Anda di halaman 1dari 87

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian eksperimental yaitu metode yang dapat dipakai untuk menguji
pengaruh dari suatu perlakuan atau desain baru dengan cara membandingkan
antara desain baru atau perlakuan baru dengan desain lain tanpa perlakuan baru
(kondisi awal desain) sebagai control atau pembanding pada hasil penelitian.
Pada pengujian ini, kondisi awal pengujian yaitu pada saat pengujian tanpa
menggunakan blower dan hasil pengujian akan dibandingkan dengan pengujian
menggunakan blower, sehingga peningkatan performansi mesin dapat diketahui.
Pengujian ini dilakukan dengan memvariasikan putaran motor (variable
speed) pada penggunaan blower dan tanpa penggunaan blower dengan rentang
rpm 1000 yang dimulai dari rpm 1000 hingga rpm 9000.

3.2.Waktu dan Tempat


3.2.1. Pengujian Konsumsi Bahan Bakar
Dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Departemen
Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara selama 1 minggu.

Gambar 3.1 Pengujian Konsumsi Bahan Bakar

29

Universitas Sumatera Utara


3.2.2. Pengujian Torsi
Dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Departemen
Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara selama 1 bulan.

Gambar 3.2 Pengujian Torsi Pada Roda

3.2.3. Pengujian Emisi Gas Buang


Dilakukan di Bengkel Toyota AUTO 2000 Jln. SM. Raja selama 1
minggu.

Gambar 3.3 Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan

30

Universitas Sumatera Utara


3.2.4. Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
Dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara selama 1 hari.

Gambar 3.4 Pengujian Bom Kalorimeter

3.3.Alat dan Bahan


3.3.1. Alat
1. Mesin
Mesin yang digunakan yaitu mesin otto 4 langkah, dimana mesin yang
digunakan adalah mesin Sepeda Motor Honda Supra-X 125 PGMFI.

Gambar 3.5 Sepeda Motor Honda Supra-X125 PgmFI

31

Universitas Sumatera Utara


Spesifikasi:
1. Engine :
• Mesin : 4 langkah SOHC, pendingin udara
• Kelas : 125
• Volume langkah : 124,8 cc
• Diameter X Langkah : 52,4 x 57,9 mm
• Perbandingan Kompresi :9:1
• Sistem pemasukan : Injection
• Sistem pengapian : Full transistorized
• Daya Maksimum : 9,63 PS / 7.500 RPM
• Torsi Maksimum : 1,08 kgf.m / 5.500 RPM
• Kapasitas Pelumas Mesin : 0,7 L dalam penggantian periodik
• Tipe Starter : pedal dan elektrik
• Sistem Pendingin : pendinginan udara
• Kopling : ganda, sentrifugal, tipe basah
• Busi : ND U20EPR9, NGK CPR6EA-9

2. Transmisi :
• Tipe Transmisi : 4 kecepatan rotari
• Pola Pengoperan Gigi : N-1-2-3-4-N (rotari)
• Rasio Gigi : Speed 1 = 35/14
Speed 2 = 31/20
Speed 3 = 23/20
Speed 4 = 26/24
2. Blower
Blower yang digunakan bertujuan untuk mensuplai atau
memampatkan udara keruang bakar sebagai pengganti penggunaan
supercharger pada umumnya. Pada pengujian ini digunakan blower
elektrik dengan spesifikasi sebagai berikut :
• Speed : 0-15000 RPM
• Input power : 650 W
• Rated volt : 220 V
• Frequency : 50 Hz

32

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.6 Blower

3. Alat Ukur Emisi Gas Buang


Alat ukur yang digunakan adalah Stargas 898, alat ini merupakan
gas buang analyzer CO, CO2, HC, O2, NOX (opsional). Kondisi
lingkungan pengukuran meliputi : temperatur, tekanan atmosfer,
kelembaban relatif. Stargas juga dapat memeriksa operasional dari probe
lambda seluruh simulasi yang beroperasi. (1V/5V) Stargas analyzer adalah
unit multifungsi opsional, tanpa perlu yang terhubung ke PC. Stargas
dapat dikendalikan dari jauh melalui keyboard opsional inframerah.
Stargas dapat digunakan dengan mudah untuk melakukan pengujian emisi
gas buang kendaraan dan data yang diambil dapat disimpan dan dicetak
langsung.
Spesifikasi:
• Daya 270V, 50 – 60Hz
• Baterai 16V (sekering 5A)
• IR remote Keyboard 3 x AAA
• Max Konsumsi 70W
• Tampilan LCD 320x240
• Keyboard silicone karet, dilapisi
• Printer termal bi-warna (hitam / merah, 24 kolom)
• Serial port COM1, COM2, RS232, RS485
• Video konektor VGA, (PAL atau NTSC)

33

Universitas Sumatera Utara


• Parameter ambient suhu -40 - +60 celcius
• Parameter ambient suhu -40 - +60 celcius
• Ambient tekanan 750 – 1060 hPa
• Ambient kelembaban relatif 0% - 100%
• Refresh rate 20 kali per detik
• Tingkat arus <10 liter per menit
• Bekerja suhu 5-40 celcius
• Fitur jam, tanggal, waktu & cetak
• Ukuran 400mm x 180mm x 450mm
• Berat 8.6 kgs

Gambar 3.7 Alat Ukur Emisi Gas Buang

4. HiDS HD-30
HiDS adalah alat yang mampu berkomunikasi dengan Engine Control
Module (ECM) yaitu pada motor honda injection, data-data berupa sinyal dari
ECM akan dibaca HiDS dan ditampilkan pada layar peraga dalam bentuk
besaran-besaran fisika, seperti:
- Suhu ditampilkan dalam °C.
- Tekanan ditampilkan dalam kPA.
- Putaran mesin ditampilkan dalam RPM.
- Dll.

34

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.8 HiDS HD-30

HiDS juga dilengkapi dengan fasilitas untuk menampilkan data data


kesalahan sensor yang terdeteksi ECM, baik data kesalahan yang sudah
terjadi dan tersimpan dalam memory ECM ataupun data yang sedang
terjadi yang terdeteksi ECM, data-data tersebut akan ditampilkan pada
layar peraga HiDS dengan menggunakan Bahasa Indonesia sehingga
mudah dimengerti dan informatif, HiDS juga memiliki fasilitas untuk
melakukan re-set atau menghapus data-data kesalahan yang tersimpan di
ECM dengan amat mudah, HiDS juga memiliki kemampuan untuk
menampilkan data-data saat sepeda motor dalam kondisi stasioner.
Spesifikasi:
• Dimensi : 122 x 82 x 33 mm ( p x l x t).
• Tegangan : 8 – 15 Volt DC.
• Arus : 100 – 150 mA.
• Tampilan : Peraga 20 x 4

5. Digital Stop watch


Digital stop watch digunakan untuk menghitung waktu pada saat
pengujian, alat ini hanya digunakan pada pengujian konsumsi bahan bakar
spesifik.

35

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.9 Digital Stop Watch

6. Buret atau tabung ukur


Buret atau Tabung ukur digunakan untuk mengukur jumlah bahan
bakar yang terpakai pada saat pengujian konsumsi bahan bakar.
Spesifikasi :
• Kapasitas : 50 ml
• Akurasi : 0.05 ml

Gambar 3.10 Buret Atau Tabung Ukur

7. Tools
Tools merupakan alat bantu pada saat pemasangan alat-alat
pengujian seperti pemasangan blower pada chasis speda motor,
pemasangan selang bertekanan tinggi pada injector, pemasangan pipa besi
pada tabung bertekanan dan pemasangan timbangan pegas untuk
pengujian torsi dan daya.

36

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.11 Tools

8. Regulator dan Tabung bertekanan


Regulator digunakan sebagai alat untuk mensetting atau
mengontrol tekanan pada tabung bertekanan sebesar ±2,9 bar pada saat
pengujian. Sehingga tekanan bahan bakar yang akan diterima oleh injector
menyamai tekanan yang diberikan oleh pompa elektrik pada aplikasi
sebenarnya. Dengan demikian kondisi injector dan perangkat pendukung
lain dapat bekerja dengan normal sebagaimana biasanya.

Gambar 3.12 Regulator Dan Tabung Bertekanan

9. Timbangan pegas
Timbangan pegas ini digunakan sebagai alat untuk mengukur daya
dan torsi pada roda belakang motor sebagaimana halnya dyno test yang
sering digunakan untuk mengetahui torsi dan daya kendaraan. Namun
pada pengujian ini, data yang ditunjukkan oleh timbangan pegas akan

37

Universitas Sumatera Utara


diolah kembali menggunakan rumus, karena daya yang didapat merupakan
data pada roda, belum dikonversikan secara langsung pada data mesin
yang sebenarnya sebagaimana halnya pada dyno test.
Data yang didapat pada timbangan ini, nantinya akan digunakan
untuk mengetahui performansi mesin sebagai pertimbangan pada hasil
pengujian.
Spesifikasi :
Beban maksimal : 150 kg
Akurasi : 0,5 kg

Gambar 3.13 Timbangan Tarik

10. Timbangan digital


Timbangan digital ini digunakan untuk mengukur massa bahan
bakar premium, etanol dan bahan bakar setelah dicampur. Alat ini
digunakan pada saat pengujian nilai kalor bahan bakar.

Gambar 3.14 Timbangan Digital

38

Universitas Sumatera Utara


11. Pengatur Bukaan Throttle atau Bukaan Gas
Alat ini digunakan untuk mensetting rpm motor saat pengujian.
Alat ini digunakan bertujuan agar rpm yang telah ditentukan tetap konstan
sehingga pengujian akan lebih akurat. Alat ini digunakan pada semu
pengujian yang dilakukan.

Gambar 3.15 Pengatur Bukaan Gas

12. Selang bertekanan tinggi


Alat ini digunakan untuk menghubungkan tabung bertekanan
dengan injector pada saat pengujian performansi motor dan pengujian
emisi gas buang serta sebagai conector pada pipa besi saat pengujian
konsumsi bahan bakar spesifik.

Gambar 3.16 Selang Bertekanan Tinggi

39

Universitas Sumatera Utara


13. Pipa besi
Pipa ini digunakan sebagai penghubung tabung bertekanan dengan
injector pada saat pengujian konsumsi bahan bakar spesifik. Pipa ini
digunakan untuk menggantikan fungsi selang bertekanan tinggi. Pada
pengujian konsumsi bahan bakar spesifik tidak menggunakan selang
bertekanan tinggi melainkan menggunakan pipa besi. Hal ini dikarenakan
pada saat diberi tekanan sebesar ±2,9 bar, maka selang bertekanan tinggi
akan memuai atau mengembang, sehingga pengukuran konsumsi bahan
bakar saat pengujian tidak akurat, sedangkan dengan penggunaan pipa
besi, dengan tekanan ±2,9 bar, belum terjadi pemuaian, dengan demikian
pengujian akan lebih akurat.

Gambar 3.17 Pipa Besi

3.3.2. Bahan
Bahan bakar yang digunakan pada pengujian ini yaitu bahan bakar
campuran 90% premium dengan 10% bioetanol.
1. Premium
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan
bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia
dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena
memperoleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Premium merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane
Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor
lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan
bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor,

40

Universitas Sumatera Utara


motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor
gasoline atau petrol.

Gambar 3.18 Premium

2. Etanol
Etanol merupakan energi alternatif yang bisa digunakan sebagai
bahan bakar campuran premium untuk mesin otto, dalam pengujian kali
ini digunakan etanol yang terbuat dari tebu.

Gambar 3.19 Etanol

41

Universitas Sumatera Utara


3.4. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
pengukuran dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada
masing – masing pengujian.

2. Data Sekunder,
Data sekunder merupakan data tentang karakteristik bahan bakar
yang digunakan dalam pengujian

3.5. Metode Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari hasil pengujian diolah menggunakan
rumus yang ada, kemudian hasil dari peritungan disajikan dalam bentuk
tabulasi dan grafik.

3.6. Pengamatan dan Tahap Pengujian


3.6.1. Parameter
Adapun parameter yang akan ditinjau dalam pengujian ini adalah :
1. Torsi motor ( T )
2. Daya motor ( N )
3. Konsumsi bahan bakar spesifik ( sfc )
4. Efisiensi thermal
5. Air Fuel Ratio (AFR)
6. Efisiensi Volumetris
7. Emisi gas buang

3.6.2. Prosedur Pengujian


Adapun prosedur pengujian dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pengujian motor otto empat langkah tanpa blower dengan
memvariasikan putaran motor.
2. Pengujian motor otto empat langkah dengan menggunakan blower
dengan memvariasikan motor.

42

Universitas Sumatera Utara


3.7. Prosedur Pengujian Performansi Mesin
Adapun Prosedur pengujian performansi motor dilakukan dengan dua cara
yaitu :
a. Pengujian tanpa blower
Pengujian tanpa blower dilakukan dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan kondisi motor secara umum dan pemeriksaan sambungan selang
bertekanan pada tabung bertekanan.
2. Mengikat sepeda motor pada tiang tahanan
3. Memasukkan bahan bakar kedalam tabung bertekanan dan memastikan takanan
pada tabung sebesar ±2,9 bar dengan menggunakan regulator.
4. Memastikan angka pada timbangan sudah tepat pada angka 0 kg dan
mengikatkan salah satu ujungnya pada roda belakang dan ujung yang lain pada
tiang penahan.
5. Menghubungkan HiDS dengan motor melalui conector yang terdapat pada
bagian depan sepeda motor
6. Memposisikan gigi transmisi pada posisi gigi 3. Dalam hal ini percobaan
dilakukan menggunakan gigi 3 dengan pertimbangan agar hasil pengujian
masih dalam skala alat uji yang digunakan.
7. Start mesin dengan starter sambil menekan kopling.
8. Memilih jenis motor supra-X 125 pada HiDS untuk mengaktifkan program
HiDS.
9. Merekam hasil pengujian pada timbangan dengan video camera.
10. Mengatur putaran mesin pada putaran yang telah ditentukan dengan
menggunakan tuas kecepatan dan memastikan putaran mesin tetap konstan
dengan cara melihat putaran mesin pada alat HiDS HD-30.
11. Melepaskan kopling sehingga timbangan tertarik oleh roda belakang hingga
mesin berhenti pada beban maksimal.
12. Dilakukan 5 kali pengujian untuk setiap putaran atau rpm yang ditentukan.
13. Memutar kembali rekaman video dan mencatat massa yang tercatat pada
timbangan.
14. Mengulang pengujian menggunakan variasi putaran pengujian.

43

Universitas Sumatera Utara


b. Pengujian dengan blower
Pengujian dengan blower dilakukan dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan kondisi motor secara umum dan pemeriksaan sambungan selang
bertekanan pada tabung bertekanan serta pengecekan pada kondisi blower.
2. Mengikat sepeda motor pada tiang tahanan
3. Memasukkan bahan bakar kedalam tabung bertekanan dan memastikan takanan
pada tabung sebesar 2,9 bar dengan menggunakan regulator.
4. Memastikan angka pada timbangan sudah tepat pada angka 0 kg dan
mengikatnya salah satu ujungnya pada roda belakang dan ujung yang lain pada
tiang penahan.
5. Memposisikan gigi transmisi pada posisi gigi 3.
6. Menghubungkan HiDS dengan motor melalui conector pada bagian depan
sepeda motor
7. Start mesin dengan starter.
8. Memilih jenis motor supra-X 125 pada HiDS untuk mengaktifkan program
pada HiDS.
9. Mengatur putaran mesin pada putaran yang telah ditentukan dengan
menggunakan tuas kecepatan dan memastikan putaran mesin tetap konstan
dengan cara melihat putaran mesin pada alat HiDS HD-30.
10. Menghidupkan blower.
11. Merekam hasil pengujian pada timbangan dengan video camera.
12. Melepaskan kopling sehingga timbangan tertarik oleh roda belakang hingga
mesin berhenti pada beban maksimal.
13. Mematikan blower dan mengulang 5 kali pengujian untuk setiap putaran
14. Memutar kembali rekaman video dan mencatat massa yang tercatat pada
timbangan.
15. Mengulang pengujian menggunakan variasi putaran pengujian.

44

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.20 Pengujian Performansi Mesin

3.8. Prosedur Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Spesifik


Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu memasang alat yang akan
digunakan, diantaranya :
1. Menghubungkan injector dengan perangkat tabung bertekanan dengan pipa
besi melalui selang bertekanan tinggi sebagai conectornya.
2. Menghubungkan HiDS HD-30 dengan motor melalui conector pada bagian
depan sepeda motor.
3. Memasukkan bahan bakar kedalam pipa besi dan menghilangkan gelembung
udara dari pipa.
4. Memberikan tanda pada pipa.
Tanda ini digunakan sebagai titik acuan untuk memulai penghitungan
waktu dengan stopwatch dan pengukuran konsumsi bahan bakar. Adapun
Prosedur pengujian dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Pengujian tanpa blower
Pengujian tanpa blower dilakukan dengan tahapan berikut:
1. Mengisi bahan bakar kedalam tabung bertekanan sebanyak ±10 ml
2. Memasukkan udara kedalam tabung dan mengatur tekanan udara dengan
menggunakan regulator hingga tekanan dalam tabung ±2,9 bar.
3. Menghidupkan motor dengan starter.
4. Memilih program pada HiDS HD-30 untuk jenis kendaraan supra 125.

45

Universitas Sumatera Utara


5. Menentukan RPM motor yang ditampilkan oleh HiDS HD-30 dengan
menggunakan alat pengatur bukaan gas.
6. Memulai stopwatch pada saat bahan bakar telah melalui tanda yang
diberikan pada perangkat pipa besi.
7. Mematikan motor setelah 30 s.
8. Menghitung jumlah bahan bakar yang habis dengan menggunakan buret.
9. Mencatat hasil pengujian dan mengulanginya dengan variasi putaran
pengujian.

b. Pengujian dengan blower


Pengujian dengan blower dilakukan dengan tahapan berikut:
1. Mengisi bahan bakar kedalam tabung bertekanan sebanyak ±10ml
2. Memasukkan udara kedalam tabung dan mengatur tekanan udara dengan
menggunakan regulator hingga tekanan dalam tabung ±2,9 bar.
3. Menghidupkan motor dengan starter.
4. Memilih program pada HiDS HD-30 untuk jenis kendaraan supra 125.
5. Menentukan RPM motor yang ditampilkan oleh HiDS HD-30 dengan
menggunakan alat pengatur bukaan gas.
6. Menghidupkan blower.
7. Memulai stopwatch pada saat bahan bakar telah melalui tanda yang
diberikan pada perangkat pipa besi.
8. Mematikan motor setelah 30 s.
9. Menghitung jumlah bahan bakar yang habis dengan menggunakan buret
atau tabung ukur.
10. Mencatat hasil pengujian dan mengulanginya dengan variasi putaran
pengujian.

46

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.21 Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

3.9. Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar


Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah alat
uji “Bom Kalorimeter”.

Gambar 3.22 Bom Kalorimeter.

a. Peralatan yang digunakan meliputi :


1. Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom.
2. Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.
3. Tabung gas oksigen.
4. Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang
dimasukkan ke dalam tabung bom.
5. Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.01 0C.

47

Universitas Sumatera Utara


6. Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin.
7. Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.
8. Pengatur penyalaan (saklar), untuk menghubungkan arus listrik ke tangkai
penyala pada tabung bom.
9. Kawat penyala (busur nyala), untuk menyalakan bahan bakar yang diuji.
10. Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.
11. Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai penyala, dan cawan pada
dudukannya.

b. Tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji.
2. Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada
pada penutup bom.
3. Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala,
serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan
bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset.
4. Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan
berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring sampai rapat.
5. Mengisi bom dengan oksigen (30 bar).
6. Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml.
7. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter.
8. Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus
listrik.
9. Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang dilengkapi dengan
pengaduk.
10. Menghubungkan dan mengatur posisi pengaduk pada elektromotor.
11. Menempatkan termometer melalui lubang pada tutup kalorimeter.
12. Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca
dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer.
13. Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar.
14. Memastikan kawat penyala telah menyala dan putus dengan
memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja.

48

Universitas Sumatera Utara


15. Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingin setelah 5 (lima)
menit dari penyalaan berlangsung.
16. Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk
pengujian berikutnya.
17. Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut.

3.10. Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang


Untuk menguji emisi gas buang pada motor otto yang di uji, digunakan
alat penguji emisi gas buang untuk mesin gasoline yaitu Stargas 898 milik
showroom toyota auto 2000 - medan. Pengujian ini dilakukan dengan maksud
untuk mengetahui kadar emisi gas buang kendaraan yang diuji baik setelah
penggunaan blower dan tanpa blower.

Gambar 3.23 Pengujian Emisi Gas Buang


Prosedur pengujian emisi gas buang dilakukan dengan langkah berikut :
a. Pengujian tanpa blower
Pengujian tanpa blower dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Memasang semua peralatan pengujian pada motor seperti pemasangan
HiDs HD-30, tabung bertekanan, bahan bakar.
2. Menghubungkan kabel utama gas analyzer ke sumber listrik.
3. Menekan tombol ON pada bagian belakang alat uji gas analyzer untuk
menghidupkan alat.

49

Universitas Sumatera Utara


4. Tunggu beberapa saat hingga tampil “auto zero” pada layar untuk
mengkalibrasi alat dan layar menunjukkan “ready” yang berarti alat sudah
siap digunakan.
5. Starting motor dan menentukan rpm yang akan diuji melalui alat pengatur
bukaan gas dan HiDs HD-30
6. Memasukkan probe kedalam knalpot dan tunggu hingga data yang
ditampilkan layar gas analyzer stabil
7. Memprint hasil pengujian.
8. Mengulangi langkah 4-7 dengan variasi RPM yang telah ditentukan.

b. Pengujian dengan blower


Pengujian dengan blower dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Memasang semua peralatan pengujian pada motor separti pemasangan
HiDs HD-30, tabung bertekanan, bahan bakar.
2. Menghubungkan kabel utama gas analyzer ke sumber listrik.
3. Menekan tombol ON pada bagian belakang alat uji gas analyzer untuk
menghidupkan alat.
4. Tunggu beberapa saat hingga tampil “auto zero” pada layar untuk
mengkalibrasi alat dan layar menunjukkan “ready” yang berarti alat
sudah siap digunakan.
5. Starting motor dan menentukan RPM yang akan diuji melalui alat
pengatur bukaan gas dan HiDs HD-30.
6. Hidupkan blower.
7. Memasukkan probe kedalam knalpot dan tunggu hingga data yang
ditampilkan layar gas analyzer stabil
8. Memprint hasil pengujian.
9. Mematikan blower.
10. Mengulangi langkah 4-9 dengan variasi putaran pengujian.

50

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Penelitian


Mesin Supra X 125 cc PGM FI yang akan digunakan sebagai alat uji
merupakan mesin yang dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin. Mesin
ini merupakan mesin modern yang telah menggunakan sistem Fuel Injecton
dibanding mesin sebelumnya yang menggunakan carburator sebaga alat
pencampur bahan bakar dengan udara. Data lengkap hasil pengujian untuk bahan
bakar campuran E10 dapat dilihat pada lampiran.

4.1.1. Spesifikasi Data Alat dan Bahan Pengujian


untuk menghitung unjuk kerja diperlukan data-data seperti data pada
mesin uji data alat yang digunakan pada mesin uji dan data bahan bakar yang
diuji. Data ini nantinya akan digunakan dalam perhitungan performansi mesin.
Data spesifikasi alatsebagai berikut :

4.1.1.1. Data Engine :


Mesin yang digunakan dalam pengujian ini adalah mesin honda supra-X
125 EFI dengan data sebagai berikut :
• Jumlah silinder : 1 silinder
• Diameter silinder (B) : 52,4 mm
• Langkah (S) : 57,9 mm
• Rasio kompresi :9:1
• Volume langkah : 124,8 cc
• Diameter roda : 17 inchi
• Rasio gigi speed 3 : 23/20

4.1.1.2. Data Bahan Bakar :


Dalam pengujian ini, bahan bakar yang digunakan yaitu bahan bakar
campuran 90 % premium dengan 10 % bioetanol, setelah dilakukan pengujian
bom kalori meter di laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin USU, didapat
nilai kalor atas (HHV) bahan bakar sebesar :

51

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Pengujian nilai kalor bahan bakar campuran 90% premium dengan
10% etanol

NILAI KALOR BAHAN BAKAR


90% Premium + 10% Bioetanol
HHV
NO T1 (C) T2 (C) HHV
rata-rata
1 28.55 29.22 45588.352
2 26.67 27.31 43382.464
3 24.56 25.24 46323.648 45147.17
4 27.65 28.31 44853.056
5 25.53 26.2 45588.352

𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = (𝑇𝑇2 – 𝑇𝑇1 – 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇) 𝑥𝑥 𝐶𝐶𝐶𝐶 .......................................................... (4.1)


Dari data di atasn HHV rata-rata dari 5 kali percobaan didapat sebesar :
𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = 45147,17 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝐾𝐾𝐾𝐾
Jadi, nilai kalor bawah bahan bakar campuran menjadi :
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 – 3240 ......................................................................... (4.2)
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 45147,17 – 3240
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 41907,17 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝐾𝐾𝐾𝐾
Jadi, Nilai kalor bawah (LHV) bahan bakar campuran pada percobaan ini
sebesar 41907,17 Kj/Kg.

4.1.1.3. Data Blower


Dalam pengujian ini, digunakan blower sebagai pengganti supercharger
yang berfungsi untuk memanpatkan udara pada ruang bakar. Spesifikasi
blower yang digunakan sebagai berikut :
• Speed : 15000 rpm
• Input power : 650 W
• Rated volt : 220 V
• Frequency : 50 Hz
Dari data spesifikasi diatas, diketahui bahwa daya yang diperlukan untuk
menggerakkan blower hingga 15000 rpm sebesar 650 W, dalam pengujian
ini, putaran blower ditetapkan pada putaran maksimal untuk setiap variasi
putaran mesin pada saat pengujian.

52

Universitas Sumatera Utara


4.2. Pengujian Performansi Mesin Otto
Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin Supra-X 125
EFI 125 cc melalui unit instrumentasi dan perlengkapan yang digunakan pada saat
pengujian antara lain:
• Putaran (rpm) melalui pembacaan HIDs.
• Massa tarik melalui pembacaan Timbangan pegas.
• Konsumsi bahan bakar melalui pengukuran dengan buret atau tabung ukur.
• Massa bahan bakar campuran melalui pembacaan timbangan digital.

4.2.1 Final Rasio


Final rasio merupakan perkalian perbandingan roda gigi yang dimulai dari
roda gigi pada gigi tarik roda belakang, roda gigi pada transmisi (pada percobaan
ini ditetapkan pada gigi 3), dan roda gigi poros engkol yang menyalurkan putaran
dari poros utama transmisi ke poros engkol. Adapun perbandingan rasio yang
didapat adalah :
• Perbandingan rasio pada roda belakang yaitu :
Jumlah gigi tarik roda belakang : 39
Jumlah gigi tarik poros transmisi : 14
Maka didapat perbandingan rasio gear sebesar :
39/14 = 2,786
• Perbandingan prasio gear 3 pada transmisi yaitu :
Jumlah gear gigi 3 : 23
Jumlah gear poros utama transmisi : 20
Maka didapat perbandingan rasio gear sebesar :
23/20 = 1,15
• Perbandingan rasio antara transmisi dengan poros engkol yaitu :
Jumlah gear poros kopling : 67
Jumlah gear poros engkol : 20
Maka didapat perbandingan rasio gear sebesar :
67/20 = 3,35

53

Universitas Sumatera Utara


Jadi untuk perbandingan rasio keseluruhan (final rasio) dapat diketahui
dengan mengalikan ketiga perbandingan rasio di atas, yaitu

𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟


𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 3 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 ........ (4.3)
= 2,786 x 1,15 x 3,35
= 10,732

Jadi, final rasio gear pada percobaan ini adalah 10,732.

4.2.2 Torsi
Besarnya Torsi yang dihasilkan oleh mesin pada poros roda dengan bahan
bakar 90% premium + 10% Etanol saat menggunakan blower elektrik dan tanpa
blower elektrik dapat dihitung dari massa yang tertarik pada timbangan pegas dan
jari-jari roda. Besarnya gaya yang dihasilkan pada setiap percobaan untuk tiap
variasi putaran mesin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚 ................................................................................................... (4.4)

Dimana :
F = Gaya (N)
G = Percepatam gravitasi (9,86m/s2)
m = Massa (Kg)

Sedangkan untuk menghitung torsi pada roda, dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan berikut :

𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟 ............................................................................................... (4.5)

Dimana:
Troda = Torsi pada roda (Nm)
r = Jari-jari roda = ½ . diameter roda
= ½ 17 inchi
= 8,5 inchi
= 0,216 m

54

Universitas Sumatera Utara


Torsi pada mesin sebelum nenggunakan blower dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :

𝑇𝑇 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ...................................................................................... (4.6)
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

Untuk pengujian menggunakan blower, maka torsi mesin yang didapat


akan dikurangkan dengan torsi yang di gunakan oleh blower untuk memutar
turbin. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :

𝑇𝑇 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 ...................................................................... (4.7)
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

𝑃𝑃 𝐵𝐵 .60
𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = ............................................................................................. (4.8)
2.𝜋𝜋.𝑛𝑛

Dimana :
Tmesin = Torsi mesin (Nm)
Tblower= Torsi Blower (Nm)
PB = daya blower (W)
n = putaran (rpm)

Tabel 4.2 Massa rata-rata pada pengujian sebelum penggunaan blower


Putaran Mesin massa rata2
rpm Kg
1000 8.5
2000 13
3000 16.5
4000 20.1
5000 22.1
6000 24.9
7000 27
8000 26.3
9000 25.5

Dari persamaan diatas, maka torsi pada mesin dapat dihitung sebagai
berikut :
1. Torsi tanpa Blower
• Untuk n = 1000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 8,5 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚

55

Universitas Sumatera Utara


= 9,86 × 8,5
= 83,81𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 83,81 × 0,216
= 18,103 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 18,103 ÷ 10,732
𝑇𝑇mesin = 1,687 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 2000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 13 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 13

= 128,18 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 128,18 × 0,216
= 27,687 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 27,687 ÷ 10,732
T𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 2,580 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 3000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 16,5 kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 16,5
= 162,69 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 162,69 × 0,216
= 35,141 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 35,141 ÷ 10,732


𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 3,274 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 4000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 20,1 kg

56

Universitas Sumatera Utara


𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 20,1
= 198.186𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 198.186 × 0,216
= 42,808 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 42,808 ÷ 10,732
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 3,989 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 5000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 22,1 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 22,1
= 217,906𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 217,906 × 0,216
= 47,068 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 47,068 ÷ 10,732
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 4,386 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 6000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 24,9 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 24,9
= 245,514 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 245,514 × 0,216
= 53,031 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 53,031 ÷ 10,732
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 4,941 𝑁𝑁𝑁𝑁

57

Universitas Sumatera Utara


• Untuk n = 7000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 27 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 27
= 266,22 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 266,22 × 0,216
= 57,504 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 57,504 ÷ 10,732
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 5,358 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 8000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 26,3 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 26,3
= 259,318 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 259,318 × 0,216
= 56,013 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 56,013 ÷ 10,732
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 5,219 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 9000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 22,5 Kg
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 22,5
= 251,430 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 251,430 × 0,216
= 54,309 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 54,309 ÷ 10,732


𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 5,060 𝑁𝑁𝑁𝑁

58

Universitas Sumatera Utara


Perbandingan Torsi pada roda untuk masing-masing pengujian pada tiap
variasi putaran dapat dilihat pada gambar berikut:
6,0

5,0

4,0
Torsi (Nm)

3,0

2,0

1,0

0,0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.1 Grafik Torsi Vs Putaran sebelum menggunakan Blower

2. Dengan Blower
Sebelum menghitung torsi mesin dengan menggunakan blower, maka
terlebih dahulu dihitung torsi yang digunakan oleh blower. Pada spesifikasi
blower, blower menggunakan daya sebesar 650 w pada putaran 15000 rpm, maka
torsi pada blower adalah :

𝑃𝑃 𝐵𝐵 .60
𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = ............................................................................................. (4.9)
2.𝜋𝜋.𝑛𝑛

650 . 60
=
2. (22/7). 15000
= 0,4136 𝑁𝑁𝑁𝑁

Tabel 4.3 massa rata-rata pada pengujian sesudah penggunaan blower


Putaran Mesin Massa rata2
rpm Kg
1000 9.7
2000 14.3
3000 18.9
4000 21.7

59

Universitas Sumatera Utara


5000 25
6000 27.6
7000 30.5
8000 30.2
9000 30

Dari data di atas, torsi pada mesin dengan menggunakan blower adalah :
• Untuk n = 1000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 9,7 Kg,
Tblower = 0,4136 Nm
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 9,7
= 95,642 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 95,642 × 0,216
= 20,245 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (20,245 ÷ 10,732) − 0,4136
Tmesin = 1,886 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 2000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 14,3 Kg,
Tblower = 0,4136

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 14,3
= 140,998 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 140,998 × 0,216
= 30,042 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (30,042 ÷ 10,732) − 0,4136
Tmesin = 2,799 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 3000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 18,9 Kg,
Tblower = 0,4136

60

Universitas Sumatera Utara


𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 18,9
= 186,354𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 186,354 × 0,216
= 39,839 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (39,839 ÷ 10,732) − 0,4136
Tmesin = 3,712 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 4000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 21,7 Kg,
Tblower = 0,4136
𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 21,7
= 213,962 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 213,962 × 0,216
= 45,802 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (45,802 ÷ 10,732) − 0,4136
T𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 4,268 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 5000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 25 Kg,
Tblower = 0,4136

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 25
= 246,5 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 246,5 × 0,216
= 52,83 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

61

Universitas Sumatera Utara


𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (52,83 ÷ 10,732) − 0,4136
T𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 4,923 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 6000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 27,6 Kg,
Tblower = 0,4136

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 27,6
= 272,136 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 272,136 × 0,216
= 58,368 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (58,368 ÷ 10,732) − 0,4136
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 5,439 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 7000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 30,5 Kg,
Tblower = 0,4136

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 30,5
= 300,730 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 300,730 × 0,216
= 64,544 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ( 64,544 ÷ 10,732) − 0,4136
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 6,014 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 8000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 30,2 Kg,
Tblower = 0,4136

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 30,2
= 297,772 𝑁𝑁

62

Universitas Sumatera Utara


𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 297,772 × 0,216
= 63,905 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (63,905 ÷ 10,732) − 0,4136
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 5,955 𝑁𝑁𝑁𝑁
• Untuk n = 9000 rpm, didapat massa tarik rata-rata = 30 Kg,
Tblower = 0,4136

𝐹𝐹 = 𝐺𝐺 × 𝑚𝑚
= 9,86 × 30
= 295,8 𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑟𝑟
= 295,8 × 0,216
= 63,479 𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = − 𝑇𝑇𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = (63,479 ÷ 10,732) − 0,4136
𝑇𝑇𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 5,915 𝑁𝑁𝑁𝑁

Perbandingan Torsi pada roda untuk masing-masing pengujian pada tiap


variasi putaran dapat dilihat pada gambar berikut:

63

Universitas Sumatera Utara


7,0

6,0

5,0
Torsi (Nm)

4,0

3,0

2,0

1,0

0,0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.2 Grafik Torsi Vs Putaran menggunakan Blower

Perbandingan torsi dengan putaran mesin sebelum dan sesudah


menggunakan blower dapat dilihat pada gambar berikut:
7,0

6,0

5,0
Torsi (Nm)

4,0

3,0

2,0
Torsi dengan blower
1,0 Torsi tanpa blower

0,0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Torsi Vs Putaran sebelum dan sesudah
menggunakan Blower

Perubahan nilai torsi setelah penggunaan blower dapat dilihat pada tabel
berikut :

64

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 Perubahan torsi setelah penggunaan blower

Torsi tanpa blower Torsi dengan blower Selisih Torsi


rpm
Nm Nm Nm

1000 1.687 1.886 0.200

2000 2.580 2.799 0.219

3000 3.274 3.712 0.438

4000 3.989 4.268 0.279

5000 4.386 4.923 0.537

6000 4.941 5.439 0.497

7000 5.358 6.014 0.656

8000 5.219 5.955 0.735

9000 5.060 5.915 0.854

rata-rata peningkatan 0.491

Dari data diatas, dapat disimpulkan :


1. Torsi terendah mesin terjadi pada pengujian tanpa menggunakan blower
(kondisi normal) pada putaran mesin 1000 rpm yaitu 1,687 Nm.
2. Torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan blower
pada putaran mesin 7000 rpm yaitu 6,014 Nm.
3. Penggunaan blower jelas meningkatkan torsi mesin di semua variasi putaran.
4. Peningkatan torsi paling tinggi berada pada rpm 9000 sebesar 0,854 Nm.
5. Nilai torsi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,491 Nm (12,1%)
setelah penggunaan blower.

4.2.3 Daya
Dari data yang diperoleh setelah perhitungan di atas, maka daya dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:

65

Universitas Sumatera Utara


2𝜋𝜋.𝑛𝑛
𝑃𝑃𝐵𝐵 = 𝑇𝑇 ................................................................................................. (4.10)
60

dimana:
PB = Daya keluaran(W)
n = Putaran mesin (rpm)
T = Torsi (Nm)
Dengan persamaan di atas, maka daya mesin uji dapat dihitung sebagai
berikut :
1. Daya tanpa Blower
• n = 1000 rpm, T = 1,687 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

2𝜋𝜋 .1000
𝑃𝑃 = 1,687
60

𝑃𝑃 = 176,715 𝑊𝑊
• n = 2000 rpm, T = 2,580 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

2𝜋𝜋 .2000
𝑃𝑃 = 2,580
60

𝑃𝑃 = 540,540 W
• n = 3000 rpm, T = 3,274 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

2𝜋𝜋 .3000
𝑃𝑃 = 3,274
60

𝑃𝑃 = 1029,106 𝑊𝑊

• n = 4000 rpm, T = 3,989 Nm


2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

2𝜋𝜋.4000
𝑃𝑃 = 3,989
60

𝑃𝑃 = 1671,517 𝑊𝑊

• n = 5000 rpm, T = 4,386 Nm

66

Universitas Sumatera Utara


2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋. 5000
𝑃𝑃 = 4,386
60
𝑃𝑃 = 2297,297 𝑊𝑊
• n = 6000 rpm, T = 4,941 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .6000
𝑃𝑃 = 4,941
60

𝑃𝑃 = 3106,028 𝑊𝑊
• n = 7000 rpm, T = 5,358 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .7000
𝑃𝑃 = 5,358
60

𝑃𝑃 = 3929,313 𝑊𝑊
• n = 8000 rpm, T = 5,219 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .8000
𝑃𝑃 = 5,219
60

𝑃𝑃 = 4374,219 𝑊𝑊
• n = 9000 rpm, T = 5,060 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

2𝜋𝜋 .9000
𝑃𝑃 = 5,060
60

𝑃𝑃 = 4771,309 𝑊𝑊

Perbandingan Daya pada mesin untuk masing-masing pengujian pada tiap


variasi putaran dapat dilihat pada gambar berikut:

67

Universitas Sumatera Utara


6000

5000

4000
Daya (W)

3000

2000

1000

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.4 Grafik Daya Vs Putaran sebelum Menggunakan Blower

2. Daya dengan Blower


• n = 1000 rpm, T = 1,886 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .1000
𝑃𝑃 = 1,886
60

𝑃𝑃 = 197,625 𝑊𝑊
• n = 2000 rpm, T = 2,799 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .2000
𝑃𝑃 = 2,799
60

𝑃𝑃 = 586,519 𝑊𝑊
• n = 3000 rpm, T = 3,712 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

2𝜋𝜋 .3000
𝑃𝑃 = 3,712
60

𝑃𝑃 = 1166,681 𝑊𝑊
• n = 4000 rpm, T = 4,268 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60

68

Universitas Sumatera Utara


2𝜋𝜋 .4000
𝑃𝑃 = 4,268
60

𝑃𝑃 = 1788,422 𝑊𝑊
• n = 5000 rpm, T = 4,923 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .5000
𝑃𝑃 = 4,923
60

𝑃𝑃 = 2578,563 𝑊𝑊
• n = 6000 rpm, T = 5,439 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .6000
𝑃𝑃 = 5,439
60

𝑃𝑃 = 3418,600 𝑊𝑊
• n = 7000 rpm, T = 6,014 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .7000
𝑃𝑃 = 6,014
60

𝑃𝑃 = 4410,404 𝑊𝑊
• n = 8000 rpm, T = 5,955 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .8000
𝑃𝑃 = 5,955
60

𝑃𝑃 = 4990,566 𝑊𝑊
• n = 9000 rpm, T = 5,915 Nm
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇
60
2𝜋𝜋 .9000
𝑃𝑃 = 5,915
60

𝑃𝑃 = 5576,964 𝑊𝑊

Perbandingan Daya pada mesin untuk masing-masing pengujian pada tiap


variasi putaran dapat dilihat pada grafik berikut:

69

Universitas Sumatera Utara


6000

5000

4000
Daya (W)

3000

2000

1000

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.5 Grafik Daya Vs Putaran Menggunakan Blower

Perbandingan daya dengan putaran mesin sebelum dan sesudah


menggunakan blower dapat dilihat pada gambar berikut:

6000

5000

4000
Daya (W)

3000

2000

daya dengan blower


1000
daya tanpa blower

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Daya Vs Putaran sebelum dan sesudah
menggunakan Blower

70

Universitas Sumatera Utara


Perubahan nilai daya setelah penggunaan blower dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.5 Perubahan daya setelah penggunaan blower

rpm Daya tanpa blower Daya dengan blower Perbandingan Daya


W W W
1000 176,715 197,625 20,910
2000 540,540 586,519 45,978
3000 1029,106 1166,681 137,575
4000 1671,517 1788,422 116,905
5000 2297,297 2578,563 281,266
6000 3106,028 3418,600 312,572
7000 3929,313 4410,404 481,091
8000 4374,219 4990,566 616,346
9000 4771,309 5576,964 805,656
rata-rata peningkatan 313,144

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Daya terendah pada mesin ketika tidak menggunakan blower yaitu pada
putaran 1000 rpm sebesar 176,715 W.
2. Daya tertinggi pada mesin ketika menggunakan blower yaitu pada putaran
9000 rpm yaitu sebesar 5576,964 W.
3. Peningkatan daya yang paling besar berada pada rpm 9000 sebesar 805,656
W.
4. Semakin tinggi putaran mesin makan daya yang dihasilkan juga semakin
besar.
5. Penggunaan blower jelas menghasilkan peningkatan pada daya yang
dihasilkan oleh mesin.
6. Nilai daya rata-rata meningkat sebesar 313,144 W (12,871%) setelah
penggunaan blower.

71

Universitas Sumatera Utara


4.2.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific fuel consumption, Sfc) dari
masing–masing pengujian pada tiap putaran dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = ................................................................................. (4.11)
𝑃𝑃 𝐵𝐵

Dimana :
Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kW.h)
𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = laju aliran bahan bakar (gr/jam)

Besarnya laju aliran massa bahan bahan bakar (𝑚𝑚̇𝑓𝑓) dihitung


dengan persamaan berikut :

𝑚𝑚𝑚𝑚 10 −3
𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = × 3600 ................................................................................. (4.12)
𝑡𝑡 𝑓𝑓

dimana :
𝑚𝑚𝑓𝑓 = massa bahan bakar yang terpakai (gr/jam)
𝑡𝑡𝑓𝑓 = waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (s)
1. Konsumsi bahan bakar spesifik tanpa Blower
Tabel 4.6 Hasil pengujian mf bahan bakar tanpa blower
RPM mf (gr/jam)
1000 178.668
2000 221.208
3000 314.796
4000 416.892
5000 553.020
6000 689.148
7000 850.800
8000 978.420
9000 1106.040

72

Universitas Sumatera Utara


• 𝑛𝑛 = 1000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 176,715 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

178,668𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
176,715
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 1011,051
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 2000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 540,54 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

221,208𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
540,54
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 409,235
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 3000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 1029,106𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

314,796𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
1029,106
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 305,893
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 4000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 1671,517 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

416,892𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
1671,517
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 249,409
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 5000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 2297,297 𝑊𝑊

73

Universitas Sumatera Utara


𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

553,02𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
2297,297
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 240.726
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 6000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 3106,028 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

689,148𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
3106,028
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 221,874
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 7000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 3929,313 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃 𝐵𝐵

850,8 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
3929,313
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 216,526
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 8000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 4374,219 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

978,42 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
4374,219
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 223,679
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 9000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 4771,309 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

1106,04𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
4771,309

74

Universitas Sumatera Utara


𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 231.811
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ

Perbandingan Konsumsi bahan bakar spesifik daripada mesin untuk


masing-masing pengujian tanpa blower pada tiap variasi putaran dapat dilihat
pada gambar berikut:

1200

1000

800
sfc (gr/kW.h)

600

400

200

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.7 Grafik Sfc Vs Putaran Sebelum Menggunakan Blower

2. Konsumsi bahan bakar spesifik dengan Blower


Tabel 4.7 Hasil pengujian mf bahan bakar dengan menggunakan
blower
RPM mf (gr/jam)
1000 170.16
2000 204.192
3000 297.78
4000 399.876
5000 570.036
6000 680.64
7000 825.276
8000 935.88
9000 1072.008

• 𝑛𝑛 = 1000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 197,625 𝑊𝑊

75

Universitas Sumatera Utara


𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

170,16 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
197,625
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 861,023
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 2000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 586,519 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

204,192 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
586,519
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 348,142
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 3000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 1166,681 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

297,78 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
1166,681
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 255.237
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• n = 4000 rpm
𝑃𝑃 = 1166,681 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃𝐵𝐵

399,876𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
1788,422

𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 223,591
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 5000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 2578,563 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
𝑃𝑃𝐵𝐵

570,036 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
2578,563

76

Universitas Sumatera Utara


𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 221.067
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 6000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 3418,600 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥 10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
𝑃𝑃𝐵𝐵

680.64𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
3418,600
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 199.099
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 7000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 4410,404 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃 𝐵𝐵

825.276𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
4410,404
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 187.120
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 8000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 4990,566 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃 𝐵𝐵

935.88𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
4990,566
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 187.530
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ
• 𝑛𝑛 = 9000 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃 = 5576,964 𝑊𝑊
𝑚𝑚̇ 𝑓𝑓 𝑥𝑥10 3
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑃𝑃 𝐵𝐵

1072.008 𝑥𝑥103
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 =
5576,964
𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 192.221
𝑘𝑘𝑘𝑘. ℎ

77

Universitas Sumatera Utara


Perbandingan Konsumsi bahan bakar spesifik untuk masing-masing
pengujian dengan blower pada tiap variasi putaran dapat dilihat pada gambar
berikut:
1000
900
800
700
sfc (gr/kW.h)

600
500
400
300
200
100
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.8 Grafik Sfc Vs Putaran Sesudah Menggunakan Blower

Perbandingan nilai Sfc sebelum dan sesudah menggunakan blower dapat


dilihat pada gambar berikut:
1200

1000

800
sfc (gr/kW.h)

600
sfc tanpa blower
sfc dengan blower
400

200

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.9 Grafik Sfc Vs Putaran sebelum dan sesudah menggunakan blower

78

Universitas Sumatera Utara


Perubahan nilai Sfc setelah pemakaian blower dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.8 Perubahan nilai Sfc setelah penggunaan blower

sfc tanpa blower sfc dengan blower Perbandingan sfc


rpm
gr/kW.h gr/kW.h gr/kW.h
1000 1011,051 861,023 -150,028
2000 409,235 348,142 -61,093
3000 305,893 255,237 -50,656
4000 249,409 223,591 -25,818
5000 240,726 221,067 -19,659
6000 221,874 199,099 -22,775
7000 216,526 187,120 -29,406
8000 223,679 187,530 -36,149
9000 231,811 192,221 -39,590
rata-
345,578 297,226 -48,353
rata

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Sfc terendah terjadi pada pengujian sesudah menggunakan blower pada
putaran mesin 7000 rpm yaitu 187,12 gr/kWh.
2. Sfc tertinggi terjadi pada pengujian sebelum menggunakan blower pada
putaran mesin 1000 rpm sebesar 1011,051 gr/kWh.
3. Konsumsi bahan bakar lebih irit setelah penggunaan blower sebesar 3,99%.

4.2.5 Efisiensi Thermal Brake


Efisiensi termal brake (brake thermal eficiency,ηb) merupakan
perbandingan antara daya keluaran aktual terhadap laju panas rata–rata
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar.
Efisiensi thermal brake dari masing-masing pengujian pada tiap variasi
putaran sebelum dan sesudah menggunakan blower dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :

𝑃𝑃 𝐵𝐵 .10 −3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600 ..................................................................................... (4.13)
𝑚𝑚 𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶

79

Universitas Sumatera Utara


dimana :
ηb : Efisiensi thermal brake
CV : Nilai kalor bahan bakar (kj/kg)

1. Efisiensi termal brake tanpa Blower


• n = 1000 rpm
P = 176,715 W
mf = 0,179 kg/jam
cv = 41907,17 kj/kg

𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
176,715 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,179 . 41907,17
ηb = 8,50 %
• n = 2000 rpm
P = 540,540 W
mf = 0,221 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg

𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
540,54 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,221 . 41907,17
ηb = 20,99 %
• n = 3000 rpm
P = 1029,106 W
mf = 0,315 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg

𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
1029,106 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,315 . 41907,17

80

Universitas Sumatera Utara


ηb = 28,08 %
• n = 4000 rpm
P = 1671,517 W
mf = 0,417 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg

𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
1671,517 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,417 . 41907,17
ηb = 34,44 %
• n = 5000 rpm
P = 2297,297 W
mf = 0,553 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg

𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
2297,297 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,553 . 41907,17
ηb = 35,69%
• n = 6000 rpm
P = 3106,028 W
mf = 0,689 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
3106,028 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,689. 41907,17
ηb = 38,72 %
• n = 7000 rpm
P = 3929,313 W
mf = 0,851 kg/jam

81

Universitas Sumatera Utara


cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
3929,313 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,851 . 41907,17
ηb = 39,67 %
• n = 8000 rpm
P = 4374,219 W
mf = 0,978 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg

3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10 𝑥𝑥3600

𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶 −3
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,978 . 41907,17
ηb = 38,41 %
• n = 9000 rpm
P = 4771,309 W
mf = 1,106 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
4771,309 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
1,106 . 41907,17
ηb = 37,06 %

Perbandingan Efisiensi Thermal Brake daripada mesin untuk masing-


masing pengujian sebelum menggunakan blower pada tiap variasi putaran dapat
dilihat pada gambar berikut:

82

Universitas Sumatera Utara


50%

40%

30%
BTE

20%

10%

0%
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm

Gambar 4.10 Grafik ηb Vs Putaran Sebelum Menggunakan Blower


2. Efisiensi termal brake dengan Blower
• n = 1000 rpm
P = 197,625 W
mf = 0,170 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,17 . 41907,17
ηb = 9,98 %
• n = 2000 rpm,
P = 586,519 W
mf = 0,204 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
586,519 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,204 . 41907,17
ηb = 24,68 %

83

Universitas Sumatera Utara


• n = 3000 rpm
P = 1166,681 W
mf = 0,298 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
1166,681 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,298 . 41907,17
ηb = 33,66 %
• n = 4000 rpm
P = 1788,422 W
mf = 0,4 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
1788,422 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,4 . 41907,17
ηb = 38,42 %
• n = 5000 rpm
P = 2578,563 W
mf = 0,57 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
2578,563 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,57 . 41907,17
ηb = 38,86 %
• n = 6000 rpm
P = 3418,600 W
mf = 0,681 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg

84

Universitas Sumatera Utara


𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
3418,600 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,681 . 41907,17
ηb = 43,15 %
• n = 7000 rpm
P = 4410,404 W
mf = 0,825 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
4410,404 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,825 . 41907,17
ηb = 45,91 %
• n = 8000 rpm
P = 4990,566 W
mf = 0,936 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
4990,566 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
0,936 . 41907,17
ηb = 45,81 %
• n = 9000 rpm
P = 5576,964 W
mf = 1,072 kg/jam
cv = 50877,8 kj/kg
𝑃𝑃𝐵𝐵 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
𝑚𝑚𝑓𝑓 . 𝐶𝐶𝐶𝐶
5576,964 . 10−3
𝜂𝜂𝑏𝑏 = 𝑥𝑥3600
1,072 . 41907,17
ηb = 44,69 %

85

Universitas Sumatera Utara


Perbandingan Efisiensi Thermal Brake mesin untuk masing-masing
pengujian sebelum menggunakan blower dapat dilihat pada gambar berikut:
50%

40%

30%
BTE

20%

10%

0%
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.11 Grafik ηb Vs Putaran Sesudah Menggunakan Blower

Perbandingan Efisiensi Thermal Brake sebelum dan sesudah


menggunakan blower dapat dilihat pada gambar berikut:
50%

40%

30%
BTE

20%

BTE tanpa blower


10%
BTE dengan blower

0%
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.12 Grafik ηb Vs Putaran Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Blower

86

Universitas Sumatera Utara


Perubahan nilai efisiensi thermal brake setelah penggunaan blower dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Perubahan nilai ηb sesudah penggunaan blower

BTE tanpa blower BTE dengan blower Perbandingan BTE


rpm
(%) (%) (%)
1000 8,50% 9,98% 1,48%
2000 20,99% 24,68% 3,68%
3000 28,08% 33,66% 5,57%
4000 34,44% 38,42% 3,98%
5000 35,69% 38,86% 3,17%
6000 38,72% 43,15% 4,43%
7000 39,67% 45,91% 6,23%
8000 38,41% 45,81% 7,40%
9000 37,06% 44,69% 7,63%
rata-rata peningkatan 4,84%

Dari gambar 4.12 dijelaskan bahwa :


1. Efisiensi thermal brake tertinggi terjadi pada pengujian setelah menggunakan
blower pada putaran mesin 9000 rpm yaitu 44,69 %.
2. Peningkatan efisiensi thermal brake paling tinggi pada rpm 9000 yaitu 7,63
%.
3. Nilai efisiensi thermal brake rata-rata meningkat sebesar 4,84 % setelah
penggunaan blower.

4.2.6 Rasio Udara Bahan Bakar (AFR)


Rasio Udara Bahan Bakar (AFR) dari masing-masing pengujian pada tiap variasi
beban dan putaran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut

𝑚𝑚 ṁ
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = 𝑚𝑚 𝑎𝑎 = ṁ𝑎𝑎 ....................................................................................... (4.14)
𝑓𝑓 𝑓𝑓

Dimana:
ma = Massa udara di dalam silinder per siklus (Kg/cyl-cycle)
mf = Massa bahan bakar di dalam silinder per siklus (Kg/cyl-cycle)
ṁa = Laju aliran udara didalam mesin (Kg/jam)
ṁf = Laju aliran bahan bakar di dalam mesin (Kg/jam)

87

Universitas Sumatera Utara


Pada perhitungan sebelumnya telah diketahui nilai ṁ_f untuk setiap variasi
putaran dan beban jumlah lampu, sehingga yang perlu di hitung berikutnya adalah
ma dan ṁa yang dihitung menurut persamaan berikut:

3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐


𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� � ...................................................... (4.15)
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑒𝑒𝑒𝑒

𝑃𝑃 𝑖𝑖 (𝑉𝑉 𝑑𝑑 +𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 𝑅𝑅.𝑇𝑇 𝑖𝑖
......................................................................................... (4.16)

𝑉𝑉𝑑𝑑 = 𝜋𝜋�4 . 𝐵𝐵2 . 𝑆𝑆 ....................................................................................... (4.17)

𝑉𝑉𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑐𝑐 = �𝑟𝑟 − 1 ......................................................................................... (4.18)
𝑐𝑐

Dimana:
Pi = Tekanan udara masuk silinder
Vd = Volume langkah (m3)
Vc = Volume sisa (m3)
R = Konstanta udara (0,287)
Ti = Temperatur udara masuk silinder
B = Bore (m)
S = Stroke (m)
rc = Rasio kompresi
Mesin otto pada pengujian ini, memiliki volume langkah sebesar :
𝑉𝑉𝑑𝑑 = 𝜋𝜋�4 . 𝐵𝐵2 . 𝑆𝑆
𝑉𝑉𝑑𝑑 = 𝜋𝜋�4 . (0,0524 𝑚𝑚)2 . 0,0579 𝑚𝑚
= 0.0001249 m3
= 1,25 x 10-04 m3
Sedangkan volume sisa pada ruang bakar sebesar :
𝑉𝑉𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑐𝑐 = �𝑟𝑟 − 1
𝑐𝑐

𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,0001249�9 − 1

= 0,0000156 𝑚𝑚3
= 1,56 𝑥𝑥 10−5 𝑚𝑚3

88

Universitas Sumatera Utara


1. Laju aliran bahan bakar per siklus tanpa menggunakan blower
Dari HiDS-HD30, Tekanan udara masuk (Pi) berbeda-beda dan temperatur
udara (Ti) tetap yaitu 300 K, sedangkan konstanta udara (R) sebesar 0,287 ,
maka laju aliran bahan bakar dapat diperoleh sebagai berikut :
• n = 1000 rpm
Pi = 80
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
80�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,31 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,31 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,917𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 2000 rpm
Pi = 78
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
78�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,27 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
̇ 3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,27 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,819𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 3000 rpm
Pi = 75
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖

89

Universitas Sumatera Utara


75�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,22 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
̇ 3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,22 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,672𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 4000 rpm
Pi = 73
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
73�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,19 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
̇ 3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,19 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,574𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 5000 rpm
Pi = 69
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
69�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,13 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
̇ 3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,13 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑐𝑐 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,379 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 6000 rpm
Pi = 65

90

Universitas Sumatera Utara


𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
65�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,06 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
̇ 3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,06 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,183 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 7000 rpm
Pi = 63
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
63�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,03 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,03𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,085 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 8000 rpm
Pi = 59
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
59�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 9,63 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (9,63 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 2,889 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 9000 rpm

91

Universitas Sumatera Utara


Pi = 55
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
55�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 8,98 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (8,98 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 2,693 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

2. Laju aliran bahan bakar per siklus dengan menggunakan blower


Dari HIDS-HD30, Tekanan udara masuk (Pi) berbeda-beda dan
temperatur udara (Ti) tetap yaitu 353 K. Konstanta udara (R) = 0,287 , maka
laju aliran bahan bakar dapat diperoleh sebagai berikut :

