Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan

Schraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai

peunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan

terbentuklah kromatogram.Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan tinggi

dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.Pada

dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC = Thin layer Chromatography)

sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya.

Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakan lapisan

tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastic

sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada pross pemisahan

berlaku sebagai fasa diam

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran

menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan

isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta

Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa

isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon

yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan,

antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah

osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode

kromatografi.Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran senyawa

1
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian

bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat

dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan

dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses

berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang penting

untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip

dasar kromatografi.Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa

tekhnik kromatografi.

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan

senyawa yang akan dipisahkan.Pemisahan senyawa biasanya menggunakan

beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar

bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua

kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-

padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui

fase diam dan membawa komponen-komponen suatu senyawa yang dipisahkan

dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap

dengan sifat daya serap masing-masing komponen. Komponen yang terlarut

akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan membandingkannya dengan

standar yang sangat memakan waktu dan harus dilakukan terpisah pada kondisi

eluen yang sama. Dalam hal ini untuk mendapatkan resolusi yang baik, penting

untuk memilih dua campuran pelarut yang berbeda, meskipun dengan kekuatan

pelarut yang sama.

2
1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:

1. Apa pengertian kromatografi lapis tipis?

2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis tipis?

3. Bagaimana prosedur kerja pada pemisahan sampel menggunakan

kromatografi lapis tipis?

4. Apa saja fase diam dan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis?

5. Apa saja kelebihan dari kromatografi lapis tipis?

6. Bagaimana aplikasi kromatografi lapis tipis dalam dunia farmasi?

1.3 Perumusan Masalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : Tujuan dari

penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami mengenai

kromatografi lapis tipis sehingga dapat mengaplikasikannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pengertian dari Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan

zat yang lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian

berfraksi, penyerapan atau penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan

atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk uji identifikasi

atau penetapan kadar.

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode analisis yang

digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan

sederhana. Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap

merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas

lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang

normal fase maupun reversed fase.

Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan

adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia

bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap adsorben (silika

gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen dapat

bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolarannya

dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

4
Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul yang

mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi dan

kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu

kembali ke tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang digambarkan sebagai

fluoresensi.

2.2.Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan

kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara

permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan

diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini

dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta

kepolaran dan ukuran molekul.

Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan

penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam

(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan

terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen

secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah

umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya

pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang

banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.

Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak

polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara

5
senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak

tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”.

2.3.Pelaksanaan kromatografi Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis

silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau

plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam

untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana

dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau

campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna

yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi

pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning

 Kromatogram

Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna

yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.

Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:Sebuah garis menggunakan

pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari

campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada

garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini

dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya

kromatogramdibentuk.Ketika bercak dari campuran itu mengering,

lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut

dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas

6
pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.

Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi

dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan

kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring

yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap

mencegahpenguapanpelarut.Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,

komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak

pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak

warna.

 Perhitungan nilai Rf

perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh

dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang

muncul.Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut

dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan

dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum

mengalami proses penguapan.Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:Rf=jarak

yang ditempuh oleh komponenjarak yang ditempuh oleh pelarut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis

tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :

 Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan

 Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.

7
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan

mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari

penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar

terhadap harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut

yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika

menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat

(kalau ada) dicampur hingga homogen.

 Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.

Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu

diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran

pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.

 Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.

Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam

kromatografi lapisan tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut

digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.

Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.

 Teknik percobaan.

Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya

diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran

penurunan dan mendatar juga digunakan

 Jumlah cuplikan yang digunakan.

Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil

penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak

8
kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan

pada harga-harga Rf.

 Suhu.

Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama

untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang

disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase

 Kesetimbangan.

Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam

kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana

jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak

jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi

pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase

bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.

digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan

pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian

tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau

kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase

gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang

terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak

pada laju yang berbeda.Sedangkan fase diam untuk kromatografi lapis tipis

seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour

dalam sinar ultra violet. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak

9
pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak

berwarna jika dilihat dengan mata. Namun, apabila di sinarkan dengan sinar

UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan

posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang

gelap.Sementara UV tetap di sinarkan pada lempengan, harus dilakukan

penandaan posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan

melingkari daerah bercak-bercak itu. Ketika sinar UV dimatikan, bercak-

bercak tidak tampak kembali.

Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga

menghasilkan kecepatan yang berbeda-beda saat terpartisi dan terjadilah

pemisahan.Untuk memisahkan noda dengan sebaik-baiknya maka digunakan

kombinasi eluen non polar dengan polar. Apabila noda yang diperoleh terlalu

tinggi, maka kecepatannya dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran.

Namun apabila nodanya lambat bergerak atau hanya ditempat, maka

kepolaran dapat ditambah.

 Mengidentifikasi senyawa-senyawa

Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawa

Caranya : Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis

tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah

diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi.

Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai

dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan

asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.Bagian kiri gambar

10
menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari

lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua

menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan

ninhidrin.Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah

dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari

asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.

Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi Tidak Berwarna

a. Menggunakan pendarflourfase

diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi

yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour

ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya

dengan sinar UV, akan berpendar.Pendaran ini ditutupi pada posisi

dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu

tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa

menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi

yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang

kecil yang gelap.Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan

tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan

melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV,

bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.

b. Menggunakan bercak secara kimia

Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan

mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang

11
berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan

dari campuran asam amino.Kromatogram dapat dikeringkan dan

disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam

amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau

ungu.Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan

kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan

tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada

kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada

lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak

kecoklatan.

2.4.Hal-Hal Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

 Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada

proses elusi lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel.

Pengaktifan lempeng dilakukan dalam oven pada suhu 1100C selama 30

menit.

 Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang

mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju eluen.

 Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab

pemisahannya akan sulit sehingga didapat noda berekor.

 Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.

 Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain.

12
Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :

 Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat

 Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa

 . Lempeng yang tidak rata

2.5.Prosedur Kerja Pemisahan dengan KLT

Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon

dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada

permukaan gel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.

Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat

membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya,

sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.

Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang biasanya disi dengansilica

gel. Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam dan setetes larutan

campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam berguna untuk menunjukkan

posisi asli campuran. Pembuatan garis harus menggunakan pensil karena jika semua

ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan bergerak sebagai

kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering, fasa diam diletakkan

berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan posisi fase gerak di

13
bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam gelas

jenuh dengan uap pelarut.

. CARA KERJA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

a. Fase diam-jel silika

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh

atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika,

atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat

ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan

silika.

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan

hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya

gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan

adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki

gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa

untuk alumina.

b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan

senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-

senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana

halnya pergerakan pelarut.

14
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan,

tergantung pada:

• Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-

molekul senyawa dengan pelarut.

• Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana

besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.

Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih

kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der

Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari

senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu

substansi pada permukaan.

Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut

dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi

antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan

hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik

pada larutan keluar dari permukaan silika.

Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat pergerakan

yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang

kembali pada larutan dalam pelarut.

Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu

terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu

proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa

semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas

15
lempengan.

Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan

baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat

membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.

2.4. Fase Diam dan Fase Gerak KLT

Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase

yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran

sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang

mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah

larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase

diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa

cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-

komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda

bergerak pada laju yang berbeda.

Fase Diam

Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika gel atau

alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang

keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi

lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour

16
dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-

aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH.

Fase Gerak

Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses

elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi

antara adsorbentdengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.

Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau

campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan

adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini

dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.

Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif

tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika).

Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada:

Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada

bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.

Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini

tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silica

2.6. Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi

Contoh penggunaan metode pemisahan secara Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya senyawa paracetamol dan kafein

17
dalam sediaan obat paten seperti poldanmig yang beredar di pasaran apakah

memenuhi persyaratan mutu obat atau tidak. Sehingga dengan kadar yang tepat obat

dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.

Setiap komponen memiliki harga Rf sendiri-sendiri, dengan bantuan dari

sinar ultraviolet maka dapat ditentukan noda yang tidak tampak oleh kasat mata.

Cara yang biasa dilakukan dengan menyemprotkan KMNO4 dalam H2SO4 yang

kemudian akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia

maupun berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu.

Noda kemudian dihitung harga Rf-nya. Harga Rf dihitung dengan

menggunakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh

fase gerak. Nilai maksimum Rf adalah 1 dan nilai minimumnya 0. Dengan

menggunakan silika gel sebagai fase diam, harga Rf 1 menunjukkan jika senyawa

tersebut sangat nonpolar sedangkan harga Rf 0 menunjukkan bahwa senyawa

tersebut sangat polar.

Adapun manfaat dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu :

1. Pemeriksaan kualitatif dan kemurnian senyawa obat.

2. Pemeriksaan simplisia hewan dan tanaman.

3. Pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sediaan obat.

4. Penentuan kualitatif masing-masing senyawa aktif campuran senyawa obat.

18
Keburukan dari teknik ini mungkin hanya pada prosedur pembuatan lempengnya yang

memerlukan tambahan waktu, kecuali bila telah tersedia lempeng yang diproduksi secara

komersial.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan campuran

berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium

tertentu. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari

suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-

komponen sampelberdasarkan perbedaan kepolaran

 Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya hubungan

kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara

permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan

diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Semakin dekat

kepolaran antara senyawa dengan eluent maka senyawa akan semakin

terbawa oleh fase gerak tersebut, sesuai dengan prinsip “like dissolve like”.

 Pada prosedur pengerjaannya Pelarut (fase gerak) perlahan-lahan bergerak

naik, komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalanan pada

tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan memiliki warna yang

berbeda.Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara

dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Identifikasi pemisahan

komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan

radiasi menggunakan sinar ultraviolet, Dapat untuk memisahkan senyawa

20
hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode kertas tidak bisa, dan

masih banyak lagi keuntungan lainnya.

 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis

adanya senyawa paracetamol dan kafein dalam sediaan obat paten seperti

poldanmig.

3.2 Saran

Diharapkan agar seluruh praktikan mematuhi tata tertib yang telah

ditentukan dan selalu menerapkan kedisiplinan dalam melakukan pengamatan

agar hasil dapat sesuai dengan yang diharapkan

21
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Megawati. 2009. Kromatografi

LapisTipis.http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-

tipis.html. diakses tanggal26 desember 2012 pukul 19:00 WIB.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka

Pelajar : Yogyakarta

Lipsy, P. 2010. Thin Layer Chromatography Characterization of the Active

Ingredients in Excedrin and Anacin. USA: Departement of Chemistry and Chemical

Biology, Stevens Institute of Technology.

Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web Resmi

Kimia Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.

Penerbit ITB. Bandung.

Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty:

Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai