Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN

“PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI SUMBER ENERGI


(BRIKET)”

Dosen Pengampu :
Nur Hasnah Ar, S. Tp., M. Si.

Disusun Oleh :
Kelompok VI
- Dedek Aprida Yani (J1B116001)
- Mohd. Aldo Pratama (J1B116004)
- Lalan Faliuka (J1B116013)
- Paskah Bima Sakti S (J1B116019)
- Renaldi Yudhatama (J1B116023)
- Dauman Mar’i (J1B116033)
- Maromi (J1B116034)
- Rases Fahmi (J1B116036)
- Muhammad Chothibul (J1B116046)
- Multi Silvia Ayu (J1B116067)
- Aminatul Mustafidah (J1B116072)
- M. Nurhuda (J1B116079)
- Nur Azizah (J1B116088)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI
2018
MAKALAH ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN

“PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI SUMBER ENERGI


(BRIKET)”

KELOMPOK VI :

NAMA NIM KETERANGAN


Muhammad Chothibul J1B116046 Moderator
Dedek Aprida Yani J1B116001 Notulen
- Dedek Aprida Yani J1B116001 Compile File Laporan
- Mohd. Aldo Pratama J1B116004
- Lalan Faliuka J1B116013
- Paskah Bima Sakti S J1B116019
- Renaldi Yudhatama J1B116023
- Dauman Mar’i J1B116033
- Maromi J1B116034
- Muhammad Chothibul J1B116046
- Rases Fahmi J1B1160
- Multi Silvia Ayu J1B116067
- Aminatul Mustafidah J1B116072
- M. Nurhuda J1B116079
- Nur Azizah J1B116088
- Dedek Aprida Yani J1B116001 Compile File Presentase
- Mohd. Aldo Pratama J1B116004
- Lalan Faliuka J1B116013
- Paskah Bima Sakti S J1B116019
- Renaldi Yudhatama J1B116023
- Dauman Mar’i J1B116033
- Maromi J1B116034
- Muhammad Chothibul J1B116046
- Rases Fahmi J1B1160
- Multi Silvia Ayu J1B116067
- Aminatul Mustafidah J1B116072
- M. Nurhuda J1B116079
- Nur Azizah J1B116088

ii
KATA PENGANTAR

iii
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH ..................................................................................................... i


TABEL KELOMPOK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3
2.1. Tebu ................................................................................................................ 3
2.2. Pengertian Briket dan Bioarang ..................................................................... 4
2.3. Pembuatan Briket ........................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................. 8
3.1. Hasil Penelitian............................................................................................... 8
3.2. Kadar Air ........................................................................................................ 8
3.3. Kadar Abu ...................................................................................................... 8
3.4. Kadar Zat Menguap ........................................................................................ 9
3.5. Kadar Karbon Terikat ..................................................................................... 9
3.6. Keteguhan Tekan ............................................................................................ 9
3.7. Nilai Kalor Bakar ........................................................................................... 9
3.8. Lamanya Waktu Nyala Api .......................................................................... 10
3.9. Laju Pembakaran .......................................................................................... 10
3.10. Efesiensi .................................................................................................... 10
BAB IVPENUTUP ..................................................................................................... 11
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 11
4.2. Saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iv
DAFTAR GAMBAR

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi


produksi dalam negeri. Diperkirakan dalam kurun waktu 10-15 tahun kedepan
cadangan minyak di Indonesia akan menipis. Perkiraan ini terbukti dengan
seringnya terjadi kelangkaan BBM di beberapa daerah di Indonesia (Hambali
dkk,2006). Kelangkaan dan kenaikan harga minyak akan terus terjadi karena
sifatnya yang non-renewable. Hal ini harus segera diimbangi dengan penyediaan
sumber energi alternatif yang renewable, melimpah jumlahnya, dan murah
harganya sehingga terjangkau oleh masyarakat luas.
Bahan bakar adalah istilah popular media untuk menyalakan api. Bahan
bakar dapat bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat
buatan (diolah dengan teknologi maju).Bahan bakar alami misalnya kayu bakar,
batubara, dan minyak bumi. Bahan bakar buatan misalnya gas alam
cair.Peningkatan harga bahan bakar minyak dunia yang cukup pesat akhir-akhir
ini sehingga berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak
termasuk minyak tanah dan gas bumi. Sehingga pemerintah mengurangi subsidi
tersebut dengan cara mengalihkan subsidi yang ada menjadi subsidi langsung
kepada masyarakat miskin. Seiringnya dengan bertambahnya penduduk dan
pertumbuhan industri.Penggunaan bahan bakar berupa minyak dapat
menyebabkan semakin menipis cadangan minyak di perut bumi. Cadangan
minyak di perut bumi terbatas dan menyusut karena penggunaannya yang terus
meningkat dan bahan bakar fosil ini tergolong bahan bakar yang
tidakterbarukan.Untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak
diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah diperoleh.Salah satu
sumber energi alternatif yang bisa dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif
adalah energi biomassa dan batubara muda (Apriani, 2015).
Disamping untuk mendapatkan sumber energi baru, usaha yang terus
menerus dilakukan dalam rangka mengurangi emisi CO2 guna mencegah
terjadinya pemanasan global telah mendorong penggunaan energi biomassa
sebagai pengganti energi bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara.
Energi alternatif dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana dan
sesuai untuk daerah pedesaan seperti biobriket dengan memanfaatkan limbah
biomassa seperti tempurung kelapa, sekam padi, serbuk gergaji kayu jati, ampas
tebu (Winaya, 2008).

1
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan
aktivitas manusia.Hal iniberarti pula peningkatan jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan.Komposisi sampahdi negara-negara berkembang seperti Indonesia,
didominasi oleh sampah organik, yaitu diatas 70%.Sampah kebun merupakan
sampah organik yang mengandung lignoselulosa,misalnya kayu, ranting, daun-
daunan, rumput, dan jerami (Dewi R.G. and Siagian U., 1992).
Jumlah sampah kebun yang melimpah serta penanganannya yang masih
sederhana, mendorong timbulnya suatu pemikiran baru untuk meningkatkan nilai
gunanya.Sampah kebun yang digunakan sebagai bahan bakar berupa briket (eko-
briket)lebih bersifat ramah lingkungan dibandingkan dengan briket batubara
(Syamsiro M danSaptoadi H. 2007). Akan tetapi, nilai kalor yang terkandung di
dalamnya lebih rendah, yaituhanya sebesar 6.513 KJ/kg, setara dengan 1.563,12
kal/g (Husada, T.I., 2008). Oleh karenaitu, perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan nilai kalor yang dihasilkan dengan caramenambah bahan lain yang
memiliki nilai kalor tinggi.
Limbah ampas tebu mempunyai peluang untuk dimanfaatkan secara
optimal sebagai energi alternatif yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat
dan ramah terhadap lingkungan. Pemanfaatan dilakukan dengan cara mengubah
limbah ampas tebu menjadi briket.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu memanfaatkan limbah tebu untuk dibuat briket
arang

1.3 Manfaat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tebu
Tebu (Sacharum officanarum,Linn) merupakan tanaman bahan baku pembuatan
gula yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih satu tahun.Tebu termasuk
keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan cocok ditanam pada daerah dengan
ketinggian 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis tebu, diantaranya tebu hitam (Cirebon), tebu kasur, POJ 100, POJ
2364, EK 28, dan POJ 2878. Setiap tebu memiliki ukuran batang dan warna yang
berlainan.Tebu termasuk tanaman berbiji tunggal yang tingginya berkisar antara 2
sampai 4 meter.Batang tebu memiliki banyak ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh
buku-buku sebagai tempat tumbuhnya daun.Bentuk daunnya kasar dan
berbulu.Bunga tebu berupa bunga majemuk dengan bentuk menjuntai di puncak
sebuah poros gelagah.Tebu sendiri mempu nyai akar serabut (Nugraha, 2013).
Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik gula. Dalam proses
produksi gula, dari setiap tebu yang diproses dihasilkan ampas tebu sebesar 90%,gula
yang dimanfaatkan hanya 5% dan sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air
(Witono,2003).Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan)
cairan tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35%-40% dari berat
tebu yang digiling.Limbah ampas tebu mempunyai peluang untuk dimanfaatkan
secara optimal sebagai energi alternatif yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat
dan ramah terhadap lingkungan. Ampas tebu di berbagai kota ditemukan dalam
jumlah yang cukup banyak dan belum dimanfaatkan.

Gambar 1. Ampas Tebu

3
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kuranglebih 1
tahun. Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu dihasilkan sebesar40 % dari
setiap tebu yang diproses, dan hasil lainnya berupa tetes tebu (molase) danair ampas
tebu. Ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangattinggi (19.7
%) dengan kadar protein kasar rendah. Berdasarkan bahan kering ampas tebu adalah
terdiri dari unsur C (carbon) 47%, H (Hydrogen) 6,5%, O (Oxygen) 44% dan abu
(Ash) 2,5% (Apriani, 2015).
Limbah ampas tebu mempunyai peluang untuk dimanfaatkan secara optimal
sebagai energi alternatif yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat dan ramah
terhadap lingkungan. Pemanfaatan dilakukan dengan cara mengubah limbah ampas
tebu menjadi briket. Briket yang dibuat adalah briket bioarang dengan diarangkan
terlebih dahulu limbah ampas tebu kemudian diayak dan dicampur dengan bahan
perekat.

2.2. Pengertian Briket dan Bioarang


Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik, limbah
pabrik maupun dari limbah perkotaan.Bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang paling murah dan
dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat
mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana (Kementrian
Negara Riset dan Teknologi 2004).
Biobriket pada dasarnya adalah kumpulan sisa-sisa tanaman yang inti sarinya
telah diolah terlebih dahulu atau sisa-sisa pengolahan lahan pertanian atau
kehutananyang masih memiliki nilai kalori dalam jumlah cukup, seperti ampas tebu,
bungkiljarak, serabut, dan tempurung kelapa sawit.Sisa-sisa ampas tersebut
masihdimanfaatkan sebagai bahan bakar. Briket terbuat dari residu berkarbon,
dandigunakan untuk pembakaran, dan kegunaan lain yang berhubungan. Sebagai
salah satu bentuk bahan bakar baru, biobriket merupakan bahan yang sederhana,
baikdalam proses pembuatan ataupun dari segi bahan baku yang digunakan,
sehinggabahan bakar biobriket memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan (Apriani, 2015).
Pembuatan briket biomassa umumnya memerlukan penambahan bahanperekat
untuk meningkatkan sifat fisik dari biobriket. Adanya penambahan kadarperekat yang
sesuai pada pembuatan biobriket akan meningkatkan nilai kalorbiobriket tersebut.
Penggunaan jenis dan kadar perekat pada pembuatan.Badan Standarisasi Nasional
(2000) briket bioarang yang memenuhi standarsebagai bahan bakar, dilihat dari kadar
air, kadar volatile matter, kadar abu, nilaikalor. Kualitas standar briket arang dengan
bahan kayu seperti pada tabel 1. adalah sebagai berikut.

4
Tabel 1. Standar Kualitas Mutu Briket

Winaya (2010), salah satu karakteristik biomassa briket yang paling


berpengaruh terhadap performansi pembakaran adalah kandungan zat volatil yang
tinggi dengan nilai kalor yang rendah. Nilai kalor rendah akan menyebabkan
turunnya temperatur maksimum pembakaran dan meningkatkan waktu pembakaran
yang dapat menyebabkan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna.

Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput,
jerami, dan limbah pertanian lainnya. Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar yang tidak kalah dari bahan bakar sejenis yang lain. Akan tetapi, untuk
memaksimalkan pemanfaatannya, bioarang ini masih harus melalui sedikit proses
pengolahan sehingga menjadi briket bioarang (Dani Sucipto,2012).Briket bioarang
adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang
(bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses
tertentu diolah menjadi bahan arang keras. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah
dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya.“Briquetting” terhadap suatu
material merupakan cara mendapatkan bentuk dan ukuran yang dikehendaki agar
dipergunakan untuk keperluan tertentu. (Sitompul, 2011).
Ade setiawan (2007) menyatakan Briket bioarang mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional) antara lain:
a. Bioarang menghasilkan panas pembakaran yang lebih tinggi.
b. Asap yang dihasilkannya lebih sedikit.
c. Bentuk dan ukuran bioarang seragam karena dibuat dengan alat pencetak.

5
d. Bioarang dapat tampil lebih menarik karena bentuk dan ukurannya dapat
disesuaikan keinginan pembuat.
e. Proses pembuatannya menggunakan bahan baku yang tidak menimbulkan
masalah lingkungan.

2.3. Pembuatan Briket


Secara garis besar, proses pembuatan semua jenis briket adalah sama, yaitu
dilakukannyapemberian tekanan sehingga serbuk bahan baku menjadi padat. Pada
bagian ini akan dijelaskan pembuatan briket dari ampas tebu dan serbuk gergaji kayu
tahap demi tahap mulai dari proses pengarangan sampai dengan proses perencanaan
alat cetak sehingga bisa menjadi referensi bagi masyarakat yang ingin membuat
sendiri alat cetak dan mesin pressnya. Langkah-langkah pembuatan briket ampas tebu
dan gergajian kayu :
 Pengarangan
Proses pengarangan dilakukan mengggunakan kiln drum. Selanjutnya bahan
baku diatur sehingga memenuhi drum. Sebelum dilakukan pembakaran lubang
drum pada bagian dua dan tiga ditutup terlebih dahulu dengan asbes atau tanah
liat, sehingga yang tetap terbuka adalah empat lubang pada baris bagian bawah.
Untuk memudahkan pada proses pembakaran digunakan bahan-bahan yang mudah
terbakar sebagai umpan bakar seperti: kertas, daun kering, ranting kayu, atau
percikan minyak tanah. Pada saat api telah nyala dengan sempurna maka kiln
drum ditutup. Bahan baku terbakar mulai dari bawah dan menjalar kebagian atas.
Pada saat pembakaran melewati barisan lubang pertama yang ditandai dengan
bara merah yang nampak dari lubang, maka lubang pada baris pertama ditutup
sedangkan lubang pada bagian atasnya dibuka, demikian selanjutnya sampai pada
lubang yang terakhir. Proses pengarangan dianggap telah selesai (sekitar 2 jam)
apabila asap yang keluar dari celah lubang sedikit. Pada saat itu semua lubang
yang ada pada kiln drum ditutup, hal ini untuk menghindari terjadinya pembakaran
secara berlanjut sehingga arang yang sudah terbentuk tidak terus terbakar menjadi
abu. Selanjutnya kilndrum dibiarkan menjadi dingin. Pendinginan dilakukan
selama kurang lebih 3 jam. Setelah kilndrum dingin maka tutup bisa dibuka dan
arang bisa dikeluarkan untuk dipisahkan dari abu. Arang yang sudah dingin
selanjutnya dikemas dalam plastik.
 Penggilingan dan penyaringan
Arang ampas tebu yang sudah jadi kemudian digiling atau bisa ditumbuk dan
disaring pada ukuran lolos 80 mesh. Penggilingan dilakukan memakai mesin
giling. Penyaringan digunakan alat saring dengan ukuran disesuaikan.

