Pembahasan Stimulan
Pembahasan Stimulan
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh melalui impuls-
impuls yang dibebaskan dari pusat ke perifer. Sistem saraf pusat juga bertanggung
jawab dalam sistem kontrol dan penjagaan fungsi-fungsi kesadaran dan vegetative.
Dalam menjalankan menjalankan fungsi-fungsi tersebut, sistem saraf memerlukan
bantuan suatu senyawa kimia endogen yang disebut neurotransmitter. Obat yang
bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat stimulan (peningkatan
neutransmiter perangsangan) obat depresan (memblokir rasa sakit atau menghambat
penghantaran impuls), dan anestetik umum (menyebabkan sedative-hipnotik).
Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah untuk menentukan efek obat
stimulant, depresan, dan anestetika umum terhadap hewan coba (mencit).
Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah mencit (Mus
Musculus), alasan digunakannya karena hewan yang digunakan haruslah memiliki
kesamaan struktur dan sistem organ dengan manusia, salah satunya yaitu hewan mencit
(Mus Musculus). Dan juga karena mencit (Mus Musculus) juga memiliki komponen
darah yang dapat mewakili mamalia lainnya khususnya manusia, dan juga mencit (Mus
Musculus) mempunyai organ terlengkap sebagai hewan mamalia. Mencit bersifat
penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, mudah ditangani, lebih aktif
pada malam hari, aktivitas terganggu dengan adanya manusia, suhu normal badan 37,4
o
C dan laju respirasi 163/menit (Mangkoewidjojo, 1998) .
Disiapkan 2 ekor mencit dengan berat rata-rata untuk mencit kontrol … yang
akan diberi CMC-NA, kemudian berat rata-rata … untuk mencit yang akan diberi
larutan uji kafein. Berdasarkan penimbangan tersebut didapatkan dosis rata-rata CMC-
Na untuk mencit kontrol sebesar… dan dosis rata-rata kafein untuk hewan uji sebesar…
Percobaan stimulant ini menggunakan kafein sebagai larutan uji dan CMC-Na
sebagai kontrol. Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak
terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum
mengkilat putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol
(1:75) atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air
panas (1:6 pada 80°C) atau alkohol panas (1:25 pada 60°C) (Wilson and Gisvold,
1982). Kafein termasuk dalam kelompok perangsang motoris dalam golongan
perangsang ssp. Mekanisme kerjanya adalah kafein berinteraksi dengan sistem
dopamin untuk memberikan efeknya terhadap perilaku. Hal ini dicapai melalui
penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga kafein dapat mempotensiasi
neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat memodulasi reward system. Selain itu,
konsumsi kafein, toleransi dan ketergantungan mempunyai komponen genetika
berdasarkan beberapa penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara
polimorfisme gen A2A dengan sensisitivitas terhadap efek kafein (Temple, 2010).
Antagonisme reseptor adenosin mungkin dapat mempengaruhi proses kognisi antara
lainnya dengan mengaktivasi reseptor D1 dan D2. Penelitian yang dilakukan pada
monyet telah membuktikan bahwa aktivasi reseptor D1 dan D2 dapat meningkatkan
prestasi tugas yang menggunakan memori kerja (Dixit, Vaney & Tandon, 2006).
Adenosin merupakan neurotransmitter yang efeknya mengurangkan aktivitas sel
terutama sel saraf. Oleh sebab itu, apabila reseptor adenosine berikatan dengan kafein,
efek yang berlawanan dihasilkan, lantas menjelaskan efek stimulans kafein. Walaupun
mekanisme utama kafein adalah antagonisme reseptor adenosine, hal ini akan menjurus
ke efek sekunder dari berbagai jenis neurotransmitter seperti norepinefrin, dopamine,
asetilkolin, glutamate dan GABA sehingga akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh
yang berbeda. Efek fisiologis kafein termasuk peningkatan denyut jantung, dilatasi
pembuluh darah, peningkatan sistem renin, tremor, kejang, dan urticaria (Allsbrook,
2008).
terhadap mencit yang diberika bahan uji kafein secara oral, diamati prilaku-prilaku
mencit yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan mencit kontrol yaitu berdasarkan
parameter yang telah ada setiap kelipatan 10 menit selama 60 menit (t0 -t60) . Untuk
paramaeter platform (menjengukan kepala ke bawah) dapat diamati dari t 0-t60 mencit
pengamatan 10 menit. Untuk aktivitas motorik dapat diamati pada t0-t10 aktivitasnya
normal, pada t20-t40 aktivitasnya meningkat, dan t50-t60 aktivitasnya turun kembali. Dari
data ini dapat dibandingkan dengan mencit kontrol, bahwa mencit yang diberi larutan
uji kafein pada saat dilakukan uji platform (menjenguk kepala ke bawah) memiliki nilai
yang lebih tinggi, yang artinya dengan pemberian kafein pada mencit dapat
meningkatkan rasa ingin tahu. kemudian pada pengamatan aktivitas motorik yang
dilakukan pada mencit yang diberi kafein didapatkan hasil bahwa pada t20-t40
aktivitasnya lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dimana jika diberikan obat
stimulant maka akan menimbulkan eksitasi dan euphoria serta meningkatkan aktivitas
Disiapkan 2 ekor mencit dengan berat rata-rata untuk mencit kontrol … yang
akan diberi CMC-NA, kemudian berat rata-rata … untuk mencit yang akan diberi
larutan uji kafein. Berdasarkan penimbangan tersebut didapatkan dosis rata-rata CMC-
Na untuk mencit kontrol sebesar… dan dosis rata-rata kafein untuk hewan uji sebesar…
Percobaan anestetika umum ini menggunakan ketamin sebagai larutan uji dan
CMC-Na sebagai kontrol.