Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui

celah yang abnormal pada selubungnya (Pierce & Borley, 2016) Hernia inguinalis

adalah menonjolnya isi suatu rongga yang melalui anulus inguinalis yang terletak

di sebelah lateral vaso epigastrika eksternus (Sjamsuhidajat & Jong, 2011).

Sehingga dapat disimpulkan Hernia adalah penonjolan suatu organ atau isi perut

melalui lubang disekitarnya akibat lemahnya organ atau jaringan bersangkutan.

Hernia ada beberapa macam diantaranya adalah inguinalis indirect, inguinalis

direct, femoral, umbilikal dan insicional. Hernia skrotalis dapat terjadi karena

anomaly congenital atau karena sebab yang didapat (akuistik). Salah satu

penatalaksanaan Hernia adalah tindakan operasi, baik operasi Herniotomy atau

herniografi (Smeltzer, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia setiap tahun

meningkat. Pada tahun 2005-2010 penderita hernia segala jenis mencapai

19.173.279 penderita, dengan penyebaran yang paling banyak adalah daerah

Negara-negar berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia tenggara termasuk

Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah

penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.

Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia

periode Januari 2012-Februari 2013 berjumlah 1.250 yang mengalami gangguan

hernia inguinalis, termasuk berjumlah 240 orang (DepKesRI, 2013). Menurut

Nur Laili Hidayati (2015) di Indonesia 102 ribu anak menderita penyakit hernia,

1
2

dan

2
2

150 ribu diderita orang dewasa. Sedangkan di Jawa Timur angka kejadian hernia

pada tahun 2015 sebanyak 2.108 penderita, dan 61% diantaranya harus ditangani

dengan tindakan operasi. Sekitar 50% merupakan hernia inguinalis lateralis dan

25% sebagai hernia inguinalis indierek (Sabiston,2013).

Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat seperti mengangkat

benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat

menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu,

batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra

abdominal sehingga terjadi kelemahan otot–otot abdomen yang dapat

menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis

bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum.

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah herniotomy.

Herniotomy adalah operasi pembedahan kantong hernia sampai kelehernya,

kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengkatan, kemudian

direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian

dipotong.Tindakan bedah salah satu tindakan medis yang akan mendatangkan

stresor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan menimbulkan stress baik

fisiologis maupun psikologis, salah satu respon fisiologis dari pembedahan adalah

hambatan mobilitas fisik. Perawatan post operasi herniotomy merupakan

perawatan yang diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi

pembedahan. Tujuan perawatannya adalah mengurangi komplikasi, mempercepat

penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti

sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal ini

dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih sadar (Arif Mansjoer, 2010).
3

Untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik adalah mobilisasi dini.

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur

dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar

berjala (Soelaiman, 2013). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi herniotomy

dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati di RSUD dr. Mohammad Zyn

Kabupaten Sampang.

1.2 Batasan Masalah

Asuhan keperawatan pada klien post operasi herniotomy dengan

hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn Sampang.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien post operasi herniotomy

dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn

Kabupaten Sampang

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada klien post operasi herniotomy

dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn

Kabupaten Sampang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada klien post operasi herniotomy dengan hambatan

mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn Kabupaten

Sampang.
4

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien post operasi herniotomy

dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn

Kabupaten Sampang.
3) Menyusun rencana keperawatan pada klien post operasi herniotomy dengan

hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn

Kabupaten Sampang.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan mobilisasi dini pada klien post operasi

herniotomy dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr.

Mohammad Zyn Kabupaten Sampang.


5) Melakukan evaluasi pada klien post operasi herniotomy dengan hambatan

mobilitas fisik di Ruang Melati RSUD dr. Mohammad Zyn Kabupaten

Sampang.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan kelengkapan

literatur dalam pengembangan keilmuan bagi instansi pendidikan keperawatan

maupun tenaga pendidik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat.

2) Bagi Rumah Sakit

Diharapakan dapat dijadikan bahan referensi untuk menerapkan mobilisasi dini

kepada klien.

3) Bagi Institusi Pendidikan


5

Penelitin menjadi bahan referensi utuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa Akper Nazhatut Thullab Sampang tentang asuhan

keperawatan pada klien post operasi herniotomy dengan hambatan mobilitas

fisik.

4) Bagi Pasien

Dapat meningkatkan pengetahuan klien post operasi herniotomy tentang

manfaat terapi mobilisasi dini dalam rangka mempercepat penyembuhan luka.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hernia

2.1.1 Definisi

Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek, isi organ ataupun

jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau

lubang abnormal (Nurarif, 2016).

Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus (cincin)

inguialis interna yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,

menelusuri kanalis inguinalis, dan keluar di anulus eksternal di atas krista pubis

dengan di selubungi kantong korda. Kanalis inguinalis normal pada fetus karena

pada bulan ke 8 kehamilan terjadi disensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneim yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang

sudah lahir bila prosesus terbuka terus akan timbul hernia inguinalis lateralis

kongenital. Pada orang dewasa, kanal telah menutup namun karena merupakan

lokus minoris resistensie, maka keadaan yang meningkatkan ke kanan intra

abdominal kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis

lateralis akuisita jika isi dankantong hernia lateralis turun hingga skrotum di

sebut hernia skrotalis (Mansjoer, 2014).

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas adalah penonjolan organ infra

abdomen melalui lubang anulus inguinalis dextra, karena bagian dinding rongga

abdomen sebelah kanan yang terjadi karena didapat atau juga congenital.

6
7

2) Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut

akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut dengan proseus vaginalis peritonei. Pada bayi yang

sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga

perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali

kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya

yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan

menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2015)

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

1) Anatomi

Gambar 2.1 anatomi hernia

(Sumber : Mansjoer, 2015)

2) Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
8

akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut dengan proseus vaginalis peritonei. Pada bayi yang

sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga

perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali

kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya

yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan

menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2015)

2.1.3 Klasifikasi Menurut Lokasi

1) Hernia Inguinalis atau Congenital

Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul

sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya

“ tutun bero” atau“hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen

berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah.

2) Hernia Femoralis

Umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4

kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara

patofisiologis peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak pre

peritoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan

terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas

dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Ada faktor predisposisi

Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa Pada orang tua karena
9

degenerasiatauatropi tekanan intra abdomen meningkat pekerjaan mengangkat

benda-benda berat batuk kronik gangguan BAB, misal struktur ani, feses keras

gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis sering melahirkan: hernia femoralis.

3) Hernia Epigastrik

Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.

Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang berisi

usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia sering

menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika

pertama kali ditemukan.

4) Hernia Umbilikal

Berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan

pada dinding perut,yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup

sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari satu centimeter), hernia jenis ini biasanya

menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.

5) Hernia Hiatal

Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati

diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke

dada(thorax).

6) Hernia Insisional

Dapat terjadi melalui luka post operasi abdomen. Hernia ini muncul sebagai

tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutupi

segalanya.

7) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)

Adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Di antara setiap


10

tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit

(sciatica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar

bawah.

2.1.4 Gambaran Klinis

Sejarah dan pemeriksaan klinis sangat penting dalam menegakkan diagnosa

penyakit hernia. Anamnesa dari penyakit yang ada sehingga muncul suatu hernia.

penyebabnya, seperti batuk lama, obstruksi saluran kencing, ascites dan lain

sebagainya. Keluhan penyakit ini biasanya oleh karena pasien, orang tua ataupun

dokter merasakan adanya penonjolan pada daerah pangkal sampai ke skrotum

(Lee C,2014). Pada kantong hernia dapat berisi organ-organ didalam abdomen,

seperti usus,mesenterium dan cairan. Nyeri hebat, mual muntah dan peru semakin

membesar bila terjadi tercekiknya usus (inkarserata) dan terjadi obstruksi usus

yang pada akhirnya menimbulkan kematian usus oleh karena terjepitnya usus

beserta dengan pembuluh darah disekitarnya (strangulata). Tidak jarang terjadi

infeksi seluruh abdominal (peritoritis generalisata) bila terjadi kebocoran usus

(Henry S, 2008).

Pemeriksaan pada orang dewasa yang paling baik dengan posisi berdiri,

terkadang diperlukan batuk untuk melihat benjolan tersebut keluar. Pemeriksaan

fisik dapat dengan berbagai cara, seperti thumb test dengan menggunakan ibu jari

pada annulus internus, finger test dengan jari telunjuk pada daerah canalis

inguinalis dan Ziemen test dengan menggunakan jari kedua, ketiga dan keempat

(Richard A, 2014). Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan tidak dapat

keluar masuk lagi, serta ada warna kebiruan, kemungkinan telah terjadi

strangulata usus
11

2.1.5 Penatalaksanaan

Semua pasien hernia inguinalis lateralis sebaliknya harus dilakukan

tindakan pembedahan, kecuali dengan faktor resiko tinggi atau terdapat kontra

indikasi, misal hernia yang sangat besar, usia yang lanjut dan keadaan umum

yang jelek. Menunda tindakan pembedahan pada pasien hil dapat berakibat

terjadinya inkarserata, obstruksi dan strangula ( Soetamto W, 2008).

2.1.6 Patofiologis

Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia kongenitalataubawaan dan hernia

umbilical, femoral, dan sebagainya. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia

reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan

nyeri atau gejala obstruksi usus.

Bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga disebut

hernia irreponibel. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada

perinium kantong hernia. Bila tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda

sumbatan usus akibat perlekatan tesebut disebut hernia akreta. ( Setamto W 2008).
12

2.1.7 WOC (web of caution)

Aktivitas berat Adanya tekanan

hernia

Hernia Hernia para Heatus Hernia insisional Hernia


umbilikalis umbilikalis hernia inguinalis
congenital

Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia
Keluar melewati dinding memasuki memasuki celah memasuki celah
dari umbilikus abdomen rongga thorax bekas insisi inguinalis

Diatas ligumentum Benjolan pada Pembedahan Dinding posterior canalis


inguinal yang lemah regional inguinal inguinalis yang lemah

Insisi Lemas dan lemah post


pembedahan operasi

Luka post operasi kelemahan

Terdapat media Aktivitas terganggu


Kesulitan bergerak masuknya bakteri

Intoleransi aktivitas
Keterbatasan gerakan Resti infeksi

ADL dibantu
Hambatan mobilitas
fisik
Defisit perawatan diri

Timbul respon
nyeri

Nyeri akut
Gambar 2.1 woc hernia
Sumber : Nanda Nic Noc (2013)
13

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Antara lain obstruksi usus sederhana hinggan perforasi (lubangnya) usus yang

ahirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritinitis.

2.1.9 Tanda dan gejala

Keluhan dan tanda klinik yang timbul bergantung pada keadaan isi hernia,

ada tidaknya perlekatan, maupun komplikasi yang telah terjadi. Pada hernia

reponibel, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul

pada waktu berdiriatau batukataubersinataumengedan dan menghilang setelah

berbaring (Soetamto W, 2008)

2.2 Konsep Herniotomy

2.2.1 Definisi

Herniotomy adalah Operasi pembebasan kantong Hernia sampai ke

lehernya, kantong Hernia dibuka dan di isi Hernia dibebaskan kalau ada

perlengketan kemudian direposisi. Kantong Hernia dijahit ikat setinggi mungkin

lalu di potong.

2.2.2 Indikasi

Herniotomy dilakukan pada pasien yang mengalami Hernia dimana tidak

dapat kembali dengan terapi Konservatif.

2.2.3 Tindakan Herniotomy

Membuat sayatan miring dua jari di atas sias kemudian Kanalis Inguinalis

dibuka memisahkan Funikulus dan kantong Hernia dilepaskan dari dalam tali

sperma, dilakukan duplikasi (pembuatan kantong Hernia). Kemudian isi Hernia di


14

bebaskan jika ada perlekatan kemudian direposisi, kantong Hernia dijahit ikat

setinggi mungkin lalu di potong.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas pasien

a) Nama

b) Jenis kelamin

c) Usia

d) Alamat

e) Pendidikan

f) Pekerjaan

g) Agama

h) Sukuatau Bangsa

i) Status perkawinan

j) Tanggal masuk Rumah Sakit

k) Diagnosa Medis

2. Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

(1) Data Subjek

(a) Pasien mengeluh pergerakannya terbatas

(b) Pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri

(c) Pasien mengeluh nyeri

(2) Data Objektif


15

(a) Pasien meringis kesakitan

(b) Pasien tampak gelisah

b) Riwayat peyakit dahulu

(1) Kaji riwayat tentang penyakit hernia sebelumnya

(2) Kaji riwayat pekerjaan pasien

c) Riwayat penyakit keluarga

(1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit hernia

sebelumnya

3. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum pasien

(1) Penampilan

(2) Tingkat kesadaran

(3) Tanda-tanda vital :

(a) Tekanan darah

(b) Respiratori rate

(c) Suhu tubuh

(d) Nadi

(e) Kekuatan otot

b) Kepala

Bentuk kepala : (simetris atau tidak), ada ketombe atau tidak, ada kotoran

pada kulit kepala atau tidak, pertumbuhan rambut merata atau tidak,ada

lesi atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak,

c) Kulit

Warna kulit (kuning, putih, sawo matang, hitam), turgor kulit cepat
16

kembali atau tidak, ada lesi atau tidak, ada oedema atau tidak, ada

peradangan atau tidak.

d) Penglihatan

Bola mata simetris atau tidak, pergerakan bola mata normal atau tidak,

reflek pupil terhadap cahaya normal atau tidak, kornea bening atau tidak,

konjungtiva anemis atau tidak, seklera ada ikterik atau tidak, ketajaman

penglihatan normal atau tidak.

e) Penciuman atau penghidung

Bentuk simetris atau tidak, fungsi penciuman baik atau tidak, peradangan

ada atau tidak, polip ada atau tidak.

f) Pendengaran atau telinga

Bentuk daun telinga (simetris atau tidak), letaknya (simetris atau

tidak), peradangan, (ada atau tidak), fungsi pendengaran (baik atau

tidak), serumen (ada atau tidak), cairan (ada atau tidak).

g) Mulut

Bibir (warna pucat atau sianosi atau merah), keringat atau tidak, pecah

atau tidak ,gigi (bersih atau tidak),

Gusi (berdarah atau tidak), tonsil (radang atau tidak) lidah (tlemor atau

tidak) (kotor atau tidak), fungsi pengecapan (baik atau tidak), mukosa

mulut (warnanya), ada stomatitis (atautidak)

h) Leher

Benjolan atau massa (ada atau tidak), ada (kekakuan atau tidak), ada

nyeri (tekan atau tidak), pergerakan leher (mobilisasi dini ): bisa bergerk

fleksi atau tidak, rotasi atau tidak, lateral fleksi atau tidak,
17

hiperekstension atau tidak, tenggorokan :avula (simetris atau tidak,

kedudukan trakea (normal atau tidak), gangguan bicara (ada atau tidak)

i) dadaataupernafasan

Bentuk (simetris atau tidak), bentuk dan pergerakan dinding dada

(simetris atau tidak, ada bunyi atau irama pernafasan seperti: teratur atau

tidak, ada chynes stokes atau tidak, ada irama kusmaul atau tidak, stridor

atau tidak, wezing ada atau tidak, ronchi atau tidak, pleurra frection-Rub

atau tidak, ada nyeri tekan pada daerah dada atau tidak, ada atau tidak

bunyi jantung seperti bunyi jantung I yaitu bunyi menutupnya katup

mitral dan trikuspidalis, BJ II yaitu bunyi menutupnya katup aorta dan

pulmonalis,bising jantung atau murmur.

j) Abdomen

Bentuk simsetris atau tidak, datar atau tidak, ada nyeri tekan pada

epigastrik atau tidak, ada peningkatan peristaltik usus atau tidak,ada nyeri

tekan atau tidak, ada oedema atau tidak..

k) Sistem reproduksi

Ada radang pada genetalia eksterna atau tidak, ada lesi atau tidak,

siklus menstruasi atau tidak, ada pengeluaran cairan atau tidak.

l) Ekstremitas atas atau bawah

Ada pembatasan gerakan atau tidak, ada oedema atau tidak, farises

ada atau tidak, tromboplebitis ada atau tidak, nyeri atau kemerahan ada atau

tidak, tanda-tanda infeksi ada atau tidak, ada kelemahan tungkai atau tidak.
18

2. Kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual

a) Aktivitas dan istirahat

Tidur siang adaatautidak (berapa lama), tidur malam (jam berapa) ada

penurunan aktivitasatautidak, merasa cepat lelahatautidak, suka

terbangun tengah malamataususah tiduratautidak.

b) Personal hygiene

Bisa mandi atau tidak (berapa kali sehari), sikat gigi atau tidak (berapa

kali sehari, kebersihan kuku (ukuran dan bentuk), penampilan rapi atau

tidak, rambut sering keramas atau tidak ( berapa kali dalam seminggu)

c) nafsu makan menurun atau tidak (berapa sehari,porsi), suka makanan

tambahan atau tidak (kue,buah-buahan), suka makan sayuran atau tidak,

suka minum susu atau tidak, sering minum air putih atau tidak.

d) Eliminasi

BAB (berapa kali sehari, waktu) konsistensi feses, warna, bau

(normal atau tidak), BAK (berapa kali sehari), jenis urine, warna, bau,

( normal atau tidak)

e) Seksualitas

Status (menikah, lajang, janda), usia sudah manopause atau belum,

haid lancar teratur atau tidak, aktivitas seksual teratur atau tidak, ada nyeri

saat haid.

f) Psikososial

Hubungan dengan keluarga baik atau tidak, suka berinerkasi

dengan lingkungan sekitar atau tidak, sering ikut acara-acara dilingkungan

tempat tinggal atau tidak.


19

g) Spiritual

Ketaatan dalam menjalankan ibadah berkurang atau tetap,

menjalankan sholat terhambat atau tidak, suka baca-baca buku keagamaan

atau tidak.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum

2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi

4) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedahatauoperasi

5) Nyeri berhubungan dengan iskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi

2.3.3 Intervensi dan implementasi

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum

a) Tujuan: Klien dapat nelakukan aktivitas ringan atau total

b) Kriteria hasil: perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan diri, pasien mengngkapkan mampu untuk melakukan

beberapa aktivitas tanpa dibantu, kordinasi otot,tulang dan anggota

gerak lainnya baik.

c) Intervensi

1) Rencanakan periode istirahat yang cukup.

Rasional: mengurangi aktivitas yang tidak diperluka, dan energi

terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal.

2) Berikan latihan aktivitas secara bertahap

Rasional: tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas

secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,


20

mobilisasi dini.

3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

Rasional: mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih

kembali.

4) Setelah latihandan aktivitas kaji respon pasien.

Rasional: menjaga kemungkinan adanya respon abnormal dari tubuh

sebagai akibat dari latihan.

2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

a) Tujuan: mencegah terjadinya infeksi

b) Kriteria hasil: klien mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan

untuk kekamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi.

c) Intervensi

1) memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan

perawatan diri.

Rasional: agar pasien dapat melakukan personal hygine secara mandiri.

8) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi

a) Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman

b) Kriteria hasil: pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur, pasien tidak

merasa lelah ketika bangun tidur, kualitas dan kuantitas tidur normal

c) Intervensi

1) Berikan kesempatan untuk beristirahatatautidur sejenak, anjurkan

latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mentalatau fisik pada sore

hari

Rasional: karena aktifitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan


21

kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingunga, aktivitas yang

terprogram tanpa terstimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu

tidur

2) Hindari penggunaan” pengikatan” secara terus menerus

Rasional: resiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan

menghambat waktu istirahat

3) Evaluasi tingkat stress atau oriestasi sesuai perkembangan hari demi

hari.

Rasional: peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah yang tidak

koperatif (sindrome sundowner) dapat melanggar pola tidur yang

mencapai tidur pulas

4) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah atau operasi

a) Tujuan: tidak ada infeksi

b) Kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, luka bersi tidak

lembap dan kotor, tanda-tanda vital normal

c) Intervensi

1) Pantau tanda-tanda vital

Rasional: jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan

adanya gejala infeksi karena tubuh berusaha untuk melawan

mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda

vital

2) Lakukan peawatan luka dengan tehnik aseptik

Rasional: perawatan luka dengan tehnik aspetik mencegah resiko

infeksi.
22

3) Lakukan perawatan terhadap prosedur infasif seperti infus, kateter,

drainase luka, dll.

Rasional: untuk mengurangi infeksi nasokomial

4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,

seperti hb dan leukosit.

Rasional: penurunan hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal

membuktikan adanya tanda-tanda infeski

5) Kolaborasi untuk pemberian anti biotik

Rasional: anti biotik mencegah perkembangan mikroorganisme

patogen

5) Nyeri berhungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi

a) Tujuan: nyeri hilang atau berkurang

b) Kriteria hasil: klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang, tanda-tanda vital

normal,

pasien tampak tenang dan rileks.

c) Intervensi

1) Pantau tanda-tanda vital, intensitas atau skala nyeri.

Rasional: mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan

keperawatan.

2) Anjurkan klien untuk istirahat ditempat tidur

Rasional: Istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri

3) Atur posisi pasien senyaman mungkin

Rasional: posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah

ketegangan otot serta mengurangi nyeri.


23

4) Berikan terapi kompres es

Rasional: persepsi ingin menjadi dominan dang mengurangi persepsi

nyeri

5) kolaborasi untuk pemberian analgetik

Rasional: analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien

menjadi lebih nyaman.

2.3.4 Kriteria Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah mobilisasi dini dilakukan dengan menilai

kemampuan otot diantaranya:

1. Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

2. Adanya respon fisiologis yang baik

3. Menurunnya intensitas nyeri.

4. Hilangnya perasaan nyeri.

2.4 Konsep Hambatan Mobilitas Fisik

2.4.1 Definisi

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan

kemandirian bagi seseorang (Ansari, 2011). Hambatan mobilitas fisik

(immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko

mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko

mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu

dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau

lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik


24

(kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),

penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan

volunteer (Potter, 2013).

Batasan karakteristik :

a) Penurun waktu reaksi


b) Kesulitan membolak balik posisi
c) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
d) Keterbatasan rentang pergerakan sendi
e) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
f) Pergerakan lambat
g) Pergerakan tidak terkoordinasi
h) Ketidak stabilan postur

Faktor yang berhubungan :

a) Tirah baring atau imobilisaasi


b) Kelemahan umum
c) Ketidak seimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
d) Imobilitas
e) Gaya hidup monoton

NOC

a) Joint movement: Active


b) Mobility level
c) Self Care : ADLs
d) Transfer performance

Kriteria Hasil :

a) Klien meningkat dalam aktivitas fisik


b) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

NIC

Exercise Therapy: Ambulation


25

1. Monitoring vital sign sebelum atausesudah latihan dan lihat respon pasien

saat latihan
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan

fisik, psikologi dan social.


4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan.


5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek.
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
8. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas.
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

2.5. Konsep Mobilisasi Dini

2.5.1. Definisi

Mobilisasi dini adalah suatu upaya memandirikan sedini mungkin dengan

cara membimbing pasien untuk memperthanakan fungsi fisiologis. (Rusca,2012),

melakukan mobilisasi sedini mungkin dapat mencegah berbagai komplikasi

seperti infeksi saluran perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan,

kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan

secara rutin dan kontinyu. Mobilisasi penderita hernia di rumah sakit tidak hanya

dilakukan oleh fisioterapis tetapi juga menjadi kewajiban perawat. Mobilisasi

sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya makan atau minum, bernafas, atau

istirahat terlebih pada penderita stroke dengan komplikasi kelumpuhan bagian

tubuh.

Mobilisasi dini dilakukan saat pasien istirahat di tempat tidur dalam waktu

48-72 jam pertama. Kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat. Posisi pasien
26

diubah miring kanan dan miring kiri setiap 2-3 jam, dalam waktu sekitar 30 menit

untuk mencegah terjadinya nyeri bahu dan kecatatan, lengan dan kaki yang

mengalami kelemahan diatur posisinya dan diganjal dengan bantal. Posisi lengan

supinasi, jari lebih tinggi dari siku dan siku lebih tinggi dari bahu. Kaki

endorotasi, lutut agak ditekuk. (Misbach, 2011).

Mencegah kekakuan sendi dilakukan pergerakan sendi (ROM) secara teratur

1 kali sehari, yang dimulai sejak awal perawatan pasien. Ketinggian kepala tempat

tidur dinaikkan bertahap 45 derajat, 60 derajat dan selanjutnya bersandar 90

derajat pada hari ketiga bila kondisi pasien stabil dan tidak terjadi komplikasi.

Pada hari berikutnya pasien dilatih duduk berjuntai di tempat tidur, tanpa

bersandar tanpa bantal. Perawat harus memonitor tanda-tanda vital sebelum,

selama, maupun setelah mobilisasi, terutama nadi dan tekanan darah (Misbach,

2011).

2.5.2. Jenis Mobilitas

Menurut Kozier Barbara (2010) jenis mobilisasi ada 2 yaitu:

1) Mobilisasi pasif

Yaitu mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara

mobilisasi dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.

2) Mobilisasi aktif

Yaitu dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dilakukan secara mandiri

tanpa bantuan dari orang lain.

2.5.3. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

Menurut Ambarwati (2014) faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah:

1) Gaya Hidup
27

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya.

2) Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk menghalangi

seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

3) Dukungan Keluarga

Lutz dan Young (2010) menyatakan bahwa pasien stroke yang mendapatkan

sistem dukungan sosial dan fungsi caregiving dari keluarga yang baik untuk

membantu kebutuhan pemulihan fungsi kemampuan ADL pasien .

4) Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilitas

pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas mobilisasi

menurun.

5) Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini

cadangan individu yang dimiliki seseorang masing-masing.

2.5.4 Tujuan Mobilisasi Dini

1) Mencegah terjadinya atrofi

2) Mencegah terjadinya gangguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan

oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan

gerak dan fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan

fungsional pasca stroke.


28

2.6 Prosedur Mobilisasi Dini

2.6.1 Definisi

Membantu melakukan mobilisasi agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-

hari secara mandiri sesuai dengan kemampuan klien.

2.6.2 Tujuan

1. Memenuhi kebutuhan klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas

2. Mencegah terjadinya dekubitus

3. Mempercepat peristaltic usus pada klien post op

2.6.3 Indikasi mobilisasi dini


1) Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegic, maupun paralegi.
2) Penderita yang mengalami kelemahan pasca operasi
3) Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)

4) Penderita yang mengalami penurunan kesadaran

2.6.4 Prosedur Mobilisasi Dini (Miring Kanan Miring Kiri)

a. Persiapan Perawat

1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan

dilakukan.

b. Persiapan lingkungan

1. Menutup sampiranataupenutup jendela yang ada diruangan klien

c. Persiapan alat

1. 1 bantal penopang lengan


2. 1 bantal penopang tungkai

d. Pelaksanaan
29

1. Cuci tangan

Tahap pra interaksi :

1) Siapkan peralatan yang diperlukan


2) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi

penyebaran kuman (microorganisme)

Tahap orientasi

1) Memberikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan dilakukan

tindakan mobilisasi kelateral


2) Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak
3) Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasi terlindungi.

Cara kerja :

1) Perawat atau keluarga berdiri disamping klien pada posisi yang dituju
2) Menggeser klien ke sisi tempat tidur berlawanan dengan arah yang

dituju (pakai pengaman tempat tidur)


3) Tangan kiri pegang bahu klien, tangan kanan pegang pinggang, dalam

hitungan ketiga kaki ke belakang di tekuk dan jatuhkan badan ke

bawah.
4) Memastikan klien tidur setengah telungkup
5) Merapikan pasien.
6) Memberikan posisi yang tepat.
7) Rapikan pakaian dan linen klien serta bereskan alat yang tidak

digunakan.

2.6.5 Posisi latihan miring kanan miring kiri


30

Gambar 2.3 miring kiri

Gambar 2.3 mobilisasi dini


31

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu

strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu

program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus

dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara

lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan

waktu yang telah ditentukan (John W. Creswell, 2013).

Studi Kasus adalah suatu karya tulis ilmiah berupa paparan hasil

penerapan proses asuhan keperawatan kepada klien secara ideal sesuai dengan

teori dan berisi pembahasan atas kesenjangan yang terjadi dilapangan.

Penyusunan karya tulis ini dilaksanakan melalui studi lapangan (Field Research)

untuk memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti

secara langsung dari sumber data, baik melalui pengamatan (observation),

wawancara (interview), maupun hasil pengukuran langsung lainnya. Data diambil

32
32

dari sumber lapangan (klien atau keluarga). Studi Kepustakaan (Library

Research) digunakan untuk memperoleh teori-teori dan atau sebagai bahan

rujukan untuk melengkapi data sekunder yang relevan dan mutakhir dengan

permasalahan. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh peneliti

dengan memanfaatkan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan

oleh pihak lain, dalam bentuk publikasi ilmiah seperti buku, jurnal, majalah

ilmiah, dan sebagainya. Fokus penelitian ini adalah mengeksplorasikan Asuhan


33

Keperawat klien post operasi herniotomi dengan hambatan mobilitas fisik.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah pada studi kasus ini Asuhan Keperawatan klien post op

herniotomy dengan hambatan mobilitas fisik, maka penyusunan studi kasus ini

menjabarkan tentang herniotomy dengan hambatan mobilitas fisik.

3.3 Unit Analisis Atau Partisipan Penelitian

Subyek yang digunakan adalah 2 pasien dengan post op herniotomy

dengan hambatan mobilitas fisik dengan kriteria dewasa.

3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Tempat yang akan digunakan sebagai penelitian adalah Ruang Melati

RSUD dr.Mohammad Zyn Kabupaten Sampang tahun 2019.

3.4.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan 3 hari pada studi kasus individu RSUD dr.

Mohammad Zyn Sampang Kabuapaten Sampang. antara bulan Januari sampai

Juni tahun 2019.

3.5 Instrumen

Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.Penelitian harus

memiliki kemampuan dalam melakukan pencatatan terhadap data berupa tingkah

laku atau penampilan sumber data, karena harus dicatatnya secara tertulis tanpa

memasukkaqn tafsiran, pendapat dan pandangan.


34

Pada penelitian kualitatif, peneliti memiliki kedudukan khusus, yaitu

sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, serta

pelapor hasil penelitiannya.Kedudukan peneliti tersebut menjadikan peneliti

sebagai key instrument atau instrumen kunci yang mengumpulkan data

berdasarkan kriteria-kriteria yang dipahami. Bekal informasi awal, peneliti

melakukan observasi secara mendalam melalui wawancara dengan pasien dan

keluarga serta melakukan observasi terhadap klien post op herniotomi (Moleong,

2014). Peneliti merupakan perencana, pengumpulan data, analisis, penafsir data,

peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat

penelitian tepat penelitian tepat karena menjadi segalanya dan keseluruhan proses

penelitian. Instrument penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpulan data

yaitu format pengkajian Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Moleong, 2014).

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini bersifat dekskriptif, sumber data primer adalah

penelitian yang melakukan tindakan dan pasien yang menerima

tindakan.Sedangkan sekunder berupa data hasil wawancara, observasi,

dokumentasi serta triangulasi.

3.6.1 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan wawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut (Moleong, 2013)

Tehnik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur,


35

yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan serta

sistematis dan pertanyaan yang di ajukan telah disusun pada format pengkajian

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Sebelumnya wawancara dilakukan peneliti

terhadap keluarga dan pasien tentang penyakitnya. Wawancara hasil anamnesis

kepada klien berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang-dahulu-keluarga, data dari keluarga klien memastikan riwayat penyakit

sekarang dan dahulu, data dari perawat terapi yang di berikan, pemeriksaan

penunjang dan tindakan apa saja yang telah diberikan.

3.6.2 Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang sesuai

dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara langsung atau

disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrument atau alat

dalam penelitian harus mencari data sendiri dengan terjun langsung atau

mengamati dan mencari langsung ke beberapa informan yang telah ditentukan

sebagai sumber data.

Metode observasi ini penelitian memilih jenis observasi pertisipatif adalah

observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu.

Hal ini agar memudahkan penelitian memperoleh data atau informasi dengan

mudah dan leluasa. Pengumpulan data bisa di lakukan pemeriksaan fisik dengan

pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi pada sistem tubuh klien.

3.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi penelitian ini adalah Hasil rekam medis, hasil

pengkajian,dan foto pada saat melakukan tindakan. Studi dokumentasi dan angket

hasil pemeriksaan diagnostik dan data lainyang relevan.


36

3.7 Tehnik Keabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat

trigulasi sumber, triangulasi pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

3.7.1 Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

3.7.2 Triangulasi tehnik

Triangulasi teknik umtuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal data

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi.

3.7.3 Triangulasi waktu

Waktu juga mempengaruhi kreadilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum

banyak masalah akan diberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekkan

dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktuatausituasi yang

berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kapasitas datanya (Sugiyono, 2014).

3.8 Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif deskriptif menggunakan analisis data, yaitu :

3.8.1 Teori induksi

Pendekatan induksi mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis


37

dibuat jika diinginkan atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak

digunakan. Proses induksi selalu digunakan pada penelitian dengan pendekatan

kualitatif (naturalis). Penalaran induksi merupakan proses berfikir yeng

berdasarkan kesimpulan umum pada kondisi khusus. Kesimpulan menjelaskan

fakta sedangkan faktanya kesimpulan. Proses logika yang berangkat dari proses

empiris lewat observasi menuju pada suatu teori. Atau dengan kata lain, induksi

adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil pengamatan yang terpisah

menjadi rangkaian hubungan atau suatu generalisasi (bungin,2013)

3.8.2 Reduksi data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui reduksi data, penyajian data, dan

verifikasi. Namun, ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan.

3.8.3 Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi.Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip

(catatan terstruktur).

3.8.4 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari

klien.

3.8.5 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi, data yang dikumpulkan


38

terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi

Pengumpulan Penyajian
Data

Reduksi Simpulan
Data
Gambar 3.1. Teknik Analisa Data (Nursalam, 2015). Verifikasi

3.9 Etika Penelitian

Apabila menusia dijadikan sebagai subjek penelitian, hak sebagai manusia

harus dilindungi (Nursalam, 2015). Sebelum dilakukan pengumpulan data,

peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin yang disertai proposal

penelitian.Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai melakukan observasi.

Peneliti ini menekankan masalah etik sebagai berikut:

3.9.1 Lembar Persetujuan Responden (informed Consent )

Sebelum menjadi responden, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian. Setelah responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, responden

atau keluarga yang bertangguang jawab yang menandatangani lembar persetujuan.

Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak klien.

3.9.2 Tanpa Pencantuman Nama Responden (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (observasi) yang diisi

oleh subjek, lembar hanya diberi nomer kode tertentu.


39

3.9.3 Kerahasiaan Data Respondent (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti. Data hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan

dengan penelitian.
40

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4 Jakarta : Media


Aesculaplus

Ambarwati, 2014, Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria


Offset.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Henry S. (2014). The Treatment of Indirect Inguinal Hernia. ANZ J Surg

Jhon W. Creswel (2013). “Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Edisi ke 3.


Diterbitkan oleh pustaka pelajar.

Karnadihardja. (2013). Prinsip-prinsip Tekhnik Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto

Kozier, barbara, dkk. (2013). Buku Ajar Keperawatan Klinis. (Edisi: 5),
Jakarta:EGC

Lee C, Gale Enc Surg (2014). Inguinal Hernia Repair, Available from:
http://en.Enyc.org/gale/Inguinal-hernia repair. Tanggal 21 Desember 2015.

Lutz, B & Young, M. 2010. Rethinking Intervention Strategies in Stroke Famiky


Caregiving. Rehabilitation Nursing. Vol. 35, No. 4. Rehabilitation Nursing.

Moleong 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,


Bandung.
Moleong 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Mansjoer 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke -3. FKUI, Jakarta:
Aesculpalus

Nettina, S.M. (2013). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC

Nanda( 2016) Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional,Edisi Revisi


Jilid 1 Jogjakarta : Media Action Publishing.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. HK., & Kusuma. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, jilid 3, Yogyakarta: Media
Action Publishing.
Pierce A, neil R. Borley. 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
41

Potter, Patricia A. Perry, Anne G (2013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan


Buku 3 (ed.7). Jakarta.

Richard A. Walton (2013). Inguinal Canal and Hernia Examination. Available


from:http//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=cm.chapter.3091.Tanggal
21 Desember 2015

Sabiston, D., 2013 Buku Ajar Bedah: Essential Of Surgery. Bagian 2 Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soetamto, W, P,. 2008 Pembedahan Karsinoma Kolon dan Rektum,. In : Recent


Advancedand Challenges in General Surgeon in Indonesia,. Pp. 12-19.

Smeltzer, C. S., (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (ed.3). Jakarta :
EGC

Sjamsjuhidayat (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Sjamsuhidajat.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

WHO. World Health Statistic 2010: World Health Organization 2010.


Lampiran 1 42

FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ALFIYATUZZAHROH

Nim : 16004

Adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab Sampang,

sedang melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien yang

mengalami Post Op Herniotomy dengan Hambatan Mobilitas Fisik di Ruang

Melati RSUD dr. Mohammad Zyn Kabupaten Sampang”. Pengumpulan data

melalui desain studi kasus dengan metode wawancara, observasi, studi

dokumentasi. Hasil penelitian ini sangat tergantung kepada kerjasama dari

saudara, oleh karena itu saya mohon kerjasamanya. Kerahasiaan identitas saudara

akan dijaga dan tidak akan disebarluaskan. Saya sangat menghargai kesediaan,

perhatian serta penekanan saudara, untuk itu saya sampaikan terima kasih.

Semoga kesediaan saudara dapat menjadi dukungan untuk pengembangan ilmu

Keperawatan dan kinerja profesi mendatang.

Sampang, 01 November 2018

Peneliti

ALFIYATUZ ZAHROH
Lampiran 2 43

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah mendapat penjelasan maksud tujuan penelitian ini saya bersedia

menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh saudari Alfiyatuz Zahroh

mahasiswa Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab Sampang, yang sedang

melakukan penelitian “Asuhan Keperawatan pada Pasien yang mengalami Post

Op Herniotomy dengan Hambatan Mobilitas Fisik di Ruang Melati RSUD dr.

Mohammad Zyn Kabupaten Sampang”.

Bersama ini saya menyatakan bersedia untuk berperan aktif dalam

penelitian ini.

Sampang, 01 November 2018

Responden

(....................................)
44
45
46

Lampiran 4

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

1. Identitas
Identitas Klien
a) Initial :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pendidikan :
f) Pekerjaan :
g) Tanggal MRS :
h) Diagnosa :
i) Nomor RM :
j) Tanggal Pengkajian :
1) Identitas Penanggung Jawab
a) Initial :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pendidikan :
f) Pekerjaan :
g) Hubungan dengan klien :
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat Psikologi
7. Riwayat Sosial
8. Riwayat Spiritual
9. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
10. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) TTV
3) Pemeriksaan Integumen
4) Pemeriksaan Kepala dan Leher
5) Pemeriksaan Mata dan Penglihatan
6) Pemeriksaan Telinga dan Pendengaran
7) Pemeriksaan Hidung dan Sinus
8) Pemeriksaan Mulut
9) Pemeriksaan Thorax, Paru dan Payudara

Inspeksi
47

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

10) Pemeriksaa Jantung dan Sistem Vaskuler

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

11) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

12) Pemeriksaan Rektum dan Anus


13) Pemeriksaan Genital dan Sistem Reproduksi
14) Pemeriksaan Muskuloskeletal
15) Pemeriksaan Neurologi
11. Pemeriksaan Penunjang
12. Penatalaksanaan dan Terapi
48

Lampiran 5

Tabel Pengkajian

Analisa Data

Initial : Dx Medis :

No. Register : Ruangan :

NO KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


49

Diagnosa

Initial : Dx Medis :

No. Register : Ruangan :

NO PERNYATAAN DIAGNOSA
50

Perencanaan

Initial : Dx Medis :

No. Register : Ruangan :

DIAGNOSA INTERVENSI (NIC) RASIONAL


KEPERAWATAN
(Tujuan, Kriteria Hasil)
51

Implementasi

Initial : Dx Medis :

No. Register : Ruangan :

TGL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON KLIEN DAN


KELUARGA
52

Evaluasi

Initial : Dx Medis :

No. Register : Ruangan :

DIAGNOSA Hari 1 Hari 2 Hari 3


53

KEPERAWATAN Tanggal/Bulan/Tahun Tanggal/Bulan/Tahun Tanggal/Bulan/Tahun

Lampiran 6

LEMBAR KONSUL
NAMA : Alfiyatuz Zahroh
NIM : 16004
PEMBIMBING 1 : Ahmadi, S.Kep,.Ns., M.Kes.
54

JUDUL :Asuhan Keperwatan Pada Pasien Yang Mengalami


post op Herniotomy Dengan Masalah Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati RSUD
dr. Mohammad Zyn Kabupaten Sampang”.
NO TANGGAL DOSEN PEMBIMBING CATATAN PARAF

LEMBAR KONSUL
NAMA : Alfiyatuz Zaghroh
NIM : 16004
PEMBIMBING 1 : Faridatul Istibsaroh, S.Kep,.Ns.,
JUDUL :Asuhan Keperwatan Pada Pasien Yang Mengalami
post op Herniotomy Dengan Masalah Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati RSUD
55

dr. Mohammad Zyn Kabupaten Sampang”.


NO TANGGAL DOSEN PEMBIMBING CATATAN PARAF

Anda mungkin juga menyukai