Anda di halaman 1dari 16

42

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Balai Kesehatan Paru Masyarakat merupakan balai kesehatan khusus


melayani masyarakat dengan masalah kesehatan paru. Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Wilayah Pati terletak di dalam kota kurang lebih 700 meter dari
pusat kota yaitu alun-alun simpang lima Pati. BKPM Pati berlokasi ditempat
yang strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu di jalan panglima
Sudirman no. 71 Pati. Secara administratif, BKPM Pati dibangun di atas
tanah seluas 3.393 m2 dan mempunyai bangunan sebanyak 15 ruangan yang
digunakan untuk pengobatan. Balai pengobatan ini melayani pasien peserta
dengan Askes dan Jamkesmas sendiri maupun dengan biaya.
Rata-rata pasien TB paru yang berobat di BKPM setiap bulannya
sebanyak 276 pasien. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai dengan
Bulan Juli 2013. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga pasien TB
paru sebanyak 37 orang responden yang memenuhi kriteria sampel yang telah
ditentukan untuk dapat ikut dalam penelitian. Hasil penelitian ini meliputi
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan responden dan
pekerjaan responden), kemampuan melakukan fisioterapi dada sebelum dan
sesudah pendidikan kesehatan dan hasil uji hipotesis penelitian.

4.2 Karakteristik Responden

A. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)

CI 95%
Mean Median Modus SD Min Mak
Lower Upper
27,76 27,00 19 7,116 17 42 25,38 30,13

42
43

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata usia responden


adalah 27,76 tahun dengan standart deviasi 7,116. Usia termuda adalah 17
tahun dan usia tertua adalah 42 tahun. Dengan keyakinan 95% rerata usia
responden adalah 25,38 tahun sampai dengan 30,13 tahun.

B. Jenis Kelamin Responden


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-Laki 17 45,9
Perempuan 20 54,1
Jumlah 37 100

Sesuai Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 37 sebagian besar


responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 (54,1%) dan
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 (45,9%).

C. Pendidikan Responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)

Pendidikan Frekuensi %
SD Sederajat 7 18,9
SLTP Sederajat 9 24,3
SLTA Sederajat 16 43,3
DIII/SI 5 13,5
Jumlah 37 100

Sesuai Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 37 responden, sebagian


besar responden berpendidikan SLTA sederajat sebanyak 16 (43,3%),
responden yang berpendidikan SLTP sederajat sebanyak 9 (24,3%),
responden yang berpendidikan SD sederajat sebanyak 7 (18,9%) dan
responden yang berpendidikan DIII/SI sebanyak 5 (13,5%).
44

D. Pekerjaan Responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)
Pekerjaan Frekuensi %
Tidak Bekerja 14 37,9
Buruh 17 45,9
Wiraswasta 4 10,8
PNS 2 5,4
Jumlah 37 100

Sesuai Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 37 sebagian besar


responden bekerja sebagai buruh sebanyak 17 (45,9%), responden yang
tidak bekerja sebanyak 14 (37,9%), responden yang bekerja buruh
wiraswasta sebanyak 4 (10,8%) dan responden yang bekerja buruh PNS
sebanyak 2 (5,4%).

4.3 Analisa Univariat

A. Kemampuan Keluarga Melakukan Fisioterapi Dada Sebelum


Pendidikan Kesehatan
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kemampuan Sebelum Pendidikan Kesehatan
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)
Kemampuan Sebelum Frekuensi %
Pendidikan
Kesehatan
Kemampuan Baik 12 32,4
Kemampuan Sedang 9 24,3
Kemampuan Kurang 16 43,3
Jumlah 37 100

Sesuai Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 37 responden sebelum


diberikan pendidikan kesehatan, mayoritas kemampuan responden kurang
45

yaitu sebanyak 16 (43,3%), kemampuan responden baik sebanyak 12


(32,4%) dan kemampuan responden sedang sebanyak 9 (24,3%).
B. Kemampuan Keluarga Melakukan Fisioterapi Dada Sesudah
Pendidikan Kesehatan
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kemampuan Sesudah Pendidikan Kesehatan
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)
Kemampuan Sesudah Frekuensi %
Pendidikan
Kesehatan
Kemampuan Baik 18 48,7
Kemampuan Sedang 15 40,5
Kemampuan Kurang 4 10,8
Jumlah 37 100
Sesuai Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 37 responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan, mayoritas kemampuan responden baik
yaitu sebanyak 18 (48,7%), kemampuan responden sedang sebanyak 15
(40,5%) dan kemampuan responden kurang sebanyak 4 (10,8%).

4.4 Analisa Bivariat


Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Wilcoxon Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Fisioterapi
Dada terhadap Kemampuan Keluarga Melakukan Fisioterapi Dada
Secara Mandiri pada Pasien TB Paru di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati
Bulan Juni 2013
(n = 37)

Sebelum Sesudah
Kemampuan Pendidikan Pendidikan
Keluarga Kesehatan Kesehatan ρ
f % f %
Kemampuan Baik 12 32,4 18 48,7 0,000
Kemampuan Sedang 9 24,3 15 40,5
Kemampuan Kurang 16 43,3 4 10,8
Total 37 100 37 100
46

Hasil hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil


uji dapat dianalisa bahwa nilai ρ = 0,000. Dari hasil perhitungan tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan pendidikan
kesehatan tentang fisioterapi dada terhadap kemampuan keluarga melakukan
fisioterapi dada secara mandiri pada pasien TB paru di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Wilayah Pati.
47

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka pada bab
ini peneliti akan mencoba melakukan pembahasan lebih lanjut yaitu
menginterprestasikan data hasil penelitian sambil membandingkan dengan teori-
teori yang ada.

5.1 Analisa Univariat


A. Kemampuan Keluarga Sebelum Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 37 responden
sebelum diberikan pendidikan kesehatan, mayoritas kemampuan
responden kurang yaitu sebanyak 16 (43,3%), kemampuan responden
baik sebanyak 12 (32,4%) dan kemampuan responden sedang sebanyak 9
(24,3%).
Hasil di atas didominasi kemampuan keluarga dalam melakukan
fisioterapi dada sebelum pendidikan kesehatan kurang yaitu sebanyak 16
(43,3%). Hal ini dikarenakan pengetahuan responden masih kurang
tentang fisioterapi dada sehingga responden tidak dapat melakukan
fisioterapi dada pada pasien TB paru. Hal tersebut dibuktikan bahwa
hasil wawancara, rata-rata responden belum tahu cara melakukan
fisioterapi dada karena responden belum pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan sebelumnya. Sedangkan pendidikan responden sendiri
ditemukan yang berpendidikan SD sederajat sebanyak 7 (18,9%). Hal
tersebut juga sedikit banyak mempengaruhi tingkat pengetahuan
responden dalam melakukan fisioterapi dada. Menurut Petra (2009)
kemampuan (ability) merupakan kecakapan atau potensi menguasai suatu
keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan latihan atau
praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan
melalui tindakannya. Sedangkan menurut Socrates dan dikutib jalaluddin
(2007) yang dikenal dengan metode dialektis. Metode ini digunakan

47
48

sebagai dasar pendidikan untuk mendorong seseorang berpikir secara


cermat dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Dengan berpikir,
manusia akan mampu untuk mengubah dirinya sehingga dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya.
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Jazzila (2009) yang membagi kemampuan menjadi dua bagian yaitu
kemampuan kognitif dimana kemampuan seseorang yang dapat diukur
melalui tingkat pengetahuan individu tersebut. Selanjutnya kemampuan
keterampilan dimana kemampuan seseorang yang dapat diukur melalui
keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut.
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian di atas kemampuan
responden melakukan fisioterapi dada secara mandiri pada pasien TB
paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori kurang sehingga
diperlukan pendidikan kesehatan tentang fisioterapi dada oleh petugas
kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Erviana (2009) didapatkan hasil
bahwa pemberian pelatihan fisioterapi dada sangat efektif untuk
meningkatkan pengetahuan pasien bronkopneumonia dengan nilai p :
0,000.
B. Kemampuan Keluarga Sesudah Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 37 responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan, mayoritas kemampuan responden baik
yaitu sebanyak 18 (48,7%), kemampuan responden sedang sebanyak 15
(40,5%) dan kemampuan responden kurang sebanyak 4 (10,8%).
Hasil penelitian sebagian besar kemampuan responden
melakukan fisioterapi dada sesudah pendidikan kesehatan baik yaitu
sebanyak 18 (48,7%). Hal ini menunjukan adanya perubahan yang
signifikan bahwa meskipun pendidikan responden cukup rendah tetapi
dengan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga
kemampuan responden meningkat. Meskipun ada perubahan yang
49

signifikan dalam penelitian ini, tetapi masih ada 4 responden yang masih
mempunyai kemampuan kurang. Hal tersebut dikarenakan responden
kurang antusias mengikuti pendidikan kesehatan atau responden kurang
berminat mengikuti pendidikan kesehatan tentang fisioterapi dada.
Fisioterapi sendiri merupakan cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam.
Sedangkan fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang
sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut
maupun kronis (Hidayati, 2009).
Menurut Potter (2006), tujuan fisioterapi dada yaitu klien dapat
bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup,
mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan, membantu
membersihkan sekret dari bronkus, mencegah penumpukan secret,
memperbaiki pergerakan dan aliran secret, pengobatan dan pencegahan
pada penyakit paru obstruktif menahun.
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian di atas kemampuan
responden melakukan fisioterapi dada secara mandiri pada pasien TB
paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dalam kategori baik sehingga diperlukan tindak
lanjut pendidikan kesehatan tentang fisioterapi dada bagi setiap keluarga
yang baru berobat TB paru.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahono (2010) didapatkan hasil
ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang
fisioterapi dada terhadap motivasi keluarga melakukan fisioterapi dada
pada pasien pneumonia di RS dr. R. Soetijono Blora dengan dibuktikan p
= 0,007.

5.2 Analisa Bivariat


Hasil hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil
uji dapat dianalisa bahwa nilai z hitung -3,626 > 1,96 (tabel kritis z dengan ρ
= 0,000). Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
50

pengaruh pendidikan kesehatan tentang fisioterapi dada terhadap kemampuan


keluarga melakukan fisioterapi dada secara mandiri pada pasien TB paru di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Pati. Pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang fisioterapi dada terhadap kemampuan keluarga melakukan
fisioterapi dada secara mandiri pada pasien TB paru didapatkan nilai ρ value
adalah 0,000 yang artinya signifikan ada perubahan.
Keberhasilan dari pemberian pendidikan kesehatan tentang fisioterapi
dada terhadap kemampuan responden melakukan fisioterapi dada dapat
dilihat dengan observasi secara langsung. Sebelum diberikan pendidikan
kesehatan kemampuan responden baik hanya berjumlah 12 (32,4%) dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan kemampuan responden baik menjadi
18 (48,7%). Hal tersebut dikarenakan motivasi responden ingin melakukan
tindakan fisioterapi dada cukup tinggi sehingga terjadi perubahan
kemampuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Metode yang
digunakan peneliti melakukan pendidikan kesehatan juga sangat
mempengaruhi keberhasilan dari pendidikan kesehatan yaitu dengan cara
menggunakan leaflet yang bertujuan responden mampu mengingat dengan
membaca leaflet.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Notoadmodjo (2003)
tujuan pendidikan kesehatan yaitu menjadikan kesehatan sebagai sesuatu
yang bernilai dalam masyarakat. Menolong individu agar mampu secara
mandiri atau berkelompok mengadakan aktivitas/kegiatan untuk mencapai
tujuan hidup sehat. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) yaitu metode yang
digunakan. Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan sebaiknya
metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara penyuluh
terhadap sasaran sehingga sasaran dapat memberikan umpan balik terhadap
51