• n = 1000 rpm
Pi = 100
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
100�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,39 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑙𝑙𝑙𝑙
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,39 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 4,161 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 2000 rpm
Pi = 98
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖

92

Universitas Sumatera Utara


98�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,36 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,36 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 4,078 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 3000 rpm
Pi = 95
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
95�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,32 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑒𝑒𝑒𝑒 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,32 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,953 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 4000 rpm
Pi = 93
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
93�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,29 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,29 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,870 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 5000 rpm
Pi = 92

93

Universitas Sumatera Utara


𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
92�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,28 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,28 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,828 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 6000 rpm
Pi = 90
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
90�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,25 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,25 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,745 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 7000 rpm
Pi = 87
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
87�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,21 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,21 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,620 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

94

Universitas Sumatera Utara


• n = 8000 rpm
Pi = 86 kpa
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
86�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,19 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = (1,19 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐))(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,579 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
• n = 9000 rpm
Pi = 84 kpa
𝑃𝑃𝑖𝑖 (𝑉𝑉𝑑𝑑 + 𝑉𝑉𝑐𝑐 )
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
𝑅𝑅. 𝑇𝑇𝑖𝑖
84�(1,25 𝑥𝑥 10−4 ) + (1,56 𝑥𝑥 10−5 �
𝑚𝑚𝑎𝑎 =
0,287.300
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,17 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾 ⁄ (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐)
3600𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎 = (𝑚𝑚𝑎𝑎 )(1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐) � �� �
60𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
3600 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 1,17 𝑥𝑥 10−4 𝐾𝐾𝐾𝐾⁄𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 . (1 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ) � �� �
60 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑚𝑚̇𝑎𝑎 = 3,495 𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

Dari data perhitungan di atas, AFR untuk setiap variasi putaran dapat
dihitung sebagai berikut :
1. AFR tanpa blower
• Putaran 1000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,179
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,179
AFR = 17,813

95

Universitas Sumatera Utara


• Putaran 2000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,221
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,221
AFR = 14,388
• Putaran 3000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,315
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,315
AFR = 10,11
• Putaran 4000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,417
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,417
AFR = 7,634
• Putaran 5000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,553
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,553
AFR = 5,755
• Putaran 6000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,689
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,689
AFR = 4,618
• Putaran 7000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,851
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓

96

Universitas Sumatera Utara


3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,851
AFR = 3,741
• Putaran 8000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,978
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,978
AFR = 3,253
• Putaran 9000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 1,106
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
3,183
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
1,106
AFR = 2,878

Nilai AFR untuk masing-masing variasi pengujian sebelum penggunaan


blower dapat dilihat pada grafik berikut :
20

18

16

14

12
AFR

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan AFR Vs putaran sebelum penggunaan blower

97

Universitas Sumatera Utara


2. AFR dengan blower

• Putaran 1000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,170


𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,170
AFR = 24,455
• Putaran 2000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,204
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,204
AFR = 20,379
• Putaran 3000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,298
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,298
AFR = 13,974
• Putaran 4000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,4
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,4
AFR = 10,406
• Putaran 5000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,57
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,57
AFR = 7 ,300
• Putaran 6000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,681

98

Universitas Sumatera Utara


𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,681
AFR = 6,114
• Putaran 7000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,825
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,825
AFR = 5,042
• Putaran 8000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 = 0,936
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
0,936
AFR = 4,446
• Putaran 9000 rpm, 𝑚𝑚̇𝑓𝑓 =1,072
𝑚𝑚̇ 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
𝑚𝑚̇𝑓𝑓
4,161
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 =
1,072
AFR = 3,882

Nilai AFR untuk masing-masing variasi pengujian setelah penggunaan


blower dapat dilihat pada grafik berikut :

99

Universitas Sumatera Utara


30

25

20
AFR

15

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan AFR Vs putaran sesudah penggunaan blower

Untuk lebih jelasnya, perbandingan nilai AFR untuk masing-masing


variasi pengujian sebelum dan sesudah penggunaan blower dapat dilihat pada
grafik berikut :

30

AFR dengan blower


25 AFR tanpa blower

20
AFR

15

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan AFR sebelum dan sesudah penggunaan blower

100

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 Perbandingan AFR sesudah penggunaan blower

AFR tanpa blower AFR dengan blower


rpm selisih AFR (%)
(%) (%)
1000 21,924 24,455 2,531
2000 17,265 19,971 2,706
3000 11,666 13,276 1,610
4000 8,574 9,678 1,104
5000 6,109 6,716 0,607
6000 4,618 5,502 0,884
7000 3,626 4,387 0,761
8000 2,953 3,824 0,871
9000 2,435 3,261 0,826
rata-rata peningkatan 1,322

Berdasarkan grafik di atas, maka nilai AFR pada setiap variasi putaran
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai AFR dengan penggunaan blower cenderung lebih tinggi di setiap variasi
putaran, hal ini dikarenakan pasokan udara ke ruang bakar lebih banyak
setelah penggunaan blower.
2. Perbandingan AFR sebelum dan sesudah penggunaan blower cenderung lebih
tinggi pada saat rpm rendah, hal ini dikarenakan bukaan katup buang dan
katup isap lebih lama terbuka saat rpm rendah, sehingga memungkinkan
pasokan udara lebih banyak masuk ke ruang bakar.
3. Nilai AFR setelah penggunaan blower mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 1,32 %.

4.2.7 Efisiensi Volumetris


Untuk menghitung Efisiensi Volumetris digunakan persamaan berikut :

𝑚𝑚 𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 = (𝑣𝑣 ......................................................................................... (4.19)
𝑑𝑑 .𝜌𝜌 )

P atm
ρ= ........................................................................................... (4.20)
Rx T i

101

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
ɳ𝑣𝑣 = Efisiensi Volumetris (%)
𝑚𝑚𝑎𝑎 = massa udara dalam silinder persiklus (Kg/cyl-cycle)
𝑣𝑣𝑑𝑑 = Volume langkah (m3)
𝜌𝜌 = Density udara (Kg/m3)

1. Efisiensi volumetris tanpa blower


Tamperatur udara masuk (Ti) pada ruang bakar sebelum penggunaan
blower untuk setiap variasi putaran diketahui sebesar 300 K, Volume langkah
(Vd) = 1,25 x 10-4 m3, Patm = 100 kpa dan R = 0,287.
Maka, nilai ρ tanpa blower adalah :
Patm
ρ=
RxTi
100
𝜌𝜌 =
0,287𝑥𝑥300
𝜌𝜌 = 1,61
Jadi, nilai ρ untuk pengujian sebelum penggunaan blower adalah 1,61 Kg/m3.

Sehingga, Efisiensi Volumetris sebelum penggunaan blower untuk setiap


variasi putaran adalah :
• n = 1000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,131𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,131𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 90%
• n = 2000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,27𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,27𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�

102

Universitas Sumatera Utara


ɳ𝑣𝑣 = 87,75%
• n = 3000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,22𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,22𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 84,38%
• n = 4000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,19𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,19𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 82,13%
• n = 5000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,13𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,13𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 77,63%
• n = 6000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,06𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,06𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 73,13%
• n = 7000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,03𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)

103

Universitas Sumatera Utara


1,03𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 70,88%
• n = 8000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 9,63𝑥𝑥10−5
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
9,63𝑥𝑥10−5
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 66,38%
• n = 9000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 8,96𝑥𝑥10−5
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
8,96𝑥𝑥10−5
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 1,161�
ɳ𝑣𝑣 = 61,88%

Nilai Efisiensi Volumetris untuk masing-masing variasi pengujian


sebelum penggunaan blower dapat dilihat pada grafik berikut :

95%

90%

85%

80%

75%
ɳv

70%

65%

60%

55%
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm

104

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.16 Grafik Perbandingan ɳv sebelum penggunaan blower

2. Efisiensi volumetris dengan blower


Tamperatur udara masuk (Ti) pada ruang bakar sesudah penggunaan
blower untuk setiap variasi putaran diketahui sebesar 353 K, Volume langkah
(Vd) = 1,25 x 10-4 m3, Patm = 100 kpa dan R = 0,287.
Maka, nilai ρ dengan blower adalah :
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
100
𝜌𝜌 =
0,287𝑥𝑥353
𝜌𝜌 = 0,987 Kg/m3
Jadi, nilai ρ sesudah penggunaan blower adalah 0,987Kg/m3.
Jadi, Efisiensi Volumetris sesudah penggunaan blower untuk setiap variasi
putaran adalah :
• n = 1000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,39𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,39𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 112,50%
• n = 2000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,36𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,36𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 110,25%
• n = 3000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,32𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)

105

Universitas Sumatera Utara


1,32𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
ɳ𝑣𝑣 = 106,88%
• n = 4000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,29 𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,29 𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 104,63%
• n = 5000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,28 𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,28 𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 103,50%
• n = 6000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,25𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,25𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 101,25%
• n = 7000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,21𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,21𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 97,88%

106

Universitas Sumatera Utara


• n = 8000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,19𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,19𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 96,75%
• n = 9000
𝑚𝑚𝑎𝑎 = 1,17𝑥𝑥10−4
𝑚𝑚𝑎𝑎
ɳ𝑣𝑣 =
(𝑣𝑣𝑑𝑑 . 𝜌𝜌)
1,17𝑥𝑥10−4
ɳ𝑣𝑣 =
�(1,25𝑥𝑥10−4 ). 0,987�
ɳ𝑣𝑣 = 94,50%

Nilai Efisiensi Volumetris untuk masing-masing variasi pengujian setelah


penggunaan blower dapat dilihat pada grafik berikut :

114%
112%
110%
108%
106%
104%
ɳv

102%
100%
98%
96%
94%
92%
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.17 Grafik Efisiensi Volumetris Vs putaran sesudah penggunaan blower

107

Universitas Sumatera Utara


Untuk lebih ringkasnya, perbandingan nilai Efisiensi Volumetris untuk
masing-masing variasi pengujian sebelum dan sesudah penggunaan blower dapat
dilihat pada grafik berikut :
115%
ɳv dengan blower
ɳv tanpa blower
105%

95%

85%
ɳv

75%

65%

55%
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm
Gambar 4.18 Grafik perbandingan Efisiensi Volumetris Vs putaran sebelum dan
sesudah penggunaan blower
Tabel 4.11 Perbandingan Efisiensi Volumetris sesudah penggunaan blower

ɳv tanpa blower ɳv dengan blower


rpm selisih ɳv (%)
(%) (%)
1000 90% 112.50% 22,5%
2000 88% 110.25% 22,5%
3000 84% 106.88% 22,5%
4000 82% 104.63% 22,5%
5000 78% 103.50% 25,8%
6000 73% 101.25% 28.1%
7000 71% 97.88% 27%
8000 66% 96.75% 30.38%
9000 62% 94.50% 32.63%
rata-rata peningkatan 26%

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Semakin tinggi rpm mesin, maka Efisiensi Volumetris semakin menurun,
baik sebelum dan sesudah penggunaan blower.

108

Universitas Sumatera Utara


2. Efisiensi Volumetris paling tinggi berada pada pengujian sesudah
penggunaan blower pada rpm 1000 sebesar 112,5%.
3. Efisiensi Volumetris rata-rata meningkat sebesar 26% setelah penggunaan
blower.

Dari data pengujian di atas, maka peningkatan rata-rata performansi secara


keseluruhan adalah :
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 + 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 + 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 + 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 + 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉
6
12,1% + 12,871% + 13,992% + 4,84% + 1,322% + 26%
6
= 11,854%

Jadi, peningkatan performansi mesin secara keseluruhan setelah


penggunaan blower adalah sebesar 11,854%.

4.3 Pengujian Emisi Gas Buang

Pada pengujian ini, data yang diperoleh merupakan hasil perbandingan


absorbance (energi yang terserap) masing-masing sample absorbent yang telah
mengadsorpsi emisi dari gas buang terhadap kurva masing-masing emisi Carbon
Monoksida(CO), Nitrogen oksida (NOX), Hidrocarbon (HC), dan Karbondioksida
(CO2) sehingga besarnya kadar emisi yang terkandung didalam absorbent dapat
ditentukan.

4.3.1 Emisi Gas Buang sebelum Menggunakan Blower


Kadar emisi gas buang dari hasil pengujian sebelum menggunakan blower
pada masing-masing putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12 Emisi Gas Buang sebelum penggunaan blower


HC
rpm CO (%Vol) CO2 (%Vol) O2 (%vol)
(ppm vol)
1.000 2,24 3,44 255 14,98
2.000 1,30 5,88 46 11,27
3.000 0,73 6,28 36 11,23
4.000 0,19 5,97 34 12,85

109

Universitas Sumatera Utara


5.000 0,59 7,10 43 10,60
6.000 0,55 7,96 40 10,03
7.000 0,53 8,70 39 9,46
8.000 0,50 9,44 37 9,30
9.000 0,41 10,18 36 9,28

4.3.2 Emisi Gas Buang setelah Penggunaan Blower


Kadar emisi gas buang dari hasil pengujian penggunaan blower pada
masing-masing putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13 Emisi Gas Buang setelah penggunaan blower


HC
rpm CO (%Vol) CO2 (%Vol) O2 (%vol)
(ppm vol)
1.000 1,833 3,56 160 14,22
2.000 1,735 5,38 50 11,65
3.000 1,578 5,70 45 11,51
4.000 0,277 6,78 45 11,29
5.000 0,891 7,64 64 9,26
6.000 0,819 8,68 60 8,98
7.000 0,771 9,64 55 8,70
8.000 0,721 10,59 52 8,42
9.000 0,698 11,55 49 8,14

Untuk lebih ringkasnya, hasil pengujian emisi gas buang dapat dilihat pada
grafik berikut :
1. Perbandingan emisi gas buang CO sebelum dan sesudah penggunaan blower

2,500

CO dengan blower
2,000
CO tanpa blower

1,500
CO (%vol)

1,000

0,500

0,000
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm

110

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.19 Grafik Perbandingan CO sebelum dan sesudah penggunaan blower

Tabel 4.14 Perbandingan CO sesudah penggunaan blower


CO Peningkatan
setelah
Tanpa Dengan
rpm penggunaan
blower blower
blower
(%vol) (%vol) (%vol)
1000 2.24 1.833 -0.407
2000 1.3 1.735 0.435
3000 0.73 1.578 0.848
4000 0.19 0.277 0.087
5000 0.59 0.891 0.301
6000 0.55 0.819 0.269
7000 0.53 0.771 0.241
8000 0.5 0.721 0.221
9000 0.41 0.698 0.288
Rata-rata 0.254

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Perbandingan emisi gas buang CO sesudah penggunaan blower meningkat
rata-rata 0,25 4%.
2. Semakin meningkat rpm mesin, maka emisi gas buang CO semakin
menurun.

2. Perbandingan emosi gas buang CO2 sebelum dan sesudah penggunaan


blower

111

Universitas Sumatera Utara


12
11
10
9
CO2 (% vol)

8
7
6
CO2 dengan blower
5 CO2 tanpa blower
4
3
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm

Gambar 4.20 Grafik Perbandingan CO2 sebelum dan sesudah penggunaan blower

Tabel 4.15 Perbandingan CO2 sebelum dan sesudah penggunaan blower


CO2 Selisih setelah
Tanpa Dengan penggunaan
rpm
blower blower blower
(%vol) (%vol) (%vol)
1000 3.44 3.56 0.12
2000 5.88 5.38 -0.5
3000 6.28 5.7 -0.58
4000 5.97 6.78 0.81
5000 7.1 7.64 0.54
6000 7.96 8.68 0.72
7000 8.7 9.64 0.94
8000 9.44 10.59 1.15
9000 10.18 11.55 1.37
Rata-rata 0.508

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Perbandingan emisi gas buang CO2 sesudah penggunaan blower
meningkat rata-rat 0,508 %.
2. Hasil pembakaran setelah penggunaan blower lebih sempurna dibanding
sebelum penggunaan blower.
3. Perbandingan emosi gas buang HC sebelum dan sesudah penggunaan blower

112

Universitas Sumatera Utara


300

250

200
HC (ppm)

150 HC dengan blower


HC tanpa blower
100

50

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm

Gambar 4.21 Grafik Perbandingan HC sebelum dan sesudah penggunaan blower

Tabel 4.16 Perbandingan HC sesudah penggunaan blower


HC Selisih setelah
rpm penggunaan
Tanpa blower Dengan blower
blower
(ppm) (ppm) (ppm)
1000 255 160 -95
2000 46 50 4
3000 36 45 9
4000 34 45 11
5000 43 64 21
6000 40 60 20
7000 39 55 16
8000 37 52 15
9000 36 49 13
Rata-rata 1.556

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. perbandingan emisi gas buang HC sesudah penggunaan blower
meningkat rata-rata 1,556 ppm.
2. Kadar HC paling tinggi berada pada pengujian sebelum menggunakan
blower pada rpm 1000 sebesar 225 ppm
4. Perbandingan emosi gas buang O2 sebelum dan sesudah penggunaan blower

113

Universitas Sumatera Utara


16
15
14
O2 dengan blower
13 O2 tanpa blower
O2 (%vol)

12
11
10
9
8
7
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
rpm

Gamba r 4.22 Grafik Perbandingan O2 sebelum dan sesudah penggunaan blower

Tabel 4.17 Perbandingan O2 sesudah penggunaan blower


O2 selisih setelah
penggunaan
Tanpa Dengan
rpm blower
blower blower

(%) (%) (%)


1000 14.98 14.22 -0.76
2000 11.27 11.65 0.38
3000 11.23 11.51 0.28
4000 12.85 11.29 -1.56
5000 10.6 9.26 -1.34
6000 10.03 8.98 -1.05
7000 9.46 8.7 -0.76
8000 9.3 8.42 -0.88
9000 9.28 8.14 -1.14
Rata-rata -0.759

Dari data diatas, perbandingan emisi gas buang O2 sesudah penggunaan


blower rata-rata menurun sebesar 0,759% dibanding dengan pengujian sebelum
penggunaan blower. Hal ini terjaadi karena pembakaran yang lebih sempurna
setelah penggunaan blower, dimana udara yang masuk ke ruang bakar lebih
banyak terbakar sehingga kadar O2 dalam emisi gas buang lebih sedikit ketika
penggunaan blower.

114

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Peningkatan Torsi setelah penggunaan blower rata-rata meningkat sebesar
0,491 Nm (12,1%).
2. Peningkatan Daya setelah penggunaan blower rata-rata meningkat sebesar
313,144W (12,871%).
3. Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) lebih irit sebesar 13,99 % setelah
penggunaan blower.
4. Peningkatan Efisiensi Thermal setelah penggunaan blower rata-rata
meningkat sebesar 4,84%.
5. Peningkatan AFR (Air Fuel Ratio) setelah penggunaan blower rata-rata
meningkat sebesar 1,322%.
6. Peningkatan Efisiensi Volumetris setelah penggunaan blower rata-rata
meningkat sebesar 26%.
7. Kadar emisi gas buang CO rata-rata meningkat sebesar 0,254%, CO2
rata-rata meningkat sebesar 0,508% , HC rata-rata meningkat sebesar
1,556%, sedangkan kadar O2 rata rata menurun sebesar 0,759%.

5.2 Saran

1. Melengkapi alat ukur pengujian untuk memperoleh hasil pengujian yang


lebih baik dan lebih akurat.
2. Menggunakan variasi putaran yang lebih spesifik demi meningkatkan
ketelitian pengujian.
3. Membandingkan hasil pengujian dengan bahan bakar premium murni,
baik tanpa blower dan dengan blower sehingga didapat perbandingan
performansi mesin setelah pencampuran bahan bakar.
4. Mengembangkan pengujian ini dengan menggunakan putaran mesin
sebagai sumber putaran blower, sehingga penggunaan energi listrik tidak
digunakan lagi.

115

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai