Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

PROSES PERTUKARAN GAS O2 DAN CO2 PADA HEWAN


INVERTEBRATA

Nama Anggota Kelompok:

Ni Nengah Desi Kurniasari

Ni Ketut Anggraini

Lila Cita Arum Sari

I Putu Astawa Wiraguna

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2018
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hewan Vertebrata........................................................................ 3


2.2 Fungsi Respirasi............................................................................................ 3
2.3 Proses Transpor Oksigen Saat Respirasi....................................................... 4
2.4 Proses Transpor Karbondioksida Saat Respirasi........................................... 5
2.5 Mekanisme Pengaturan Respirasi................................................................. 6
2.6 Sistem Respirasi Pda Hewan Invertebrata.................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan........................................................................................................19
3.2 Saran..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar

2
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya makalah untuk mata kuliah manajemen pendidikan yang
berjudul: “PROSES PERTUKARAN GAS O2 DAN CO2 PADA HEWAN
INVERTEBRATA” dapat diselesaikan pada waktunya.

Penulisan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan
dari beberapa pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada
1) BU CITRA selaku dosen pengampu mata kuliah fisiologi hewan yang telah
memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.
2) Teman-teman kelas VA Program Studi Pendidikan Biologi yang telah
mendukung penulis dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, walaupun
penulis telah berusaha maksimal dan memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini akan
sangat dihargai dan penlis tak lupa mengucapkan terima kasih. Akhir kata,
semoga makalah ini senantiasa bermanfaat bagi pembaca.

Singaraja, 10 Oktober 2018

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bernafas adalah suatu proses menghirup oksigen dari udara serta


mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Bernafas memiliki tujuan untuk
mendapatkan oksigen (O2) untuk respirasi seluler. Alat pernapasan pada setiap
mahluk hidup pun berbeda-beda tergantung pada habitat yang mereka tempati.

Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam


tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Kita sering mendengar istilah
respirasi eksternal dan internal. Pada dasarnya, pengertian respirasi eksternal sama
dengan bernapas, sedangkan respirasi internal atau respirasi seluler ialah proses
penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel
yang berupa CO2. Penyelenggaraan respirasi harus didukung oleh alat pernapasan
yang sesuai, yaitu alat yang dapat digunakan oleh hewan untuk melakukan
pertukaran gas dengan lingkungannya. Alat yang dimaksud dapat berupa alat
pernapasan khusus ataupun tidak.

Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses


fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat
menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses semacam itu disebut respirasi anaerob.
Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak.
Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah respirasi
aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan dua
molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama akan
menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP. Oleh karena itu, hampir semua hewan
sangat sangat bergantung pada proses respirasi (pembentukan ATP) secara
aerob. Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa CO 2 dan air,
yang harus segera dikeluarkan dari sel (Isnaeni, 2006:191-192).

Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida yang terjadi dalam setiap tubuh
hewan kemungkinan dapat berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya

1
perbedaan organ yang digunakan dalam proses bernapas. Selain itu, habitat hewan
tersebut juga turut membedakan mekanisme pernapasannya. Sebagai contoh,
hewan yang hidup di perairan memiliki mekanisme pernapasan yang berbeda
dengan hewan yang hidup di daratan.

Hewan-hewan Invertebrata ada yang belum memiliki sistem pernapasan


khusus, seperti Porifera dan sebagian cacing (Vermes). Umumnya hewan-hewan
tersebut melakukan pernapasan langsung, yaitu secara difusi melalui permukaan
tubuhnya. Namun, pada hewan-hewan yang lebih tinggi, seperti Mollusca dan
Arthropoda sudah memiliki sistem pernapasan khusus, walaupun masih
sederhana. Misalnya Insecta dan Myriapoda beranapas menggunakan trakea,
hewan-hewan Arachnida, misalnya laba-laba bernapas menggunakan paru-paru
buku. Hewan-hewan yang hidup di air misalnya Crustacea (golongan udang-
udangan) dan Mollusca (siput dan kerang) bernapas menggunakan insang.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Apakah yang di maksud dengan hewan invertebrata?


2. Apa fungsi sistem respirasi?
3. Bagaimanakah proses transpor oksigen saat respirasi?
4. Bagaimanakah proses transpor karbondioksida saat respirasi?
5. Bagaimanakah mekanisme pengaturan respirasi?
6. Bagaimanakah sistem respirasi pada hewan invertebrata?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan hewan invertebrate
2. Untuk mengetahui fungsi sistem respirasi
3. Untuk mengetahui proses transpor oksigen saat respirasi
4. Untuk mengetahui proses transpor karbondioksida saat respirasi
5. Untuk mengetahui mekanisme pengaturan respirasi
6. Untuk mengetahui sistem respirasi pada hewan invertebrata

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hewan Invertebrata

2
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Berasal dari bahasa latin yaitu “in” yang artinya tanpa, dan “vertebrae” yang
artinya tulang belakang. Pada umumnya hewan ini memiliki struktur morfologi,
sistem pernafasan dan sistem peredaran darah yang lebih sederhana dari hewan
vertebrata. Hewan invertebrata terdiri atas beberapa fillum yaitu:

a. Filum Porifera
b. Filum Colenterata
c. Filum Cnidaria
d. Filum Molusca
e. Filum Platyhelminthes
f. Filum Annelida
g. Filum Arthropoda
h. Filum Nemathehelminthes
i. Filum Echinodermata

Adapun ciri-ciri dari hewan invertebrata:

a. tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuhnya


b. sebagian besar tubuhnya tersusun atas protein struktural oksigen
c. memakan bahan organik yang terurai
2.2 Fungsi Sistem Respirasi
1. Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan siste aliran
darah
2. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.
3. Melindungi permukaan respirasi dan dehidrasi, perubahan temperature, dan
berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem
respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari pathogen.
4. Memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di
superior portion pada rongga hidung.
2.3 Proses Transpor Oksigen Saat Respirasi
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan
carasederhana (terlarut dalam plasma darah) atau dengan cara diikat oleh pigmen
respirasi, yaitu senyawa khusus yang dapat mengikat dan melepas oksigen secara
bolak-balik.
Beberapa hewan invertebrata sederhana mentranspor oksigen dengan cara
melarutkannya dalam darah. Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun
masih dapat memenuhi kebutuhan tersebut karena invertebrata sederhana
umumnya memiliki tingkat metabolisme yang tendah. Hewan yang memiliki
tingkat perkembangan labih tinggi biasanya mempunyai aktifitas metabolisme

3
yang lebih tinggi biasanya mempunyai aktifitas metabolisme yang lebih tinggi dan
ukuran tubuh lebuh besar. Mereka memerlukan oksigen dalam jumlah yang lebih
besar pula. Oleh karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan cara pengangkutan
oksigen yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen respirasi. Pigmen
respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yang
memiliki afinitas atau daya gabung tinggi terhadap oksigen. Pigmen respirasi
sangat diperlukan oleh darah atau cairan tubuh untuk meningkatkan kapasitas
pengangkutan oksigen. Ada beberapa macam pigmen respirasi yang dapat
ditemukan pada berbagai hewan. Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/
cairan tubuh benar-benar dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen
secara bermakna. Sebagai contoh, keberadaan pigmen hemoglobin dalam darah
mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah sebesar 20
kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen. Tanpa
hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1 ml per 100 ml
darah.

Nama Jenis Lokasi Contoh hewan


teroksigenas Tak
pigmen logam
i teroksigenasi
++
Hemosianin Cu plasma biru Tak berwarna Ketam, udang
laut, siput
(gastropoda),
cephalopoda
++
klorokruori Fe plasma hijau Hijau Cacing,polikhaet
n a (pada ke-4
familinya)
++
Hemeritin Fe Plasma merah Kuning pucat Sipunkulid,
dan sel brakhiopoda,
darah beberapa
annelida
++
Hemoglobin Fe Plasma merah Keunguan Beberapa cacing
darah pipih, beberapa
dan sel moluska, hamper
darah semua vertebrata

4
Pada daerah yang memiliki tekanan/konsentrasi oksigen tinggi seperti
pada permukaan alveoli paru-paru, Hb akan sangat mudah untuk berikatan dengan
oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Sementara pada daerah yang memiliki
tekanan oksigen rendah atau pH rendah, oksihemoglobin sangat mudah terurai
dan membebaskan oksigen. Oksigen akan berikatan dengan hemin (Fe++) dengan
ikatan yang longgar atau lemah, yang akan menghasilkan Hb O 2 ataupun proses
kenalikannya, (lihat gambar 2, bagaimana hemoglobin mengikat oksigen). Untuk
selanjutnya oksigen di antar oleh darah ke seluruh sel-sel tubuh untuk
kelangsungan metabolisme tubuh.

2.4 Proses Transpor Karbondioksida Saat Respirasi


Aktivitas metabolisme sel akan menghasilkan zat sisa, antara lain CO 2 dan
air (air metabolik). Keberadaan air metabolik didalam tubuh tidak
menimbulkan masalah yang rumit karena masih dapat dimanfaatkan oleh sel
tubuh. Namun, keberadaan CO2 dapat meninbulkan gangguan fisiologis yang
penting, sebab itu CO2 yang terbentuk harus segara diangkut dan dikeluarkan
dari tubuh. Darah mengangkut CO2 dalam berbagai bentuk, yaitu sebagai
senyawa karbamino (ikatan antara CO2 dan Hb), CO2 terlarut dalam plasma
darah, sebagai asam karbonat/H2CO3 (hasil reaksi antara CO2ndengan air), ion
bikarbonat (HCO3-), dan senyawa bikarbonat (NaHCO3, KHCO3).
Pengangkutan CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan cara untuk
mempertahankan keseimbangan pH (mekanisme buffering), mempertahankan
keseimbangan pH merupakan tugas tambahan bagi sistem respirasi, diluar
tugas utamanya untuk mentranspor oksigen dan karbondioksida. Sistem
respirasi juga memiliki fungsi lain yaitu menjaga keseimbangan elektrikdalam
darah, yaitu dengan mekanisme HCO3-/Cl - transporter atau chloride shift atau
pertukaran HCO3-/Cl-, mekanisme mengatur perpindahan ion Cl-ke arah
tertentu (kedalam atau luar sel) sebagai imbangan bagi kepindahan ion HCO3-.

2.5 Mekanisme Pengaturan Respirasi


Pengaturan respirasi dapat berlangsung secara kimiawi maupun secara
sarafi. Pada dasarnya pengaturan tersebut dimaksudkan untuk menjaga
keseimbangan kadar oksigen dan karbondioksida di dalam darah. Pada saat
kadar karbondioksida meningkat, kemoreseptor di medula (pusat respirasi)

5
terangsang. Hal ini akan menyebabkan impuls saraf dijalankan sepanjang
serabut eferen ke organ efektor (otot dada, jantung, dan pembuluh darah).
Impuls yang sampai pada organ efektor terebut menimbulkan proses kompleks
yang menyebabkan peningkatan laju ventilasi dan pelepasan karbondioksida.
Impuls yang sampai ke jantungdan pembuluh darah pada jaringan yang
mengalami penimbunan karbondioksida akanmendorong timbulnya respon
yang mempermudah pelepasan karbondioksida dari tubuh, sekaligus
meningkatkan pemasukan oksigen ke dalam tubuh. Pangaturan respirasi
secara sarafi dilakukan oleh sekelompok sel saraf pada ponsvaroli dan medula
oblongata. Pada pons bagian atas terdapat Pneumotaxic centre yaitu pusat
pernapasan yang berfungsi mengatur kerja pusat saraf yang lebih rendah
terdapat pada medula oblongata. Pusat saraf yang lebih rendah tersebut ialah
pusatinspiratori dan pusat ekspiratori yang mengendalikan inspirasi dan
ekspirasi pada hewan. Selain ketiga pusat tersebut, pengaturan respirasi juga
dilakukan oleh stretch receptor (reserptor regangan) dan saraf vagus, yang
membawa membawa rangsangan dari organsaraf ke pusat ekspiratori. Stretch
receptor yaitu reseptor yang terdapat pada bronkus dan jaringan paru-
paru, berfungsi untuk memantau keadaan paru-paru. Reseptor ini terangsang
pada saat paru-paru meregang maksimal (saat inspirasi).
2.6 Sistem Respirasi Pada Hewan Invertebrata
Hewan-hewan Invertebrata ada yang belum memiliki sistem pernapasan
khusus, seperti Porifera dan sebagian cacing (Vermes). Umumnya hewan-hewan
tersebut melakukan pernapasan langsung, yaitu secara difusi melalui permukaan
tubuhnya. Namun, pada hewan-hewan yang lebih tinggi, seperti Mollusca dan
Arthropoda sudah memiliki sistem pernapasan khusus, walaupun masih
sederhana. Misalnya Insecta dan Myriapoda beranapas menggunakan trakea,
hewan-hewan Arachnida, misalnya laba-laba bernapas menggunakan paru-paru
buku. Hewan-hewan yang hidup di air misalnya Crustacea (golongan udang-
udangan) dan Mollusca (siput dan kerang) bernapas menggunakan insang.
1. Sistem Pernafasan pada Porifera
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium)
yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga
spongocoel. Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit),
yaitu sel yang berbatasan langsung dengan rongga spongocoel. Aliran air yang

6
masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa oksigen
sekaligus zat-zat makanan (Anonim, 2009).

Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher (koanosit).


Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses
pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui
oskulum. Sebetulnya spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan
khusus, kendati demikian mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam
hal ini yang bertugas menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam
air medianya bila di jajaran luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit),
sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel leher (khoanosit)
selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis sel tersebut
diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubung hewan spons bersifat
sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya
sepenuhnya tergantung akan kaya tidaknnya kandungan material (oksigen,
partikel makanan) dari air yang merupakan medianya, maka ketika Porifera
masih dalam fase larva yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang-
renang mengenbara kian kemari dengan bulu-bulu getarnya, ia akan memilih
tempat yang strategis dalam arti yang kaya akan kandungan material yang
dibutuhkan untuk kepentingan hidup.
Bila air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan
kandungan oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera
yang bersangkutan, artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan

7
sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan sampai melampaui batas
toleransinya maka Poriferanya akan mati.
2. Sistem Pernapasan pada Coelenterata (Hewan Berongga)
Hewan Hydra “pertukaran gas pada hydra terjadi secara langsung pada
permukaan tubuhnya. Hal ini karena Hydra tidak mempunyai organ khusus
untuk pernafasan, pembuangan hasil ekskresi, dan juga tidak mempunyai darah
serta sistem peredaran darah. Semua organ-organ itu bagi Hydra tidak
diperlukan, sebab tubuhnya tersusun atas deretan sel-sel yang sebagian besar
masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang ada di sekitarnya. Di
samping itu dinding tubuh Hydra merupakan dinding yang tipis, oleh sebab itu
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah dari bahan
nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh Hydra.
Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar
secara difusi dan osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan
perkataan lain proses pernafasan maupun pembuangan sisa metabolisme
dilakukan secara mandiri oleh masing-masing sel yang bersangkutan.
Hewan Scypozoa “seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai
alat respirasi maupun ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan
secara langsung melalui seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem
saluran air dan sistem saluran gastrovaskular sangat membantu dalam
memperlancar proses respirasi maupun ekskresi (Suripto, 2000).
Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk
kedalam lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya
gas-gas O2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari
tubuhnya secara difusi. Demikian halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang
berupa zat-zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara
langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar
tubuh.
3. Sistem Pernapasan Pada Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes yaitu Planaria. Pada Planaria, O2 yang terlarut di
dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Demikian juga dengan
pengeluaran CO2. Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan tubuhnya
yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh-pembuluh darah. Selanjutnya,
O2 diedarkan keseluruh tubuh oleh sistem peredaran darah. CO 2 sebagai sisa
pernapasan dikeluarkan dari jaringan oleh pembuluh darah, kemudian keluar

8
melalui permukaan tubuh secara difusi. Permukaan tubuh cacing tanah selalu
basah. Hal ini berfungsi untuk mempermudah proses difusi O 2 melalui
permukaan tubuhnya.
Cacing pipih belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan
oksigen bagi anggota yang hidup bebas dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh. Sementara anggota yang hidup sebagai endoparasit bernafas
secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi
karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan yang kekurangan oksigen.
Cacing senang hidup di daerah lembab. Hal ini dilakukan supaya kulit
cacing selalu lembab. Bagi cacing, misalnya saja cacing tanah,
kulitnya dijadikan sebagai organ pernapasan atau tepatnya sebagai
tempat pertukaran gas. Melalui kulitnya, oksigen dari luar ke dalam tubuh
secara difusi. Hemoglobin yang terkandung dalam darah akan mengikat
oksigen tersebut untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Sementara, hasil
metabolisme yang berupa karbon dioksida dikeluarkan melalui permukaan
tubuh cacing. Pertukaran gas melewati permukaan tubuh pada cacing ini
dinamakan juga pernapasan integumenter.
4. Sistem Pernapasan Pada Nemathelminthes
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara
anaerob. Energy diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan
asam lemak yang dieksresikan melalui kutikula. Namun
sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya
tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di
dalam dinding tubuh dan cairan pseudocoelom.

9
5. Sistem Pernapasan Pada Anelida
Salah satu contoh dari filum anelida yaitu cacing tanah. Cacing tanah
melakukan pernapasan melalu permukaan kulit. Karena pada permukaan kulit
cacing tanah bersifat lembab, tipis, terdapat banyak sekali pembuluh darah dan
menghasilkan lendir. Kondisi kulit yang selalu lembab inilah yang membuat
proses penyerapaan oksigen berlangsung dengan lebih baik atau dalam kata
lain proses bernapas. Oksigen yang di serap oleh kulit kemudian akan diikat
langsung oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah cacing tanah itu sendiri
baru kemudian diedarkan ke seluruh tubuhnya. Sementara gas hasil respirasi
yakni karbondioksida juga dikeluarkan kembali melalui permukaan kulit.
Karena proses pernapasan cacing dilakukan melalui permukaan kulitnya
(integument), maka dari itu proses pernapasan pada cacing tanah disebut
dengan respirasi integumenter. Pernapasan dengan permukaan kulit juga
merupakan suatu proses adaptasi penyesuaian dengan lingkungan yang
merupakan habitat bagi cacing tanah. Mengunakan kulit lebih efektif dari pada
sisterm pernapasan khusus.
Pada beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang
hidup di air yaitu Polychaeta (golongan cacing berambut banyak) contohnya
pada spesies Nereis virens ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang
berubah menjadi insang.

10
6. Sistem Pernapasan Pada Mollusca
Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Hewan
bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan
kerang (Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam
insang dan terjadi pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup
di darat, seperti siput darat (bekicot) bernapas menggunakan paru-paru. Insang
diadaptasikan untuk pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air
melalui permukaan insang yang luas dan berbentuk membran yang tipis. Pada
Mollusca, insang disebut juga ktinidium (Yunani: kteis; sebuah sisir). Ktenidia
terdiri atas sebuah filament (lamela) yang ditutupi silia. Gerakan silia
menyebabkan air melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi melintasi
membran menuju ke darah, dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa
Mollusca seperti remis dan bivalvia lain, silia pada insang juga berperan
menyaring partikel makanan, kemudian mengirimnya ke mulut dalam bentuk
benang lendir. Setelah insang aliran air biasanya menuju anus dan saluran
keluar ginjal sambil membawa bahan yang akan dibuang. Pada beberapa
Mollusca, air masuk melalui incurent siphon dan keluar melalui excurent
siphon. Sebelum mencapai insang aliran air yang masuk dideteksi oleh organ
sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi mendeteksi endapan lumpur,
makanan atau predator.

11
Beberapa Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas
respirasi terjadi secara langsung melalui permukaan mantel. Keong memiliki
kemampuan adaptasi untuk kehidupan darat yaitu dengan hilangnya insang,
maka mantel yang dimilikinya dimodifikasi menjadi sebuah paru-paru untuk
pernapasan udara. Beberapa keong (pulmoat) kembali ke habitat air, namun
tetap mempertahankan paru-parunya. Untuk itu mereka terlihat sering
merambat naik ke permukaan air untuk mengambil udara.
7. Sistem Pernapasan Pada Echinodermata
Hewan-hewan Echinodermata hidup di air laut, contohnya bintang laut,
landak laut, dan mentimun laut. Hewan-hewan ini bernapas dengan insang
dermal atau insang kulit. Organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau
papula dan kaki tabung. Papula merupakan organ respirasi utama. Mereka
adalah sederhana, kontraktil, transparan, hasil pertumbuhan dari dinding tubuh
pada permukaan aboral mempunyai ephithelium bersilia pada permukaan
sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan
lanjut dari coelom dan sisa lumennya berhubungan langsung dengan coelom.
Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di antara air laut dan cairan tubuh dari insang-
insangnya. Silia pada epithelium mempunyai peranan vital dalam
menggerakkan cairan coelom dan dalam menciptakan air untuk pernapasan
keluar masuk di dalam air laut. Di samping dindingnya tipis, kaya akan
percabangan dan bagian-bagian tubuh lembab, juga bertindak sebagai organ-
organ respirasi.

12
8. Sistem pernapasan pada Arthropoda
Filum Arthropoda meliputi 4 kelas, yaitu:
a. Crustacea (golongan udang dan kepiting) bernapas dengan insang.
Pada golongan Crustacea (udang-udangan), seperti udang dan
ketam, ber-napas dengan insang buku. Insang buku ini tumbuh dari dasar
anggota tubuh dan dinding tubuh yang berdekatan, dan menjulur ke atas ke
dalam ruang brankial. Tiap insang terdiri atas sumbu sentral tempat
pertautan lamela atau filamen. Aliran air dihasilkan oleh gerakan
mendayung dari insang timba, yaitu suatu penjuluran berbentuk bulan sabit
dari salah satu penjuluran mulut (maksila kedua).
Pada udang, air masuk ke dalam ruang brankial di belakang
karapaks dan di antara kaki. Selanjutnya, saluran di dalam sumbu insang
membawa darah ke dan dari ruang di dalam lamela, pertukaran udara
pernapasan berlangsung melalui dinding tipis lamela. Keluar masuknya
udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur. Baik paru-
paru buku maupun insang buku, keduanya mempunyai fungsi yang sama
seperti fungsi paru-paru pada Vertebrata.
b. Myriapoda (golongan lipan dan luwing) bernapas dengan trakea.
c. Arachnida (golongan laba-laba dan kalajengking) bernapas dengan paru-
paru buku.
Laba-laba (Arachnida) dan kalajengking (Scorpionida) bernapas dengan
paru-paru buku. Paru-paru buku ini merupakan invaginasi (pelekukan ke
dalam) abdomen. Paru-paru buku memiliki banyak lamela seperti
halaman buku yang dipisahkan oleh batang-batang sehingga udara dapat
bergerak bebas. Udara dari luar, masuk melalui spirakel secara difusi.

13
Selanjutnya, udara masuk di antara sel-sel lamela dan berdifusi dengan
pembuluh darah di sekitar lamela.
d. Insecta (golongan serangga) bernapas dengan trakea.
Serangga memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh
serangga yang terbuat dari pipa atau tabung udara. Jumlah trakea di dalam
tubuh serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga
dinamakan sistem trakea.

e. Saat serangga melakukan pernapasan, udara masuk trakea melalui bagian


yang terletak pada permukaan tubuh. Bagian tersebut dinamakan spirakel.
Spirakel dilindungi oleh bulu halus dengan fungsi sebagai penyaring debu
dan benda asing yang masuk menuju trakea. Setelah itu, udara tersebut akan
melewati pipa kecil yang disebut trakeola.
Trakeola juga ini akan terhubung dengan membran sel. Trakeola
memiliki ujung kecil tertutup dan mengandung cairan dengan warna biru
gelap. Oksigen akan berdifusi masuk ke dalam sel tubuh melalui trakeola,
sedangkan karbondioksida akan berdifusi keluar. Setelah melewati trakeola,
karbondioksida akan dikeluarkan ke lingkungan melewati trakea.
Apabila serangga sedang aktif dan menggunakan banyak oksigen,
sebagian besar cairan yang berwarna biru akan ditarik ke dalam tubuh.
Akibatnya, luas permukaan udara yang berkontak langsung dengan sel
menjadi semakin luas. Seekor serangga yang sedang terbang mempunyai
laju metabolisme lebih tinggi dibandingkan saat istirahat. Otot akan
berontraksi dan berelaksasi secara bergantian mengempis dan

14
menggembung. Oleh karenanya udara akan secara cepat terpompa melalui
sistem trakea. Sebagian besar serangga hidup di daratan. Namun, ada juga
serangga yang hidup pada perairan seperti larva capung.
Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain,
merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam
mitokhondria. Baik serangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O2
dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan jelas: di
udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh karenanya
kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil daripada
kecepatan difusi O2 di udara.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut
spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan
total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan
gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal
yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian
harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan
CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih
besar daripada volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik
berhubung luas permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O 2 dari luar
tubuh. Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu
dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara
dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem
pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa jenis belalang yang mampu
hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat
dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh
serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk
mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang
fisis” atau physical gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan
jaringan mengambil O2 dari dalam gelembung-gelembung udara yang
disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun, tekanan udara di dalam air

15
menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke dalam tubuh
serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di
dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah terkandung terlalu
banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam
air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara.
Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut
diambil langsung. Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis
khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di
dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang
memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill) yang merupakan insang
biologis, berfungsi karena gerak biologis.
Adapun Mekanisme pernapasan pada belalang diatur oleh otot perut (ab-
domen). Ketika otot perut (abdomen) berelaksasi, volume trakea normal
sehingga udara masuk. Sebaliknya, ketika otot abdomen berkontraksi,
volume trakea mengecil sehingga udara keluar. Jalur yang dilalui udara
pernapasan, yaitu udara luar → stigma/spirakel → saluran/pembuluh trakea
→ trakeolus → jaringan tubuh.
Jadi, sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh, serta sebaliknya mengangkut CO2 hasil pernapasan untuk
dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya
berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut udara
pernapasan. Pada serangga air, seperti jentik nyamuk, udara diperoleh
dengan men-julurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil
udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara, sehingga dapat
menyelam di dalam air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp.
mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral.
Selama menyelam, O2 dalam gelembung udara dipindahkan melalui
sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Adapula serangga yang mempunyai
insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan
udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya O2 diedarkan
melalui pembuluh trakea.
9. Sistem Pernapasan Pada Protozoa

16
Protozoa (hewan bersel satu) tidak memiliki alat pernapasan khusus.
Pernapasan dilakukan melalui seluruh permukaan selnya. O2 dan CO2 masuk
dan keluar secara difusi. Mekanisme respirasi protozoa adalahdengan cara
aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan O 2 yang masuk
dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan tubuh,
sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat
yang sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan
oksigen. Hasil kedua peristiwa itu akan sama yakni dihasilkan energi dan zat
sisa-sisa yang akan ditampung dalam vakuola kontraktil sebagai zat
ekskresi (Soemadji, 1993).
Hewan protozoa
seperti Amoeba atau Paramaeciumbernapas menggunakan permukaan
tubuhnya. Oksigen dan karbondioksida saling berdifusi melalui membran
sel. Saat Amoeba bernapas, konsentrasi oksigen dalam sel semakin berkurang
(rendah), sedangkan sisa metabolisme yang berupa karbondioksida di dalam sel
semakin tinggi konsentrasinya. Di sisi lain, konsentrasi oksigen dalam air lebih
tinggi daripada di dalam sel, sementara konsentrasi oksigennya lebih rendah.
Akibatnya, oksigen dari luar akan berdifusi ke dalam sel, sementara
karbondioksida berdifusi keluar sel menuju air.
Pertukaran gas tersebut akan terjadi pada seluruh luas permukaan tubuh
protista. Selain itu, proses seperti ini terjadi juga pada organisme uniselluler
lain dan beberapa hewan seperti spons, Cnidaria, dan cacing pipih.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang


sangat bermafaat bagi pembaca yaitu pembaca hendaklah menyaring ilmu yang
bermanfaat dari penulisan makalah ini karena sumber yang terkait bisa banyak
ditemukan pada buku-buku, maupun website.

18
Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Sistem Pernafasan Pada Hewan Invertebrata,(Online),


(http://www.materisekolah.com/sistem-pernapasan-pada-hewan-invertebrata/

19

Anda mungkin juga menyukai