Disusun oleh :
Ridham Ismu Prahantyo
20174011008
Pembimbing :
dr. Rudi Agung Wuryanto, Sp.KK
Tinea corporis dan tinea cruris adalah infeksi yang sering ditemui pada iklim panas dan
lembab. Tinea cruris lebih sering mengenai pria daripada wanita dengan perbandingan
3:1. Lebih sering menyerang dewasa, terutama pada orang yang kurang menjaga
kebersihan dan banyak bekerja di tempat panas.
3. ETIOLOGI
Tinea corporis dan Tinea cruris dapat disebabkan berbagai macam dermatofit,
dermatofit dapat mencerna keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang
terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Dermatofit penyebab yang paling sering adalah T rubrum, T tonsurans, Trichopyton
mentahrophytes, trichophyton interdigitale, Trichophyton verrucosum, Microsporum
canis, dan Microsporum gypseum.
Dermatofit dapat ditularkan dari berbagai macam sumber, seperti manusia
(antrophilic), hewan (zoophilic), atau tanah (geophilic). Jamur yang ditularkan oleh
hewan dan tanah biasanya memunculkan reaksi kulit yang lebih hebat. Manusia yang
terinfeksi adalah sumber yang paling sering dari tinea corporis di amerika serikat. Kontak
dengan hewan peliharaan, hewan ternak, dan benda-benda pembawa infeksi seperti
handuk dapat menyebarkan infeksi. T verrucossum biasa ditmukan pada hewan ternak, T
mentagrophytes disebarkan oleh kelinci, dan hewan pengerat.
Pada tinea cruris agen yang paling sering menyebabkan tinea cruris adalah
Trichophyton rubrum dan Epidermophyton floccosum. Dapat juga disebabkan oleh T
verrucossum dan T mentagrophytes Tetapi jarang.
4. PATOFISIOLOGI
Dermatofit lebih suka menempati lapisan kornifikasi pada kulit, rambut, dan kuku,
karena tempatnya yang hangat dan lembab cocok untuk proliferasi jamur. Jamur dapat
melepaskan keratinase dan enzim lain yang menginvasi stratum korneum yang lebih
dalam, walaupun biasanya kedalaman infeksi dibatasi oleh epidermis dan lapisan-
lapisannya. Biasanya dermatofit tidak menginvasi secara dalam karena aktivasi faktor
penghambatan serum, aktivitas komplemen, dan leukosit PMN.
Setelah periode inkubasi yang biasanya 1-3 minggu, dermatofit menginvasi secara
periferal dengan pola centrifugal. Merespon infeksi, batas aktif lesi mempunyai
peningkatan proliferasi sel epidermal yang menyebabkan kulit bersisik. Ini menyebabkan
perlindungan dengan mengelupasnya kulit yang terinfeksi dan muncul kulit yang sehat
pada lesi ditengah.Imunitas yang dimediasi sel biasanya mengeliminasi dermatofit.
5. MANIFESTASI KLINIS
Tepi lesi aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya), bentuk
polimorf, ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan banyak papul maupun vesikel
disekelilingnya. Bila penyakit ini menjadi menahun (kronis), dapat berupa bercak
hitamdisertai sedikit skuama. erosi dan ekskoriasi, keluarnya cairan serum maupun
darah, biasanya akibat garukan maupun pengobatan yang diberikan. Keluhan sering
bertambah sewaktu tidur sehingga digaruk-garuk dan timbul erosi dan infeksi sekunder.
6. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pasien yang terinfeksi mempunyai gejala yang bermacam-macam, tetapi yang biasanya
adalah gatal, pasien dapat asimptomatik. Plak berbentuk anular yang gatal adalah
karakteristik gejala dari infeksi. Pasien terkadang dapat mengeluhkan sensasi terbakar.
Pasien dengan HIV atau imunokompromis dapat mengeluhkan gatal yang hebat dan nyeri.
Tinea corporis dapat ditularkan melalui manusia, hewan, atau objek yang terinfeksi.
Karena penyebab yang luas dari infeksi dermatofit, penting untuk dilakukan
pemeriksaan mikologis, yang terdiri dari preparat KOH 10% sampai 15% dari kerokan
kulit, dan kultur jamur pada media agar sabouraud. Pada preparat KOH dapat ditemukan
hifa bersepta yang menembus skuama. Kultur yang diinkubasi pada temperatur ruangan
dapat menumbuhkan organisme penyebab dalam 2 minggu.
7. PENATALAKSANAAN
Biasanya terapi topikal saja sudah cukup untuk terapi infeksi jamur, tetapi jika infeksi
menyebar hingga area yang luas maka terapi sistemik lebih disukai. Tinea corporis dan
tinea cruris mempunyai respon yang baik terhadap terapi topikal seperti azoles (
sulconazole, oxiconazole, miconazole, clotrimazole, econazole, dan ketoconazole);
allylamines (naftifine dan terbinafine); derifat benzylamine (butenafine); dan
hydroxypyridones (ciclopirox olamine). Tetapi, penggunaan berulang pada area yang
berulang pada area yang luas tidak nyaman pada pasien.
Antifungal sistemik untuk terapi tinea corporis dan cruris
8. PENCEGAHAN
Tinea corporis dan cruris adalah penyakit dermatofitosis yang sering muncul pada
daerah yang panas dan lembab, sehingga edukasi pasien untuk menjaga agar tubuh tetap
kering dan dingin untuk menghindari relaps. Serta menjauhi kontak dengan sumber
seperti hewan ternak, hewan peliharaan, dan orang-orang disekitar pasien yang
mempunyai gejala seperti pasien, berhenti menggunakan handuk atau pakaian yang
kemungkinan terinfeksi oleh jamur, serta sebisa mungkin menghindari pakaian yang
ketat.
9. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penyebab, disiplin pengobatan, status imunologis, dan
sosial budaya pasien, tetapi pada umumnya baik.
BAB III
KESIMPULAN
Tinea corporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut.
dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut. Sedangkan tinea cruris adalah
dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Jika kelainan terdapat
pada bagian tubuh mana saja dan disertai dengan kelainan pada sela paha disebut tinea
corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis.
Gambaran klinis bermula sebagai bercak patch eritematosa yang gatal dan lama
kelamaan semakin meluas dengan tepi lesi yang aktif (peradangan pada tepi lebih nyata
dari pada daerah tengahnya), central healing, batas tegas, bentuk bervariasi, ditutupi
skuama, dan kadang-kadang dengan banyak papul dan vesikel kecil.
Pengobatan dapat diberikan salep topikal ataupun sistemik, pengobatan topikal dinilai
cukup untuk terapi tetapi jika lesi luas maka pengobatan sistemik biasanya lebih dipilih.
Edukasi pasien untuk menjaga agar tubuh tetap kering dan dingin untuk menghindari
relaps, serta menjauhi kontak dengan sumber seperti hewan ternak, hewan peliharaan, dan
orang-orang disekitar pasien yang mempunyai gejala seperti pasien, berhenti
menggunakan handuk atau pakaian yang kemungkinan terinfeksi oleh jamur, serta sebisa
mungkin menghindari pakaian yang ketat.