Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

GAGAL GINJAL KRONIS DAN HIPERTENSI TERKENDALI DENGAN GAYA


HIDUP YANG BAIK PADA PEREMPUAN PARUH BAYA PEROKOK PASIF
YANG HIDUP SENDIRIAN DALAM RANGKA PENGOBATAN
HEMODIALISIS DALAM MASA DUKA CITA DENGAN KEMATIAN
AYAHNYA DAN HAMBATAN KE FASILITAS KESEHATAN PADA RUMAH
TANGGA YANG TIDAK BER-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

Ridham Ismu Prahantyo

NIM : 20130310002/20174011008

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

KLINIK PRATAMA FIRDAUS YOGYAKARTA

GAGAL GINJAL KRONIS DAN HIPERTENSI TERKENDALI DENGAN


GAYA HIDUP YANG BAIK PADA PEREMPUAN PARUH BAYA PEROKOK
PASIF YANG HIDUP SENDIRIAN DALAM RANGKA PENGOBATAN
HEMODIALISIS DALAM MASA DUKA CITA DENGAN KEMATIAN
AYAHNYA DAN HAMBATAN KE FASILITAS KESEHATAN PADA
RUMAH TANGGA YANG TIDAK BER-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu


KedokteranKeluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

RIDHAM ISMU PRAHANTYO NIM/NIPP : 20130310002/20174011008 Telah


dipresentasikan pada tanggal 09 Maret 2019

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing KPF

dr. Oryzati Hilman Agrimon, M.Sc.CMFM,Ph.D dr. Zulfia

Mengetahui Kepala Klinik Pratama Firdaus

DR, dr. Arlina Dewi, M.Kes

2
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 5
LAPORAN KASUS ................................................................................................................. 5
A. IDENTITAS PASIEN ..................................................................................................... 5
B. AUTOANAMNESIS PASIEN ....................................................................................... 5
C. Pemeriksaan Fisik ......................................................................................................... 10
D. Perangkat Penilaian Keluarga ....................................................................................... 12
E. Diagnosis Klinis ............................................................................................................ 15
F. Diagnosis Psikososial.................................................................................................... 16
G. Diagnosis Holistik ......................................................................................................... 16
H. Manajemen Komprehensif ............................................................................................ 16
BAB II ..................................................................................................................................... 19
ANALISA KASUS ................................................................................................................. 19
BAB III.................................................................................................................................... 21
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 21
A. Gagal ginjal kronis ........................................................................................................ 21
B. Hipertensi ...................................................................................................................... 23

3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus
dengan judul “GAGAL GINJAL KRONIS DAN HIPERTENSI TERKENDALI
DENGAN GAYA HIDUP YANG BAIK PADA PEREMPUAN PARUH BAYA
PEROKOK PASIF YANG HIDUP SENDIRIAN DALAM RANGKA PENGOBATAN
HEMODIALISIS DALAM MASA DUKA CITA DENGAN KEMATIAN AYAHNYA
DAN HAMBATAN KE FASILITAS KESEHATAN PADA RUMAH TANGGA YANG
TIDAK BER-PHBS” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga serta para sahabat, tabiin, tabi’it tabiin dan
pengikutnya hingga akhir zaman. Presentasi kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian
syarat mengikuti ujian kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Klinik Pratama Firdaus. Pada
kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berperan serta dalam membantu penyelesaian presentasi kasus sekaligus laporan home visit ini.
Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan presentasi kasus ini

2. dr. Wiwik., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

3. dr. Oryzati Hilman Agrimon, M.Sc.CMFM,Ph.D. selaku dokter pembimbing fakultas


kedokteran yang telah memberikan banyak masukan dan pertimbangan guna menyempurnakan
penulisan presentasi kasus ini

4. dr. Zulfia selaku dokter pembimbing Klinik yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan.

4
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Tempat, tanggal lahir : Wonosari, 23 April 1965
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jogoyudan JT 3/579, GG. Anggrek RT 23 RW 08
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pengangguran
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMP
Jaminan kesehatan : BPJS mandiri kelas 3
Kunjungan Rumah : 26 Februari 2019
Total kunjungan : 3 kali
Kunjungan pertama : 25 januari 2019
Kunjungan terakhir : 26 februari 2019

B. AUTOANAMNESIS PASIEN
1. Keluhan Utama
Minta rujukan ke RS bethesda untuk cuci darah karena penyakit gagal ginjal kronis
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke klinik firdaus dengan meminta rujukan ke RS bethesda untuk
cuci darah mingguan karena penyakit gagal ginjal kronis. Pasien menderita penyakit
gagal ginjal kronis sejak 6 tahun yang lalu, pasien mengaku tidak merasakan gejala
apa-apa sebelum didiagnosis dan tiba-tiba pasien terjatuh pingsan, saat dibawa ke
rumah sakit, didapat tensi pasien 200/120, dilakukan cek darah dan pasien mendapati
kreatinin yang tinggi yaitu 2,1. Pasien mendapatkan obat amlodipin 1x10mg, tetapi,
tiga tahun terakhir, konsumsi amlodipin pasien dihentikan oleh dokter karena tensinya
sekarang malah rendah. Sebelum sakit pasien mengaku jarang mengecek kesehatan
dirumah sakit. Sekarang pasien rutin mengkonsumsi obat CaCO3 1 kali sehari,

5
neurodex 1 kali sehari, dan cetirizin jika pasien merasa gatal. Pasien cuci darah setiap
hari senin dan kamis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan dirasakan sejak 6 tahun yang lalu
- Riwayat hipertensi 6 tahun yang lalu, 3 tahun terakhir tensi sering rendah jadi
pengobatan hipertensi diberhentikan oleh dokter.
- Riwayat diabetes melitus disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat batuk lama disangkal
- Riwayat trauma disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat gagal ginjal disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat diabetes melitus disangkal
- Riwayat batuk lama disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat trauyma disangkal
- Riwayat stroke disangkal
5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan (RPSL)
- Riwayat pendidikan
Pasien seorang lulusan SMP.
Riwayat pernikahan
- pasien menikah satu kali di usia 18 tahun, pasien dijodohkan oleh kedua
orangtuanya dan pada saat itu pasien tidak senang dengan hal tersebut, tetapi pasien
sudah menerima keadaan pasien. Pasien dikaruniai 2 anak perempuan. Pasien
tinggal sendiri di Jogja terpisah dari suami karena pengobatan.
- Riwayat Sosial
Hubungan pasien denga keluarga baik, baik kepada anak dan keluarga dari suami.
Pasien sering dibantu oleh anak kedua, pasien mempunyai hubungan yang baik
dengan sekitar
- Riwayat Pekerjaan:
Sebelum sakit, pasien bekerja sebagai petani singkong di kampung halamannya di
Wonosari, tetapi setelah sakit pasien pindah ke Jogjakarta dan menganggur.
- Lingkungan Tempat Tinggal
6
 Lokasi Rumah
lokasi rumah berada di Jogoyudan JT 3/539, gang Anggrek RT 34 RW 08.
Gang untuk masuk ke rumah cukup sempit.

 Kondisi Rumah
Lokasi rumah berada di pemukiman padat penduduk dalam gang sempit.
Ukuran rumah ±7m x 5m, bangunan permanen, rumah tingkat dua, terbuat dari
tembok batako dan di dalamnya disekat menggunakan tembok batako juga,
lantai keramik, dan langit-langit menggunakan asbes.
 Ruang Rumah
Rumah pasien tingkat dua, pada lantai dasar terdapat 2 kamar tidur, 2 kamar
mandi dengan toilet jongkok, lantai 2 terdapat 2 kamar dengan ukuran 3x4cm
dan dapur.
 Pencahayaan
Pencahayaan cukup terang untuk membaca, jendela dan ventilasi cukup.
 Kebersihan
Kebersihan rumah tidak tertata dengan baik barangnya.
 Kepadatan
Rumah berada di pemukiman padat penduduk dalam gang sempit.
 Sanitasi Dasar
Sumber air sumur berasal dari PAM. Air digunakan untuk memasak, mandi,
dan mencuci. Air jernih dan cenderung tidak berbau. Terdapat 1 jamban di
lantai 1 berupa jamban jongkok. Ruangan bersih dan tidak berbau. Tempat
sampah berada diluar rumah, biasa dikumpulkan didepan rumah dan diambil
tiap 1 minggu 2 kali.

7
 Denah Rumah

LT 1 LT 2

Tangga Tangga
K1
K3

K2

K. PASIEN
dapur
KM KM

- Gaya Hidup
Pola makan:sebelum sakit, pasien makan 3x sehari, biasanya pasien masak
saat pagi dan cukup untuk 1 hari, pasien mengaku biasa makan nasi sayur
lombok ijo dengan lauk daging atau tempe, setelah sakit, pasien mengurangi
makan makanan yang terlalu asin serta ikan-ikanan, pasien juga mengurangi
konsumsi buah karena tidak diperbolehkan.
Pola aktivitas: sebelum sakit, pasien biasanya beraktivitas pukul 06:00 dan
memulai bekerja di ladang dengan suaminya, pasien biasa pulang saat maghrib
dan beristirahat sampai waktu tidur. Setelah sakit, Pasien biasa beraktivitas
mulai pukul 07.00, pasien mengawali hari dengan berjalan kaki ke pasar, jarak
pasar kurang lebih 1,5 km. Setelah itu pasien biasa bercengkerama di pasar atau
sekitaran rumah pasien.
Pola istirahat: pasien mulai tidur jam 10 malam. Pasien biasa tidur kira-kira
6-8 jam.
Manajemen stress: Pasien jika ada masalah terkadang memilih untuk
berkonsultasi dengan keluarga intinya yang berada di luar Jogjakarta melalui
handphone, atau terkadang mendatangi anaknya yang di Bekasi
Kebiasaan buruk: pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok,
alcohol, pengguna obat terlarang. Suami dan ibu pasien merupakan seorang
perokok berat.

8
6. Anamnesis Illness
Pikiran: Pasien tidak mengerti apa itu gagal ginjal kronis secara umum, yang
terpenting untuk pasien adalah mengikuti anjuran dokter maka penyakit tidak
memberat.
Perasaan: Pasien pasrah dengan keadaan pasien sekarang tetapi tetap termotivasi
untuk cuci darah rutin setiap minggunya. Pasien cenderung merasa kesepian
karena tidak ada yang menemani di kosan.
Efek pada fungsi: Pasien sering merasa kehausan apalagi jika hawa panas
karena harus mengurangi asupan cairan
Harapan: Pasien berharap agar dapat sembuh total, tidak cuci darah dan tidak
meminum obat setiap hari serta kembali seperti sedia kala.
7. Identifikasi Hidup Bersih dan Sehat

No. Indikator PHBS Jawaban


Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan v
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun v
6. Menggunakan jamban sehat v
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan v
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari V(restriksi
buah)
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga v
10 Tidak merokok di dalam rumah V(di V
kosan) (dirumah
wonosari)
Kesimpulan: rumah tangga tidak ber-PHBS

8. Review Sistem
a. Kepala leher : tidak ada kelainan.
b. THT : tidak ada kelainan.
c. Respirasi : tidak ada kelainan.
d. Integumen : tidak ada kelainan.
e. Gastrointestinal : nyeri ulu hati, perih, mual (-), muntah (-).
f. Kardiovaskuler : tidak ada kelainan.

9
g. Perkemihan : tidak ada kelainan.
h. Sistem reproduksi : sudah mengalami menopause. Tidak ada kelainan.
i. Kulit dan ekstremitas : tidak ada kelainan

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum = baik


2. Kesadaran = compos mentis
3. Tanda Vital =
Tekanan Darah : 112/73 mmHg (26 Februari 2019, klinik)

27 februari 2019 (homevisit):


I: 120/70 mmHg
II: 130/70 mmHg
III:120/70 mmHg
Rata-rata: 125/70 mmHg
7 Maret 2019 (homevisit):
I: 100/80 mmHg
II: 100/80 mmHg
III:100/70 mmHg
Rata-rata: 100/74 mmHg

Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5₀ C
4. Antropometri =
Tinggi Badan : 155 cm Indeks Massa Tubuh (IMT): 20,32 kg/m2
Berat Badan : 49 kg
Lingkar Pinggang: 67 cm
Lingkar Panggul : 78 cm Waist-Hip Ratio: 0,8
Lingkar Lengan Atas: 28 cm
Status Gizi : normal

5. Pemeriksaan Umum=
Kulit : sianosis (-), akral hangat (-).
Kelenjar Limfe : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Otot : atrofi (-)
Tulang : deformitas (-), krepitasi (-)
Sendi : Tidak ada kelainan
6. Pemeriksaan Khusus
Kepala : normocephal, rambut hitam beruban.
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Hidung : cavum nasi lapang, septum nasi sempit.
Telinga : AD/AS: normal.
Mulut dan Gigi : mukosa basah (+), karies (+), missing (+)
Tenggorokan : uvula di tengah, T2-T2

10
Leher : JVP meningkat (-)

Thorax Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


Paru Simetris (+) Vocal fremitus Sonor (+) SD (+/+)
(+)
Ketertinggalan Nyeri tekan (-) Wheezing (-/-)
gerak (-)
Jejas (-) Ronkhi (-/-)
Jantung Ictus cordis Ictus cordis Batas S1-S2 reguler
tidak terlihat teraba jantung
normal
Murmur (-)
Gallop (-)
Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Distensi (-) Supel (+) Timpani (+) Bising usus (+)
Nyeri tekan ulu
hati (+)

Anogenital : tidak diperiksa.

Ekstremitas : Akral : Hangat


Kanan Atas Kiri Atas Kanan Kiri Bawah
Bawah
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Tonus + + + +
Trofi - - - -
Refleks Fisiologis + + + +
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas + + + +
Meningeal Signs - - - -

11
D. Perangkat Penilaian Keluarga
1. Genogram
Genogram keluarga ibu Titik
Dibuat tanggal 27 Februari 2019

Legenda:
*B= Breadwinner
*D= Decision Maker
*G= gagal ginjal kronis
*panah= Pasien
*Td= tidak diketahui
*X= meninggal
*tanda panah = pasien
*R=merokok

12
2. Family Structures
Nuclear Family (goldenberg, 1980)
3. Family Map

Ny. M

Ny. T Ny. D
Tn. S

= : hubungan baik fungsional

4. Family Life Cycle


Family in later life (carter & mcGoldrick, 1989)
5. Family Life Line
Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness
(Tahun)
1981 18 tahun Menikah dijodohkan dengan orang Stressor psikologis
tua, pasien menerima keadaannya.
2012 46 tahun Besan pasien meninggal Stressor psikologis
2013 46 tahun Pasien terdiagnosis gagal ginjal kronis
dan krisis hipertensi
2014 47 tahun Pasien pindah ke Klaten untuk cuci
darah karena BPJS belum jadi
2015 48 tahun Pasien pindah ke Jogja untuk
pengobatan cuci darah menggunakan
BPJS
2019 53 tahun Ayah pasien meninggal

13
6. Family APGAR
APGAR Keluarga Hampir Kadang- Hampir
selalu kadang tidak
(2) (1) pernah (0)
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta v
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya
menghadapi permasalahan
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya v
membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi
masalah dengan saya.
3. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima v
dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk
memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup
saya.
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya v
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan v
saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 8
Skala pengukuran: Skor: Contoh:
Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional Jumlah = 7 poin.
Kadang-kadang = 1 4-7 = Disfungsional sedang Keluarga disfungsional sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3 = Disfungsional berat

7. Family SCREEM
8. Aspek Sumber Daya Patologis
SCREEM
Social Hubungan pasien dengan Pasien hidup sendirian di
keluarga sangat baik, keluarga Jogjakarta karena pengobatan
peduli dengan kesehatan pasien.
pasien dan pasien selalu
menghubungi keluarga jika
terdapat masalah, Hubungan
dengan tetangga baik, pasien
mengikuti senam, arisan, dan
main-main dengan lingkungan
sekitar.

Cultural Dapat bertoleransi. Pasien


tidak mempercayai mitos,
Pasien tidak menggunakan
terapi alternative maupun
komplementer.
Religious Pasien beragama Kristen dan
merupakan jemaat yang taat,
pasien mengikuti segala

14
kegiatan gereja serta
mengikuti misa tiap minggu
Educational Pasien adalah lulusan SMP, Pasien tidak mengerti apa itu
pasien mendapat informasi gagal ginjal kronis secara
kesehatan hanya dari dokter umum.
jika edukasi, Pasien mengerti
penyakit gagal ginjal adalah
penyakit kronis yang tidak
dapat sembuh dan harus cuci
darah setiap minggu serta
harus membatasi asupan
cairan, mengurangi makan-
makanan asin serta
mengurangi makanan tinggi
kalium.
Economic Pasien dapat membayar obat
yang tidak tercover BPJS dan
tiap bulannya pasien dikirim
uang 1,5 juta oleh anaknya
untuk kehidupan bulanan,
pasien merasa cukup dengan
uang tersebut. Suami pasien
merupakan seorang petani
dengan penghasilan tidak
tentu, kira-kira 1 juta per
bulan, suami pasien
mengelola ladang milik orang
lain, terkadang jika pasien
kekurangan uang, maka
pasien meminta suami pasien
dalam jumlah dan suami
pasien akan memberikan uang
tersebut.
Medical Pasien dan keluarga Pasien terhalang dalam
menggunakan jaminan transportasi ke fasilitas
kesehatan BPJS kelas 3. kesehatan karena tidak
mempunyai kendaraan serta
fasilitas kesehatan yang dituju
jauh dari kos.

E. Diagnosis Klinis
Gagal ginjal kronis DD Systemic lupus eritematous, nephrosclerosis
Hipertensi Terkendali DD hipertensi stage 1, prehipertensi

15
Diagnosis Kerja
Gagal ginjal kronis
Hipertensi terkendali

F. Diagnosis Psikososial
Perempuan paruh baya perokok pasif yang hidup sendirian dalam rangka pengobatan
hemodialisis dalam masa duka cita dengan kematian ayahnya dan hambatan ke fasilitas
kesehatan pada rumah tangga yang tidak ber-PHBS.
G. Diagnosis Holistik
Gagal ginjal kronis dan hipertensi terkendali dengan gaya hidup yang baik pada
perempuan paruh baya perokok pasif yang hidup sendirian dalam rangka pengobatan
hemodialisis dalam masa duka cita dengan kematian ayahnya dan hambatan ke fasilitas
kesehatan pada rumah tangga yang tidak ber-PHBS.
H. Rencana Manajemen Komprehensif

1. Upaya Promotif:
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang:
o Gambaran penyakit hipertensi dan gagal ginjal kronis. Edukasi dimulai dari definisi,
factor resiko, gejala yang mungkin timbul, penatalaksanaan dan pencegahan.
o Meminta pasien untuk melakukan PATUH  Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti
anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, tetap diet
dengan gizi seimbang, upayakan aktifitas fisik dengan aman, hindari asap rokok,
alkohol dan zat karsinogenik lainnya.
o Pentingnya PHBS rumah tangga dan dukungan keluarga untuk bersama menghadapi
penyakitnya.
2. Upaya Preventif:
Pola makan:
o Memperbanyak buah-buahan yang mengandung alkali seperti tomat, nanas,
apel.
o Tidak konsumsi makanan yang mengandung banyak potasium seperti pisang,
jeruk, roti, dan kacang-kacangan.
o Tidak konsumsi makanan yang mengandung posphorus yang tinggi seperti
daging, ikan, dan makanan olahan susu.
o Mengurangi konsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, ikan, telur,
kacang-kacangan.

16
o Menerapkan diet DASH rekomendasi dari WHO (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) yaitu pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah dan
sayur, mengurangi asupan garam (maksimal 6,5g/hari), mengurangi makanan
berminyak dan bersantan.
o Menghindari minum kopi.
Aktifitas fisik
o Melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit sehari.
Pola tidur
o Tidur durasi 6-8 jam
Managemen stress
o Mengajari pasien teknik relaksasi seperti latihan pernafasan.
Kebiasaan buruk
o Hindari asap rokok

o Mengendalikan faktor risiko dengan melakukan control rutin tekanan darah ke


dokter tiap 1 bulan sekali. Factor resiko diskrining juga menggunakan EKG, cek
gula darah, dan profil lipid.
o Meneruskan cuci darah rutin tiap minggunya.
o Mengatur jumlah cairan yang diminum, 500-700 ml per hari.
o Menerapkan PHBS rumah tangga
o Screening faktor risiko untuk keluarga pasien.
o Konseling CEA untuk pasien mengenai asap rokok.
o Konseling 5A untuk suami dan ibu pasien mengenai rokok.
3. Upaya Kuratif:
- Farmakologis:
R/ CaCo3 1 g tab No. XXX
s 1 dd 1 tab (pagi hari)
R/ Cetirizin 10mg tab no. X
S 1 dd 1 tab prn gatal
R/ Neurodex tab no. X
S 1 dd 1 tab
4. Upaya Rehabilitatif:
o Belum perlu dilakukan upaya rehabilitatif.
5. Upaya Paliatif:
17
o Mendekatkan diri pada Tuhan YME
o Memastikan keluarga memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian yang dapat
meringankan beban pikiran pasien.

18
BAB II

ANALISA KASUS

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Gagal ginjal kronis, dan hipertensi
terkendali. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Saat ditanya, pasien mengatakan pertama kali
mengetahui dirinya punya gagal ginjal kronis pada tahun 2013. Pada awalnya
pasien tiba-tiba pingsan dan saat dibawa ke rumah sakit, tensi pasien menunjukkan
di angka 200/120, sedangkan pemeriksaan darah rutin menunjukkan kreatinin 2,1.
Pasien mengaku jarang melakukan cek kesehatan sebelum pasien sakit.
Pasien mengatakan tidak mengerti apa itu gagal ginjal kronis, yang terpenting
bagi pasien adalah mengikuti apa anjuran dari dokter spesialis penyakit dalam.
Pasien cenderung pasrah dalam menghadapi penyakit, tetapi tetap termotivasi
untuk cuci darah rutin setiap minggunya. Pasien cenderung merasa kesepian karena
tidak ada yang menemani di kosan. Untuk mengurangi rasa kesepian biasanya
pasien bercengkerama di pasar, tiap pagi pasien berjalan ke pasar karena tidak
mempunyai alat transportasi.
Pasien mengatakan saat masih di rumah Wonosari, suami dan ibu pasien
adalah perokok aktif, suami pasien biasa menghabiskan 2 bungkus rokok dalam 1
hari, sedangkan ibu pasien menggunakan rokok tembakau linting, pasien kurang
mengetahui berapa jumlah yang dihisap oleh ibunya setiap hari. Sampai sekarang
suami dan ibu pasien masih merokok.
Hubungan pasien dengan keluarga relatif baik, tetapi setelah sakit, pasien
mengeluhkan masalah dalam keluarga tidak pernah diberitahukan ke pasien, pasien
tahu maksud keluarganya baik tetapi pasien tidak menyukai hal tersebut.
Dalam perangkat SCREEM, pasien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarga, keluarga memperdulikan pasien dan pasien selalu menghubungi keluarga
jika ada masalah. Pasien mengetahui bahwa gagal ginjal kronis adalah penyakit
kronis yang tidak dapat sembuh dan harus cuci darah setiap minggu, tetapi pasien
belum mengerti apa itu gagal ginjal kronis. Pasien mendapat kiriman dari anaknya
yang ke-2 setiap bulannya sebesar 1,5 juta, jika ada kekurangan biasanya suaminya
yang memberikan uang untuk menambahkan. Pasien mengaku mengeluh untuk
masalah transportasi ke fasilitas kesehatan karena tidak mempunyai kendaraan
serta fasilitas kesehatan yang dituju cukup jauh dari kos pasien.

19
Dalam 1 bulan terakhir, ayah pasien baru saja meninggal dunia, hal ini
membuat pasien cukup sedih. Ditambah keluarga yang memberitahukan pasien
telat karena keluarga takut akan penyakit pasien yang bertambah berat jika
mengetahui hal tersebut.
Pada PHBS, pasien tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk setiap
minggu, pasien memang mengurangi konsumsi buah-buahan karena beberapa buah
tinggi kalium. Suami pasien adalah perokok aktif, dapat dilakukan konseling 5A
pada suami pasien agar berhenti merokok.

20
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal ginjal kronis


Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai dengan
kelainan struktural maupun fungsional yang berlangsung lebih dari tiga bulan serta
terjadinya kerusakan ginjal dan penurunan fungsi ginjal dengan Glomerular Filtrate
Rate (GFR) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2. Pada gagal ginjal kronis didapatkan
kelainan komposisi darah, urin maupun kelainan tes pencitraan (imaging). Keadaan
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan bersifat ireversibel disebut
sebagai penyakit ginjal kronik, dimana akan terjadi kerusakan total fungsi ekskresi yang
dapat mengancam jiwa. Penyakit ginjal dikategorikan sebagai PGK bila memenuhi
kriteria berikut :
1) Kerusakan ginjal berlangsung lebih dari tiga bulan.
2) glomerular filtration rate (GFR) < 60 ml/menit/1,73 m2
GFR merupakan indeks pengukuran fungsi ginjal dimana nilai normal pada dewasa
sekitar 125 mL/min per 1,73 m²
3) Kelainan struktural atau fungsional dengan manifestasi berupa: kelainan patologis,
albuminuria, abnormalitas sedimen urin, riwayat transplantasi ginjal, dan kelainan
imaging.
Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan GFR
Stadium Penjelasan GFR (ml/min/1,73m₂)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau ≥ 90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 60-89
ringan
3a Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 45-59
ringan sampai sedang
3b Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 30-44
sedang sampai berat
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR 15-29
berat
5 Gagal ginjal <15

21
Berikut beberapa faktor resiko penyebab penyakit ginjal kronik :

1. Faktor klinis:
a. Diabetes.
b. Hipertensi.
c. Penyakit Autoimun.
d. Neoplasma.
e. Infeksi sistemik maupun infeksi saluran kencing dan batu saluran kencing
f. Riwayat keluarga menderita PGK dan riwayat acute ranal failure (AKI)
g. Nefrotoksin (analgetik, aminoglikosida, amfoterisin, radiokontras).
2. Faktor sosiodemografi
a. Usia tua
b. Terpapar zat kimia
c. Jenis kelamin
d. Pendidikan dan sosial ekonomi rendah

Pernefri pada tahun 2012 mencatat penyebab penyakit gagal ginjal


yang menjalani hemodialisis di Indonesia, Penyebab penyakit ginjal di
Indonesia:

Penyebab Insidensi Jumlah

Penyakit ginjal hipertensi 35% 5.654

Nefropati diabetika 26% 4.199

Glomerulopati primer 12% 1.966

Nefropati obstruksi 8% 1.237

Pielonefritis kronik 7% 1.083

Nefropati asam urat 2% 224

Ginjal polikistik 1% 169

Nefropati lupus 1% 163

Sebab lain 6% 989

Tidak diketahui 2% 356

22
B. Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90
mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi
yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor
yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,
penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang
merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).

Diagnosis hipertensi berdasarkan JNC (Joint National Committee) 8:

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥180 ≥110

Penanganan Hipertensi

Guideline JNC mencantumkan rekomendasi pengananan hipertensi:


a. Pada populasi umum berusia 60 tahun terapi farmakolois untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik 150 mmHg atau tekanan darah

23
diastolik 90 mmHg dengan target sistolik 150 mmHg dan target diastolik 90
mmHg. (Strong Recommendation Grade A) .
b. Pada populasi umum 60 tahun terapi farmakolois untuk menurunkan tekanan
darah dimulai jika tekanan darah diastolik 90 mmHg denan target tekanan darah
diastolik 90 mmHg untuk usia 30-59 tahun (Strong Recommendation Grade
untuk usia 1-29 tahun).
c. Pada populasi umum 60 tahun terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan
pada populasi berusia 1 tahun dengan penyakit ginjal kronik terapi anti
hipertensi awal atau tambahan sebaiknya mencakup ACEI atau ARB untuk
meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien penyakit
ginjal kronik dengan hipertensi terlepas dari ras atau status diabetes. (Moderate
Recommendation Grade) .
d. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan perawatan
tinkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang
direkomendasikan dalam rekomendasi 6 thiazide-type diuretic, CCB ACEI atau
ARB. Dokter harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen
perawatan sampai target tekanan darah dicapai. Jika target tekanan darah tidak
dapat dicapai dengan 2 obat tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang
tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada satu pasien.

24

Anda mungkin juga menyukai