Hukum Pertambangan atau dalam bahasa Inggrisnya “Mining Law” yang
berarti : “Hukum yang mengatur tentang penggalian atau pertambangan bijih – bijihdan mineral – mineral dalam tanah(Ensiklopedia Indonesia, tt: 1349)”
Kaidah Hukum Pertambangan dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1. Hukum Pertambangan Tertulis Kaidah – kaidah Hukum yang terdapat
di dalam peraturan perundang – undangan, traktat dan yurisprudensi. 2. Hukum Pertambangan Tidak Tertulis Merupakan Ketentuan Hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, hukum ini tidak tertulis dan bersifat lokal yang berlaku dalam masyarakat setempat.
Asas – asas Hukum Pertambangan Menurut Undang – Undang Nomor 11
Tahun 1967 :
1. Asas Manfaat
2. Asas Pengusahaan
3. Asas Keselarasan
4. Asas Partisipasif
5. Asas Musyawarah dan Mufakat.
Sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi yaitu :
1. Asas Ekonomi Kerakyatan,
2. Asas Keterpaduan, 3. Asas Manfaat, 4. Asas Keadilan 5. Asas Keseimbangan 6. Asas Pemerataan 7. Asas Kemakmuran bersama dan Kesejahteraan Rakyat 8. Asas Keamanan dan Keselamatan 9. Asas Kepastian Hukum 10. Asas berwawasan Lingkungan
Sumber Hukum Pertambangan .
1. Indische Mijin Wet (IMW) Undang – Undang ini diundangkan pada
tahun 1899 dengan Staatblad 1899, Nomor 214. Undang – undang ini hanya mengatur mengenai penggolongan bahan galian dan pengusahaan pertambangan 2. Undang– Undang Nomor 5 Tahun 1960 Undang – Undang berkaitan dengan Pemanfaatan hak atas tanah untuk kepentingan pembangunan di bidang pertambangan. 3. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1967 Undang – Undang ini tentang Ketentuan – Ketentuan pokok pertambangan. 4. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 Undang – Undang ini tentang Minyak dan Gas bumi.
Dalam dunia pertambangan selain hukum pertambangan yang berlaku,
terdapat pula hukum-hukum lain nya yang sangat berhubungan erat dengan pertambangan yaitu hukum Agraria, hukum Lingkungan, hukum Kehutanan dan hukum Pajak.
Hubungan antara Hukum Pertambangan dengan Hukum Agraria,
Pengertian agraria yang termaksut dalam Undang-Undang pokok Agraria -Hukum Agraria yang memberikan pengertian agraria dalam arti yang lebih luas ialah bahwa agraria meliputi bumi,air, dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Salah satu hubungan antara hukum pertambangan dengan hukum agraria yaitu terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai lahan pertambangan dan terdapat hak-hak yang terkandung di dalam nya seperti : 1. Hak guna Bangunan 2. Hak usaha 3. Hak pakai 4. Hak Milik Sumber Hukum Agraria yaitu Sumber hukum agraria yang tertulis pertama ialah undang-undang dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat dan dengan jelas yang menjadi hubungan berdasarkan Hukum Agraria yaitu tentang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-bahan galian. Hubungan antara Hukum Pertambangan dengan Hukum Lingkungan, Hukum Pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Hukum Lingkungan karena setiap usaha pertambangan baik pertambangan umum maupun pertambangan minyak dan gas bumi diwajibkan untuk tetap memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Hal yang demikian disebut dengan pelestarian 'ungsi lingkungan hidup. Hal ini diatur dalam pasal 1 angka 5 undang-undang No.23 Tahun 1977 tentang pengelolaan lingkungan Hidup. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan diwajibkan untuk melakukan hal-hal berikut: 1. Perusahaan wajib melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) pasal 15 ayat 1 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal-halyang dianalisis meliputi : a. Iklim dan kualitas udara b. Fisiologi dan geologi c. Hidrologi dan kualitas air d. Ruang, lahan dan tanah e. Flora dan Fauna f. Sosial (demografi, ekonomi, sosial budaya )dan kesehatan masyarakat. 2. Perusahaan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan:atau kegiatan. 3. Perusahaan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. Disamping kewajiban yang telah disebutkan diatas, perusahaan pertambangan juga dilarang : a. Melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dan b. .Melakukan impor limbah berbahaya dan beracun. Di dalam pasal 41 dan pasal 42 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditentukan jenis hukuman dan denda yang dapat dijatuhkan kepada pelaku yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. Pencemaran itu dilakukan secara sengaja dan karena kealpaannya. Pencemaran yang dilakukan karena sengaja hukumannya lebih berat, sedangkan karena kealpaannya hukumannya lebih ringan.Apabila tindak pidana pencemaran dilakukan atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain ancaman pidana dan denda diperberat dengan sepertiga (pasal 45 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. Hukuman itu dijatuhkan kepada : 1. .Badan hukum,perseroan, perserikatan, yayasan atau Organisasi lain 2. Mereka yang memberikan perintah untuk melakukana tindak pidana" atau 3. Pimpinan perusahaan, atau 4. Mereka yang memberikan perintah atau pemimpin perusahaan -pasal 47 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. Landasan Hukum Kehutanan yang berhubungan dengan pertambangan yaitu : Pasal 38 (1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. (2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Serta berlandaskan dan Perpu No.1 Tahun 2004 “Semua perizinan atau perjanjian dibidang pertambangan di kawsan hutan yang telah ada sebelum berlakunya UU No.42 Tahun 1999 tentang kehutanan dinyatakan tetap berlaku sampai akhirnya izin atau perjanjian yang dimaksud. Dan berdasarkan landasan Hukum Kehutanan diatas hubungan nya dengan Hukum Pertambangan adalah sebagai penyusunan rencana pengelolaan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam. Dan Hukum Kehutanan sangat penting dalam memberikan perizinan dalam melakukan proses pertambangan. Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dgn hukum pajak karena kegiatan usaha pertambangan selalu diikuti dengan kewajiban pembayaran pajak. Secara garis besar sebuah pertambangan mempunyai siklus usaha seperti berikut 1. Melakukan penyelidikan secara umum 2. Melakukan tahapan eksplorasi 3. Studi Kelayakan 4. Konstruksi 5. Eksplotasi 6. Reklamasi setiap proses tersebut ada kewajiban pajak yang harus dipenuhi oleh perusahaan.