Anda di halaman 1dari 13

TRANSLASI DAN KODE GENETIK

RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Genetika 1
yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M. Pd dan
Andik Wijayanto, S.Si,M.Si

Oleh
Kelompok 12
1. Alifa Rizki Nabila Putri (140342601363) / Offering G
2. Dina Aribah (140342604576) / Offering G

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2016
Translasi
Proses selama informasi genetik (yang disimpan dalam rangkaian nukleotida pada
sebuah molekul RNA) diterjemahkan, diikuti oleh pendiktean dari kode genetik menjadi
rangkaian asam amino pada produk gen polipeptida merupakan proses yang kompleks dan
membutuhkan fungsi dari makromolekul dalam jumlah besar. Hal ini meliputi (1) lebih dari
50 polipeptida dan 3 sampai 5 molekul RNA yang ada pada tiap-tiap ribosom, (2) paling tidak
ada 20 enzim aktivasi asam amino (aminoacyl-tRNA syntheases), (3) 40 sampai 60 molekul
tRNA yang berbeda, dan (4) paling tidak 9 protein terlarut yang terlibat dalam inisiasi rantai
polipeptida, elongasi, dan terminasi.

Proses translasi berlangsung di ribosom yang merupakan struktur makromolekul


kompleks yang terletak di dalam sitoplasma. Translasi melibatkan tiga jenis RNA, yang
ditranskripsikan dari cetakan DNA (gen-gen kromosom). Ada 3 sampai 5 molekul RNA
(molekul rRNA) yang ada dan menjadi bagian dari struktur masing-masing ribosom, dan 40-
60 molekul RNA sederhana (tRNA) yang berfungsi sebagai adaptor untuk memediasi
penggabungan asam amino yang tepat sebagai respon terhadap kodon spesifik dalam mRNA.
Ribosom bisa mensintesis berbagai macam polipeptida (berbagai macam rangkaian asam
amino) yang ditetapkan melalui molekul mRNA khusus. Studi terbaru melalui eksperimen
pulse-labeling (dengan asam amino radioaktif) dan autoradiografi menunjukkan bahwa
sebagian besar protein disintesis di sitoplasma pada suatu struktur makromolekul yang
sederhana namun kompleks, yang disebut ribosom. Pada prokariot, ribosom tersebar
diseluruh bagian sel. Pada eukariot, ribosom terletak di sitoplasma, dan seringkali terletak
pada sebuah jaringan membran intraselular yang luas yang disebut retikulum endoplasma.
Struktur ribosom diperkirakan terdiri dari separuh protein dan separuh RNA. Ribosom
tersusun dari dua sub unit, satu sub unit besar dan satu sub unit kecil, yang berdisosiasi ketika
proses translasi dari sebuah molekul mRNA telah selesai. Ribosom melakukan penggabungan
kembali selama proses inisiasi dari translasi. Ukuran ribosom seringkali diungkapkan dalam
suatu istilah berdasarkan kecepatan sedimentasi selama sentrifugasi, dalam suatu unit yang
disebut unit Svedberg (Svedberg units). Ribosom pada eukariot berkuran lebih besar
(biasanya berukuran 80S), namun juga bervariasi antar spesies. Ribosom yang berada dalam
organel (mitokondria dan kloroplas) dari sel eukariot berukuran lebih kecil (biasanya sekitar
60S).
Pada semua kasus, masing-masing ribosom terdiri dari dua sub unit. Pada E.Coli, sub
unit ribosom yang kecil (30S) mengandung sebuah molekul RNA 16S ditambah 21
polipeptida yang berbeda, dan sub unit besar (50S) mengandung dua molekul RNA (5S dan
23S) ditambah 31 polipeptida. Pada ribosom eukariotik, sub unit kecil mengandung sebuah
molekul RNA 18S (ukuran rata-rata) dan sub unit besar mengandung sebuah molekul RNA
5S, sebuah molekul RNA 5.8 S, dan sebuah molekul RNA 28S (ukuran rata-rata).
Molekul RNA ribosom ditranskripsikan dari sebuah cetakan DNA, sama seperti
molekul mRNA. Pada eukariot, sintesis rRNA terjadi di nukleolus dan dikatalisasi oleh RNA
polimerase khusus yang hanya ada di nukleolus. Selain itu, transkripsi dari gen rRNA
menghasilkan prekursor rRNA yang lebih besar dari molekul RNA yang ada pada ribosom.
Prekursor rRNA ini mengalami proses pasca-transkripsi untuk menghasilkan molekul rRNA
yang terlibat dalam translasi. Sebagai tambahan dari pembelahan pasca-transkripsi pada
prekursor RNA, terjadi juga metilasi pasca-transkripsi dari banyak nukleotida pada rRNA.
Metilasi tersebut melindungi molekul rRNA dari ribonuklease intraselular yang terlibat dalam
degradasi mRNA; namun fungsinya masih belum jelas.
Meskipun ribosom menyediakan banyak perlengkapan untuk sintesis protein, dan
spesifikasi untuk masing-asing polipeptida dikode dalam sebuah molekul mRNA, translasi
dari sebuah kode mRNA menjadi sebuah rangkaian asam amino dalam sebuah polipeptida
membutuhkan satu molekul RNA tambahan, yaitu molekul RNA transfer (tRNA). Pada tahun
1958, Crick mengusulkan beberapa macam molekul “adapter” yang dengan segera
teridentifikasi dan ditemukan sebagai molekul RNA sederhana (4S, dengan panjang
nukleotida 40-80). Molekul ini pertama kali disebut molekul sRNA atau Soluble RNA, namun
selanjutnya disebut dengan molekul RNA transfer (tRNA), yang mengandung rangkaian basa
triplet, yang disebut rangkaian antikodon (sekuens antikodon), yang komplementer dan
mengenali rangkaian kodon (sekuens kodon) dalam mRNA selama translasi. Diketahui ada
satu sampai empat tRNAs untuk masing-masing asam amino.
Asam amino dilekatkan pada tRNAs menggunakan ikatan yang memiliki energi tinggi
(sangat reaktif) antara gugus karboksil dari asam amino dengan ujung 3’-hidroksil dari
tRNAs. Aminoacyl tRNAs yang reaktif dibentuk melalui dua tahap, masing-masing tahap
dikatalisis oleh enzim aktivasi yaitu enzim aminoacyl-tRNA synthetase. Tahapan pertama
dari sintesis aminoacyl-tRNA melibatkan aktivasi dari asam amino menggunakan ATP.

