PENDAHULUAN
celah yang abnormal pada selubungnya (Pierce & Borley, 2016) Hernia inguinalis
adalah menonjolnya isi suatu rongga yang melalui anulus inguinalis yang terletak
Sehingga dapat disimpulkan Hernia adalah penonjolan suatu organ atau isi perut
direct, femoral, umbilikal dan insicional. Hernia skrotalis dapat terjadi karena
anomaly congenital atau karena sebab yang didapat (akuistik). Salah satu
Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah
penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Nur Laili Hidayati (2015) di Indonesia 102 ribu anak menderita penyakit hernia,
1
2
dan
2
2
150 ribu diderita orang dewasa. Sedangkan di Jawa Timur angka kejadian hernia
pada tahun 2015 sebanyak 2.108 penderita, dan 61% diantaranya harus ditangani
dengan tindakan operasi. Sekitar 50% merupakan hernia inguinalis lateralis dan
kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengkatan, kemudian
fisiologis maupun psikologis, salah satu respon fisiologis dari pembedahan adalah
sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal ini
dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih sadar (Arif Mansjoer, 2010).
3
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur
berjala (Soelaiman, 2013). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati di RSUD dr. Mohammad Zyn
Kabupaten Sampang.
hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn Sampang.
dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn
Kabupaten Sampang
dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn
Kabupaten Sampang.
Sampang.
4
dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn
Kabupaten Sampang.
3) Menyusun rencana keperawatan pada klien post operasi herniotomy dengan
Kabupaten Sampang.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan mobilisasi dini pada klien post operasi
Sampang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan kelengkapan
1) Bagi Perawat
kepada klien.
fisik.
4) Bagi Pasien
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek, isi organ ataupun
jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau
menelusuri kanalis inguinalis, dan keluar di anulus eksternal di atas krista pubis
dengan di selubungi kantong korda. Kanalis inguinalis normal pada fetus karena
penonjolan peritoneim yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir bila prosesus terbuka terus akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Pada orang dewasa, kanal telah menutup namun karena merupakan
abdominal kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita jika isi dankantong hernia lateralis turun hingga skrotum di
abdomen melalui lubang anulus inguinalis dextra, karena bagian dinding rongga
abdomen sebelah kanan yang terjadi karena didapat atau juga congenital.
6
7
2) Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
peritoneum yang disebut dengan proseus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
1) Anatomi
2) Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
8
peritoneum yang disebut dengan proseus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
2) Hernia Femoralis
kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara
dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Ada faktor predisposisi
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa Pada orang tua karena
9
benda-benda berat batuk kronik gangguan BAB, misal struktur ani, feses keras
3) Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika
4) Hernia Umbilikal
sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari satu centimeter), hernia jenis ini biasanya
5) Hernia Hiatal
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke
dada(thorax).
6) Hernia Insisional
Dapat terjadi melalui luka post operasi abdomen. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutupi
segalanya.
(sciatica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.
penyakit hernia. Anamnesa dari penyakit yang ada sehingga muncul suatu hernia.
penyebabnya, seperti batuk lama, obstruksi saluran kencing, ascites dan lain
sebagainya. Keluhan penyakit ini biasanya oleh karena pasien, orang tua ataupun
(Lee C,2014). Pada kantong hernia dapat berisi organ-organ didalam abdomen,
seperti usus,mesenterium dan cairan. Nyeri hebat, mual muntah dan peru semakin
membesar bila terjadi tercekiknya usus (inkarserata) dan terjadi obstruksi usus
yang pada akhirnya menimbulkan kematian usus oleh karena terjepitnya usus
(Henry S, 2008).
Pemeriksaan pada orang dewasa yang paling baik dengan posisi berdiri,
fisik dapat dengan berbagai cara, seperti thumb test dengan menggunakan ibu jari
pada annulus internus, finger test dengan jari telunjuk pada daerah canalis
inguinalis dan Ziemen test dengan menggunakan jari kedua, ketiga dan keempat
(Richard A, 2014). Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan tidak dapat
keluar masuk lagi, serta ada warna kebiruan, kemungkinan telah terjadi
strangulata usus
11
2.1.5 Penatalaksanaan
tindakan pembedahan, kecuali dengan faktor resiko tinggi atau terdapat kontra
indikasi, misal hernia yang sangat besar, usia yang lanjut dan keadaan umum
yang jelek. Menunda tindakan pembedahan pada pasien hil dapat berakibat
2.1.6 Patofiologis
umbilical, femoral, dan sebagainya. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia
reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
Bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga disebut
hernia irreponibel. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
perinium kantong hernia. Bila tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus akibat perlekatan tesebut disebut hernia akreta. ( Setamto W 2008).
