CEPU
4
5
PTMRI diubah menjadi Perusahaan Tambang Minyak Nglobo CA. Perusahaan ini
dikelola oleh pemerintah. Sejak PTMRI sampai Perusahaan Tambang Minyak Nglobo
CA, banyak mengalami kemajuan.
Pada tahun 1966 Tambang Minyak Nglobo CA diubah menjadi PERMIGAN,
sedang kilang minyak Cepu dan lapangan minyak Kawengan dibeli oleh pemerintah
Indonesia dari ASM dan pada tahun 1962 pengolahannya dilimpahkan pada PN
PERMIGAN. Pada tanggal 4 Januari 1966 PN PERMIGAN dijadikan Pusat Pendidikan
dan Latihan Perindustrian.
Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS) merupakan bagian dari Lembaga
Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) yang berkantor pusat di Cipulir Jakarta. Sejak saat
itu kilang beserta lapangan berfungsi sebagai alat peraga pendidikan. Pada tanggal 7
Februari 1967 diresmikan Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKAMIGAS) angkatan I.
Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi pada 26
Desember 1977, organisasi LEMIGAS diubah menjadi Pusat Pengembangan
Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MGB LEMIGAS). Berdasarkan Kepres Nomor 15
tanggal 6 Maret 1988 semua lapangan minyak di daerah Cepu diusahakan oleh
Pertamina. Sedangkan PPT MIGAS sesuai dengan Kepres No. 15 Tahun 1987 hanya
berfungsi sebagai pengilangan dan sebagai pusat pendidikan dibidang minyak dan gas
bumi serta sebagai pusat latihan khusus. Tahun 2001, PPT MIGAS kembali menjadi
PUSDIKLAT MIGAS dengan Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
No. 150 tahun 2001 dan diperbarui dengan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya
Mineral No. 0030 tahun 2005.
3.2.2. Lokasi Perusahaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas berlokasi di jalan Sorogo No. 1
Kelurahan Karang Boyo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah,
dengan area pertambangan seluas 445.460 ×106 m2.
3.2. Manajemen dan Struktur Organisasi
PUSDIKLAT MIGAS memiliki tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di
bidang Migas. Bertanggung jawab langsung kepada kepala BadanDiklat Energi dan
Sumber Daya Mineral sesuai peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.
0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 yang diperbaharui Peraturan Menteri No. 18
Tahun 2010 Tanggal 22 Nopember 2010.
7
3.2.1. Manajemen
Sistem kerja yang berlaku adalah system Pegawai Negeri Sipil (PNS) dimana
sehabis masa kerjanya akan mendapatkan pension. Pembagian jam kerja adalah sebagai
berikut:
Senin – Kamis : 07.30 – 12.00 dilanjutkan 13.00 – 16.00
Jumat : 07.30 – 11.30 dilanjutkan 13.00 – 16.30
Sabtu – Minggu : Libur
Adapun bagian yang memerlukan kerja rutin dan kontinyu selama 24 jam seperti
bagian pengolahan, laboratorium control dan keamanan diadakan pembagian menjadi 3
shift kerja yaitu:
Shift I : 08.00 – 16.00
Shift II : 16.00 – 00.00
Shift III : 00.00 – 08.00
Bagi karyawan yang bekerja dengan shift, diadakan pergantian shift setiap 5 hari
sekali dan mendapatkan libur 2 hari.
Setiap karyawan diwajibkan masuk yayasan dana pension dengan membayar 10 %
dari jumlah gaji, denga pembagian 5 % untuk tabungan hari tua, 2 % utuk perawatan
kesehatan, dan 3 % untuk pesangon. Selain itu juga diberikan tunjangan kepada kepala
seksi keatas, dimana besarnya tunjangan tergantung dari jabatan.
3.2.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari Pusdiklat Migas Cepu dipimpin oleh seorang Kepala
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi yang tugasnya dibantu oleh tiga
orang Kepala Bidang dan satu orang Kepala Bagian Tata Usaha beserta kelompok
funsional seperti di bawah ini:
1) Bagian Tata Usaha.
Terdiri dari 2 Sub Bagian, yaitu:
a. Sub Bagian Keuangan.
b. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.
2) Bidang Sarana dan Prasarana Teknis.
Terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu:
a. Sub Bidang Kilang dan Utilitas.
b. Sub Bidang Laboratorium dan Bengkel.
8
proses treating yang bertujuan untuk memisahkan hidrogen dan sulfur dalam fraksi
gasoline.
Characteristic Typical Properties dari kaustik soda (NaOH) adalah sebagai
berikut :
a. Kenampakan = Tak berwarna
b. Wujud = Cair
c. Density (20 0C) = 1.2541
3.3.2. Proses Pengolahan Crude Oil (Minyak Mentah)
Proses pengolahan minyak mentah yang dilakukan di unit kilang PUSDIKLAT
MIGAS Cepu meliputi tiga proses :
a) Proses Distilasi Atmosferik
Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi yang
terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang dikehendaki
berdasarkan perbedaan trayek didihnya pada tekanan atmosfer.
Proses distilasi atmosferik yang berlangsung di kilang PUSDIKLAT MIGAS
Cepu mengolah minyak mentah yang terdiri dari dua macam, yaitu :
Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari lapangan minyak Kawengan yang
bersifat parafinis atau HPPO (High Pour Poin Oil).
Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Ledok yang bersifat naphtanis atau
LPPO (Light Pour Poin Oil).
Sebelum diolah minyak mentah tersebut terlebih dahulu ditampung di Pusat
Pengumpul Produksi Menggung wilayah kerja Unit Eksplorasi Produksi (UEP)
Pertamina guna mengendapkan dan memisahkan air dan impurities lainnya dengan
gravitasi secara alami minimal sehari semalam. Crude oil kemudian dikirim ke
kilang PUSDIKLAT MIGAS Cepu secara pipanisasi kemudian ditampung di tangki
T101 dan T102. Minyak mentah yang diolah di kilang PUSDIKLAT MIGAS Cepu
merupakan campuran minyak mentah jenis HPPO dan LPPO dengan perbandingan
volume 3:1, akan tetapi saat ini minyak mentah yang diolah merupakan jenis LPPO.
Proses distilasi atmosferik ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemanasan awal dalam HE
Crude oil yang berasal dari tangki penampung T-101 dan T-102 dipompa menuju
heat exchanger yang dipasang secara seri yaitu HE-1, HE-2, HE-3. Crude oil
11
berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan udara yang membakar bahan bakar
tersebut masuk secara natural draft. Hasil pembakaran berupa gas CO2, O2 excess,
N2 inert, CO, dan uap air yang dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
stack damper yang berfungsi untuk mengatur keluarnya gas buang (flue gas)
dimana panas dari gas buang dapat dimanfaatkan untuk memanasi daerah
konveksi. Bila terjadi gangguan di furnace, misalnya karena terhambatnya aliran
fuel oil yang mengakibatkan padamnya api, maka untuk menyalakannya kembali,
dilakukan tindakan pengamanan terlebih dahulu yaitu steam purging dengan
menutup valve fuel oil dan fuel gas kemudian memerbesaer rate steam. Dengan
demikian fuel gas yang masih tersisa akan teratomisasi oleh steam dan tidak
mengalir keluar furnace yang rawan menyebabkan kebakaran. Crude oil keluar
furnace pada suhu +315 oC dan dijaga jangan sampai mencapai 350 oC karena
crude oil akan mengalami cracking.
3. Penguapan dalam evaporator
Crude oil yang berasal dari furnace dialirkan menuju evaporator untuk dipisahkan
menjadi fraksi berat (residu) yang merupakan produk bawah (bottom product) dan
fraksi ringan berupa uap hidrokarbon yang merupakan produk atas (top product).
Evaporator juga berfungsi untuk meringankan kerja kolom fraksinasi dalam
melaksanakan proses pemisahan selanjutnya. Pada bagian bawah evaporator
diinjeksikan steam yang tujuannya untuk memperkecil tekanan parsial
hidrokarbon. Hal ini dikarenakan jika tekanan parsial hidrokarbon turun maka
penguapan hidrokarbon menjadi lebih besar sehingga pemisahan uap hidrokarbon
dari liquid menjadi lebih sempurna.
Steam kering digunakan untuk menghindari tekanan total yang besar pada
evaporator. Bila steam yang masuk mengandung air, sedangkan suhu evaporator
lebih tinggi dari suhu steam maka air yang masuk akan menguap dalam
evaporator sehingga akan memperbesar tekanan total. Untuk memperoleh steam
kering, terlebih dahulu steam dilewatkan accumulator sehingga steam yang masih
mengandung air akan dipisahkan menjadi steam kering dan kondensat.
4. Distilasi
Bottom produk yang keluar pada suhu 300 oC dialirkan ke dalam residue stripper
C-5 bagian atas sedangkan top product evaporator dimasukkan ke kolom C.1.A
13
Produk pertasol 2 masuk ke separator S-1 dan S-3 pada suhu 38oC selanjutnya
ditampung dalam tangki T-114, 115, 116. Reflux masuk ke separator S-4 pada
suhu 44oC, LAWS 3 masuk separator S-2 pada suhu 42oC, LAWS 4 masuk ke S-8
pada suhu 34oC, Kerosene masuk ke S-5 pada suhu 32oC, solar masuk ke S-6 pada
suhu 40oC dan PH Solar masuk ke S-7 pada suhu 82oC.
b) Proses Treating
Pada umumnya minyak mentah dan produk masih mengandung kotoran-kotoran
atau impurities berupa hidrogen sulfide (H2S), merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan
lain-lain dalam jumlah tertentu. Kotoran-kotoran tersebut dapat menimbulkan hal-hal
sebagai berikut: korosi pada peralatan, bau yang tidak enak pada saat pembakaran , dan
penurunan stabilitas pada penyimpanan.
Proses treating merupakan proses yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities yang terdapat dalam produk. Pada unit pengolahan
PUSDIKLAT MIGAS Cepu proses treating dilakukan hanya pada produk Pertasol 2,
LAWS 3 dan 4 yaitu dengan cara injeksi ammonia (NH3) pada puncak kolom C-2 dan
dengan proses pencucian menggunakan soda (NaOH). Proses treating dapat dilakukan
dengan cara:
1. Injeksi Amonia
Injeksi ammonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena adanya
kotoran-kotoran dalam minyak bumi. Reaksinya adalah:
NH3 + H2O NH4OH
MgCl2 + 2 H2O Mg(OH)2 + HCl
NH4OH + HCl NH4Cl + H2O
2 NH4OH + H2S (NH4)2S + H2O
Garam-garam yang terbentuk mengendap dalam air dan dapat dipisahkan dalam
separator.
2. Soda Treating
Produk pertasol yang keluar dari separator dan ditampung dalam tangki produk
masih mengandung kotoran-kotoran belerang, antara lain H2S dan RSH. Dari
senyawa ini meskipun susah diinjeksikan amonia pada saat keluar kolom
fraksinasi tetapi kandungan sulfur masih ada karena tidak semua amonia bereaksi.
16
3.3.3. Produk
Produk utama dari pengolahan minyak mentah di PUSDIKLAT Migas Cepu
adalah sebagai berikut :
1. Pertasol 2 (Pertasol CA)
Pertasol ini merupakan campuran hirokarbon cair yang mempunyai trayek, didih
30 – 200 0C. Pertasol/gasoline/bensin merupakan produk yang terpenting karena
digunakan sebagai bahan bakar motor, solvent/pelarut, pembersih dan lain-lain.
Pertasol 2 dapat digunakan dalam dunia industri dapat digunakan untuk:
1) Pada industri cat, lacquers, varnish
2) Untuk tinta cetak sebagai pelarut dan diluen
3) Industri cleaning dan degreasing
4) Sebagai komponen dalam proses :
a. Pembuatan bahan karet pada pabrik ban, vulkanisir, dan lain-lain.
b. Adhesive (lem).
c. Industri farmasi.
Pertasol 2 merupakan campuran hidrokarbon cair yang mempunyai trayek didih
antara 30 – 200 0C. Kapasitas produksi Pertasol 2 sekitar 4.5075 m3/hari.
2. LAWS 3 (Pertasol CB)
LAWS 3 dapat digunakan dalam dunia industri dapat digunakan untuk:
1) Pada industri cat (alkyl resin), thinner dan lacquers
2) Tinta cetak
3) Dry cleaning service
4) Industri tekstil (printing)
Kapasitas produksi LAWS 3 sebesar 13.4287 m3/hari.
3. LAWS 4 (Pertasol CC)
Merupakan cairan jernih, stabil dan tidak korosif. Diproduksi sebanyak 1.600
MT/tahun (tergantung permintaan pasar). Digunakan antara lain sebagai:
1) Pelarut cat, varnish dan pewarna tinta.
2) Sebagai komponen dalam preparasi industry kayu mebel, sepatu dan pemoles
lantai.
3) Sebagai pelarut dalam proses di industri kimia.
4) Isektisida dan pestisida, DSP
18