Asam amino-AMP intermediet tidak secara normal dilepaskan dari enzim sebelum
menjalani tahap kedua dari sintesis Aminoacyl tRNAs, yaitu, bereaksi dengan RNA yang
tepat.

Amonoacyl-tRNAs (Asam amino – tRNA) merupakan prekursor dari sintesis


polipeptida pada ribosom, dengan masing-masing tRNA yang teraktivasi mengenali kodon
mRNA dan menampilkan asam amino dalam sebuah konfigurasi sterik (struktur tiga
dimensi).
Molekul tRNA ditranskripsikan dari gen-gen kromosom dalam bentuk molekul
prekursor berukuran besar yang melalui proses pasca-transkripsi. Molekul tRNA yang telah
benar-benar siap (matang) mengandung beberapa nukleosida yang tidak ada dalam mRNA
atau dalam transkrip primer gen tRNA. Nukleosida yang tidak biasa ini, seperti inosin,
pseudoridin, dihidrouridin, 1-metilguanosin, dan beberapa lainnya, diproduksi melalui proses
pasca-transkripsi.
Masing-masing ribosom memiliki dua lokasi pengikatan tRNA. Sisi A atau sisi
aminoasil mengikat dengan aminoacyl-tRNa. Sisi P atau sisi peptidil mengikat tRNA dimana
polipeptida dilekatkan. Kekhususan untuk pengikatan aminoacyl-tRNa pada sisi ini
melibatkan kodon mRNA yang ikut mengambil bagian dalam sisi pengikatan A dan P.
Molekul tRNA memiliki beberapa kekhususan, diantaranya mereka tidak harus selalu
memiliki rangkaian antikodon yang sesuai, namun harus selalu dikenali oleh aminoacyl-
tRNA synthetase yang benar, sehingga mereka bisa diaktivasi oleh asam amino yang benar
dan berikatan pada sisi A dan P dari ribosom.
Sintesis protein di inisiasi oleh tRNAmet. Hal ini berarti bahwa selama sintesis, semua
polipeptida dimulai dengan metionin. Pada organel prokariot dan eukariot, metionin pada
tRNAmet memiliki gugus amino yang dihambat dengan sebuah gugus formil. Kedua tRNA
metionin tersebut memiliki antikodon yang sama dan keduanya merespon kodon yang sama,
yaitu AUG untuk metionin.
Pada prokariot, inisiasi rantai polipeptida terjadi dengan pembentukan suatu kompleks
antara mRNA, methionyl-tRNAmet, dan sub unit ribsom 30S. Pembentukan kompleks inisiasi
ini memerlukan aktivitas dari tiga faktor inisiasi protein, yaitu IF-1, IF-2, dan IF-3, ditambah
guanosin trifosfat (GTP). Hal tersebut mungkin difasilitasi melalui interaksi pasangan basa
antara rangkaian basa di dekat ujung 3’ dari rRNA 16S dan sebuah rangkaian basa pada
leader sequence dari mRNA. Kompleks inisiasi kemudian berkombinasi dengan sub unit
ribosom 50S, dan methionyl-tRNAfmet menjadi terikat pada sisi peptidil. Hal ini
membutuhkan hidrolisis dari satu molekul GTP. Keadaan sejajar dari kodon inisiasi AUG
