengaruhi
yang tidak disiplin sebesar 26,5%. pelaksanaan pemakaian APD dan tercapainya
Sedangkan untuk pengetahuan tinggi zero accident di PT. X.
responden yang displin dalam menggunakan Pada dasarnya penyediaan alat
APD sebesar 41,7% dan yang tidak disiplin pelindung diri di PT. X sudah sesuai dengan
sebesar 14,7%. Hasil uji statistik nilai Chi potensi bahaya yang ada namun kesadaran
Square sebesar 6,839 dan (p) 0,009 tenaga kerja dalam pemakaian alat pelindung
sehingga hasil tersebut signifikan. Ini diri ini belum maksimal sehingga
menyatakan bahwa ada pengaruh kemungkinan tenaga kerja mengalami

65
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

kecelalakaan ataupun penyakit akibat kerja sebagai upaya pencapaian zero accident
masih ada. Alat pelindung diri yang bagian spinning PT. X berdasarkan hasil uji
disedikan oleh perusahaan kadang tidak Chi Square dengan nilai 6,839, (p) 0,009.
difungsikan secara maksimal oleh tenaga Dengan pengertian apabila pengetahuan
kerja. Dalam hal ini pihak perusahaan perlu semakin baik maka panggunaan APD akan
melakukan berbagai cara agar alat pelindung dapat diterapkan dengan baik.
dapat digunakan sacara maksimal.
Semua hal-hal telah dilakukan pihak Saran
perusahaan sebagai upaya pencegahan serta Perlu peningkatan pengetahuan
meminimalisir kecelakaan kerja dan penyakit mengenai APD untuk tenaga kerja, baik
akibat kerja sehingga tercapailah pencapaian melalui safety talk yang diadakan setiap hari,
zero accident. Selain itu juga diharapkan agar media selebaran untuk informasi K3 seperti
tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan koran, pemasangan poster K3, maupun
nyaman sehingga produktivitas kerja pelatihan internal dari perusahaan yang
meningkat. diadakan 3 bulan sekali.
Usaha-usaha yang dilakukan Menciptakan budaya displin
perusahaan dalam upaya pencapaian zero khususnya disiplin dalam pemakaian APD
accindent telah sesuai dengan Undang- pada saat bekerja dengan cara melakukan
undang No. 1 tahun 1970 tentang Syarat- pengawasan secara rutin seminggu sekali
Syarat Keselamatan Kerja terutama Pasal 9 yang dilaksanakan oleh pihak manager dalam
ayat 3 menyebutkan bahwa perusahaan wajib hal pemakaian APD dalam upaya melindungi
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja dari paparan potensi bahaya dan
tenaga kerja yang berada dibawah faktor risiko lingkungan kerja.
pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan
kerja, pemberantasan kebakaran, peningkatan Daftar Referensi
keselamatan dan kesehatan kerja, serta dalam
Ampuh R.H. 2009. Manajemen Pabrik
pemberian pertolongan pertama pada Pendekatan Sistem unuk Efisiensi dan
Efektifitas. Jakarta : Bumi Aksara
kecelakaan.
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Industri. Yogyakarta :
Kesimpulan Graha Ilmu
Azwar. 2003. Sikap Manusia : Teori dan
Ada pengaruh tingkat pengetahuan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
terhadap pelaksanaan pemakaian APD

66
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.606 No. ISSN cetak : 2527-4686

Azwar. 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan. Malthis dan Jackson J.H. 2002. Manjemen Sumer
Jakarta : Binapura Aksara Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat.
Dedek M. 2008. Faktor Predisposing, Enabling Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
dan Reinforcing terhadap Penggunaan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Alat Pelindung Diri dalam Asuhan
Pamungkas. 2000. Pedoman Umum Bahsa
Persalinan Normal di Rumah Sakit
Indonesia yang Disempurnakan.
Meuraxa Banda Aceh. Medan : Sekolah
Surabaya : P.T. Giri Singa
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Thesis Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Yogyakarta :
Liberty
Efrianis. 2007. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Tenaga Kerja dalam Panggabean R. 2008 : Hubungan Pengetahuan
Pemakaian Alat Pelindung Pendengaran dengan Sikap Petugas Labolatorium
Di PT. Perkebunan Nusantara VI terhadap Kepatuhan SOP di Puskesmas
(PERSERO) Kebun OPHIR Kabupaten Pekan Baru. Sekolah Pasca Sarjana.
Pasaman Propinsi Sumatera Utara. Medan : Universiatas Sumatera Utara.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis
Universitas Sumatera Utara Medan Ridley J. 2006. Kesehatan dan Keselamatan
Ekosiswoyo dan Rachman. 2000. Manajemen Kerja. Jakarta : Erlangga
Kelas. Semarang : IKIP Semarang Sahab S. 1997. Teknik Manajemen Kesehatan
Emilia O. 2008. Promosi Kesehatan dalam dan keselamatan Kerja. Jakarta : Bina
Lingkup Kesehatan Reproduksi. Sumber Daya Manusia
Yogyakarta : Pustaka Cendekia. Santosa G. 2004. Manajemen K3. Surabaya :
Firdausi R. 2011. Faktor-faktor yang Prestasi Pustaka
Berhubungan dengan Kepatuhan Sugiyono B. 2003. Program Keselamatan dan
Pemakaian APD pada Pekerja bagian Kesehatan Kerja. Semarang: UNDIP
Produksi Jamu Lengkap di PT. Leo
Agung Raya Semarang. Universitas Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian.
Diponegoro. Thesis Bandung : C.V. Alfabela
Green L.W. 1980. Health Education Planing a Suma’mur. 1996. Keselamatan Kerja dan
Diagnostic Aprroach. Mayfield Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.
Publishing Company. First Edision. Gunung Agung.
Hartati S. 2010. Hubungan Umur, Masa Kerja, Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan
Pengetahuan dan Sikap, Operator Mesin Keselamatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :
Winding, Unit Spinning VI dengan CV Agung Seto
Kepatuhan dalam Pemakaian Masker Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi
Kain di Industri Tekstil. Semarang : K3 di tempat kerja.Surakarta : Harapan
Universitas Diponegoro. Skripsi Press
Hastono 2011. Analisis Data. Jakarta : FKM U Veithzal R. 2004. Manajemen Sumber Daya
Jati I.K. 2010. Pelaksanaan Program Manusisa untuk Perusahaan. Jakarta :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rajagrafindo Persada.
Karyawan Pt. Biratex Industries
Semarang. Semarang : Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Skripsi
Lalu H. 2005. Hukum Ketenagakerjaan. Edisi
Revisi. Jakarta : PT: Raja Grafindo
Persada

67

Anda mungkin juga menyukai