Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Analisis vegetasi merupakan bagian dari studi ilmu ekologi tumbuhan yang bertujuan untuk
mengetahui struktur vegetasi di suatu habitat (Rockwood, 2015). Unsur struktur vegetasi yang
diamati adalah frekuensi, kerapatan, dan dominansi tumbuhan yang diperlukan untuk
keperluan analisis vegetasi sehingga dapat menentukan indeks nilai penting dari susunan
komunitas tersebut. Metode analisis vegetasi yang dapat digunakan sangat beragam
diantaranya metode titik, metode garis, dan metode kuadrat.
1. Metode Titik
Berdasarkan analisis data, pada metode titik didapat nilai frekuensi, dominansi, dan
kerapatan vegetasi. Nilai frekuensi relatif (FR) tertinggi pada metode titik didapat oleh spesies
D, yaitu… sebesar 37,5%. Selanjutnya, pada Spesies Eleuseine indica, Colocasia sp.,
Parthenocissus quiquefolia, I() memiliki nilai frekuensi relatif yang sama yaitu sebesar 12,5%.
Berdasarkan frekuensi kehadiran jenis tersebut telah menggambarkan penyebaran jenis herba
di area tersebut. Di dalam ekologi, frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara
jumlah sampel yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah sampelnya. Jika jumlah spesies
makin banyak ditemukan, maka semakin besar frekuensi jenis tersebut (Indriyanto, 2006).
Berkaitan dengan nilai frekuensi suatu jenis, menurut (Arrijani, et al., 2006), menyatakan
bahwa nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi oleh densitas dan pola distribusinya.
Nilai dominansi relatif (DR) tertinggi pada metode titik didapat oleh spesies D yaitu,
… sebesar 56,52%. Tingginya nilai dominansi ditentukan oleh kerapatan jenis (Indriyanto,
2006). Selanjutnya, spesies B () dan C() memiliki nilai dominansi (DR) yang sama, namun
lebih rendah dibanding spesies D yaitu sebesar 8,69%. Kemudian, spesies A() dan I() memiliki
nilai dominansi relatif yang sama, namun nilainya paling rendah dibandingkan spesies D, B,
dan C yaitu sebesar 8,69%. Spesies D merupakan tanaman herba yang tumbuh sangat subur di
daerah observasi dengan FR sebesar : 37,5%, DR 56,52 %, serta indeks nilai penting sebesar
94,02%.
Metode Garis
Berdasarkan analisis vegetasi dengan menggunakan metode garis, diperoleh. Nilai
frekuensi relatif terbesar didapat oleh spesies A sebesar 37,2%, nilai dominansi relatif sebesar
54,35%, dan kerapatan relatif sebesar 53,4%. Menurut Krebs (1996), Keberhasilan setiap jenis
vegetasi untuk mengokupasi suatu area dipengaruhi oleh kemampuannya beradaptasi secara
optimal terhadap seluruh faktor lingkungan fisik (temperatur, cahaya, struktur tanah,
kelembaban), faktor biotik (interaksi antar jenis, kompetisi, parasitisme), dan faktor kimia yang
meliputi ketersediaan air, oksigen, pH, nutrisi dalam tanah yang saling berinteraksi.
Berdasarkan hal tersebut, Spesies A dapat beradaptasi secara optimal pada seluruh faktor
lingkungan fisik, biotik, maupun kimia.

Metode Kuadran
Analisis menggunakan metode kuadrat menunjukkan bahwa Spesies A merupakan
tanaman yang paling banyak mendominasi. Berdasarkan data analisis, indeks nilai penting
spesias A merupakan yang tertinggi, yakni sebesar 100,73. Menurut Marrel (2005), indeks nilai
penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan
jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Jadi, Spesies A
merupakan spesies memiliki peranan besar terhadap komunitasnya.
Pertumbuhan rumput dan herba mempunyai indeks keanekaragaman dan kekayaan
jenis yang tinggi dipengaruhi oleh topografi lokasi penelitian yang berlereng-lereng dan
sedikitnya tutupan dari tajuk pada tingkat partumbuhan tiang dan pohon. Pada umumnya jenis
yang didapatkan pada tegakan ini termasuk dalam famili Graminae, dimana intensitas cahaya
matahari relatif sebesar 63%. Cahaya matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor
yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi.
Faktor lingkungan abiotik yang terukur dalam penelitian ini, diantaranya kelembapan
udara, suhu udara, pH tanah, intensitas cahaya, kesuburan tanah, kelembapan tanah. Kondisi
lingkungan abiotik yang terukur seluruh area kajian di observasi disebelah timur Poliklinik,
yaitu kelembapan udara berkisar antara 59%, suhu udara berkisar antara 31,6 derajat celcius,
pH tanah berkisar antara 6,9, intensitas cahaya berkisar antara 31,6%, kesuburan tanah sangat
kecil, kelembapan tanah berkisar antara 0,8%. Berdasarkan lingkungan abiotik menunjukkan
bahwa lingkungan abiotik berpengaruh pada tipe vegetasi. Jenis tumbuhan yang mendominansi
dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik yang mendukung tanaman tersebut mendominasi suatu
wilayah (Rockwood, 2015). Menurut Hogan (2010), Perbedaan dalam komponen abiotik ini
mengubah spesies yang ada baik dengan menciptakan batasan spesies apa yang dapat bertahan
hidup di lingkungan, serta mempengaruhi persaingan antara dua spesies. Faktor-faktor abiotik
seperti salinitas dapat memberikan satu keunggulan kompetitif pada satu spesies, menciptakan
tekanan yang mengarah pada spesiasi dan perubahan spesies ke dan dari pesaing generalis dan
spesialis (Chapin et al. 2011).
Berdasarkan indeks nilai penting dan faktor abiotik diatas, komposisi vegetasi pada
wilayah tersebut didominasi oleh rerumputan. Hal ini disebabkan karena tiada tegakan dalam
5 plot tersebut dan komponen abiotik yang mendukung rumput-rumput untuk beradaptasi
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai