Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian batuan metamorf terutama didasarkan kepada perubahan sifat-
sifat fisika, sifat optic dan sifat kimia dari mineral-mineral yang terbentuk secara
sedimentasi ataupun secara pembekuan dibandingkan setelah adanya perubahan
menjadi batuan ubahan (metamorphic rocks). Hal ini sesuai dengan namanya
yang berasal dari perkataan yunani “metamorfisme” yang berarti berubah
bentuk.
Dalam hal ini, umumnya batuan ubahan berasal dari batuan sedimen ataupun
batuan beku. dengan sendirinya selain terlihat perubahan pada bentuk fisik
batuan, juga selain terlihat perubahan pada bentuk fisik batuan, juga terlihat pada
perubahan sifat-sifat dari mineral. Penyusun batuan tersebut. Besar kecilnya
derajat perubahan itu tergantung sekurang-kurangnya kepada tiga faktor, yaitu.
1. Adanya perubahan temperature tinggi; pada umumnya perubahan
temperature jauh lebih efektif dari pada perubahan tekanan dalam hal
pengaruh bagi perubahan mineralogy. Katalisator berfungsi mempercepat
reaksi terutama pada metamorphose bertemperatur rendah. Ada 2 hal yang
mempercepat reaksi yaitu: adanya larutan-larutan kimia yang berjalan
antar ruang butir dan deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antara
larutan kimia dan fragmen-fragmen.
2. Adanya perubahan tekanan yang besar; yaitu tekanan hidrostatik dan
tekanan searah.
3. Sifat ketahanan mineral asal terhadap kedua faktor tadi.

60 | P a g e
1.2 Waktu dan Tempat
1.2.1 Waktu
Hari : Rabu
Tangggal : 28 Maret 2018

1.2.2 Tempat
Tempat : Laboratorium Teknik Geologi Kapus II Universitas Papua

1.3Tujuan Penulisan
 Mengetahui karateristik dan berbagai sifat mineral yang menyusun
pada batuan beku sacara petrografis
 Mendeskripsikan tekstur, dan presentase kelimpahan mineral yang
yang terkandung di dalam sempel sayatan batuan beku
 Menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi yang di gunakan

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah yang dapat saya ambil dalam permasalahan kali ini yaitu
mengenai pendeskripsian batuan beku yang berupa sayatan tipis pada batuan
dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop polarisasi.

1.5 Sistematika penulisan


Sistematika penulisan pada laporan ini meliputi :
a. BAB I pendahuluan terdiri dari latar belakang, waktu dan tempat, tujuan
penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan
b. BAB II berisisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari pengertian batuan
beku serta menjelaskan cara tentang format dari deskripsi batuan di bawah
mikroskop dan kenampakan mineral secara mikroskop
c. BAB III berisi hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada praktikum
d. BAB IV penutup yang terdiri dari kesimpulan serta saran

61 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk (batuan
beku, sedimen, maupun batuan metamorf) yang telah mengalami perubahan
minerologi, tekstur dan struktur akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
tinggi.
Didalam geologi proses diagenesa terbentuk pada temperature kurang
lebih 2000 C, dan tekanan kurang dari 300Mpa standard Mpa berupa mega pascal
dengan eqivalen tekanan berkisar 3000 atm. Metamorfisme terbentuk pada
temperature dan tekanan minimal lebih dari 2000 C dan lebih dari 300 Mpa.
Batuan dapat juga terbentuk pada temperature dan tekanan yang tinggi, seperti
halnya batuan yang berada dibawah pada suatu kedalaman di dalam bumi. Burial
biasanya berada pada suatu tempat seperti hasil dari proses tektonik, misalnya
tumbukan benua ( Subduksi ). Batas tertinggi dari metamorfisme terjadi pada
tekanan dan temperature yang menyebabkan Partial melting

2.2 Metamorfisme

Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan


yang berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan
fisika yang berbeda dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa tidak
temasuk pada proses pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada antara
suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi
tubuh magma.Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi empat
yaitu

1. Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan

62 | P a g e
Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran
panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh
intrusinya.
2. Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P
dominan, Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan
tekanan shear menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil
kataklastik seperti breksi sesar, milonit, filonit, dinamai berkaitan dengan
ukuran butirnya.
3. Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas. Sering
dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan gerak –
gerak penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.
4. Metamorfisme Regional Beban, Metamorfisme ini tidak berkaitan
dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sediment pada cekungan
yang dalam akan terbebani material diatasnya. Suhunya hingga pada
kedalaman yang besar yang berkisar antara 4000C – 4500C.

2.3 Tekstur Secara Petrografi


Secara umum kandungan mineral didalam batuan metamorf akan
mencerminkan tekstur, contoh melimpahnya mika akan memberikan tekstur
skistose pada batuannya. Dengan demikian tekstur dan minerologi memegang
peranan penting di dalam penamaan batuan metamorf. Dengan munculnya konsep
fasies, penamaan batuan kadang – kadang rancu dengan pengertian fasies. Mineral
dalam batuan metamorf disebut mineral metamorfisme yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan batuan mengkristal dalam lingkungan
cair. Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan
porphiroblast.

63 | P a g e
Atau juga menunjukkan batuan asalnya misal awalan “meta” untuk
memberikan nama suatu batuan metamorfisem apabila masih dapat dikenali sifat
dari batuan asalnya contoh : metasedimen, metaklastik, metagraywacke,
metavolkanik,dan lain- lain.Jika batuan masih terlihat tekstur sisa maka tekstur
diakhiri akhiran “Blasto” misal blasto porfiritik, dan memakai akhiran”blastik”
apabila bataun asal maupan sisa bataun sudah tidak kelihatan lagi karena telah
mengalami proses rekristalisasi contoh “Granolobastik” dan lain lain.

2.4 Komposisi mineral batuan metamorf


Mineral – mineral yang biasa dijumpai dalam batuan metamorf dan
kenampakannya dalam sayatan tipis yaitu;
1. Kuarsa : bentuk mineral kuarsa pada batuan metamorf yaitu pipih atau
menkristal tak beraturan.
2. Mika : bentuk pipih dan melembar halus, dapat memberikan warna
interferensi yang akan lebih gelap.
3. Klorit : berwarna hijau pada saat nikol sejajar, sudut gelapan 20-90,
belahan 1 arah bentuk fibrous.
4. Andalusit : warna transparan sampai dengan merah, sudut gelapan 900,
relief tinggi, pleokroisme dwikroik.
5. Silimanite : warna absorbsi tidak berwarna, bentuk prismatic panjang
berserabut, Sudut gelapan 450, jenis gelapan simetris.
6. Kyanite : warna transparan sampai biru muda, bentuk plate tabular, relief
tinggi, pleokroisme monokroik, sudut belahan membentuk
850dengan panjang Kristal
7. Garnet : warna coklat muda pada saat nikol sejajar, nikol silang berwarna
hitam, bentuk krisral dodechahedral-trapezohedron, relief sangat tinggi,
belahan 2 arah, pecahan tidak rata.
8. Cordierit : warna transparan, bentuk Kristal prismatic pendek, relief rendah,
sudut pemadaman 900, kembaran polisintetik.
9. Straulite : warna kuning muda pada saat nikol sejajar, nikol silang berwarna
hitam, relief tinggi, dijumpai adanya inklusi kuarsa.

64 | P a g e
10. Sphene : warna transparan, bentuk euhedral berbentuk seperti ketupat,
relief tinggi, jenis gelapan simetris.

2.5 Tekstus Batuan Metamorf


Tekstur kristaloblastik : suatu tekstur kristalin yang terbentuk oleh
kristalisasi metamorfisme
 Xenonoblstik, bila kristalnya subhedral dan unhedral.
 Idioblastik, bila kristalnya euhedral.
 Lepidoblastik, bila orientasi mineral - mineral pipih atu tabular
menunjukkan hampir paralel atau paralel.
 Nematoblastik, bila susunan paralel atu hampir parallel
merupakan mineral – mineral prismatik atau fibrous.

1. Tekstur porfiriblastik : Merupakan tekstur kristoblastik yang tersusun


oleh 2 mineral atau lebih. Berbeda ukuran butirnya dan ekivalen dengan
tekstur porfiritik dalam batuan beku, kristal – kristal yang besar yang besar
(tunggal) disebut porfiroblast.

Gambar 2.1 Tekstur Porfiroblast


2. Tekstur poikiloblastik : istilah lain dari tekstur saringan ”sieve” yang
dicirakan oleh porfiroblast – porfiroblast yang mengandung sejumlah
butiran – butiran yang lebih kecil (inklusi).

65 | P a g e
Gambar 2.2 Tekstur Poikiloblastik
3. Tekstur Porphyroklas: tekstur batuan metamorf yang dicirikan oleh
adanya kristal besar (umumnya K-feldspar) dalam massa dasar mineral
yang lebih halus. Bedanya dengan porphyroblastik adalah,
porphyroklastik tidak tumbuh secara in-situ, tetapi sebagai fragment
sebelum mineral-mineral tersebut hancur / terubah saat prosesn
metamorfisme, contoh: blastomylonit dalam gniss granitik.
/

Gambar 2.4 Tekstur Porfiroklastik

66 | P a g e
4. Retrogradasi eklogit: tekstur batuan metamorf yang dibentuk oleh
adanya mineral amfibol (biasanya horenblende) yang berreaksi dengan
mineral lain. Dalam Gambar 2.5 adalah retrogradasi klinopirosen amfibole
pada sisi kanan atas.
5. Tekstur Schistose: foliasi sangat kuat, atau terdapat penjajaran butiran,
terutama mika, dalam batuan metamorf berbutir kasar.
6. Tekstur Phyllitik: foliasi kuat dalam batuan metamorf berbutir halus.
7. Tekstur Granoblastik: massive, tak-terfoliasi, tekstur equigranular dalam
batuan metamorf.

2.6 Struktur Batuan Metamorf


Struktur dalam batuan metamorf adalah kenampakan pada batuan yang
tediri dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral. Secara
umum dapat dibedakan menjadi : struktur foliasi dan struktur non foliasi.
A. Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

B. Struktur Non Foliasi


a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.

67 | P a g e
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.

2. 7 Klasifikasi Batuan Metamorf


Jenis batuan metamorf penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit;
secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik
bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh
rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang.
Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:

 Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi


utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
 Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin
klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina)
dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti
basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal
dari batuan beku.
 Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama
kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur

68 | P a g e
granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri
dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
 Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari
butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa
porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang
sama disebut granofels.
 Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah
dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan
kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
 Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral
dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan
karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat
feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
 Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari
mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi
karena perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak
batuan beku.

69 | P a g e
Tabel 2.1 Tabel klasifikasi Batuan Metamorf (O Dunn dan Sill, 1986

70 | P a g e
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

71 | P a g e
3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum Petrografi Acara IV Petrogafi Batuan Metamorf ini
dilakukan pendeskripsian pada sayatan tipis. Terdapat 3 sayatan tipis batuan
metamorf. Berikut ini hasil pendeskripsian batuan metamorf

Nomor Peraga X1
Jenis batuannya Batuan Metamorf dengan kenampakan mikroskopisnya
PPL (Warna coklat-kuning, sayatan mempuanyai bentuk-bentuk penjajaran yang
tipis), XPL (Warna putih- hitam, sayatan mempuanyaibentuk-bentuk penjajaran
mineral yang sangat kuat.). Mineral-mineral utama telah terubahkan oleh proses
metamorfisme (temperature dan tekanan yang tinggi), komposisi mineral yang
dtemukan Mineral Opak (Hematit), Mineral Mika (Phlogopit), Garnet, dan
Kurasa.
Deskripsi mineral yaitu dari mineral Muskovit (berwarna coklat
kehijauan, bentuk subhedral, belahan 1 arah, relief rendah.) dengan presentase
mineralnya sebesar 20%, mineral Opak ( berwarna hitam, bersifat kedap cahaya,
bentuk anhedral. ) dengan presentase mineralnya sebesar 10%, Phlogopit (
berwarna coklat kehitaman, bentuk subhedral, relief rendah-sedang ) dengan
presentase mineralnya sebesar 15% , Garnet ( berwarna hitam pekat, bentuk
subhedral, terdapat pecahan, relief sedang-tinggi) dengan presentase mineralnya
15%, mineral kuarsa (berwarna putih keabu-abuan, bentuk euhedral, relief
rendah, system Kristal hexagonal ) dengan presentase mineralnya sebesar 40%.
Sehingga dapat dinamakan batuan ini yaitu Gneiss berdasarkan klasifikasi
menurut O’Dunn dan Sill, 1986.
Petrogenesa pada batuan ini Mengalami metamorfisme serta deformasi
dan strukturnya hilang akibat dari mineral mengalami proses migrasi dan
rekristalisasi sehingga batuan yang dihasilkan adalah batuan metamorf.
Nomor Peraga X2
Jenis batuannya Batuan Metamorf dengan kenampakan mikroskopisnya
berwarna bu-abu kecoklatan, struktur skistosa, terdiri dari perselingan mineral

72 | P a g e
lepidoblas (Muskovit, Klorit, Aktinolit), sedikit Epidot, Kristal-kristal granoblas,
dan mineral Opak.
Deskripsi mineral yaitu dari mineral Muskovit (berwarna Tidak berwarna
hijau pucat, bias rangkap tinggi (orde 2) Pleokroik hadir membentuk kesejajaran
(Orientasi Epidoblas) tabular ditunjukan pada DE4) dengan presentase mineralnya
sebesar 30%, mineral opak (berwarna Berwarna hitam, tidak tembus cahaya,
bentuk membundar tanggung, isotope, relief tinggi, ditunjukan pada GH8 )
dengan presentase mineralnya sebesar 5%, Klorit (berwarna hijau – sampai pucat,
belahan parallel/satu arah, fibrous, ukuran butir, bias rangkap rendah orde 1 (biru
kehitaman), ditunjukan pada (DE4) dengan presentase mineralnya sebesar 30%,
Aktinolit (berwarna coklat – kehijauan, beragregat, pleokrois hijau,
memperlihatkan bentuk menjarum, pemadaman bergelombang, bias rangkap
sedang (kuning – merah) ditunjukan pada M5) dengan presentase mineralnya
sebesar 20%, mineral Epidot ( berwarna coklat pucat – kuning terang, relief
bergelombang, bentuk prismatic panjang, hadir sebagai Kristal granular hasil
ubahan dari piroksen, ditunjukan pada I8) dengan presentase mineralnya sebesar
15%. Sehingga dapat dinamakan batuan ini yaitu Schist Mica berdasarkan
klasifikasi menurut O’Dunn dan Sill, 1986
Petrogenesa pada Batuan ini mengalami proses deformasi ditandai
dengan kenampakan mineral yang sebagian besar terfrakturkan.

Nomor Peraga X3
jenis batuannya Batuan Metemorf dengan kenampakan mikroskopisnya
berwarna abu – abu kecoklatan, struktur filitik, terdiri dari mineral Hornblende,
Piroksen dan Kuarsa, selain itu batuan ini telah mengalami ubahan menghasilkan
Tremolit dan Epidot, kalsit juga hadir sebagai urat – urat halus.
Deskripsi mineral yaitu dari mineral Hornblende ( berwarna coklat,
berbentuk prismatic panjang, subhedral – anhedral, berbutir sedang – kasar,
belahan 2 arah, menunjukan pemadaman bergelombang, sebagaian besar dari
mineral ini telah terubah menjadi Tremolit, ditunjukan pada H1) dengan
persentase mineralnya sebesar 30%, mineral Piroksen ( berwarna kuning

73 | P a g e
kecoklatan – agak kehijauan, subhedal, bentuk prismatik panjang dan pendek;
sedang, belahan 1 arah dan 2 arah, relief tinggi, sebagian telah terubah menjadi
tremolit, ditunjukan pada J4,J5) dengan persentase mineralnya sebesar 10%,
mineral Kuarsa (Tidak berwarna, anhedral, interferensi kuning terang, menyudut
tanggung, tanpa belahan, relief sedang, pemadaman bergelombang, dijumpai
sebagai agregat Kristal xenoblast, ditunjukan pada F1) dengan persentase
mineralnya sebesar 30%, Epidot (berwarna coklat pucat – kuning terang, relief
bergelombang, paarismatik panjang dan pendek, hadir sebagai Kristal granular
halus ubahan dari piroksen, J4,5) dengan persentase mineralnya sebesar 10%.
Sehingga dapat dinamakan batuan ini yaitu Phylite berdasarkan klasifikasi
menurut O’Dunn dan Sill, 1986 .
Petrogenesa pada batuan ini terbentuk pada temperature dan tekanan
tinggi sehingga menunjukan penjajaran mineral.

74 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisi tadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa kenampakan
mikroskopis sayatan Batuan Metamorf dengan Nomor Peraga X1 merupakan
Gneiss berdasarkan klasifikasi menurut O’Dunn dan Sill, 1986. Petrogenesa pada
batuan ini mengalami metamorfisme serta deformasi dan strukturnya hilang akibat
dari mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi sehingga batuan yang
dihasilkan adalah batuan metamorf. Kenampakan mikroskopis Sayatan Batuan
Metamorf dengan Nomor Peraga X2 merupakan Schist Mica berdasarkan
klasifikasi menurut O’Dunn dan Sill, 1986. Petrogenesa Batuan ini mengalami
proses deformasi ditandai dengan kenampakan mineral yang sebagian besar
terfrakturkan. Kenampakan mikroskopis Sayatan Batuan Metamorf dengan
Nomor Peraga X3 merupakan Phylite berdasarkan klasifikasi menurut O’Dunn
dan Sill, 1986. Petrogenesa pada batuan ini terbentuk pada temperature dan
tekanan tinggi sehingga menunjukan penjajaran mineral.

4.2 Saran
Diharapkan pada praktikum kedepannya praktikan dapat di ajarkan cara
melihat mineral di bawah mikroskop baik di nikol sejajar maupun di niko silang
agar praktikan bisa melihat perbedaan antar mineral

75 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai