Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BESAR

PERPINDAHAN PANAS I
Journal Review on Solar Cells
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Nazaruddin Sinaga, MS

Dikerjakan oleh :
Martin Butarbutar
21050116120035

Dikumpulkan tanggal :
11 Desember 2018

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Perpindahan Panas I 2
Edward Rissan Girsang 21050116120053

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya
kami berhasil menyelesaikan tugas brief review mengenai Pengaruh dimensi
terhadap efesiensi perpindahan panas pada radiator.
Adapun tugas ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan tugas ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki Perpindahan Panas I ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari tugas Perpindahan Panas I
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Semarang, 10 Desember 2018

Penyusun

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 3
Edward Rissan Girsang 21050116120053

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4
1.2 Tujuan Permasalahan ........................................................................................4
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................4
BAB II DASAR TEORI ........................................................................................5
2.1 Sejarah Solar Cell ..............................................................................................5
2.2 Konduktivitsas Termal .......................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................6
3.1 Spesifikasi Dimensi............................................................................................8
3.2 Metode yang Digunakan ....................................................................................8
3.3 Pembuatan Geometri 3D ....................................................................................8
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................53
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................53
6.2 Saran .................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................54
LAMPIRAN ..........................................................................................................58

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 4
Edward Rissan Girsang 21050116120053

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiator atau disebut sebagai penukar panas dengan tujuan mengambil panas
dari mesin. Di sini panas sedang mentransmisikan melalui media cairan pendingin
ke suasana. Ini terdiri dari tangki inti, atas dan bawah. Inti dirancang dengan dua
set lorong, satu set tabung seperti halnya sirip. Cairan pendingin mengalir di dalam
sirip sebagai segera setelah udara mengalir ke permukaan luarnya. Panasnya
menyajikan di mesin menyerap oleh pendingin dan membawa via radiator lalu tukar
ke atmosfer. (Prakash dkk., 2016)
Permintaan untuk mesin yang lebih kuat dengan ruang radiator yang lebih
kecil telah menciptakan masalah yang besar pada pembuangan panas di radiator
otomotif. Lebih dari 33% dari energi yang dihasilkan oleh mesin pembakaran
hilang dalam panas. Disipasi panas yang tidak memadai dapat menyebabkan mesin
menjadi terlalu panas, yang menyebabkan untuk pemecahan minyak pelumas,
pelemahan logam bagian-bagian mesin, dan keausan yang signifikan antara mesin
bagian. Untuk meminimalkan tekanan pada mesin sebagai akibat dari pembangkit
panas, radiator otomotif harus didesain ulang agar lebih ringkas dengan tetap
mempertahankan tingkat kinerja perpindahan panas yang tinggi (Waterloo Maple
inch., 2008).

Ukuran radiator adalah faktor penting saat merancang sistem


pendingin. Ukuran radiator tergantung pada beban panas serta ketersediaan ruang
kemasan. Panas beban tergantung pada penolakan panas yang diperlukan untuk
menjaga permukaan mesin pada suhu optimal. (Amrutkar dan Patil, 2016)

1.2 Tujuan Permasalahan


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tentang pengaruh ukuran terhadap efesiensi perpindahan panas
radiator.
2. Mengetahui Konduktivitas Termal dalam radiator.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya kebutuhan radiator dengan ukuran kecil .
2. Riset rekayasa bentuk dan ukuran radiator yang masih rendah.

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 5
Edward Rissan Girsang 21050116120053

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sejarah Radiator
Radiator memiliki sejarah panjang dan menarik dalam hal
pengembangan dan dukungan dari mesin pembakaran internal yang
kekuatan kebanyakan mobil, lokomotif, sepeda motor dan piston didorong
pesawat mereka. Sebagai bukti genius insinyur tertentu otomotif, radiator
benar-benar menonjol untuk efisiensi Desain, yang dibuktikan sendiri
jalan kembali pada akhir 1800.(Deakin, 2016)
Pada dasarnya, apa sebuah radiator adalah mengambil pendingin
yang beredar melalui mesin dan kemudian mengurangi suhu sehingga
tidak mendidih dan masih bisa tetap dingin mesin. Kebanyakan mesin
yang membuat penggunaan bensin atau Solar atau beberapa bahan bakar
fosil lainnya akan membutuhkan layanan dari sebuah radiator agar tetap
dingin cukup untuk menjalankan efisien. (Deakin, 2016)
Radiator yang kita kenal pada umumnya digunakan pada kendaraan
bermotor (roda dua atau roda empat), namun tidak jarang radiator juga digunakan
pada mesin yang memerlukan pendinginan ekstra. Seperti pada mesin mesin
produksi atau mesin mesin lainnya yang bekerja dalam kondisi kerja berat atau
lama. Pada kendaraan baik motor atau mobil radiator pada umumnya terletak di
depan dan berada didekat mesin atau pada posisi tertentu yang menguntungkan bagi
system pendinginan. Hal ini bertujuan agar mesin mendapatkan pendinginan yang
maksimal sesuai yang dibutuhkan mesin. radiator terdiri dari tangki air bagian atas
(upper tank), tangki bagian bawah (lower water tank) dan radiator core pada bagian
tengahnya. (Wikipedia, 2018)
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembicaraan:Radiator&action
=edit&redlink=1
Read more: http://www.articlesphere.com/id/Article/Radiators-Have-A-
Long-And-Interesting-History/196863#ixzz5ZTgOWLFG
2.2 Konduktivitas Termal

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 6
Edward Rissan Girsang 21050116120053

Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif


bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi
termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur
menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang
sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang di transfer dari satu titik ke
titik lain melalui salah satu dari tiga metode yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduktivitas Termal = Laju aliran Panas x Jarak / (Luas x Perbedaan suhu)
𝑸 𝑳
𝒌= ×
𝒕 𝑨 × ∆𝑻
Besaran ini didefinisikan sebagai panas, 𝑸, yang dihantarkan selama
waktu 𝒕 melalui ketebalan 𝑳, dengan arah normal ke permukaan dengan luas 𝑨
yang disebabkan oleh perbedaan suhu ∆𝑻 dalam kondisi tunak dan jika
perpindahan panas hanya tergantung dengan perbedaan suhu tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Lapisan Permukaan Sel Surya
Sejak tahun 1883 sel surya sudah mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Salah satu perkembangan sel surya adalah pada lapisan sel surya yang
berfungsi untuk menjaga kebersihan permukaan. Untuk memiliki kinerja
semaksimal mungkin maka permukaan dari sel surya harus bersih. Pengembangan
bahan pembersih diri dan permukaan buatan rekayasa sebagian besar terinspirasi
oleh daun tanaman teratai di mana gulungan air ke tetesan bulat untuk melarikan
diri dari permukaan yang umumnya dikenal sebagai efek teratai.
Permukaan ini dengan sifat wettability variabel memberikan wawasan yang
lebih besar ke dalam kekakuan superhydrophobic yang terjadi secara alami yang
dapat ditiru untuk mengembangkan sel surya yang memiliki keterbasahan rendah
dan transparansi yang tinggi.

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 7
Edward Rissan Girsang 21050116120053

Gambar 3.1 Skema proses pembersihan-diri pada permukaan (a)


Superhydrofilik dan (b) Superhydrofobik
Terdapat dua jenis permukaan/lapisan pembersih yang ada pada sel surya,
yaitu:
3.1.1 Lapisan Superhydrofobik
Permukaan superhydrophobic artifisial terinspirasi oleh daun teratai dan
disiapkan dengan kombinasi struktur kasar mikro dan / atau skala nano dengan
menggunakan bahan hidrofobik energi permukaan rendah. Hal ini dapat dicapai
dengan menggunakan dua strategi: baik menciptakan struktur hirarkis (mikro dan /
atau struktur nano) pada substrat hidrofobik, atau kimia memodifikasi permukaan
terstruktur hirarkis dengan bahan energi permukaan rendah (s). Untuk permukaan
superhydrophobic, fase kering harus memiliki energi permukaan yang lebih rendah
daripada permukaan basah. Selain itu, untuk mengatasi dengan mengurangi energi
permukaan, bentuk tetesan cair menjadi lebih bulat. Pengaruh energi permukaan
dapat disesuaikan dengan kekasaran permukaan. Biasanya, tetesan cairan
membentuk sudut kontak air yang tinggi pada permukaan energi rendah yang kasar,
dan sudut kontak rendah dicapai pada permukaan energi tinggi yang kasar.
3.1.2 Lapisan Superhydrofilik
Lapisan superhidrofilik menunjukkan salah satu sifat pembersihan diri
terbaik dengan sudut kontak air serendah ~ 5 °. Mereka memfasilitasi pembasahan
lengkap / penyebaran tetesan air, yang pada dapat membawa kotoran di permukaan.
Pelapis alam ini lebih cocok untuk aplikasi panel surya karena lebih halus tidak
seperti permukaan superhydrophobic yang lebih kasar. Lapisan yang lebih halus
`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 8
Edward Rissan Girsang 21050116120053

bersinar lebih banyak daripada yang kasar, dan karenanya, tidak berkontribusi
banyak ke dalam kehilangan refleksi dan akhirnya meningkatkan transmisi cahaya
dan efisiensi konversi energi. Dengan kata lain, pelapis superhidrofil terbukti
bermanfaat untuk modul surya dalam dua cara; pertama, pastikan membersihkan
diri dan kedua, melindungi modul PV dari kehilangan refleksi.
Secara umum, kekasaran permukaan dan porositas memainkan peran penting
dalam menciptakan lapisan superhydrofilic. Beberapa struktur mikro dan struktur
berpori nanoscale diyakini menunjukkan superhydrophilicity dan keterbasahan
mereka dapat disetel dengan mengubah porositas dan / atau kekasaran. Sebagian
besar lapisan superhidrofil biasanya terbuat dari nanopartikel TiO₂.

3.2 Konversi Energi pada Sel Surya Silikon


Silikon tergolong material semikonduktor yang memiliki energi celah pita
(band gap) berkisar dari 1-1,5 eV. Energi band gap bisa didefinisikan sebagai selisih
energi pada pita valensi dengan pita konduksi. Didaerah pita valensi, elektron masih
berikatan atau memiliki orbit yang mengelilingi inti atom, sedangkan diderah pita
konduksi, elektron mampu bergerak bebas ke lintasan antar atom. Ketika sinar
matahari mengenai sel surya silikon, photon dari radiasi matahari yang memiliki
cukup energi akan mengeksitasi elektron dari pita valensi menuju pita konduksi.
Didalam silikon yang telah kehilangan elektron akibat eksitasi photon, maka
terbentuk hole. Hole bisa dianggap sebagai muatan positif yang akan bergerak
kearah yang berlawanan dari elektron. Aliran elektron dan hole yang telah
tereksitasi menjadi arus listrik sedangkan beda potential antara lapisan atas dan
lapisan bawah menjadi tegangan listrik.

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 9
Edward Rissan Girsang 21050116120053

Proses optimalisasi dalam menghasilkan arus dan tegangan listrik yang


optimal, dapat dilakukan dengan mendoping silikon menjadi dua jenis
semikonduktor, yaitu tipe-n dan tipe-p. Silikon murni memiliki empat elektron
valensi dan membentuk ikatan kovalen didalam single kristal. Penambahan atau
doping unsur golongan VA seperti fosfor yang memiliki lima elektron bebas
menjadikan susunan kristal silikon kelebihan satu buah elektron tidak memiliki hole
(ikatan kosong). Sehingga susunan silikon menjadi negative-carrier (donor) atau
disebut dengan semikonduktor tipe-n. Sedangkan untuk proses penambahan atau
doping dengan unsur golongan IIIA seperti boron yang memiliki tiga elektron bebas,
maka akan terdapat sebuah ikatan yang kekurangan elektron bebas (terbentuk hole).
Susunan silikon ini dinamakan positive-carrier (acceptor) atau disebut dengan
semikonduktor tipe-p.
Lapisan silikon tipe-n umumnya mempunyai ketebalan kurang dari satu
micrometer sedangkan lapisan silikon tipe-p mempunyai ketebalan lebih dari 100
mikrometer. Saat photon dari radiasi matahari masuk kedalam sel surya maka pada
silikon tipe-n tereksitasi banyak electron sedangkan pada silikon tipe-p
memproduksi banyak hole (muatan positif). Muatan negative akan bergerak keatas
dan terkumpulkan di front contact yang terbuat dari perak (Ag), sedangkan muatan
positif bergerak kebawah menuju back contack yang terbuat dari aluminium.
Sebuah material anti refleksi seperti TiO₂ ditambahkan diatas silikon untuk
meminimalkan terpantulnya foton saat masuk kedalam sel surya. Proses aliran
muatan ini menghasilkan arus listrik dan perbedaan potensial antara front contact
dan rear contact menghasilkan tegangan listrik, sehingga energi listrik mampu
dialirkan dari sel surya. (Niarsuwiarti, 2017)

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 10
Edward Rissan Girsang 21050116120053

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada Review Jurnal tentang Solar Cell dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Sel Surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang paling mudah
untuk dijangkau.
2. Teknologi yang semakin canggih dapat membantu penelitian serta penciptaan
sel-sel surya yang lebih canggih.
3. Pemilihan material sel surya yang tepat tergantung pada karakteristik sel
surya.
4. Kemajuan teknologi sel surya juga bergantung pada peralatan tambahan
6.2 Saran
Pada penelitian Solar Cell terdapat beberapa saran, yaitu:

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 11
Edward Rissan Girsang 21050116120053

1. Sebaiknya penelitian pada Solar Cell semakin ditingkatkan lagi, karena


kebutuhan akan energi terbarukan semakin tinggi.
2. Pemanfaatan perpindahan panas baik secara konduksi maupun radiasi untuk
menghasilkan energi / listrik dengan menggunakan Solar Cell agar
penggunaannya semakin efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Liga Rozentale, Dace Lauka, Dagnija Blumberga. Accelerating power generation
with solar panels. Case in Latvia, Latvia; 2018
Mohammad Sayem Mozumdera, Abdel-Hamid I. Mouradb, Hifsa Perveza, Riham
Surkattia. Recent developments in multifunctional coatings for solar panel
applications: A review, UAE; 2018
Rajvikram, M., Beni-Suef University Journal of Basic and Applied Sciences
(2018), https://doi.org/10.1016/j.bjbas.2018.08.004
Ge TS, Wang RZ, Xu ZY, Pan QW, Du S, Chen XM, Ma T, Wu XN, Sun XL,
Chen JF, Solar heating and cooling: Present and future development,
Renewable Energy (2017), doi: 10.1016/j.renene.2017.06.081.
Azin Sadeghi Dezfooli, Fereidoon Moghadas Nejad, Hamzeh Zakeri, Sholeh
Kazemifard. Solar pavement: A new emerging technology, Iran; 2017

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 12
Edward Rissan Girsang 21050116120053

Manel Hammami, Simone Torretti, Francesco Grimaccia and Gabriele Grandi.


Thermal and Performance Analysis of a Photovoltaic Module with an
Integrated Energy Storage System, Italy; 2017
Gabriele Lobaccaroa, Stergios Chatzichristosa, Viridiana Acosta Leona. Solar
optimization of housing development, Norway; 2015
M.J.M. Pathak, P.G. Sanders, J.M. Pearce. Optimizing limited solar roof access
by exergy analysis of solar thermal, photovoltaic, and hybrid photovoltaic
thermal systems, USA; 2014
Anh-Khoi Trinh, Ivan Gonzalez , Luc Fournier ,Remi Pelletier , Juan C. Sandoval
V., Frederic J. Lesage. Solar thermal energy conversion to electrical
power, Canada; 2014
M.R. Rodríguez-Sánchez, Antonio Soria-Verdugo, José Antonio Almendros-
Ibáñez, Antonio Acosta-Iborra, Domingo Santana. Thermal design
guidelines of solar power towers, Spain; 2013
https://learnsolarblog.wordpress.com/2017/09/10/teori-konversi-energi-pada-sel-
surya-silikon-oleh-bs-a-nss/

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN
Perpindahan Panas I 13
Edward Rissan Girsang 21050116120053

LAMPIRAN

`
UNIVERSITAS DIPONEGORO S-1 TEKNIK MESIN

Anda mungkin juga menyukai