Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH ANALISIS

SEJARAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

Oleh :
Rr. Anisa Permana 18.03.004
Andi Resky Febriani 18.03.007
Venti Umi Fajria 18.03.032
Itsnainingrum Sekar Wijaya 18.03.043
Khairunissa Fatin Nabilla 18.03.051
Dewina Nurriyah 18.03.057

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN SOSIAL


SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2018
1. DEFINISI KESEJAHTERAAN SOSIAL
Ilmu kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran, serta metodologi yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Ilmu
kesejahteraan sosial merupakan turunan dari ilmu psikologi dan sosiologi

Epistemologi Ilmu Kesejahteraan Sosial pekerjaan Sosial memiliki


akar epistemologi yang kuat dari Ilmu Kesejahteraan sosial, dimana praktek
pekerjaan sosial adalah bentuk aksiologi dari Epistemologi Ilmu Kesejahteraan
sosial sebagai sebuah bangunan keilmuan.Dengan demikian landasan
epistemologi pekerjaan sosial adalah Ilmu Sesejahteraan Sosial yang keduanya
merupakan satu kesatuan eksistensial dimana antara praktek pekerjaan sosial
dan Ilmu Kesejahteraan sosial sejatinya tidak dapat dipisahkan dan merupakan
satu tubuh yang saling menjelaskan.

2. RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


Bila ilmu kedokteran menekankan pada diagnosis dan penyembuhan,
disiplin ini menekankan pada penilaian (‘’assessment’’) dan intervensi sosial.
Intervensi sosial merupakan metode perubahan sosial terencana yang
bertujuan memfungsikan kembali fungsi sosial seseorang, kelompok, maupun
masyarakat. Ilmu kesejahteraan sosial dalam kaitannya dengan intervensi
sosial memiliki 3 ruang lingkup , yaitu mikro, mezzo, dan makro. Level mikro
membahas intervensi sosial di tingkat individu, keluarga, dan kelompok kecil;
level mezzo membahas intervensi sosial di tingkat komunitas; dan level
makro membahas intervensi sosial di tingkat masyarakat yang lebih luas.
Pendekatan

Menurut Midgley, terdapat empat pendekatan dalam mengupayakan kesejahteraan


sosial :

A. Filantropi sosial
Filantropi terkait erat dengan upaya-upaya kesejahteraan sosial yang
dilakukan para agamawan dan relawan, yakni upaya yang bersifat amal
(charity) dimana orang-orang ini menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya
untuk menolong orang lain. Ada beberapa karakteristik pendekatan filantropi
sosial, di antaranya [8]:
1. Amal, dimana pendekatan ini tidak memiliki kesinambungan.
Artinya, tidak ada lagi interaksi dengan penerima bantuan ketika
bantuan selesai diberikan.
2. Penerima pasif, menggunakan pandangan bahwa masyarakat tidak
mampu memenuhi kebutuhan mereka, sehingga dalam
penyelenggaraannya tidak melibatkan partisipasi penerima.
3. Acak, tidak memiliki metode atau tahapan khusus dalam
pelaksanaannya.
4. Kemauan, ketergantungan upaya pada kemauan baik dari para
donor dan kemauan pemerintah untuk menggunakan uang
pembayar pajak demi mendukung kegiatan-kegiatan amal.

B. Pekerja sosial
Berbeda dengan pendekatan filantropi, pekerjaan sosial merupakan
pendekatan yang terorganisir untuk mempromosikan kesejahteraan sosial
dengan menggunakan tenaga profesional yang memenuhi syarat untuk
menangani masalah sosial. Namun, perkembangan pekerjaan sosial tidak lepas
dari perkembangan filantropi. Sejak abad ke-19, pekerjaan sosial telah
mengalami pengembangan profesional dan akademik yang cukup pesat dan
telah menyebar di seluruh dunia.

C. Administrasi sosial
Pendekatan administrasi sosial berusaha mempromosikan
kesejahteraan sosial dengan menciptakan program sosial pemerintah yang
meningkatkan kesejahteraan warga negaranya melalui penyediaan berbagai
pelayanan sosial .

D. Pembangunan sosial
Pembangunan sosial merupakan suatu proses perubahan sosial
terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
utuh, di mana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan
dinamika proses pembangunan ekonomi.

3. SEJARAH ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PEKERJAAN


SOSIAL
Sejarah keberadaan Ilmu Kesejahteraan Sosial tidak dapat dilepaskan dengan
sejarah keberadaan Pekerjaan Sosial. Karena diantara keduanya saling keterkaitan.

Sejarah keberadaan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,


seringkali dikaitkan dengan kondisi Eropa pada abad ke 13 – 18. Pada periode itu
pemerintah Inggris telah mengeluarkan beberapa peraturan perundangan untuk
menangani masalah kemiskinan ( poor law ). Undang – undang yang terkenal pada
saat itu adalah Elizabeth Poor Law yang dikeluarkan pada tahun 1601, yang
mencakup tiga kelompok penerima bantuan :

1. Orang- orang miskin yang kondisi fisiknya masih kuat ( the able- bodied
poor ). Mereka iberikan pekerjaan “kasar” dan para penduduk dilarang
memberikan bantuan financial terhadap mereka.
2. Orang- orang miskin yang kondisi fisiknya buruk ( the impotent poor
). Mereka diberikan tempat tinggal dalam sebuah panti yang disebut
almhouse.
3. Anak- anak yang masih tergantung pad orang yang lebih mapan (
dependent Children ). Mereka ditawarkan bekerja pada warga setempat
sampai usia 21 tahun.

Undang – undang kemiskinan yang dikeluarkan ratu Elizabeth pada tahhun


1601 dianggap sebagai cikal bakal intervensi pemerintah terhadap masyarakat, dalam
hal ini kaitannya dengan , kesejahteraan sosial. Karena pada era sebelumnya, usaha –
usaha kesejahteraan sosial lebih banyak dilakukan oleh kelompok keagamaan,seperti
dari pihak gereja.

Selain pihak gereja, pada abad ke 6 M, agama Islam telah melakukan


reformasi sosial pada masanya dalam hal keadilan sosial, baik untuk kaum yang
perempuan, anak – anak dan kelompok yang kurang diuntungkan.

Fase perkembangan berikutnya adalah tumbuhnya program – program


kesejahteraan rakyat menjelang dan setelah tahun 1930. Berdasarkan paham bahwa
pemerintah pusat dan kota adalah penyedia utama pelayanan umum, sehingga fungsi
administrasi pemerintahan bertambah luas, walaupun tidak banyak bersangkutan
dengan pelayanan – pelayanan sosial yang selama ini dilakkukan oleh oraganisasi
karitas.

Kesejahteraan Sosial sendiri sebagai suatu istilah, baru muncul pada awal
abad ke 20 sebagai penghalusan istilah karitas, pekerjaan amal, dan lain sebagainya.
Mulai awal abad 20 pelayanan sosial menjadi pelayanan professional, setelah bagi
para pelaksanannya disyaratkan pendidikan khusus, maka munculah profesi
pekerjaan sosial, dengan lembaga profesionalnya yang pertama tama adalah school
of philanthropy, yang didirikan oleh Charity Organization Society di New York
tahun 1896, yang kemudian menjadi School Of Social Work, Columbia University.

Pekerjaan sosial adalah profesi kemanusiaan yang telah lahir cukup lama.
Sejak kelahirannya sekitar tahun 1800-an,purifikasi pekerja sosial terus ber lanjut
sesuai dengan tuntutan perubahan dan aspirasi masyarakat. Namun demikian, seperti
halnya profesi lain, fondasi dan prinsip dasar pekerjaan sosial tidak mengalami
perubahan.

Pekerjaan sosial berbeda ddengan profesi lain, semisal psikolog, dokter atau
psikiater. Dalam praktek kerjanya dia senantiasa harus melibatkan aspek – aspek
iluar klien dalam penyelesaian masalah. Artinya, bahwa mandate utama pekerja
sosial adalah memberikan pelayanan sosial baik kepada individu, keluarga, maupun
kelompok masyarakat dengan nillai- nilai pengetahuan dan keterampilan pekerjaan
sosial

Para pekerja sosial professional banyak yang tertari pada bidang baru, yaitu
reformasi sosial. Ketika terjadi kemandegan ekonomiu dinegara – Negara industry
tahun 1929 – 1942, maka lahirlah program pemeliharaan pendapatan yang kemudian
mengarah kepada pembentukan Negara kesejahteraan di Negara – Negara industry
berdasarkan sumsi dasar manusia mampu untuk menghilangkan kemiskinan,
mengatur urusannya sementara kaum filantropis dan pekerja sosial abad ke 19 telah
berusaha menghilangkan ketergantungan kepeda karitas masyarakat ateu pemerintah,
dan membantu inividu dan keluarga menjadi swasembada sehingga menjadi mandiri
dan bebas.

Pada tahun 1953 didirikan departemen kesehatan, pendidikan, dan


kesejahteraan ( HEW ), delapan tahun setelahnya Indonesia membentuk Departemen
Sosial pada 18 Agustus 1945.

Dari uraian diatas,dapat diambil kesimpulan bahwa kesejahteraan sosial


bukan hanya bervariasi di berbagai Negara, tetapi juga berubah dan berkembang ke
berbagai dimensi :

1. Dari amal pribadi, kepada amal kelompok, amal terorganisasikan, kepada


filantropi sosial, pekerjaan sosial, pelayanan sosial dan terakhir
pembangunan sosial.
2. Dari amal pribadi kepada karitas kelompok/ terorganisasikan, kepada
lembaga pelayanan sosial masyarakat, dan lembaga sosial pemerintah,
dan pelayanan sosial kesejahteraan sosial swasta.

Dari tanpa campur tangan pemerintah, kepada peranan pemerintah yang


makin besar, kepada Negara kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai