Pada praktikum pengamatan pengukuran laju respirasi ini, kami
menggunakan kecambah kacang hijau sebanyak 30 biji yang dibungkus dengan kain kasa agar kecambah tetap bisa melakukan respirasi. Kain kasa digunakan sebagai pembungkus atau kantongan karena kain kasa memiliki pori-pori yang besar sehingga masih dapat dilalui oleh oksigen dan karbon dioksida untuk proses respirasi. Kemudian kantong kecambah tersebut digantungkan di dalam bejana berisi KOH 10 mM (0,01M) sebanyak 450 ml yang ditutup rapat dengan plastik yang diikat pada bibir bejana menggunakan karet. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 26 jam pada temperatur yang berbeda, yaitu pada suhu ruang (25 0 C); suhu rendah (40 C); dan suhu tinggi (650 C). Selah diinkubasi selama 26 jam, penutup plastik dilepas, kantong kecambah dikeluarkan dan larutan KOH dalam bejana tersebut ditetesi 4 tetes Phenolphthalein, selanjutnya larutan KOH + ditetesi 4 tetes Phenolphthalein dititrasi dengan larutan HCl 0,5M untuk mengetahui laju respirasi pada kecambah tersebut. Sebagai kontrol atau pembanding, kami menggunakan larutan KOH tanpa diberi kantong kecambah dan diletakkan pada tiga temperatur berbeda pula, yaitu pada suhu ruang (250 C); suhu rendah (40 C); dan suhu tinggi (650 C). Dari proses titrasi yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa: 1. Larutan KOH (A1) yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (250 C) membutuhkan 26,7 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi dan larutan KOH (A2) yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (250 C) membutuhkan 19 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi. Sementara itu larutan KOH kontrol (A3) tanpa kantong kecambah yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (250 C) membutuhkan 47,5 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi. Setelah itu data yang telah didapat dimasukkan dalam rumus perhitungan laju respirasi, yaitu:
Laju respirasi =
Laju repirasi (A1):
KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol= 0,01335 grol = 0,013
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,013 grol = 0,012 grol
Laju respirasi = = 224 x 10-7 ml M/gram jam
Laju repirasi (A2):
KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,0095 grol
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,0095 grol = 0,0155 grol
Laju respirasi = = 298 x 10-7 ml M/gram jam
Laju repirasi (A3):
KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,0237 grol
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,02375 grol = 0,00125 grol
Laju respirasi = = 24 x 10-7 ml M/gram jam
Rata-rata laju respirasi A1 dan A2 = 261 x 10-7 ml M/gram jam
2. Larutan KOH (B1) yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (40 C) membutuhkan 49,5 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi dan larutan KOH (B2) yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (40 C) membutuhkan 44 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi. Sementara itu larutan KOH kontrol (B3) tanpa kantong kecambah yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (40 C) membutuhkan 35 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi. Setelah itu data yang telah didapat dimasukkan dalam rumus perhitungan laju respirasi, yaitu:
Laju respirasi =
Laju repirasi (B1):
KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,02475 grol
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,02475 grol = 0,00025 grol
Laju respirasi = = 4,8 x 10-7 ml M/gram jam
Laju repirasi (B2):
KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,022 grol
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,022 grol = 0,0023 grol
Laju respirasi = = 5,7 x 10-7 ml M/gram jam
Laju repirasi (B3):
KOHa = 0,025 grol KOHb = 0,5 x grol = 0,0175 grol KOHc = KOHa - KOHb KOHc = 0,025 grol - 0,0175 grol = 0,0075 grol Laju respirasi = = 140 x 10-7 ml M/gram jam
Rata-rata laju respirasi B1 dan B2 = 5,2 x 10-7 ml M/gram menit
3. Larutan KOH (C1) yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (650 C) membutuhkan 19,3 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi dan larutan KOH (C2) yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (650 C) membutuhkan 20,3 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi. Sementara itu larutan KOH kontrol (C3) tanpa kantong kecambah yang diinkubasi selama 26 jam bersama kantong kecambah dalam satu bejana pada suhu ruang (650 C) membutuhkan 54 ml HCl untuk mencapai titik akhir titrasi. Setelah itu data yang telah didapat dimasukkan dalam rumus perhitungan laju respirasi, yaitu:
Laju respirasi
Laju repirasi (C1):
KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,00965 grol
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,00965 grol = 0,01535 grol Laju respirasi = = 285 x 10-7 ml M/gram jam Laju repirasi (C2): KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,01015 grol
KOHc = KOHa - KOHb
KOHc = 0,025 grol - 0,01015 grol = 0,01485 grol
Laju respirasi = = 295 x 10-7 ml M/gram jam
Laju repirasi (C3): KOHa = 0,025 grol
KOHb = 0,5 x grol = 0,027 grol
Laju respirasi = 48 x 10-7 ml M/gram jam
Rata-rata laju respirasi C1 dan C2 = 290 x 10-7 ml M/gram menit Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa temperatur lingkungan berpengaruh terhadap laju respirasi tumbuhan, yaitu semakin tinggi temperatur lingkungan maka laju respirasi tumbuhan juga semakin tinggi, sedangkan semakin rendah temperatur lingkungan maka laju respirasi tumbuhan juga semakin rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari rata-rata laju respirasi pada masing-masing perlakuan, yaitu perlakuan C (290 x 10-7 ) > A (261 x 10-7) > B (5,2 x 10-7), dimana C adalah perakuan temperatur tinggi (650C), A adalah perlakuan temperatur ruang (250C), dan B adalah perlakuan temperatur rendah (40C).