PENDAHULUAN
60 | P a g e
1.2 Waktu dan Tempat
1.2.1 Waktu
Hari : Rabu
Tangggal : 28 Maret 2018
1.2.2 Tempat
Tempat : Laboratorium Teknik Geologi Kapus II Universitas Papua
1.3Tujuan Penulisan
Mengetahui karateristik dan berbagai sifat mineral yang menyusun
pada batuan beku sacara petrografis
Mendeskripsikan tekstur, dan presentase kelimpahan mineral yang
yang terkandung di dalam sempel sayatan batuan beku
Menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi yang di gunakan
61 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Metamorfisme
62 | P a g e
Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran
panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh
intrusinya.
2. Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P
dominan, Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan
tekanan shear menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil
kataklastik seperti breksi sesar, milonit, filonit, dinamai berkaitan dengan
ukuran butirnya.
3. Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas. Sering
dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan gerak –
gerak penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.
4. Metamorfisme Regional Beban, Metamorfisme ini tidak berkaitan
dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sediment pada cekungan
yang dalam akan terbebani material diatasnya. Suhunya hingga pada
kedalaman yang besar yang berkisar antara 4000C – 4500C.
63 | P a g e
Atau juga menunjukkan batuan asalnya misal awalan “meta” untuk
memberikan nama suatu batuan metamorfisem apabila masih dapat dikenali sifat
dari batuan asalnya contoh : metasedimen, metaklastik, metagraywacke,
metavolkanik,dan lain- lain.Jika batuan masih terlihat tekstur sisa maka tekstur
diakhiri akhiran “Blasto” misal blasto porfiritik, dan memakai akhiran”blastik”
apabila bataun asal maupan sisa bataun sudah tidak kelihatan lagi karena telah
mengalami proses rekristalisasi contoh “Granolobastik” dan lain lain.
64 | P a g e
10. Sphene : warna transparan, bentuk euhedral berbentuk seperti ketupat,
relief tinggi, jenis gelapan simetris.
65 | P a g e
Gambar 2.2 Tekstur Poikiloblastik
3. Tekstur Porphyroklas: tekstur batuan metamorf yang dicirikan oleh
adanya kristal besar (umumnya K-feldspar) dalam massa dasar mineral
yang lebih halus. Bedanya dengan porphyroblastik adalah,
porphyroklastik tidak tumbuh secara in-situ, tetapi sebagai fragment
sebelum mineral-mineral tersebut hancur / terubah saat prosesn
metamorfisme, contoh: blastomylonit dalam gniss granitik.
/
66 | P a g e
4. Retrogradasi eklogit: tekstur batuan metamorf yang dibentuk oleh
adanya mineral amfibol (biasanya horenblende) yang berreaksi dengan
mineral lain. Dalam Gambar 2.5 adalah retrogradasi klinopirosen amfibole
pada sisi kanan atas.
5. Tekstur Schistose: foliasi sangat kuat, atau terdapat penjajaran butiran,
terutama mika, dalam batuan metamorf berbutir kasar.
6. Tekstur Phyllitik: foliasi kuat dalam batuan metamorf berbutir halus.
7. Tekstur Granoblastik: massive, tak-terfoliasi, tekstur equigranular dalam
batuan metamorf.
67 | P a g e
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.
68 | P a g e
granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri
dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari
butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa
porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang
sama disebut granofels.
Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah
dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan
kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral
dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan
karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat
feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari
mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi
karena perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak
batuan beku.
69 | P a g e
Tabel 2.1 Tabel klasifikasi Batuan Metamorf (O Dunn dan Sill, 1986
70 | P a g e
BAB III
3.1 HASIL
71 | P a g e
3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum Petrografi Acara IV Petrogafi Batuan Metamorf ini
dilakukan pendeskripsian pada sayatan tipis. Terdapat 3 sayatan tipis batuan
metamorf. Berikut ini hasil pendeskripsian batuan metamorf
Nomor Peraga X1
Jenis batuannya Batuan Metamorf dengan kenampakan mikroskopisnya
PPL (Warna coklat-kuning, sayatan mempuanyai bentuk-bentuk penjajaran yang
tipis), XPL (Warna putih- hitam, sayatan mempuanyaibentuk-bentuk penjajaran
mineral yang sangat kuat.). Mineral-mineral utama telah terubahkan oleh proses
metamorfisme (temperature dan tekanan yang tinggi), komposisi mineral yang
dtemukan Mineral Opak (Hematit), Mineral Mika (Phlogopit), Garnet, dan
Kurasa.
Deskripsi mineral yaitu dari mineral Muskovit (berwarna coklat
kehijauan, bentuk subhedral, belahan 1 arah, relief rendah.) dengan presentase
mineralnya sebesar 20%, mineral Opak ( berwarna hitam, bersifat kedap cahaya,
bentuk anhedral. ) dengan presentase mineralnya sebesar 10%, Phlogopit (
berwarna coklat kehitaman, bentuk subhedral, relief rendah-sedang ) dengan
presentase mineralnya sebesar 15% , Garnet ( berwarna hitam pekat, bentuk
subhedral, terdapat pecahan, relief sedang-tinggi) dengan presentase mineralnya
15%, mineral kuarsa (berwarna putih keabu-abuan, bentuk euhedral, relief
rendah, system Kristal hexagonal ) dengan presentase mineralnya sebesar 40%.
Sehingga dapat dinamakan batuan ini yaitu Gneiss berdasarkan klasifikasi
menurut O’Dunn dan Sill, 1986.
Petrogenesa pada batuan ini Mengalami metamorfisme serta deformasi
dan strukturnya hilang akibat dari mineral mengalami proses migrasi dan
rekristalisasi sehingga batuan yang dihasilkan adalah batuan metamorf.
Nomor Peraga X2
Jenis batuannya Batuan Metamorf dengan kenampakan mikroskopisnya
berwarna bu-abu kecoklatan, struktur skistosa, terdiri dari perselingan mineral
72 | P a g e
lepidoblas (Muskovit, Klorit, Aktinolit), sedikit Epidot, Kristal-kristal granoblas,
dan mineral Opak.
Deskripsi mineral yaitu dari mineral Muskovit (berwarna Tidak berwarna
hijau pucat, bias rangkap tinggi (orde 2) Pleokroik hadir membentuk kesejajaran
(Orientasi Epidoblas) tabular ditunjukan pada DE4) dengan presentase mineralnya
sebesar 30%, mineral opak (berwarna Berwarna hitam, tidak tembus cahaya,
bentuk membundar tanggung, isotope, relief tinggi, ditunjukan pada GH8 )
dengan presentase mineralnya sebesar 5%, Klorit (berwarna hijau – sampai pucat,
belahan parallel/satu arah, fibrous, ukuran butir, bias rangkap rendah orde 1 (biru
kehitaman), ditunjukan pada (DE4) dengan presentase mineralnya sebesar 30%,
Aktinolit (berwarna coklat – kehijauan, beragregat, pleokrois hijau,
memperlihatkan bentuk menjarum, pemadaman bergelombang, bias rangkap
sedang (kuning – merah) ditunjukan pada M5) dengan presentase mineralnya
sebesar 20%, mineral Epidot ( berwarna coklat pucat – kuning terang, relief
bergelombang, bentuk prismatic panjang, hadir sebagai Kristal granular hasil
ubahan dari piroksen, ditunjukan pada I8) dengan presentase mineralnya sebesar
15%. Sehingga dapat dinamakan batuan ini yaitu Schist Mica berdasarkan
klasifikasi menurut O’Dunn dan Sill, 1986
Petrogenesa pada Batuan ini mengalami proses deformasi ditandai
dengan kenampakan mineral yang sebagian besar terfrakturkan.
Nomor Peraga X3
jenis batuannya Batuan Metemorf dengan kenampakan mikroskopisnya
berwarna abu – abu kecoklatan, struktur filitik, terdiri dari mineral Hornblende,
Piroksen dan Kuarsa, selain itu batuan ini telah mengalami ubahan menghasilkan
Tremolit dan Epidot, kalsit juga hadir sebagai urat – urat halus.
Deskripsi mineral yaitu dari mineral Hornblende ( berwarna coklat,
berbentuk prismatic panjang, subhedral – anhedral, berbutir sedang – kasar,
belahan 2 arah, menunjukan pemadaman bergelombang, sebagaian besar dari
mineral ini telah terubah menjadi Tremolit, ditunjukan pada H1) dengan
persentase mineralnya sebesar 30%, mineral Piroksen ( berwarna kuning
73 | P a g e
kecoklatan – agak kehijauan, subhedal, bentuk prismatik panjang dan pendek;
sedang, belahan 1 arah dan 2 arah, relief tinggi, sebagian telah terubah menjadi
tremolit, ditunjukan pada J4,J5) dengan persentase mineralnya sebesar 10%,
mineral Kuarsa (Tidak berwarna, anhedral, interferensi kuning terang, menyudut
tanggung, tanpa belahan, relief sedang, pemadaman bergelombang, dijumpai
sebagai agregat Kristal xenoblast, ditunjukan pada F1) dengan persentase
mineralnya sebesar 30%, Epidot (berwarna coklat pucat – kuning terang, relief
bergelombang, paarismatik panjang dan pendek, hadir sebagai Kristal granular
halus ubahan dari piroksen, J4,5) dengan persentase mineralnya sebesar 10%.
Sehingga dapat dinamakan batuan ini yaitu Phylite berdasarkan klasifikasi
menurut O’Dunn dan Sill, 1986 .
Petrogenesa pada batuan ini terbentuk pada temperature dan tekanan
tinggi sehingga menunjukan penjajaran mineral.
74 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisi tadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa kenampakan
mikroskopis sayatan Batuan Metamorf dengan Nomor Peraga X1 merupakan
Gneiss berdasarkan klasifikasi menurut O’Dunn dan Sill, 1986. Petrogenesa pada
batuan ini mengalami metamorfisme serta deformasi dan strukturnya hilang akibat
dari mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi sehingga batuan yang
dihasilkan adalah batuan metamorf. Kenampakan mikroskopis Sayatan Batuan
Metamorf dengan Nomor Peraga X2 merupakan Schist Mica berdasarkan
klasifikasi menurut O’Dunn dan Sill, 1986. Petrogenesa Batuan ini mengalami
proses deformasi ditandai dengan kenampakan mineral yang sebagian besar
terfrakturkan. Kenampakan mikroskopis Sayatan Batuan Metamorf dengan
Nomor Peraga X3 merupakan Phylite berdasarkan klasifikasi menurut O’Dunn
dan Sill, 1986. Petrogenesa pada batuan ini terbentuk pada temperature dan
tekanan tinggi sehingga menunjukan penjajaran mineral.
4.2 Saran
Diharapkan pada praktikum kedepannya praktikan dapat di ajarkan cara
melihat mineral di bawah mikroskop baik di nikol sejajar maupun di niko silang
agar praktikan bisa melihat perbedaan antar mineral
75 | P a g e