12
hernia
Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia
Keluar melewati dinding memasuki memasuki celah memasuki celah
dari umbilikus abdomen rongga thorax bekas insisi inguinalis
Intoleransi aktivitas
Keterbatasan gerakan Resti infeksi
ADL dibantu
Hambatan mobilitas
fisik
Defisit perawatan diri
Timbul respon
nyeri
Nyeri akut
Gambar 2.1 woc hernia
Sumber : Nanda Nic Noc (2013)
13
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hinggan perforasi (lubangnya) usus yang
Keluhan dan tanda klinik yang timbul bergantung pada keadaan isi hernia,
ada tidaknya perlekatan, maupun komplikasi yang telah terjadi. Pada hernia
reponibel, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul
2.2.1 Definisi
lehernya, kantong Hernia dibuka dan di isi Hernia dibebaskan kalau ada
lalu di potong.
2.2.2 Indikasi
Membuat sayatan miring dua jari di atas sias kemudian Kanalis Inguinalis
dibuka memisahkan Funikulus dan kantong Hernia dilepaskan dari dalam tali
bebaskan jika ada perlekatan kemudian direposisi, kantong Hernia dijahit ikat
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
a) Nama
b) Jenis kelamin
c) Usia
d) Alamat
e) Pendidikan
f) Pekerjaan
g) Agama
h) Sukuatau Bangsa
i) Status perkawinan
k) Diagnosa Medis
2. Riwayat penyakit
sebelumnya
3. Pemeriksaan fisik
(1) Penampilan
(d) Nadi
b) Kepala
Bentuk kepala : (simetris atau tidak), ada ketombe atau tidak, ada kotoran
pada kulit kepala atau tidak, pertumbuhan rambut merata atau tidak,ada
c) Kulit
Warna kulit (kuning, putih, sawo matang, hitam), turgor kulit cepat
16
kembali atau tidak, ada lesi atau tidak, ada oedema atau tidak, ada
d) Penglihatan
Bola mata simetris atau tidak, pergerakan bola mata normal atau tidak,
reflek pupil terhadap cahaya normal atau tidak, kornea bening atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak, seklera ada ikterik atau tidak, ketajaman
Bentuk simetris atau tidak, fungsi penciuman baik atau tidak, peradangan
g) Mulut
Bibir (warna pucat atau sianosi atau merah), keringat atau tidak, pecah
Gusi (berdarah atau tidak), tonsil (radang atau tidak) lidah (tlemor atau
tidak) (kotor atau tidak), fungsi pengecapan (baik atau tidak), mukosa
h) Leher
Benjolan atau massa (ada atau tidak), ada (kekakuan atau tidak), ada
nyeri (tekan atau tidak), pergerakan leher (mobilisasi dini ): bisa bergerk
fleksi atau tidak, rotasi atau tidak, lateral fleksi atau tidak,
17
kedudukan trakea (normal atau tidak), gangguan bicara (ada atau tidak)
i) dadaataupernafasan
(simetris atau tidak, ada bunyi atau irama pernafasan seperti: teratur atau
tidak, ada chynes stokes atau tidak, ada irama kusmaul atau tidak, stridor
atau tidak, wezing ada atau tidak, ronchi atau tidak, pleurra frection-Rub
atau tidak, ada nyeri tekan pada daerah dada atau tidak, ada atau tidak
j) Abdomen
Bentuk simsetris atau tidak, datar atau tidak, ada nyeri tekan pada
epigastrik atau tidak, ada peningkatan peristaltik usus atau tidak,ada nyeri
k) Sistem reproduksi
Ada radang pada genetalia eksterna atau tidak, ada lesi atau tidak,
Ada pembatasan gerakan atau tidak, ada oedema atau tidak, farises
ada atau tidak, tromboplebitis ada atau tidak, nyeri atau kemerahan ada atau
tidak, tanda-tanda infeksi ada atau tidak, ada kelemahan tungkai atau tidak.
18
Tidur siang adaatautidak (berapa lama), tidur malam (jam berapa) ada
b) Personal hygiene
Bisa mandi atau tidak (berapa kali sehari), sikat gigi atau tidak (berapa
kali sehari, kebersihan kuku (ukuran dan bentuk), penampilan rapi atau
tidak, rambut sering keramas atau tidak ( berapa kali dalam seminggu)
suka minum susu atau tidak, sering minum air putih atau tidak.
d) Eliminasi
(normal atau tidak), BAK (berapa kali sehari), jenis urine, warna, bau,
e) Seksualitas
haid lancar teratur atau tidak, aktivitas seksual teratur atau tidak, ada nyeri
saat haid.
f) Psikososial
g) Spiritual
atau tidak.
c) Intervensi
mobilisasi dini.
kembali.
c) Intervensi
perawatan diri.
merasa lelah ketika bangun tidur, kualitas dan kuantitas tidur normal
c) Intervensi
latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mentalatau fisik pada sore
hari
tidur
hari.
b) Kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, luka bersi tidak
c) Intervensi
vital
infeksi.
22
patogen
normal,
c) Intervensi
keperawatan.
nyeri
2.4.1 Definisi
(NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan
Batasan karakteristik :
NOC
Kriteria Hasil :
kemampuan berpindah
NIC
1. Monitoring vital sign sebelum atausesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
beraktivitas.
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
2.5.1. Definisi
secara rutin dan kontinyu. Mobilisasi penderita hernia di rumah sakit tidak hanya
sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya makan atau minum, bernafas, atau
tubuh.
Mobilisasi dini dilakukan saat pasien istirahat di tempat tidur dalam waktu
48-72 jam pertama. Kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat. Posisi pasien
26
diubah miring kanan dan miring kiri setiap 2-3 jam, dalam waktu sekitar 30 menit
untuk mencegah terjadinya nyeri bahu dan kecatatan, lengan dan kaki yang
mengalami kelemahan diatur posisinya dan diganjal dengan bantal. Posisi lengan
supinasi, jari lebih tinggi dari siku dan siku lebih tinggi dari bahu. Kaki
1 kali sehari, yang dimulai sejak awal perawatan pasien. Ketinggian kepala tempat
derajat pada hari ketiga bila kondisi pasien stabil dan tidak terjadi komplikasi.
Pada hari berikutnya pasien dilatih duduk berjuntai di tempat tidur, tanpa
selama, maupun setelah mobilisasi, terutama nadi dan tekanan darah (Misbach,
2011).
1) Mobilisasi pasif
2) Mobilisasi aktif
1) Gaya Hidup
27
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya.
2) Ketidakmampuan
3) Dukungan Keluarga
Lutz dan Young (2010) menyatakan bahwa pasien stroke yang mendapatkan
sistem dukungan sosial dan fungsi caregiving dari keluarga yang baik untuk
4) Usia
menurun.
5) Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini
2.6.1 Definisi
2.6.2 Tujuan
a. Persiapan Perawat
dilakukan.
b. Persiapan lingkungan
c. Persiapan alat
d. Pelaksanaan
29
1. Cuci tangan
Tahap orientasi
Cara kerja :
1) Perawat atau keluarga berdiri disamping klien pada posisi yang dituju
2) Menggeser klien ke sisi tempat tidur berlawanan dengan arah yang
bawah.
4) Memastikan klien tidur setengah telungkup
5) Merapikan pasien.
6) Memberikan posisi yang tepat.
7) Rapikan pakaian dan linen klien serta bereskan alat yang tidak
digunakan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara
Studi Kasus adalah suatu karya tulis ilmiah berupa paparan hasil
penerapan proses asuhan keperawatan kepada klien secara ideal sesuai dengan
Penyusunan karya tulis ini dilaksanakan melalui studi lapangan (Field Research)
untuk memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti
32
32
rujukan untuk melengkapi data sekunder yang relevan dan mutakhir dengan
permasalahan. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh peneliti
oleh pihak lain, dalam bentuk publikasi ilmiah seperti buku, jurnal, majalah
Batasan istilah pada studi kasus ini Asuhan Keperawatan klien post op
herniotomy dengan hambatan mobilitas fisik, maka penyusunan studi kasus ini
3.5 Instrumen
laku atau penampilan sumber data, karena harus dicatatnya secara tertulis tanpa
penelitian tepat penelitian tepat karena menjadi segalanya dan keseluruhan proses
3.6.1 Wawancara
sistematis dan pertanyaan yang di ajukan telah disusun pada format pengkajian
kepada klien berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang dan dahulu, data dari perawat terapi yang di berikan, pemeriksaan
3.6.2 Observasi
disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrument atau alat
dalam penelitian harus mencari data sendiri dengan terjun langsung atau
observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu.
Hal ini agar memudahkan penelitian memperoleh data atau informasi dengan
mudah dan leluasa. Pengumpulan data bisa di lakukan pemeriksaan fisik dengan
3.6.3 Dokumentasi
pengkajian,dan foto pada saat melakukan tindakan. Studi dokumentasi dan angket
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat
mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal data
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum
banyak masalah akan diberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
dibuat jika diinginkan atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak
fakta sedangkan faktanya kesimpulan. Proses logika yang berangkat dari proses
empiris lewat observasi menuju pada suatu teori. Atau dengan kata lain, induksi
pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui reduksi data, penyajian data, dan
ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip
(catatan terstruktur).
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
klien.
3.8.5 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
Pengumpulan Penyajian
Data
Reduksi Simpulan
Data
Gambar 3.1. Teknik Analisa Data (Nursalam, 2015). Verifikasi
Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (observasi) yang diisi
peneliti. Data hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan
dengan penelitian.
40
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, barbara, dkk. (2013). Buku Ajar Keperawatan Klinis. (Edisi: 5),
Jakarta:EGC
Lee C, Gale Enc Surg (2014). Inguinal Hernia Repair, Available from:
http://en.Enyc.org/gale/Inguinal-hernia repair. Tanggal 21 Desember 2015.
Sabiston, D., 2013 Buku Ajar Bedah: Essential Of Surgery. Bagian 2 Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Smeltzer, C. S., (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (ed.3). Jakarta :
EGC
Sjamsjuhidayat (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Nama : ALFIYATUZZAHROH
Nim : 16004
saudara, oleh karena itu saya mohon kerjasamanya. Kerahasiaan identitas saudara
akan dijaga dan tidak akan disebarluaskan. Saya sangat menghargai kesediaan,
perhatian serta penekanan saudara, untuk itu saya sampaikan terima kasih.
Peneliti
ALFIYATUZ ZAHROH
Lampiran 2 43
Nama :
Umur :
menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh saudari Alfiyatuz Zahroh
penelitian ini.
Responden
(....................................)
44
45
46
Lampiran 4
FORMAT PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Klien
a) Initial :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pendidikan :
f) Pekerjaan :
g) Tanggal MRS :
h) Diagnosa :
i) Nomor RM :
j) Tanggal Pengkajian :
1) Identitas Penanggung Jawab
a) Initial :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pendidikan :
f) Pekerjaan :
g) Hubungan dengan klien :
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat Psikologi
7. Riwayat Sosial
8. Riwayat Spiritual
9. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
10. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) TTV
3) Pemeriksaan Integumen
4) Pemeriksaan Kepala dan Leher
5) Pemeriksaan Mata dan Penglihatan
6) Pemeriksaan Telinga dan Pendengaran
7) Pemeriksaan Hidung dan Sinus
8) Pemeriksaan Mulut
9) Pemeriksaan Thorax, Paru dan Payudara
Inspeksi
47
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Lampiran 5
Tabel Pengkajian
Analisa Data
Initial : Dx Medis :
Diagnosa
Initial : Dx Medis :
NO PERNYATAAN DIAGNOSA
50
Perencanaan
Initial : Dx Medis :
Implementasi
Initial : Dx Medis :
Evaluasi
Initial : Dx Medis :
Lampiran 6
LEMBAR KONSUL
NAMA : Alfiyatuz Zahroh
NIM : 16004
PEMBIMBING 1 : Ahmadi, S.Kep,.Ns., M.Kes.
54
LEMBAR KONSUL
NAMA : Alfiyatuz Zaghroh
NIM : 16004
PEMBIMBING 1 : Faridatul Istibsaroh, S.Kep,.Ns.,
JUDUL :Asuhan Keperwatan Pada Pasien Yang Mengalami
post op Herniotomy Dengan Masalah Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati RSUD
55