PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
MIRANIE SAFARINGGA
1520332028
2017
0
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Laporan : Analisis factor penyebab gangguan produksi asi pada ny.
NIM : 1520332028
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1
Dr. dra. Arni Amir, MS
NIP : 1957017 1986032002
DAFTAR ISI
Halaman
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan judul “Analisis faktor penyebab gangguan
produksi asi pada Ny. “Z” P3A0H3 Post SC nifas hari ke 3 di ruang rawat inap
RSUD Pariaman”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas pada Residensi Praktek Klinik di
sehinggga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan isi dan
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada ibu nifas banyak masalah yang sering ditemui, salah satunya adalah
masalah menyusui yang dapat dimulai sejak periode anternal, masa pasca
persalinan dini (nifas atau lakatasi) seperti puting susu nyeri, puting susu lecet,
satu juta anak meninggal tiap tahunya akibat diare, penyakit saluran nafas, dan
infeksi lainya karena mereka tidak menyusui secara memadai. Ada lebih banyak
lagi anak yang menderita penyakit yang tidak perlu diderita jika mereka disusui.
lahir selama 6 minggu pertama hidup anak, dan tetap disusui bersama pemberian
makanan pendampig ASI yang cukup sampai usia 2 tahun atau lebih. Namun
sebagian besar di banyak negara mulai memberi bayi makan dan minum buatan
selama 6 bulan, dan banyak yang berhenti menyusui yang sebelum anak berumur
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu
yang tidak paham masalah tersebut, kegagalan menyusui sering dianggap problem
4
pada anak saja. Masalah dari ibu yang sering timbul selama menyusui dapat
dimulai sejak sebelum persalinan, pada masa pasca persalinan dini dan masa
pasca persalinan lanjut. Masalah menyusui yang sering timbul pada ibu dengan
persalinan SC antara lain nyeri luka bekas operasi terasa nyeri, kurangnya
dukungan keluarga terhadap pemberian asi, serta masalah psikologis sehingga asi
tidak keluar.
tentang menyusui .
Pasien Post SC akan mengeluh nyeri pada daerah incisi yang disebabkan oleh
robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus. Prosedur pembedahan
yang menambah rasa nyeri seperti infeksi, distensi, spasmus otot sekitar daerah
torehan. Dampak nyeri post SC pada ibu yaitu mobilisasi terbatas, bonding
Living (ADL) terganggu, Inisiasi menyusu dini (IMD) tidak dapat terpenuhi
karena adanya peningkatan intensitas nyeri apabila ibu bergerak (Fraser, 2009).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah pada kasus ini
“Bagaimana Analisis faktor penyebab gangguan produksi asi pada ny. “Z”
5
1.3 Tujuan
faktor penyebab gangguan produksi asi pada ny. “Z” p3aoh3 post sc nifas hari ke
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
(Cunningham, 2010).
dan satu satu sama lain dipisahkan oleh jaringan lemak yang jumlahnya
mempunyai duktus kecil yang saling bergabung membentuk satu duktus yang
papilla mammae, dengan orifisium yang kecil tetapi jelas. Epitel sekretorik
7
Setelah pelahiran, payudara mulai menyekresi kolostrum, suatu cairan
yang berwarna kuning lemon tua. Cairan ini biasanya keluar dari papilla
mammae pada hari kedua pascapartum. Dibandingkan dengan air susu biasa,
kolostrum mengandung lebih banyak mineral dan asam amino (Chuang dkk.,
protein, sebagian besarnya adalah globulin, namun sedikit gula dan lemak.
Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan
600 ml susu per hari, dan berat badan ibu sewaktu hamil tidak memengaruhi
2010).
Mekanisme humoral dan neural tepat yang terlibat dalam laktasi bersifat
8
penghambatan progesteron terhadap produksi α-laktalbumin oleh retikulum
kontraksi sel mioepitel di alveolus dan duktus kecil. Ejeksi susu, atau
tersebut bahkan dapat ditimbulkan oleh tangisan bayi dan dapat dihambat
2. 3. Fisiologi Laktasi
a. Refleks Prolaktin
9
Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi korpus
adanya hisapan bayi pada putting susu dan aerola akan merangsang ujung-
uterus yang dan menimbulkan kontraksi pada uerus sehingga terjadi proses
involusi.
ASI. Retakan tersebut juga memberikan jalan masuk terhadap bakteri piogen.
mengiritasi papila mammae, pembersihan areola dengan air dan sabun lembut
bersifat membantu sebelum dan setelah menyusui. Teknik yang tepat untuk
memposisikan ibu dan bayi selama menyusui telah dilaporkan oleh American
10
College of Obststricians and Gynecologist (2007). Ini mencakup teknik yang
1. Pijat Oksitosin
reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada
diharapkan dengan dilakukan pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan
kelelahan setelah melahirkan akan hilang. Jika ibu rileks dan tidak
11
d. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-
e. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dari leher ke arah tulang belikat, selama dua atau tiga menit.
2. Teknik Marmet
memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk
12
dkosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI akan
a. Penggunaan pompa untuk memerah ASI relatif tidak nyaman dan tidak
contact,
c. Ekonomis,
a. Meletakkan ibu jari dan dua jari lainnya (jari telunjuk dan jari tengah)
areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi jam 6. Posisi jari
b. Mendorong ke arah dada dengan menggunakan ibu jari dan dua jari
13
c. Menggulung menggunakan jari dan jari lainnya secara bersamaan.
laktiferus hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat, maka ibu tidak
akan kesakitan saat memerah. Memperhatikan posisi dari ibu jari dan
jari lainnya. Posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi
Push (jari terletak jauh di belakang areola) hingga posisi Roll (jari
e. Memutar ibu jari dan jari lainnya ke titik sinus laktiferus lainnya.
Misalkan saat memerah payudara kiri, gunakan tangan kiri dan saat
pada posisi jam 6 dan jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, posisi jam 2
mendorong payudara.
14
dan shake (guncang). Memijat alveolus dan duktus laktiferus mulai
dari bagian atas hingga sekitar putting dengan tekanan lembut dengan
h. Mengulangi seluruh proses memrah ASI pada tiap payudara dan teknik
terakhir memeras ASI tiap payudara selama 2-3 menit (Soraya, 2006;
apakah produksi ASInya lancar dapat diketahui dari indikator bayi. Indikator
bayi meliputi BB bayi tidak turun melebihi 10% dari BB lahir pada minggu
pertama kelahiran, BB bayi pada usia 2 minggu minimal sama dengan berat
badan bayi pada waktu lahir atau meningkat, buang air besar (BAB) 1-2 kali
pada hari pertama dan kedua, dengan warna feses kehitaman sedangkan hari
15
ketiga dan keempat BAB minimal 2 kali, warna feses kehijauan hingga
kuning, BAK sebanyak 6-8 kali sehari dengan warna urin kuning dan jernih,
frekuensi menyusu 8-12 kali dalam sehari serta bayi akan tenang/ tidur
nyenyak setelah menyusu selama 2-3 jam (Biancuzzo, 2003; Bobak, Perry &
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Analisis Factor Penyebab Gangguan Produksi ASI Pada Ny. “Z” P3A0H3
Post SC Nifas Hari ke 3 di Ruang Perawatan Kebidanan
RSUD Pariaman
I. Pengumpulan Data
No. MR :
A. Biodata
B. Data Subjektif
belum sama sekali menyusui anaknnya yang lahir tgl 03 April 2017
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
17
Menarche : 16 Tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5 hari
b. Riwayat Pernikahan
Perkawinan yang ke :I
Status : Sah
3 Ini
d. Riwayat Kontrasepsi
KU : Baik
TD : 160/110 mmHg
18
f. Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan : SC
Komplikasi : PEB
Keadaan Bayi
Panjang badan : 49 cm
Jenis Persalinan : SC
4. Riwayat Kesehatan
penyakit menular.
Tidak ada riwayat kehamilan kembar dari keluarga ibu dan suami
19
a. Nutrisi
Makan
Selama hamil pola makan ibu normal, tidak ada keluhan
Frekwensi : 3x sehari
Menu : 1 piring sedang nasi + 1 mangkok kecil
sayur + 1 potong lauk + 1 buah-buahan
Keluhan : tidak ada
Minum
Frekwensi : 5 – 6 gelas/hari
Jenis : Air putih
Keluhan : tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekwensi : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekwensi : 4-5 x setelah melahirkan
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
c. Istirahat
Tidur Malam : 5 – 6 jam
Tidur Siang : 1 – 2 jam
Keluhan : tidak ada
d. Olah Raga
Frekwensi : Tidak ada
Jenis : Tidak ada
e. Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 2 x sehari
20
Keramas : 1 x sehari
Ganti Pakaian Luar : 2 x sehari
Ganti Pakaian Dalam : 2-3 x ganti doek
f. Pola Hidup Sehat
Merokok dan obat-obatan : tidak ada
Minum alcohol : tidak ada
6. Pola Psikososial, Kultural dan Spiritual
Psikososial
Kultural
Spiritual
Data Objektif
1. Kesadaran : CMC
2. Tanda Vital
3. Pemeriksaan Fisik
21
Dada : Payudara Simetris kiri dan kanan, tidak ada
Diagnosa : Ibu P1A0H1 Post Sectio caesarea atas indikasi PEB hari
III. Planning
menyusukan bayinya
marmet
22
BAB IV
didapatkan antara konsep dasar teori dan kasus asuhan kebidanan pada ibu nifas
pada Ny “Z” dimana pemenuhan dasar yang dibutuhkan oleh ibu adalah
ASI pada bayinya karena menurutnya ASI tidak ada, sementara ibu sangat
ingin menyusui bayinya, dan belum ada intervensi dari petugas kesehatan
idealnya dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang cukup bulan
akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya di 20-30 menit setelah
Jika masalah ibu tidak diatasi, maka produksi ASI bisa saja menurun karena
tidak ada rangsang dari hisapan bayi, dan involusi uterus ibu menjadi tidak
sempurna. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Blair (2003) yang
menunjukkan bahwa pada 95 ibu post partum yang menyusui bayinya ditemukan
23
produksi ASI nya menurun jika rangsangan hisapan bayi menurun atau berkurang.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Pace (2001) menunjukkan bahwa
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan
lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
Rencana asuhan yang dapat diberikan pada ibu adalah dengan memberikan
intervensi pijat oksitosin dan mengajarkan ibu teknik marmet untuk membantu
dan ejeksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi
kendala dalam pemberian ASI secara dini. Intervensi pijat oksitosin dan teknik
keluar pada papilla mammae namun masih sedikit, sehingga pengeluaran ASI
harus dikombinasikan dengan teknik marmet, dimana teknik ini pada dasarnya
untuk memerah ASI dan masase payudara. Pelaksanaan dilakukan dengan sekali
intervensi, dimana kondisi ibu dalam keadaan rileks. Begitu kolostrum tampak
keluar, bayi diposisikan untuk menyusui segera. Dengan teknik dan posisi
menyusu yang benar, bayi mendapatkan ASI. Ibu dijelaskan bagaimana menilai
24
ASInya cukup atau tidak pada bayinya, dengan penjelasan yang dibahas pada bab
II.
menyatakan senang bisa memberikan ASI pada bayinya, dan bayi tampak puas
25
BAB V
5.1 Kesimpulan
Asuhan yang telah diberikan pada ibu nifas normal P3A0H3 hari ke 3
dengan masalah ASI belum keluar berupa intervensi pijat oksitosin dan teknik
marmet, menunjukkan hasil dimana kolostrum dan ASI ibu langsung keluar
Cara pijat oksitosin dan teknik marmet diajarkan kepada ibu dan
mengatakan merasa rileks dengan pijat oksitosin, dan senang merasa mampu
menyusui bayinya.
Pasien pulang pada tanggal 5 April 2017 setelah ibu diberikan intervensi
dan konseling, keadaan umum ibu: baik dengan kolostrum dan ASI telah
5.2 Saran
tambahan makanan apapun hingga usia 6 bulan, dan ibu dapat melakukan
teknik marmet jika dibutuhkan (misal saat harus pergi meninggalkan bayinya
dan ingin meninggalkan ASI perah), serta ibu dapat diberi bantuan pijat
26
Tenaga kesehatan seharusnya mampu mengatasi masalah ASI yang
belum keluar pada ibu nifas, pijat oksitosin dan teknik marmet dapat
menyusu segera, dan harus ada kontrol tindak lanjut keberhasilan menyusui.
t/
27