Puji syukur penulis kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Bahwa penulis
telah menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Ilmu sosial Budaya Dasar dengan
membahas masalah sosial yang terjadi di Indonesia dan upaya pemecahannya.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Burhanuddin, M.Si, selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar yang telah memberikan ilmunya kepada kami.
2. Semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan mengatasi,
berbagai kesulitan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Makalah Ilmu Sosial Budaya dasar yang bertema “Masalah Sosial” ini
menggunakan pendekatan belajar sambil berlatih untuk mengetahui lebih dalam
tentang Masalah sosial khusunya pendidikan yang ada di bangsa kita. Penulisan
makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin. Namun, karena keterbatasan
kami tentu makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan
para pembaca maupun pihak-pihak lain berkenan memberikan kritik dan saran
demi penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini turut
memberi andil dalam memperluas pengetahuan kita dan semoga semua usaha kita
mendapat berkah dan manfaat.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bahwa sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu
sebuah gejala yang disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana
diketahui, dalam realitas sosial memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi
masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak pernah dijumpai kondisi yang
menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga masyarakat terpenuhi,
seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau seluruh warga masyarakat
dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan
yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai das sollen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan di Indonesia
3
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu
pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh
setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah
menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya
manusia di negara-negara lain.
4
C. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
5
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya
biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar
dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di
Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia
Indonesia yang lebih baik.
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
6
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan
melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003
di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07%
(negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta),
untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak
mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Walaupun guru dan pengajar
bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran
merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga
pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi
oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan
dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang
memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal
dan mengerjakan soal pilihan ganda.
7
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science
Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38
negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32
untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut
majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4
universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68,
ke-73 dan ke-75.
8
BAB III
PENUTUP
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
http://forum.detik.com.
http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-
anggaran.
http://www.detiknews.com.
http://www.sib-bangkok.org.
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.
10
11