Dosen Pengampu :
Nur Hasnah Ar, S. Tp., M. Si.
Disusun Oleh :
Kelompok VI
- Dedek Aprida Yani (J1B116001)
- Mohd. Aldo Pratama (J1B116004)
- Lalan Faliuka (J1B116013)
- Paskah Bima Sakti S (J1B116019)
- Renaldi Yudhatama (J1B116023)
- Dauman Mar’i (J1B116033)
- Maromi (J1B116034)
- Rases Fahmi (J1B116036)
- Muhammad Chothibul (J1B116046)
- Multi Silvia Ayu (J1B116067)
- Aminatul Mustafidah (J1B116072)
- M. Nurhuda (J1B116079)
- Nur Azizah (J1B116088)
KELOMPOK VI :
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan
aktivitas manusia.Hal iniberarti pula peningkatan jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan.Komposisi sampahdi negara-negara berkembang seperti Indonesia,
didominasi oleh sampah organik, yaitu diatas 70%.Sampah kebun merupakan
sampah organik yang mengandung lignoselulosa,misalnya kayu, ranting, daun-
daunan, rumput, dan jerami (Dewi R.G. and Siagian U., 1992).
Jumlah sampah kebun yang melimpah serta penanganannya yang masih
sederhana, mendorong timbulnya suatu pemikiran baru untuk meningkatkan nilai
gunanya.Sampah kebun yang digunakan sebagai bahan bakar berupa briket (eko-
briket)lebih bersifat ramah lingkungan dibandingkan dengan briket batubara
(Syamsiro M danSaptoadi H. 2007). Akan tetapi, nilai kalor yang terkandung di
dalamnya lebih rendah, yaituhanya sebesar 6.513 KJ/kg, setara dengan 1.563,12
kal/g (Husada, T.I., 2008). Oleh karenaitu, perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan nilai kalor yang dihasilkan dengan caramenambah bahan lain yang
memiliki nilai kalor tinggi.
Limbah ampas tebu mempunyai peluang untuk dimanfaatkan secara
optimal sebagai energi alternatif yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat
dan ramah terhadap lingkungan. Pemanfaatan dilakukan dengan cara mengubah
limbah ampas tebu menjadi briket.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu memanfaatkan limbah tebu untuk dibuat briket
arang
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tebu
Tebu (Sacharum officanarum,Linn) merupakan tanaman bahan baku pembuatan
gula yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih satu tahun.Tebu termasuk
keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan cocok ditanam pada daerah dengan
ketinggian 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis tebu, diantaranya tebu hitam (Cirebon), tebu kasur, POJ 100, POJ
2364, EK 28, dan POJ 2878. Setiap tebu memiliki ukuran batang dan warna yang
berlainan.Tebu termasuk tanaman berbiji tunggal yang tingginya berkisar antara 2
sampai 4 meter.Batang tebu memiliki banyak ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh
buku-buku sebagai tempat tumbuhnya daun.Bentuk daunnya kasar dan
berbulu.Bunga tebu berupa bunga majemuk dengan bentuk menjuntai di puncak
sebuah poros gelagah.Tebu sendiri mempu nyai akar serabut (Nugraha, 2013).
Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik gula. Dalam proses
produksi gula, dari setiap tebu yang diproses dihasilkan ampas tebu sebesar 90%,gula
yang dimanfaatkan hanya 5% dan sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air
(Witono,2003).Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan)
cairan tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35%-40% dari berat
tebu yang digiling.Limbah ampas tebu mempunyai peluang untuk dimanfaatkan
secara optimal sebagai energi alternatif yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat
dan ramah terhadap lingkungan. Ampas tebu di berbagai kota ditemukan dalam
jumlah yang cukup banyak dan belum dimanfaatkan.
3
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kuranglebih 1
tahun. Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu dihasilkan sebesar40 % dari
setiap tebu yang diproses, dan hasil lainnya berupa tetes tebu (molase) danair ampas
tebu. Ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangattinggi (19.7
%) dengan kadar protein kasar rendah. Berdasarkan bahan kering ampas tebu adalah
terdiri dari unsur C (carbon) 47%, H (Hydrogen) 6,5%, O (Oxygen) 44% dan abu
(Ash) 2,5% (Apriani, 2015).
Limbah ampas tebu mempunyai peluang untuk dimanfaatkan secara optimal
sebagai energi alternatif yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat dan ramah
terhadap lingkungan. Pemanfaatan dilakukan dengan cara mengubah limbah ampas
tebu menjadi briket. Briket yang dibuat adalah briket bioarang dengan diarangkan
terlebih dahulu limbah ampas tebu kemudian diayak dan dicampur dengan bahan
perekat.
4
Tabel 1. Standar Kualitas Mutu Briket
Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput,
jerami, dan limbah pertanian lainnya. Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar yang tidak kalah dari bahan bakar sejenis yang lain. Akan tetapi, untuk
memaksimalkan pemanfaatannya, bioarang ini masih harus melalui sedikit proses
pengolahan sehingga menjadi briket bioarang (Dani Sucipto,2012).Briket bioarang
adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang
(bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses
tertentu diolah menjadi bahan arang keras. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah
dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya.“Briquetting” terhadap suatu
material merupakan cara mendapatkan bentuk dan ukuran yang dikehendaki agar
dipergunakan untuk keperluan tertentu. (Sitompul, 2011).
Ade setiawan (2007) menyatakan Briket bioarang mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional) antara lain:
a. Bioarang menghasilkan panas pembakaran yang lebih tinggi.
b. Asap yang dihasilkannya lebih sedikit.
c. Bentuk dan ukuran bioarang seragam karena dibuat dengan alat pencetak.
5
d. Bioarang dapat tampil lebih menarik karena bentuk dan ukurannya dapat
disesuaikan keinginan pembuat.
e. Proses pembuatannya menggunakan bahan baku yang tidak menimbulkan
masalah lingkungan.
6
Persiapan dan Pencampuran perekat
Tepung tapioka ditimbang, lalu dicampur dengan air denganperbandingan
konsentrasi perekat dan air adalah 1 : 10. Sambil dipanaskandan diaduk diatas
kompor hingga perekatnya homogen. Arang yang telahdisaring dicampur dengan
perekat tapioka dengan perbandingan sebanyak2.5% dan 5% dari serbuk arang
.Campuran arang dan perekat selanjutnyadibuat briket. Proses pembuatan briket
ampas tebu yang dilakukan dalampenelitian ini terdiri dari 3 perlakuan.
Perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
menurunkan nilai kalor briket arang, sehingga akan menurunkan kualitas briket
arang.
3.4. Kadar Zat Menguap
Pada Tabel 2 hasil kadar zat menguap briket arang yang dihasilkan antara lain
19.479% , 20.098, dan 20.508% . Kadar zat menguap terendah terdapat pada briket
arang dengan komposisi perekat tapioka 5%. Tinggi rendahnya kadar zat menguap
dan kerapatan massa briket arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan baku
dengan penambahan konsentrasi perekat tepung tapioka yang pas. Kandungan kadar
zat menguap yang tinggi akan menimbulkan asap yang lebih banyak pada saat briket
arang dinyalakan. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida
(CO) dengan turunan alkohol yang ada pada arang.
9
3.8. Lamanya Waktu Nyala Api
Pengamatan lama waktu nyala api menggunakan briket arang sebanyak 45g.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap nyala api untuk briket arang
dengan konsentrasi 2.5% menyala selama 31:28 menit. Adapun lama waktu menyala
briket arang dengan konsentrasi 5% ukuran 80 mesh dan kurang dari 80 mesh
berturut-turut selama 34:04 menit dan 28: 56 menit.
3.10 Efesiensi
Efesiensi energi briket arang didapat dengan menguji 100 g briket arang untuk
mendidihkan 500 ml air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efesinesi energi pada
briket arang limbah tebu 2.5% dan 5% ukuran 80 mesh sebesar 37.7% dan 37.9%.
Adapun efisiensi energi pada briket arang 5% ukuran kurang dari 80 mesh sebesar
38.09%. Nilai efesiensi briket arang yang dihasilkan meningkat seiring dengan
bertambahnya konsentrasi perekat tepung tapioka. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya nilai kalor arang briket dengan variasi konsentrasi perekat dan ukuran
serbuk arang.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Proses pengolahan limbah tebu dapat menghasilkan produk yangbermanfaat
berupa arang yang dapat digunakan sebagai bahan bakupembuatan briket arang.
Proses pembakaran untuk menjadikan bahanmenjadi arang harus dilakukan dengan
metode yang tepat dan benar.Penambahan perekat pada pembuatan briket arang
sangat dibutuhkan agarbriket yang dihasilkan memiliki keteguhan yang besar dan
kerapatan yangkecil. Sifat fisik briket arang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai
kalorbriket arang. Briket arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku
rumah tangga sebagai pengganti bahan bakar alternatif.Efisiensi energi terbesar
dihasilkan oleh briket arang dengan konsentrasi perekat tepung tapioka 5% dengan
ukuran serbuk kurang dari 80 mesh. Nilai ini sebanding dengan nilai kalor yang
dihasilkan.
4.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi bahan baku yang
memudahkan pada peroses penyalaan api sehingga tidak lagi memberikan umpan
menyalakan briket arang dengan minyak tanah atau sejenisnya. Kualitas briket arang
dengan efesiensi energi tinggi perlu ditingkatkan dengan melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai tambahan komposisi campuran briket arang dengan bahan baku lain.
Tungku pembakaran untuk pengarangan perlu di modifikasi agar energi yang
dihasilkan saat membakar tidak terbuang sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan memasak rumah tangga.
11
DAFTAR PUSTAKA
2006.
Husada, T.I., 2008. Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai Energi Alternatif. Laporan
Penelitian Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Mariati Dan Yusbaina. 2013. Pembuatan Biobriket Dari Gambut Dan Ampas Tebu
Sebagai Sumber Belajar Materi Ilmu Kimia Dan Peranannya.
Jurnal Teknologi Kimia. Vol 14. No 1. Hal 65-66.
Nugraha. J. 2013. Karakteristik Termal Briket Arang Ampas Tebu Dan Variasi Bahan
Perekat Lumpur Lapindo. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Jember.
Setiyawan. S. Et Al. 2013. Teknologi Pembuatan Briket Ampas Tebu Dan Serbuk
Gergaji Kayu Sebagai Bahan Bakar Alternatif Yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Iptek. Jember.
Syamsiro M Dan Saptoadi H. 2007. Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao
Pengaruh Temperatur Preheat,Yogyakarta:Seminar Nasional Teknologi.
Winaya, Suprapta, “Prospek Energi Dari Sekam Padi Dengan Teknologi Fluidized
Bed Combustion”, 2008.
12
Witono, J.A. 2003. Produksi Furfural Dan Turunannya: Alternatif Peningkatan Nilai
Ampas Tebu Indonesia. Http//Www.Chem-
Istry.Org/Sect=Fokus/Htm. [16 Februari 2008].
Winaya, N.I. 2010. Co-Firing Sistem Fluidized Bed Berbahan Bakar Batubara Dan
Ampas Tebu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 4 No2 (180-188).
Bali. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Universitas
Udayana.
13