6
 Persiapan dan Pencampuran perekat
Tepung tapioka ditimbang, lalu dicampur dengan air denganperbandingan
konsentrasi perekat dan air adalah 1 : 10. Sambil dipanaskandan diaduk diatas
kompor hingga perekatnya homogen. Arang yang telahdisaring dicampur dengan
perekat tapioka dengan perbandingan sebanyak2.5% dan 5% dari serbuk arang
.Campuran arang dan perekat selanjutnyadibuat briket. Proses pembuatan briket
ampas tebu yang dilakukan dalampenelitian ini terdiri dari 3 perlakuan.
Perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Perbandingan penambahan perekat tapioka dalam pembuatan briket


arang dari ampas tebu.

 Pencetakan dan pengempaan


Hasil dari percampuran bahan dengan perekat tapioka tersebut selanjutnya
disiapkan dalam cetakan dan dilakukan pengempaan sistem hidrolik dengan
besar beban 20 ton. Ukuran briket arang dengan volume 3x3x3 cm3.
 Pengeringan
Briket yang dihasilkan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu70oC selama
48 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dalam kantongplastik dan ditutup
rapat-rapat untuk menjaga agar briket tetap dalamkeadaan kering. Sifat fisik yang
diuji meliputi kadar air, kadar zat mudahmenguap, kadar abu, kadar karbon
terikat, kerapatan, keteguhan tekan, nilaikalor , hubungan komposisi bahan baku
terhadap laju pembakaran briket,laju pembakaran dan efesiensi energi.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian


Pembuatan arang pada tungku hasil modifikasi dari bahan limbah tebu
sebanyak 4.5 kg menghasilkan 1.5 kg arang. Penelitian ini menghasilkan arang
dengan kadar air 0.475% , kadar abu 9.163%, kadar zat menguap 15.440%, kadar
karbon terikat 75.395% dan nilai kalor bakar 6020 kal/g. Bahan baku arang sebanyak
250 gram menghasilkan briket arang 25-30 buah briket dengan ukuran 27 cm3. Briket
arang yang dihasilkan memiliki sifat fisik seperti pada Tabel 2.
Tabel 3. Hasil rata-rata sifat fisik briket arang limbah tebu

3.2. Kadar Air


Pada Tabel 3 terlihat bahwa kadar air terendah sebesar 1.105% diperoleh dari
briket arang dengan komposisi tambahan perekat tepung tapioka sebanyak 2.5%,
sedangkan kadar air tertinggi sebesar 1.557% pada briket arang dengan komposisi
tambahan perekat 5% dengan bahan tanpa lolos penyaringan 80 mesh (arang kasar).
Kadar air yang tinggi disebabkan oleh sifat partikel arang yang bersifat higrokopis
terhadap air dari udara sekelilingnya. Selain itu bahan baku briket arang yang
memiliki kerapatan rendah dan berat jenis rendah dapat lebih mudah menyerap udara
yang lembab dari sekelilingnya sehingga dapat menyebabkan tingginya kadar air
briket arang yang dihasilkan.

3.3. Kadar Abu


Kadar abu merupakan bahan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki
nilai kalor atau tidak memiliki unsur karbon lagi. Salah satu unsur penyusun abu
adalah silika. Pengaruh kadar abu terhadap kualitas briket arang kurang baik,
terhadap nilai kalor yang dihasilkan kandungan kadar abu yang tinggi dapat

8
menurunkan nilai kalor briket arang, sehingga akan menurunkan kualitas briket
arang.
3.4. Kadar Zat Menguap
Pada Tabel 2 hasil kadar zat menguap briket arang yang dihasilkan antara lain
19.479% , 20.098, dan 20.508% . Kadar zat menguap terendah terdapat pada briket
arang dengan komposisi perekat tapioka 5%. Tinggi rendahnya kadar zat menguap
dan kerapatan massa briket arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan baku
dengan penambahan konsentrasi perekat tepung tapioka yang pas. Kandungan kadar
zat menguap yang tinggi akan menimbulkan asap yang lebih banyak pada saat briket
arang dinyalakan. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida
(CO) dengan turunan alkohol yang ada pada arang.

3.5. Kadar Karbon Terikat


Kadar karbon terikat merupakan fraksi karbon yang terikat di dalam arang
selain fraksi air, zat menguap, dan abu. Keberadaan karbon terikat di dalam briket
arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat menguap. Kadar karbon terikat
akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat menguap pada briket arang
rendah. Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar arang. Nilai
kalor briket arang akan tinggi apa bila nilai kadar karbon terikat pada briket tinggi.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar karbon terikat tertinggi sebesar 70.307% pada
briket arang dengan arang ukuran 80 mesh dengan konsentrasi perekat 5% .

3.6. Keteguhan Tekan


Keteguhan tekan briket merupakan kemampuan briket untuk memberikan
daya tekan atas kekompakan briket atau hancurnya briket jika diberikan beban pada
benda tersebut. Semakin tinggi nilai keteguhan tekan briket arang berarti daya tahan
terhadap pecah semakin baik. Hal tersebut akan menguntungkan di dalam kegiatan
pemasaran yang meliputi pengemasan maupun distribusi dan memudahkan
pengangkutan briket arang.

3.7. Nilai Kalor Bakar


Pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai
panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket arang. Nilai kalor diperoleh
berdasarkan pengukuran pada volume tetap dimana arang yang dibakar akan
meningkatkan suhu air sehingga nilai kalor arang dapat diukur berdasarkan perbedaan
suhu air. Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai
kalor briket arang semakin baik pula kualitas briket arang yang dihasilkan. Tinggi
rendahnya nilai kalor dipengaruhi oleh berat jenis bahan baku.

9
3.8. Lamanya Waktu Nyala Api
Pengamatan lama waktu nyala api menggunakan briket arang sebanyak 45g.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap nyala api untuk briket arang
dengan konsentrasi 2.5% menyala selama 31:28 menit. Adapun lama waktu menyala
briket arang dengan konsentrasi 5% ukuran 80 mesh dan kurang dari 80 mesh
berturut-turut selama 34:04 menit dan 28: 56 menit.

3.9. Laju Pembakaran


Laju pembakaran briket arang diperoleh dengan membandingkan massa briket
arang dengan lama waktu nyala api. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa briket
arang konsentrasi 2.5% sebesar 1.439 g/menit, briket arang 5% ukuran 80 mesh
sebesar 1.322 g/menit dan briket arang 5% ukuran kurang dari 80 mesh sebesar 1.575
g/menit. Perbedaan komposisi perekat pada masing-masing briket tidak begitu
berpengaruh jauh. Tetapi ukuran serbuk yang seragam atau tidaknya dapat
mempengaruhi laju pembakaran.

3.10 Efesiensi
Efesiensi energi briket arang didapat dengan menguji 100 g briket arang untuk
mendidihkan 500 ml air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efesinesi energi pada
briket arang limbah tebu 2.5% dan 5% ukuran 80 mesh sebesar 37.7% dan 37.9%.
Adapun efisiensi energi pada briket arang 5% ukuran kurang dari 80 mesh sebesar
38.09%. Nilai efesiensi briket arang yang dihasilkan meningkat seiring dengan
bertambahnya konsentrasi perekat tepung tapioka. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya nilai kalor arang briket dengan variasi konsentrasi perekat dan ukuran
serbuk arang.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Proses pengolahan limbah tebu dapat menghasilkan produk yangbermanfaat
berupa arang yang dapat digunakan sebagai bahan bakupembuatan briket arang.
Proses pembakaran untuk menjadikan bahanmenjadi arang harus dilakukan dengan
metode yang tepat dan benar.Penambahan perekat pada pembuatan briket arang
sangat dibutuhkan agarbriket yang dihasilkan memiliki keteguhan yang besar dan
kerapatan yangkecil. Sifat fisik briket arang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai
kalorbriket arang. Briket arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku
rumah tangga sebagai pengganti bahan bakar alternatif.Efisiensi energi terbesar
dihasilkan oleh briket arang dengan konsentrasi perekat tepung tapioka 5% dengan
ukuran serbuk kurang dari 80 mesh. Nilai ini sebanding dengan nilai kalor yang
dihasilkan.

4.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi bahan baku yang
memudahkan pada peroses penyalaan api sehingga tidak lagi memberikan umpan
menyalakan briket arang dengan minyak tanah atau sejenisnya. Kualitas briket arang
dengan efesiensi energi tinggi perlu ditingkatkan dengan melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai tambahan komposisi campuran briket arang dengan bahan baku lain.
Tungku pembakaran untuk pengarangan perlu di modifikasi agar energi yang
dihasilkan saat membakar tidak terbuang sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan memasak rumah tangga.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansah. 2015. Mempelajari Pertumbuhan Dan Produktivitas Tebu Dengan Masa


Tanam Sama Pada Tipologi Lahan Berbeda. Jurnal Agrohorti. 3(3)
: 357-365.
Apriani. 2015. Uji Kualitas Biobriket Ampas Tebu Dan Sekam Padi Sebagai Bahan
Bakar Alternatif. Skripsi.Uin Alahudin Makasar.
Dewi R.G. And Siagian U., 1992. The Potential Of Biomass Residues As Energy
Sources In Indonesia.Energy Publ. Series No. 2. Cre-Itb.
Bandung.
Elfiano, Dkk. 2014. Analisis Proksinat Dan Nilai Kalor Pada Briket Bioarang Limbah
Ampas Tebu Dan Arang Kayu. Jurnal Aptek. Vol 6. Hal 57-63.
Hermadiana. 2014. Pemanfaatan Limbah Tebu Sebagai Bahan Briket Arang. Skripsi.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hambali, E., “Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel”, Penebar Swadaya, Bogor

2006.

Husada, T.I., 2008. Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai Energi Alternatif. Laporan
Penelitian Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Kementerian Negara Riset Dan Teknologi@Ristek.Go.Id. [14 Februari 2013]

Mariati Dan Yusbaina. 2013. Pembuatan Biobriket Dari Gambut Dan Ampas Tebu
Sebagai Sumber Belajar Materi Ilmu Kimia Dan Peranannya.
Jurnal Teknologi Kimia. Vol 14. No 1. Hal 65-66.
Nugraha. J. 2013. Karakteristik Termal Briket Arang Ampas Tebu Dan Variasi Bahan
Perekat Lumpur Lapindo. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Jember.
Setiyawan. S. Et Al. 2013. Teknologi Pembuatan Briket Ampas Tebu Dan Serbuk
Gergaji Kayu Sebagai Bahan Bakar Alternatif Yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Iptek. Jember.
Syamsiro M Dan Saptoadi H. 2007. Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao
Pengaruh Temperatur Preheat,Yogyakarta:Seminar Nasional Teknologi.

Winaya, Suprapta, “Prospek Energi Dari Sekam Padi Dengan Teknologi Fluidized
Bed Combustion”, 2008.

12
Witono, J.A. 2003. Produksi Furfural Dan Turunannya: Alternatif Peningkatan Nilai
Ampas Tebu Indonesia. Http//Www.Chem-
Istry.Org/Sect=Fokus/Htm. [16 Februari 2008].

Winaya, N.I. 2010. Co-Firing Sistem Fluidized Bed Berbahan Bakar Batubara Dan
Ampas Tebu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 4 No2 (180-188).
Bali. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Universitas
Udayana.

13

Anda mungkin juga menyukai