Anda di halaman 1dari 3

II.

TEORI DASAR
A. PENCAPAN
Pencapan pada kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni pemindahan
desain-desain pada kain tekstil. Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil
dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang
diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada
kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan
dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film.
Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagianbagian
yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian
yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan
dicap.
Pada pencapan, pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara mekanis. Pada
pencapan, bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam satu kain
dengan tidak saling mempengaruhi warna aslinya.

B. SERAT KAPAS
Serat yang digunakan adalah kapas yang merupakan jenis serat selulosa. Penampang melintang
dari serat berbahan kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk
penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan memiliki daya
kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang lebih
besar.

Gambar diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Pada serat kapas diatas
memiliki gugus hidroksil (OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan gugus
hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga
serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap
kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk pasta atau
larutan.
Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai dan
orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Serat yang kering bersifat kasar,
rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain kapas kondisi standar 7 – 8,5 %. Komposisi kapas
tersusun atas selulosa dan selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi
molekul – molekul glukosa yang dihubungkan pada posisi 1 – 4.
kapas tersusun atas selulosa maka sifat – sifat kimianya adalah sifat kimia selulosa. Pada
umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal tetapi
beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan
kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam
proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang
lama diatas suhu 1400 C.
C. ZAT WARNA PIGMEN
Zat warna pigmen merupakan zat warna yang dapat digunakan untuk mencap semua jenis
bahan tekstil sehingga banyak digunakan. Zat warna ini tidak mempunyai gugus pelarut atau
gugus yang dapat berikatan dengan serat. Sifat zat warna ini hanya menempel saja pada
permukaan kain dengan pengikat binder.
Karena sifatnya yang hanya menempel saja maka hasil yang diperoleh mempunyai efek
kaku. Dan untuk menghindari efek ini biasanya dalam resep yang digunakan ditambahkan zat
pelembut. Kelemahan lain yang ada pada zat warna ini adalah ketahanan terhadap gosoknya
yang jelek.
Pada praktikum ini proses pencapan menggunakan zat warna pigmen yang secara umum
mempunyai sifat :

 Zat warna yang tidak larut dalam air.


 Tidak mempunyai afinitas terhadap serat karena tidak mempunyai gugus pelarut
dan gugus reaktif.

 Dipengaruhi oleh ukuran partikel zat warna dan derajat dispersi zat warna.
Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain :

 Dapat digunakan untuk segala jenis serat dan serat campuran.


 Fiksasi hasil pencapannya mudah karena hanya dengan proses pemanas awetan.
 Mempunyai ketahanan sinar dan zat kimia yang cukup baik.
 Warna yang dicapkan adalah warna yang terakhir sehingga mudah dalam
menentukan warna.

 Dapat dicapkan di atas kain yang berwarna dengan hasil yang cukup baik.
 Hasil pencapan dapat disimpan dalam waktu yang agak lama sebelum mengalami
fiksasi/pemanas awetan.
 Tidak memerlukan pengerjaan pencucian, penyabunan, oksidasi maupun steaming,
sehingga dapat menyingkat waktu proses dan tenaga.

 Apabila hasil pencapan dilihat secara visual akan memberikan warna yang cerah.
 Sederhana dalam pembuatan pasta cap.
Adapun kekurangan dari proses pencapan dengan zat warna pigmen yaitu ketahanan
gosoknya rendah terutama dalam keadaan basah dan hasil pencapan kaku karena penggunaan
zat pengikat pada pencapannya.

D. PERSIAPAN PASTA CAP


Langkah pertama yang harus digunakan adalah memilih kesesuaian zat warna terhadap
jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap kesesuaian jenis pengental, zat-
zat pembantu, metoda pencapan yang digunakan dan kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi zat
warna serta kondisi setelah pencapan, misalnya pencucian.
Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis serat/kain juga terhadap jenis
mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna yang diminta dan beberapa sifat hasil
pencapan lainnya yang digunakan. Resep pasta cap secara garis besar yaitu : zat warna, zat
pembantu pelarutan (misalnya urea), air, pengental (misalnya tapioka), zat kimia untuk fiksasi zat
warna, zat anti reduksi, zat anti busa, minyak, pigmen putih dan zat pemutih optik.
Tingkat kekentalan/viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara lain metoda
proses pencapan , jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan motif cap dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai