Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Darah merupakan cairan kental, empat sampai lima kali lebih kental dari air sehingga
cenderung mengalir lebih lamban daripada air. Darah sedikit lebih berat daripada air,
didalam tubuh suhunya dipertahankan pada 380C, memiliki pH antara 7,35-7,45, dan
isotonik pada 0,85% NaCl. Darah merupakan 8% berat total tubuh. Volume darah pada pria
seberat 70kg kira-kira 5,6 liter (Soewolo.dkk,2003). Secara mikroskopik, darah tersusun atas
dua bagian yaitu bagian yang berbentuk elemen atau sel-sel darah dan bagian cair atau
plasma tempat sel-sel darah berada. Bagian berbentuk elemen meliputi eritrosit atau sel
darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan trombosit atau keping darah
(Soewolo.dkk,2003).

1. Eritrosit
Secara mikroskopik, eritrosit atau sel darah merah nampak sebagai
lempengan bikonkaf dengan rata-rata diameter 8,1 mm, ketebalan maksimum 2,7
mm dan ketebalan minimum bagian tengah lempengan kira-kira 1,0 mm. Sel darah
merah tidak berinti dan tidak bereproduksi atau melakukan metabolisme ekstensif.
Air yang terkandung 70% dari volume sel, dan hemoglobin (Hb) menempati 25%
volume, sedangkan kandungan lain seperti protein dan lipid, termasuk kolesterol
menempati sisa volume (5%). Eristrosit berfungsi mengangkut oksigen yang terikat
pada hemoglobin. Selain itu, eritrosit juga berfungsi sebagai pengatur keseimbangan
asam-basa dalam tubuh (Soewolo.dkk, 2003).
Konsentrasi eritrosit selalu mendekati normal, setiap perubahan dari nilai
normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa gangguan. Nilai normal
konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan bahwa laju produksi dan destruksi
sel benar-benar seimbang. Pada pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam
1 mm3 darah. Wanita sehat mempunyai kira-kira 4,5 juta eritrosit dalam setiap mm3
darah (Soewolo.dkk, 2003).
Untuk menjaga jumlah normal eritrosit, tubuh harus menghasilkan sel dewasa
baru pada kecepatan 2 juta setiap detik. Pada orang dewasa, produksi eritrosit
mengambil tempat di jaringan myleoid yang terletak pada sumsum tulang dari tulang
kranial, rusuk, dada, corpus vertebrae, epifisis proksimal humerus dan femur. Proses
pembentukan eritrosit disebut eritropoesis. Eritropoesis dimulai dari transformasi
hemositoblas menjadi rubiblas. Selanjutnya sel intermediet lain terbentuk sampai
tahap akhir pembentukan eritrosit berhasil (Soewolo.dkk, 2003).
Anemia memiliki beberapa sebab. Umumnya timbul karena defisiensi besi,
asam folat, asama amino tertentu, atau vitamin B12. Anemia pernicious merupakan
ketidakmampuan mengahasilkan faktor intrinsic karena kerusakan. Anemia
nutrisonal merupakan anemia yang disebabkan oleh ketidakcukupan diet (Soewolo.
Dkk, 2003).
2. Leukosit
Leukosit memiliki inti, tidak mengandung Hb, lebih sedikit dibanding dengan eritrosit
yaitu antara 5000-9000 sel/mm3 darah. Leukosit dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu leukosit bergranula (granulosit) merupakan perkembangan dari sel-sel sumsum
tulang merah. Granulosit ada 3 macam yaitu: neutrofil, basofil, dan eosinofil.
Sedangkan leukosit tidak bergranula (agranulosit) merupakan leukosit yang
berkembang dari jaringan limfoid dan myeloid. Agranulosit ada 2 macam yaitu:
limfosit dan monosit. Secara umum leukosit berfungsi untuk melawan peradangan
dan infeksi. Beberapa leukosit secara aktif melakukan fagositosis, mencerna bakteri
dan sisa bahan mati (Soewolo.dkk, 2003).
Darah seorang yang sehat normal akan memberikan gambaran perhitungan sebagai
berikut: neutrofil 60%-70%, eosinofil 2%-4%, basofil 0,5%-1%, limfosit 20%-25%,
monosit 3%-8%. Jumlah neutrofil yang besar, menunjukkan kerusakan disebabkan
oleh serbuan bakteri juga besar meningkatnya jumlah monosit umumnya
menunjukkan infeksi kronis (lama) seperti tuberculosis. Jumlah eosinofil yang banyak
menunjukkan kondisi alergi atau akibat parasit karena eosinofil bertugas melawan
allergen (agen penyebab alergi). Istilah leukositosis mengacu pada peningkatan
jumlah leukosit. Bila peningkatan melebihi 10.000, biasanya terjadi kondisi patologik
sedangkan julah rendah dibawah normal leukosit disebut dengan leukopenia
(Soewolo.dkk, 2013).
Pembekuan darah adalah bagian berguna dari respon hemostatik untuk
mencegah kehilangan darah dalam jumlah besar. Pembukuan darah tergantung
pada baiknya kesetimbangan antara sejumlah faktor yang berkaitan. Terganggunya
keseimbangan dapat berakibat fatal. Misalnya bila darah membeku dengan
pembuluh darah yang tidak rusak. Atau bila darah memerlukan waktu terlalu lama
untuk membeku dapat berakibat hemorrhage kehilangan banyak darah
(Soewolo.dkk, 2003).
Sistem pembukuan darah dalam hemostatik adalah untuk memperkuat
penutupan keping darah dengan pembentukan jaring benang-benang fibrin tak larut
yang diperjalin pada tempat luka. Proses pelekatan dan agregasi keping darah
merupakan proses awa, kemudian diikuti pembentukan jaringan fibrin. Dua peristiwa
ini dikendalikan sehingga berlangsung pada waktu yang tepat dalam urutan dan
lokasi yang benar. Pembekuan darah terdiri dari reaksi biokimia khusus. Setiap hasil
reaksi merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi berikutnya. Enzim akhir yang
dihasilkan adalah trombin (Soewolo.dkk, 2013).
Penggologan darah merupakan suatu sistem klasifikasikan darah yang
berdasar pada keberadaan protein sel khusus pada permukaan luar plasma
membrane sel darah merah. Protein semacam ini adalah antigen dan aglutinogen
yang bersifat genetik (Basoeki, 1999). Penggolongan darah ABO didasarkan pada
dua aglutinogen yang disimpulkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang
eritrositnya membuat aglutinogen A saja dimasukkan sebagai golongan darah A.
Yang eritrositnya hanya membuat aglutinogen B, dimasukkan sebagai golongan
darah B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A dan B adalah
golongan darah AB sedangkan yang eritrositnya tidak membuat aglutinogen adalah
golongan darah O.
Sel darah manusia mengandung pigmen darah yang disebut hemoglobin,
yang berfungsi mengikat dan mengangkut oksigen. Untuk mengukur kapasitas
oksigen yang diangkut darah, maka perlu ditentukan kandungan oksigen didalam
darah. Oksigen mampu berkombinasi secara reversible dengan heme dari molekul
hemoglobin, ditangkap oleh darah dalam paru-paru dan kemudian dibebaskan
kedalam jaringan. Jadi, semakin banyak kandungan hemoglobin dalam sel darah
merah maka semakin banyak pula oksigen yang dapat diangkut. Secara normal,
darah mengandung 12-16gr hemoglobin per 100ml darah. Pria memiliki kandungan
hemoglobin sedikit lebih tinggi (14-18gr) daripada wanita (12-16gr)(Basoeki, 1999).

Anda mungkin juga menyukai