penyuluh. Faktor materi atau pesan yang disampaikan harus disesuaikan


dengan keadaan masyarakat serta fokus pada tujuan pendidikan kesehatan
yang disampaikan. Faktor pendidik atau petugas sebaiknya berpendidikan
tinggi serta berpengalaman dalam bidang kesehatan sehingga mampu
mengantisipasi umpan balik dari sasaran pendidikan kesehatan. Alat bantu
atau peraga harus mampu menarik perhatian sasaran untuk memperhatikan
dan fokus terhadap tujuan pendidikan kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2007) didapatkan hasil bahwa
ada pengaruh yang signifikan dalam pelatihan fisioterapi dada terhadap
tingkat pengetahuan keluarga melakukan fisioterapi dada pada pasien
bronkopneumonia di Ruang 7 Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang
dengan nilai t hitung 10,085.
Terkait hasil penelitian di atas, sebaiknya setiap responden yang
mengantar pasien TB paru berobat di BKPM Pati diberikan pendidikan
kesehatan atau pelatihan tentang fisioterapi dada secara berkala dengan
harapan responden dapat melakukan fisoterapi dada secara mandiri di rumah
pada pasien TB paru.

5.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menghadapi beberapa keterbatasan yang
dapat dilihat seperti di bawah ini :
A. Hasil penelitian ini kurang bersifat umum karena penelitian dilakukan
hanya BKPM wilayah Pati, sehingga kurang dapat mewakili wilayah
yang lebih luas atau di lokasi penelitian yang berbeda.
B. Penelitian ini belum menganalisa faktor-faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuan responden melakukan fisioterapi dada,
sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor lain
yang mempengaruhi kemampuan responden melakukan fisioterapi dada.
52

C. Tidak adanya pengontrolan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi


kemampuan keluarga dalam melakukan fisioterapi dada secara mandiri
sehingga variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi hasil penelitian.
D. Pengambilan data saat penelitian dilakukan dengan berbeda waktu antara
satu responden dengan responden lain sehingga hasil yang dicapai tidak
sama antara responden satu dan lainnya.
53

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
A. Gambaran frekuensi kemampuan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dari 37 responden, mayoritas kemampuan responden kurang
yaitu sebanyak 16 (43,3%), kemampuan responden baik sebanyak 12
(32,4%) dan kemampuan responden sedang sebanyak 9 (24,3%).
B. Gambaran frekuensi kemampuan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan dari 37 responden, mayoritas kemampuan responden baik yaitu
sebanyak 18 (48,7%), kemampuan responden sedang sebanyak 15
(40,5%) dan kemampuan responden kurang sebanyak 4 (10,8%).
C. Hasil uji dapat dianalisa bahwa nilai z hitung -3,626 > 1,96 (tabel kritis z
dengan ρ = 0,000). Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang fisioterapi
dada terhadap kemampuan keluarga melakukan fisioterapi dada secara
mandiri pada pasien TB paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Wilayah Pati.

6.2 Saran
A. Bagi Institusi
Perlu adanya pendidikan kesehatan secara rutin di BKPM wilayah
Pati untuk memandirikan keluarga dalam mengatasi kebutuhan jalan
nafas pada pasien TB paru di BKPM Pati.

B. Bagi Profesi
Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan bagi pasien
TB paru dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang fisioterapi
dada.

53
54

C. Bagi Penelitian Selanjutnya


1. Sampel lebih banyak dan wilayah penelitian lebih luas.
2. Penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan keluarga melakukan fisioterapi dada
secara mandiri.
55

DAFTAR PUSTAKA

AIP DIII Keperawatan (2006) Standart Operasional Prosedur. Jawa Tengah.


Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta. Rineka Cipta.
Carpenito, Lynda Juall (2004) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Corwin (2005) Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC.
Darsana (2010) Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Saturasi O2 pada Pasien
PPOK di Ruang Ratna Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
http://nursedarsana.com/2010/09/ pengaruh-fisioterapi-dada-terhadap.html.
(Accesed 23 Juli 2013).
Depkes RI. (2009) Faktor Budaya Malu Hambat Pencegahan Penyakit
Tuberkulosis. Jakarta. Media Indonesia.
Doenges, Marillyn (2002) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.
Dewi, Nurdiana Citra (2007) Pengaruh Pelatihan Fisioterapi Dada terhadap
Tingkat Pengetahuan Melakukan Fisioterapi Dada pada Pasien
Bronkopneumonia di Ruang 7 Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar
Malang. http://digilib.umm.ac.id/gdl .php?mod=browse&op=read&id=
jiptummpp-gdl-s1-2007-nurdianaci-9370&PHPSESSID=2683b8747a7531
d37cb4f150fbbf7e. (Accesed 23 Juli 2013).
Effendy, Nasrul (2006) Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC.
Jakarta.
Erviana (2009) Efektifitas Pelatihan Fisioterapi Dada terhadap Kemampuan
Keluarga Melakukan Fisioterapi Dada pada Pasien Bronkopneumonia di
Puskesmas Rawat Inap Kragan Kabupaten Rembang. Universitas Sahid
Surakarta.
Fadlul (2007) Penatalaksanaan TB Paru. http://e-learning.com/2007/07/ penyakit-
paru-pada-anak.html. (Accesed 21 Maret 2013).
Friedman (1997) Public Health Nursing Practice. W. B. Saunders Co. London.
Philadelphia.
Handayani, Sri (2012) Insiden TB Paru di Indonesia. http://elearning.unej.ac.id/
courses/IKU13236c49/document/.Req=IKU13239dc2. (Accesed 19 Juni
2013).
Hasibuan, Malayu S.P. (2003) Organisasi dan Motivasi; Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta. Bumi Aksara.
Hendra (2011) Pengaruh Mobilisasi dan Fisioterapi Dada Terhadap Kejadian
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada Pasien Terpasang Ventilator
di Unit Perawatan Intensif RS Dr. M Djamil Padang Tahun 2011.
http://repository.unand.ac.id/17977/. (Accesed 23 Juli 2013).
56

Hidayati (2009) Laporan Persiapan Praktikum Fisioterapi Dada.


http://www.scribd.com/doc/7997626. (Accesed 21 Maret 2013).
Irwanto (2002) Psikologi Umum; Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta.
Prenhallindo.
Ismiyani, Yonik (2009) Tuberculosis Paru (TB Paru). http:// rajawana.com/
artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tbparu.html. (Accesed 21 Maret
2013).
Jazzila (2009) Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kemampuan
dan keterampilan Membaca. http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2134222. (Accesed 19 Maret 2013).
Laodesyamri (2011) Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kreatif.
http://wirausahasmk.com/2011/02/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.
html. (Accesed 21 Maret 2013).
Mansjoer, Arief (2007) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Penerbit Media
Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Nursalam (2003) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Surabaya. Salemba Medika.
Riwidikdo, Handoko (2007) Statistik Kesehatan : Belajar Mudah Tehnik Analisis
Data dalam Penelitian kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS).
Yogyakarta. Mitra Cendekia Press.
Paramytha (2010) Penyelidikan Epidemiologi Kasus TB Paru. http://
paramythamagdalena.wordpress.com/2010/11/12/. (Accesed 21 Maret
2013).
Pemprov Jateng (2012) Tuberkulosis. Pati. BKPM.
Petra (2009) Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta. Kompas.
Potter, Perry (2006) Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta. EGC.
Purwanto, Heri (2004) Pengantar Perilaku Manusia; untuk Keperawatan. Jakarta.
EGC.
Soedjono, Imam (2007) Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Jakarta. Jaya
Sakti.
Sudoyo (2006) Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI.
Sugiono (2010) Pengaruh Kombinasi Tindakan Fisioterapi Dada dan Olah Raga
Ringan Terhadap Faal Paru, Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup
Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik. http://repository.
usu.ac.id/handle/123456789/20847. (Accesed 23 Juli 2013).
57

Sugiyono (2005) Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.


Suliha (2002) Ilmu kesehatan Masyarakat. Surabaya. Salemba Medika.
Walgito, B. (2004) Psikologi Sosial. Yogyakarta. Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Wahono, Eko (2010) Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Fisioterapi Dada
terhadap Motivasi Keluarga Melakukan Fisioterapi Dada Pada Pasien
Pneumonia di RS dr. R. Soetijono Blora. Universitas Sahid Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai