Anda di halaman 1dari 14

Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik


progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa (gula)
dan lipid (lemak), disertai oleh komplikasi kronik penyempitan
pembuluh-pembuluh darah, dengan akibat terjadinya kemunduran
fungsi sampai dengan kerusakan organ-organ tubuh. Manifestasi
klinik yang sering terjadi adalah kerusakan mata, otak, jantung,
ginjal, dan pembusukan kaki. Penegakan diagnosis seawal mungkin
yang diikuti terapi efektif, menjanjikan harapan bagi setiap
penderita diabetes, akan terhindar dari berbagai komplikasi
tersebut. pengaturan pola hidup seawal mungkin bagi setiap penderita
diabetes merupakan dasar yang paling utama dalam program
pengobatan penyakit ini. Pola hidup diabetes yang benar meliputi-
beberapa aspek, yaitu pengaturan makan atau diit, olahraga atau
latihan fisik, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari stress,
menerima kenyataan dengan rasional dan optimis, menjaga kebersihan
tubuh dan menghindari trauma untuk mencegah infeksi, konsumsi
tablet penurun kadar gula darah, dan suntikan insulin. Berbagai
komponen dalam pengaturan pola hidup tersebut bertujuan
mengendalikan kadar gula darah dan lemak darah menjadi atau
mendekati normal, sehingga penyempitan pembuluh darah yang akan
mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dapat dicegah, atau
paling tidak dapat diperlambat proses kejadiannya. Perlu ditegaskan
kepada setiap penderita diabetes, bahwa sekali diagnosis ditegakkan,
harus diterima dengan rasional dan optimis, segera mengubah pola
hidup semula dengan pola hidup diabetes, dengan harapan berbagai
komplikasi diabetes dapat dihambat perkembangannya, sehingga
kesehatannya dapat dipertahankan untuk menjamin kesejahteraan di
hari tua.
STRES EMOSIONAL PADA
PENYANDANG DIABETES

“Saya bukan penderita diabetes, hanya gula darah yang sedikit naik”

“Lebih baik mati daripada harus terus menerus suntik insulin”

“Saya harus dapat menerima bahwa saya adalah penderita diabetes”

Pendahuluan

Pernahkah anda berfikir mengenai segi emosional penyandang


diabetes? Banyak orang memandang diabetes hanya dari segi klinis
saja. Tulisan ini bertujuan untuk membantu mengenal perasaan anda
sebagai penyandang diabetes, sehingga anda dapat mengendalikannya
secara lebih baik

Segi emosional ini meliputi sikap menyangkal, obsesif, marah, dan


takut. Semuanya tampak negatif, tetapi sebenarnya tidak selalu
demikian. Bersikap emosional menghadapi penyakit serius memang
wajar, dan pada beberapa keadaan tertentu sikap ini bahkan dapat
membantu atau bersifat protektif.

1. Sikap Menyangkal

Banyak orang yang menyangkal sewaktu mengetahui dirinya


menyandang diabetes, dan tidak mau menerima kenyataan bahwa ia
harus menjalani kehidupan sebagai penyandang diabetes. Bahkan ada
penyandang diabetes yang memerlukan beberapa tahun sampai ia mau
mengubah cara hidupnya. Mereka tidak mau tahu bahwa banyaknya
makanan dan kelebihan berat badan sangat berhubungan dengan
tingginya kadar glukosa darah, dan juga berhubungan dengan gejala-
gejala diabetes seperti mudah lelah, mudah infeksi dan lain-lain.

 Apakah anda juga masih tidak mau menerima keadaan sebagai


penyandang diabetes?
 Apakah anda mengalami gejala-gejala diabetes misalnya sering
kencing, cepat lelah, mudah infeksi, atau penglihatan kabur?
 Apakah anda merasa segan pergi ke dokter karena tak+ut
menghadapi kenyataan?
 Apakah anda merasa malu mengaku pada orang lain bahwa anda
menyandang DM?
 Apakah anda berpendapat bahwa anda dapat mengendalikan
diabetes hanya dengan minum obat saja tanpa harus mengubah
kebiasaan/gaya hidup anda?
 Apakah anda menganggap bahwa diabetes bukan suatu penyakit
yang serius?

Bila anda menjawab ya pada semua pertanyaan di atas, teruskan


membaca tulisan ini.

Tentu ada mengetahui kebiasaan burung unta yang akan memasukkan


kepalanya ke dalam pasir bila menghadapi bahaya, karena merasa
tidak berdaya dan tdak tahu apa yang akan diperbuat. Pasien yang
tidak mau menerima kenyataan sebagai penyandang diabetes sering
bertindak seperti di atas dengan alasan yang sama. Cara mengatasi
hal ini adalah dengan mengubah rasa tidak berdaya tersebut menjadi
rasa percaya diri. Anda akan tahu bahwa sebenarnya banyak hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi diabetes.

Bagaimana cara membangun rasa percaya diri? Ada 3 faktor penting :

1. Pengetahuan/pengertian mengenai diabetes yang anda alami.


2. Keterampilan/kemampuan mengenai diabetes dari hari ke hari.
3. Kemampuan untuk mengendalikan emosi anda.

Faktor ketiga yaitu aspek emosi. Ikutilah ilustrasi di bawah ini :

Tn.Bambang diminta oleh dokternya untuk memulai program latihan


jasmani. Yang pertama dipikirkan oleh Tn. Bambang adalah : “huh…Hal
yang sama lagi! Seperti dokter-dokter lain ang menyuruh hal yang
sama.” Sebenarnya Tn. Bambang sudah mengetahui pentingnya latihan
jasmani : memperbaiki kadar glukosa darah dan kesegaran tubuh,
serta mengurangi risiko penyakit jantung. Tetapi ia merasa tua, 52
tahun dan tidak pernah berolah raga lagi sejak lulus SMU. Jadi
bagaimana cara memulainya?

Jika anda ingin memulai program latihan jasmani seperti yang


dianjurkan dokter, langkah pertama adalah memikirkan jenis latihan
jasmani yang ingin anda coba. Itu saja. Anda tidak perlu langsung
melakukan latihan jasmani tapi hanya membuat daftar jenis latihan
jasmani yang menarik minat anda, misalnya jalan pagi, senam, dan lain-
lain. Langkah kedua adalah melihat kapan anda punya kesempatan
untuk melakukan latihan jasmani, pertimbangkan jenis latihan jasmani
mana yang masih sempat anda lakukan. Langkah ketiga adalah
membuat jadual kegiatan latihan jasmani, dimana anda akan
melakukannya (di rumah atau di luar rumah), termasuk bersama siapa
anda ingin melakukannya (misalnya dengan istri, anak anda). Buatlah
jadual yang realistis, sehingga anda yakin sempat, mau dan mampu
melakukannya, mulai menggerakkan otot untuk latihan jasmani.
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan program latihan jasmani
yang telah anda buat. Bila ternyata kemudian jadual yang telah anda
pilih tidak berjalan, anda dapat menggubah jadual tersebut sesuai
dengan kesempatan dan kemampuan anda. Bila anda berhasil
melakukan semua hal di atas, akan meningkatkan rasa percaya diri
bahwa anda dapat melakukannya.

2. Obsesi

Obesi adalah kebalikan dari sikap penyangkalan terhadap diabetes.


Pasien yang terobsesi biasanya sangat memperhatikan setiap hal
mengenai diabetesnya. Ia akan melakukan semua hal sesempurna
mungkin, karena yakin bahwa dengan demikian diabetesnya dapat
dikendalikan dengan sempurna. Tetapi sayangnya manajemen diabetes
bukan suatu hal yang sempurna. Sifat selalu ingin sempurna mungkin
tidak akan berlangsung lama, sedangkan pengendalian diabetes harus
berlangsung seumur hidup. Suatu ketika sikap obsesif ini mungkin
akan menyebabkan kelelahan dan kekecewaan, dan merasa bahwa
diabetes telah membatasi segala segi kehidupan.

Perhatikan ilustrasi berikut ini :

Anna adalah seorang pengusaha yang sukses, sampai suatu saat


mengetahui bahwa ia menderita diabetes. Sejak saat itu ia berusaha
sekuat tenaga untuk mengendalikan glukosa darahnya agar selalu
dalam batas normal. Dia selalu makan tepat waktu, dan melakukan
segala hal persis dalam textbook. Dia memeriksa sendiri kadar
glukosa darahnya 6 kali sehari, dan ingin agar glukosa darahnya selalu
di bawah 120 mg/dl. Seperti layaknya banyak orang yang sangat
disiplin, Anna selalu melakukan segala hal sesempurna mungkin.
Akhirnya ia merasa kehidupannya dikuasai oleh diabetes. Diabetes
telah mengurangi kebebasannya. Ia merasa lelah dengan semua hal
tersebut dan tidak dapat mempertahankannya terus menerus. “Saya
sangat sibuk bekerja setiap hari. Sangat merepotkan untuk dapat
mengerjakan semua pekerjaan dan pengendalian diabetes sekaligus
bersamaan. Persetan dengan segala hal tersebut, sudah sebaik
mungkin saya berusaha tetapi tidak berhasil”.

Akhirnya Anna sadar, kemudian mengubah sikapnya yang selalu ingin


sempurna dalam pengendalian diabetes. Ia bisa lebih santai dan tidak
memboroskan banyak tenaga untuk selalu terobsesi dengan
diabetesnya. Selanjutnya ia melaksanakan hal-hal yang realistis saja,
yang penting diabetesnya tetap terkontrol dengan baik. Dengan sikap
ini kehidupannya lebih bahagia, tidak tertekan (stress) dan
pekerjaannya lebih sukses.

3. Marah

Keadaan emosional yang sering didapatkan pada penyandang diabetes


adalah marah. Mereka marah karena merasa hidupnya
terganggu/tertekan. Mereka merasa dicabut kebebasannya karena
banyak “larangan” dan “keharusan” menyangkut kehidupannya sebagai
penyandang diabetes. Mereka tak dapat lagi makan makanan
kesukaannya, harus minum obat secara teratur, lengannya harus
ditusuk jarum suntik secara rutin untuk pemeriksaan darah atau
suntik insulin, dll. Kemarahan ini sering dipicu oleh sikap
lingkungannya yang tidak mendukung, misalnya keluarga/teman
bersikap seperti polisi yang selalu mengawasi makanannya, latihan
jasmaninya atau kadar glukosa darahnya. Ia merasa seperti tahanan
yang dikelilinngi oleh para penjaga, bukan sebagai orang yang
disayangi.

Target kemarahannya sering diarahkan kepada dokter/tenaga


kesehatan lainnya. Dokter dianggapnya member perintah atau
larangan yang sulit dilakukan, dokter terlalu sibuk sehingga tidak
punya waktu untuk mendengarkan segala keluhannya, ahli gizi
memberikan rancangan menu makanan yang tidak sesuai dengan
selera, dan lain-lain.

Sebenarnya rasa marah ini wajar saja, karena meeupakan respons


emosi yang normal pada penyandang diabetes. Misalnya anda marah
karena dilarang makan makanan yang lezat yang sangat anda sukai dan
biasa anda makan sebelum menyandang diabetes. Apakah anda akan
terus marah-marah seumur hhidup? Tentunya tidak. Yang penting
adalah bagaimana anda mengendalikan emosi dan mencari cara lain
yang sesuai dengan keinginan anda sehingga dapat mengurangi rasa
marah. Bila dilarang makan jenis makanan tertentu, pilihlah jenis
makanan lainnya yang sesuai selera anda dan diperbolehkan. Setiap
larangan/keharusan pasti ada alternatif pilihan lainnya. Anda yang
berhak memilih, bukan ditentukan oleh orang lain.

4. Frustasi

Penyandang diabetes sering merasa frustasi karena setiap hari harus


selalu memikirkan diabetesnya. Mereka merasa kebebasannya
terganggu. Kadang-kadang glukosa darah tinggi walaupun ia merasa
sduah melakukan segala sesuatu dengan benar. Mereka tak dapat
memperkirakan apa yang akan terjadi dikemudian hari akibat
diabetesnya.

Pada waktu menerima hasil pemeriksaan gul darah = 287 mg/dl,


pasien yang harus frustasi akan mengatakan “Saya telah lakukan
segalanya dengan benar, tetapi gula darah tetap tinggi. Sudahlah,
saya menyerah”. Tentunya anda tidak demikian. Coba analisis apa yang
menyebabkan glukosa darah naik. Apakah ada makanan yang melebihi
takaran? Apakah lupa latihan jasmani? Bila ternyata semuanya sudah
dilakukan dengan benar, coba dari penyebab lainnya : apakah obat
sudah diminum? Apakah ada infeksi saluran nafas ? Stress di
pekerjaan? Bila ternyata tetap tidak ditemukan jawaban yang
memuaskan, cobalah untuk minta pertolongan tenaga kesehatan.

5. Takut

Banyak hal yang menimbulkan ketakutan pada penyandang diabetes.


Penyandang diabetes akan lebih sering memikirkan kematian bila ada
keluarganya yang meninggal akibat komplikasi diabetes. Penyandang
diabetes lainnya takut disuntik insulin atau takut akan mengalami
komplikasi diabetes.

Sebenarnya rasa takut tersebut wajar saja, bahkan dapat


memperkuat motivasi untuk mengendalikan diabetes dengan baik.

Kadang-kadang penyandang diabetes mengalami stress yang


menimbulkan gangguan emosi yang berat, misalnya depresi,
anxietas/kecemasan, dan gangguan makan. Gangguan ini dapat
berlangsung lama, terasa makin berat, dan sering berulang. Keadaan
ini akan menyebabkan pengendalian diabetes menjadi lebih sulit.
6. Depresi

Banyak orang mengatakan dia sedang depresi. Kebanyakan mereka


menggunakan istilah “depresi” yang tidak sesuai dengan apa yang
dimaskud sebagai depresi dalam klinik. Mungkin maksud mereka hanya
bahwa saat itu sedang mengalami kesedihan, dengan suatu sebab yang
jelas, biasanya belangsung hanya beberapa jam atau beberapa hari.
Berbeda dengan depresi klinik. Biasanya tidak jelas faktor
penyebab/pemicunya, kalaupun ada maka respons emosional yang
timbul terlalu berlebihan dan berlangsung lama.

Diagnosis depresi dapat ditegakkan bila terdapat 5 atau lebih gejala


khas berikut ini, selama 2 minggu atau lebih :

1. Perasaan sedih (depressed mood) sepanjang hari, dan terjadi


hamper setiap hari.
2. Sulit tidur atau tidur terlalu banyak yang terjadi hamper setiap
hari.
3. Merasa lesu, lelah tidak bertenaga, hamper setiap hari.
4. Perasaan murung dan hilang rasa senang setiap hari.
5. Tidak ada perhatian/minat terhadap semua aktivitas sehari-
hari, hamper setiap hari.
6. Merasa hidup ini tidak berharga, tidak berguna, merasa
bersalah tanpa alasan, serta kehilangan rasa percaya diri,
hampir setiap hari.
7. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan.
8. Tidak dapat berfikir/berkonsentrasi/mengambil keputusan,
hampir setiap hari.
9. Terus menerus memikirkan kematian, ingin mati, atau ingin
bunuh diri.

Dari hal tersebut di atas, tampak bahwa depresi tidak sama dengan
perasaan sedih saja.

Diabetes dan Depresi


Apakah adanya diabetes akan meningkatkan risiko timbulnya depresi?
Jawabannya adalah ya. Penelitian akhir-akhir ini mendapatkan bahwa
penyandang diabetes terutama yang mengalami komplikasi,
mempunyai risiko depresi 3 kali lipat dibandingkan masyarakat umum.
Komplikasi diabetes dapat menyebabkan kehidupan sehari-hari yang
lebih sulit sehingga menimbulkan kesedihan berkepanjangan.

Pengobatan Depresi

Ada beberapa cara/usaha yang dapat dilakukan oleh diri sendiri.


Usaha ini mungkin agak berat untuk mulai melakukannya, tetapi layak
dicoba. Buatlah daftar kegiatan yang dapat dilakukan. Mulailah
dengan hal yang paling mudah dan paling sederhana misalnya :

 Bangun pagi jam 07.00 setiap hari, lalu segera mandi.


 Bila badan bertambah kurus selama mengalami depresi, belilah
pakaian baru yang sesuai dengan ukuran tubuh anda saat ini.
 Sering-seringlah menghubungi teman melalui telepon.
 Jalan-jalan keluar rumah setiap hari.
 Tambahkan pikiran positif dalam daftar anda : “Saya tidak ingin
mengalami depresi selamanya. Pasti ada suatu cara yang dapat
saya lakukan untuk mengatasinya”.

Seorang pasien kami selalu menyimpan dan membawa daftar


kegiatan-kegiatannya seperti di atas. Orang tuanya sudah mengerti
apa guna daftar tersebut. Bila dia mulai menunjukkan gejala depresi,
orangtuanya akan mengingatkan : “Ambillah daftarmu, dan coba
kerjakan”. Kemudian dia memlilih salah satu kegiatan dalam daftar
tadi dan mengerjakannya ternyata hal tersebut dapat menolongnya.

Anda juga dapat melakukan cara yang sama dalam usaha


mengendalikan glukosa darah. Usaha ini mungkin terasa berat pada
waktu anda mengalami depresi. Tetapi yakinkan diri anda bahwa
dengan mengendalikan gula darah mungkin dapat mengurangi depresi
yang anda alami. Setiap usaha, walaupun tampaknya sederhana akan
dapat menolong. Misalnya :
 Rencanakan untuk mengikuti jadual (tepat waktu) untuk meinum
obat antidiabetes atau suntik insulin selama tiga hari
mendatang.
 Periksa kadar glukosa darah anda lebih teratur, baik dengan
alat glukometer yang anda miliki atau memeriksanya di
laboratorium langganan anda.
 Mulai membuat jadwal kunjungan control ke dokter, yang telah
beberapa bulan tida anda lakukan.
 Bagaimana jika anda mulai jalan-jalan sekitar rumah tiga kali
seminggu, mulai minggu depan?

Setiap usaha di atas tampaknya sederhana, tetapi merupakan langkah


yang sangat berarti. Yang terpenting adalah usaha untuk memulainya
sebagai langkah wal untuk dilanjutkan dengan langkah-langkah
berikutnya.

Segala aktivitas fisik dapat menolong/memperbaiki situasi depresi


yang anda alami. Mungkin olah raga merupakan pilihan terakhir yang
ingin anda lakukan pada waktu anda mengalami depresi, tetapi perlu
diingat bahwa olah raga dapat memberikan beberapa keuntungan
antara lain :

1. Dapat memperbaiki pengendalian glukosa darah secara tepat.


2. Dapat mengaktifkan suatu bahan kimia dari otak yang disebut
Endorfin, yang mnimbulkan rasa segar.
3. Dapat meningkatkan rasa percaya diri. Setelah anda mencoba,
maka anda yakin dapat melakukannya sehingga rasa tak berdaya
atau putus asa yang dialami waktu depresi dapat diatasi.
4. Dapat menimbulkan rasa santai, dapat mengatasi gangguan
tidur, pikiran menjadi jernih, dan dapat berkonsentrasi.

Berobat ke Dokter

Bila anda mengalami depresi, maka anda dianjurkan untuk menemui


dokter ahli. Pergi ke dokter kadang-kadang merupakan keputusan
yang berat bila anda merasa pesimis dan menganggap tidak ada orang
lain yang dapat menolong. Mungkin anda mempunyai sifat tertutup
dan tidak suka membicarakan persoalan anda kepada orang lain.
Tetapi percayalah bahwa sebenarnya mereka dapat membantu
mengatasi masalah anda.

Anda sendiri yang dapat memutuskan kapan waktunya untuk menemui


dokter. Tidak perlu menunggu sampai terjadi gangguan psikis yang
berat untuk menemui dokter. Walaupun secara psikologis masih baik,
tetapi bila sudah merasa “lelah” dalam usaha mengendalikan diabetes,
maka anda sudah layak untuk meminta pertolongan dokter. Pilihlah
dokter/konsultan yang cocok buat anda. Cocok yang dimaksud disini
adalah yang membuat anda comfortable untuk mengungkapkan segala
keluhan, yang mau dan yang punya waktu untuk mendengarkan segala
keluhan anda, serta yang anda yakini mempunyai keahlian untuk
membantu mengatasi masalah depresi yang anda alami. Keahlian ini
termasuk pengetahuan tentang diabetes, khususnya kondisi diabetes
pada diri anda.

Selain memberikan konseling kejiwaan biasanya dokter akan


memberikan obat anti-depresi. Terdapat beberapa macam obat
antidepresi. Lama pengobatan pada tiap pasien berbeda-beda
(bersifat individual) dan sulit untuk dibuat patokan secara umum.
Perlu diketahui bahwa efek tiap orang bersifat individual dan
dibutuhkan waktu 1-2 minggu atau lebih untuk mendapatkan efek
obat yang diinginkan.

7. Anxietas/Kecemasan

Setiap penyandang diabetes umumnya menngalami rasa cemas


terhadap segala hal yang terjadi berhubungan dengan
diabetesnya,misalnya : cemas terhadap kadar glukosa darah yang
tinggi atau cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya, dan
lain-lain. Hal ini wajar terjadi, seperti halnya
kecemasan/kekhawatiran yang terjadi sehari-hari (misalnya mengenai
pekerjaan, perkawinan, dll). Tetapi kecemasan dalam klinik bukan
kecemasan yang wajar seperti di atas. Cemas yang timbul cukup
berat, dan berlangsung lama (6 bulan).

Diagnosis kecemasan klinik ditegakkan bila dalam waktu 6 bulan


tersebut anda mengalami minimal 3 dari 6 keadaan berikut :

1. Rasa gelisah/khawatir yang berlebihan, seperti mau mendapat


musibah.
2. Kewaspadaan berlebihan sehingga mengganggu tidur, sukar
konsentrasi.
3. Mudah lelah.
4. Merasa pikiran kosong.
5. Mudah tersinggung.
6. Otot-otot tegang, tidak bisa santai.

Beberapa gejala di atas memang hamper mirip dengan gejala depresi.


Beberapa gangguan psikis memang mempunyai gejala yang hamper
mirip. Selain itu satu orang pasien dapat mengalami lebih dari satu
jenis gangguan psikis.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi


anxietas, antara lain :

1. Cobalah mengidentifikasi apa penyebab kecemasan yang anda


alami.
2. Carilah cara jalan keluar untuk mengatasi kecemasan tersebut.

Sekali lagi perlu diingat : bila anda mengalami gejala gangguan psikis
segeralah mencari pertolongan. Semua cara yang dianjurkan untuk
mengatasi depresi seperti tercantum di atas, dapat dilakukan juga
pada anxietas.
8. Ganggguan Makan

Penyandang diabetes biasanya sangat memperhatikan makanannya


sehari-hari, terutama pada wanita muda yang sangat memperhatikan
berat badannya karena selalu ingin langsing. Hal ini kadang-kadang
terjadi berlebihan sehingga timbul gangguan makan.

Terdapat dua jenis gangguan makan, keduanya berpengaruh buruh


bagi penyandang diabetes

1. Anoreksia nervosa. Pasien ini biasanya sangat membatasi jumlah


makanan yang dimakannya, sering sampai di bawah 1000 kalori
perhari. Mereka juga cenderung untuk melakukan olahraga yang
berlebihan.
2. Balimia nervosa. Pasien ini biasanya makan dalam jumlah besar
dalam satu kali makan, lalu berusaha mengeluarkan apa yang
telah dimakannya dengan berbagai cara misalnya
memuntahkannya, menggunakan obat pencahar, atau obat
diuretika (obat untuk memperbanyak kencing).

Adalah wajar bila seseorang ingin selalu langsing dengan cara


mengatur makanan dan berolah raga. Lalu bagaimana cara mengetahui
bahwa anda mengalami gangguan makan?

Gejala berikut ini tidak normal dan dapat dipakai sebagai pedoman
kemungkinan terjadinya gangguan makan :

1. Sangat khawatir akan mengalami kenaikan berat badan atau


menjadi gemuk, padahal saat ini badan masih kurus. Berat badan
kurang dari 85% dari berat badan ideal.
2. Menganggap diri kegemukan padahal orang lain mengatakan anda
kurus.
3. Olahraga berlebihan (melebihi kebutuhan).
4. Tidak mempedulikan akibat buruk dari kondisi badan yang
kurus.
5. Mempunyai kebiasaan makan banyak pada sekali makan, yang
terjadi minimal 2 kali seminggu selama tiga bulan.
6. Mempunyai kebiasaan selalu minum obat pencahar/diuretika
untuk menurunkan berat bdan atau berusaha untuk
memuntahkan makanan yang baru dimakan.

Berbeda dengan keadaan di atas, gangguan makan dapat juga berupa :


perasaan tidak dapat berhenti makan dan tidak dapat mengatur
jenis/jumlah makanan yang dimakan.

Semua jenis gangguan makan tersebut dapat berpengaruh buruk pada


pengendalian glukosa darah, yang berakibat timbulnya komplikasi
diabetes akut maupun kronik.

Bila anda merasa menderita gangguan makan seperti di atas,


segeralah minta pertolongan pada orang yang anda percayai misalnya
psikolog atau dokter ahli jiwa yang menangani masalah gangguan
makan.

Penutup

Memang cukup berat untuk mengakui bahwa anda mengalami masalah


gangguan stress emosional seperti telah dibicarakan pada makalah ini.
Yang terpenting adalah bila anda mengalaminya, segeralah minta
pertolongan. Karena jiwa/kehidupan anda yang menjadi taruhannya,
maka mintalah pertolongan untuk menyelamatkannya.

Share this:

 StumbleUpon
 Reddit

Anda mungkin juga menyukai