TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Asfiksia neonaturium adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Wiknjosastro, 2005).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
Bila proses ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
(Saifuddin, 2009).
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sedangkan menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia, asfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
AAP dan ACOG (2004) dalam IDAI (2012) menyebutkan asfiksia perinatal
metabolik atau campuran (metabolik dan respiratorik) yang jelas yaitu PH <7
4
5
pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilikal, nilai APGAR 0-3 pada
menit ke-5, manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang,
hipotonia, koma atau ensefalopatia hipoksik iskemik dan terjadi disfungsi sistem
2.1.2 Etiologi
II, infeksi ibu, ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru dan tiroid,
lewat waktu, malformasi/anomali janin dan usia <16 atau >35 tahun.
plasenta previa.
5
6
atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat dan kehamilan
post matur.
bayi yaitu keadaan tali pusat bayi meliputi : lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, simpul tali pusat dan prolaps tali pusat dan keadaan bayi
2.1.3 Patofisiologi
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah.
Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena
konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang
bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta. Setelah
lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru dan
alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan
tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen
6
7
paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi
dan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (secondary apnea). Pada tingkat
metabolisme dan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama
gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang
7
8
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Morales, at. al.
2011).
3. Turunnya pH darah
anaerobik.
(Wiknjosastro, 2005
2.1.4 Diagnosis
2.1.4.1 Anamnesis
dan lahir tidak bernafas/menangis. Pada anamnesis juga diarahkan untuk mencari
faktor resiko.
1. Pemeriksaan Fisik
8
9
2. Pemeriksaan Penunjang
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari :
asidosis metabolik.
c. PO2 (normal 50-70 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
2.1.5 Komplikasi
Kelainan yang terjadi akibat hipoksia dapat timbul pada stadium akut dan
dapat pula terlihat beberapa waktu setelah hipoksia berlangsung. Pada keadaan
hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital seperti
otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak
rongga abdomen dan rongga toraks lainnya seperti paru, hati, ginjal dan traktus
gastrointestinal.
9
10
glikolisis anerobik. Produk sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat)
sementara ataupun menetap. Pada bayi kurang bulan, proses hipoksia yang terjadi
akan lebih berat dibandingkan dengan bayi cukup bulan akibat kurang optimalnya
faktor redistribusi aliran darah terutama aliran darah otak, sehingga risiko
Demikian pula disfungsi jantung akibat proses hipoksik iskemik ini sering
susunan saraf pusat yang tidak disertai gangguan fungsi organ lain,
10
11
perdarahan peri/intraventrikular.
perdarahan.
3. Sistem pernapasan
11
12
4. Sistem kardiovaskuler
5. Sistem urogenital
6. Sistem gastrointestinal
7. Sistem audiovisual
12
13
2.1.6 Prognosa
baik.
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Tujuan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudian
hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi, lazim disebut resusitasi bayi baru
lahir. Prinsip dasar resusitasi adalah memberikan lingkungan yang baik pada bayi
pernafasan, yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar dan
memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha
pernafasan lemah. Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan intervensi
sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan homeostatis yang
13
14
timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit. Riwayat kehamilan dan partus akan
pernafasan pada bayi baru lahir. Resusitasi yang dilakukan harus adekuat sesuai
2.1.7.2 Prinsip
tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap
Cara mengatasinya:
14
15
Cara mengatasinya:
masker (ambubag)
intrakranial meningkat.
Cara mengatasinya :
(endotracheal tube).
15
16
b. Apgar 4 – 6
vertebra.
50/menit.
c. Apgar 0 - 3
ABC resusitasi:
16
17
10 – 15 menit.
3) Circulation
ringan.
denyut/menit.
dengan hati-hati.
b) Pemberian obat-obatan.
17
18
apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban jernih, apakah bayi
bernapas atau menangis dan apakah tonus otot bayi baik atau kuat.
dalam prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi
kering untuk menjaga suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah
a. Memberikan kehangatan
perlakuan khusus.
posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu
18
19
tanpa mekoneum.
atau ekstremitas bayi. Bayi yang berada dalam apnu primer akan
19
20
3. Penilaian
a. Frekuensi jantung
permenit.
b. Warna kulit
20
21
4. Pemberian oksigen
tidak terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi
Bila bayi diperkirakan akan mendapat VTP dalam waktu yang cukup
21
22
6. Kompresi dada
darah ke seluruh organ vital tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika
kompresi dada yang efektif-satu orang menekan dada dan yang lainnya
7. Intubasi endotrakeal
mekoneum dari jalan napas. Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup
22
23
adekuat. Namun bila bradikardi tetap terjadi setelah VTP dan kompresi
dapat diberikan.
8. Penghentian resusitasi.
Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit,
berat.
23
24
24
25
2.1.8.1 Pengkajian
I. Data Subyektif
A. Biodata
B. Riwayat antenatal
Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
asfiksia yaitu :
buruk, merokok
(Wiknjosastro.2005:709)
kesehatan.
C. Riwayat intranatal
25
26
(APN, 2007)
pernafasan.
D. Riwayat postnatal
- Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua
gram). Bayi kecil atau kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau
E. Pola nutrisi
26
27
tertentu.
G. Hubungan psikologis
intensif.
H. Eliminasi
27
28
A. Keadaan Umum
B. Tanda-Tanda Vital
tubuh < 36°C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh <
(Pamilih, 2007).
bukan hal yang luar biasa jika frekuensi jantung lebih dari 160
kegawatdaruratan.
28
29
C. Pemeriksaan fisik
- Kulit
- Kepala
- Mata
- Hidung
lendir.
- Mulut
- Telinga
- Leher
- Thorax
29
30
- Abdomen
Distensi Abdomen.
- Umbilikus
- Genitalia
- Anus
- Ekstremitas
- Refleks
30
31
tulang.
D. Pemeriksaan Penunjang
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
asidosis metabolik.
- PO2 (normal 50-70 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
II. Masalah :
1. Nafas megap-megap
3. Hipotermi
4. Nutrisi kurang
I. Diagnosa potensial :
3. Kejang
4. Koma
31
32
1. Resusitasi
2. Hangatkan Bayi
2.1.8.5 Tujuan
1. Sianosis (-)
8. RR 30-40 x/menit
2.1.8.7 Intervensi
32
33
2. Selimuti bayi dengan selimut/kain Kain basah didekat tubuh bayi dapat menyerap
bersih dan hangat. panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
3. Selimuti bagian kepala bayi. Bagian kepala bayi mempunyai luas
permukaan yang relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut idak tertutup.
4. Tempatkan bayi pada tempat yang Mempertahankan suhu lingkungan agar bayi
hangat atau inkubator. tidak merasa dingin. Penggunaan sinar lampu
untuk pemanasan luar, mengeringkan tubuh
bayi, dan mengurangi evaporasi.
5. Pantau pemberian O2 tiap 30 menit. Membantu mempertahankan ventilasi O2 pada
paru dalam upaya mengatasi asfiksia.
6. Kaji ulang pernafasan dan pola Untuk menentukan derajat gangguangangguan
nafas, perhatikan adanya apnea dan pernafasan dan menentukan tindakan yang
perubahan frekuensi jantung tonus sesuai.
otot dan warna kulit tiap 30 menit.
7. Observasi Keadaan umum dan Untuk mengetahui adanya kelainan kelainan
TTV. pada frekuensi nadi, suhu, sedini mungkin
sehingga dapat segera ditentukan tindakan yang
sesuai.
8. Posisikan bayi dengan posisi Memudahkan drainase mukus.
dorsofleksi kepala.
9. Berikan minum ASI sedikit demi Pemenuhan kebutuhan nutrisi, makanan cukup
sedikit tapi sering. sesuai kebutuhan dapat menunjang peningkatan
BB yang adekuat dan mencegah terjadinya
dehidrasi serta merangsang reflek menghisap
dan menelan. Kemampuan menelan dan
mencerna makanan masih terbatas mengingat
hubungan esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang dapat
menyebabkan gumoh dan kapasitasnya terbatas
± 30cc.
2.1.8.8 Implementasi
33
34
dan perubahan frekuensi jantung tonus otot dan warna kulit tiap 30
menit.
2.1.8.9 Evaluasi
(Hidayat, 2008)
34