PENGERTIAN KURIKULUM
1. PENEGRTIAN KURIKULUM
Istilah kurikulum berasal dari Bahasa latin, yaitu curriculum, awalnya mempunyai
pengertian a running caurse, dan dalam Bahasa Perancis yakni courier berarti to run= berlari.
Istilah ini kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran (courses) yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu gelar penghargaan dalam dunia Pendidikan, yang dikenal
dengan ijazah.
Secara tradisional, kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini, menurut Nasution (1993) masih banyak
dianut sampai sekarang,juga di Indonesia. Secara modern, kurikulum mempunyai pengertian
tidak hanya sebatas mata pelajaran tapi menyangkut pengalaman-pengalaman di luar
sekolah sebagai kegiatan Pendidikan.
3. KARAKTERISTIK KURIKULUM
1. Curriculum as subject matter
2. Curriculum as experience
3. Curriculum as intention
4. Curriculum as cultural reproduction
5. Curriculum as “Curreve”
1. PERUBAHAN KURIKULUM
Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem Pendidikan dan pengajaran yang
berkembang saat itu. Pertama, sistem Pendidikan islam yang diselenggarakan pesantren.
Kedua, sistem Pendidikan Belanda yang bersifat diskriminatif.
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer
plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular
dibandingkan dengan curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi
pendidikan lebih bersifat politis dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional.
Hal yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2) Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 . Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu Sistem Pendidikan Nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
3) Kurikulum 1964
Kurikulum 1964 ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga
yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program
pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
keprigelan (keterampilan) dan jasmani. Konsekuensi Panca Wardhana dalam
dunia pendidikan sangat jelas.
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran seperti
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
5) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan. Pemerintahmerumuskan tujuan-tujuan yang
harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan hierarki tujuan
Pendidikan.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integrative.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan prosedur
pengembangan sistem instruksional (PPSI)
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill) .
7) Kurikulum 1994
.
BAB III
a) Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari atas dari dunia
supranatural yaitu Tuhan. Kebenaran yang dipercayai datangnya dari Tuhan diterima
melalui Wahyu. Kebenaran ini termasuk dogma dan norma normanya bersifat
mutlak. Apa yang datang dari Tuhan baik dan benar. Tujuan hidup adalah memenuhi
kehendak tuhan filsafat ini umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi
religius.
b) Aliran Realisme
Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan
penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa
dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan
hidup ialah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang beraliran
realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian
ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran.
c) Aliran Perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui
pengetahuan yang abadi, universal dan Absolut atau "perennial" kurikulum yang
diinginkan oleh aliran ini terdiri atas objek atau mata pelajaran yang terpisah sebagai
disiplin ilmu dengan menolak gabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran
yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan intelektual
seperti Matematika, Fisika, Kimia, biologi, yang diajarkan sedangkan yang berkesan
emosi dan jasmani seperti seni rupa, olahraga dikesampingkan.
d) Aliran Pragmatisme
Aliran pragmatism disebut juga aliran instrumentalisme atau utilitarianisme,
berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan
pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenarana adalah tentative dan
dapat berubah. Tujuan hidup ialah mengabdi kepda masyarakat dengan
meningkatkan kesejahteraan manusia.
Dalam perencanaan kurikulum orangtua dan masyarakat sering dilibatkan agar dapat
memadukan sumber-sumber Pendidikan formal dengan sumber social, politik dan
ekonomi guna memperbaiki ekonomi kondisi hidup manusia. Banyak di antara
penganut aliran ini memandang sekolah sebagai masyarakat kecil.
e) Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik
dan benar.norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-
masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan
orang lain. Tujuan hiduo adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diir.
Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan
pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain.
Sekolah menolak segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku waji, dan lain lain dari
pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri
dan kurikulumnya sendiri. Dengan sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk
menempuh ujian nasional.
Filsafat sangat diperlukan dalam dunia Pendidikan. Menurut Nasution (2005), filsafat besar
manfaatnya bagi kurikulum , yakni :
b. Psikologi Belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat
dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya.
Pentingnya penguasaaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain
diperlukan dalam hal :
1) Seleksi dan organisasi bahan pelajaran
2) Menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi
3) Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai (Nasution,
2005 :57)
3. Asas Sosiologis
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan
anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak
nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini
harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan
iptek merupakan factor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan
kuriikulumm. Karena masyarakat merupakan factor penting dalam pengembangan kurikulum,
masyarakat dijadikan salah satu asas.
5. Asas Oragnisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Penganut ilmu
jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran,
sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu
Menurut Ilmu Jiwa Asosisasi cenderung memilih kurikulum yang subject-centered, atau yang
berpusat pada mata pelajaran,yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya Ilmu Jiwa
Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu lebih bermakna dan lebih
relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cenderung memilih
kurikulum terpadu atau integrated kurikulum. Kurikulum dipadukan secara menyeluruh dalam
satu kesatuan (tema), dan diharapkan dapat membentuk manusia yang mempunyai intelektual
yang utuh.