dengan antikodon methionyl-tRNAfmet (pada sisi P) menstabilkan kodon yang ada pada sisi A,
dan menetapkan kekhususan bagi aminoacyl-tRNA untuk berikatan pada sisi A. Pengikatan
alanyl-tRNAala (dan semua pengikatan aminoacyl-tRNA sesudahnya) membutuhkan hidrolisis
satu molekul GTP dan faktor elongasi protein, yaitu Ef-Ts dan Ef-Tu. Pembentukan ikatan
peptida antara gugus karboksil dari ikatan f-metionin terhadap tRNAfmet pada sisi P dan gugus
amino dari molekul alanin yang berikatan pada tRNAala di sisi A selanjutnya dikatalisis oleh
enzim peptidyl transferase. Reaksi ini meninggalkan f-met-ala dipeptida yang melekat pada
tRNAaladan berikatan pada sisi A dari ribosom.
Tahap selanjutnya dari translasi disebut translokasi, yang melibatkan (1) perpindahan f-
met-ala dari sisi A ke sisi P dan (2) perpindahan molekul mRNA, relatif terhadap posisi
ribosom sehingga kodon sebelumnya yang tercatat pada sisi A berpindah ke sisi P. Kodon
alanin GCC berpindah posisi dari sisi A ke sisi P dan kodon selanjutnya yaitu UCC,
berpindah ke sisi A. Translokasi membutuhkan aktivitas dari faktor elongasi, yaitu faktor Ef-
G dan hidrolisis satu molekul GTP.
Aminoacyl-tRNA yang ditetapkan oleh kodon mRNA pada sisi A kemudian berikatan
pada sisi A, dan pembentuan ikatan peptida serta tahapan translokasi diulangi kembali.
Rangkaian tersebut diulangi untuk masing-masing kodon dari mRNA sampai kodon rantai
terminasi dicapai.
Kode Genetik
A. Tiga Nukleotida pada Setiap Kodon
Ada dua puluh asam amino berbeda yang disatukan selama proses translasi. Kode
genetik yang paling nyata adalah kode triplet (3 nukleotida per kodon). Hal tersebut berawal
dari hasil percobaan Crick dan koleganya.
1. Trinukleotida ditemukan cukup untuk merangsang ikatan spesifik dari aminoasil-tRNAS
pada ribosom. Contoh: 5’-UUG-3’ merangsang pengikatan phenylalanyl-tRNAphe-.
2. Sintesis kimia molekul RNA, berisi pengulangan sekuen molekul dinukleotida,
ditunjukkan oleh sintesis dari copolimer dengan pertukaran sekuen asam amino.
3. Molekul dengan pengulangan sekuen trinukleotida, misalnya poly UUGn diatur oleh
sintesis dari poliserin, poliarginin dan polivaline, hasilnya selalu tersusun oleh kode triplet.
B. Penguraian Kode
Penguraian kode genetik menentukan: (1) Kodon mana yang cocok dengan asam
amino. (2) Berapa banyak 64 kemungkinan kodon yang digunakan. (3) Bagaimana kode
ditandai. (4) Apakah spesies yang berbeda menggunakan kodon yang sama atau berbeda. Hal
tersebut terjadi selama awal tahun 1960 dan merupakan satu dari banyak periode
menghebohkan selama sejarah Sains.
Penemuan pertama tahun 1961, oleh M. W. Nirenberg (pemenang nobel 1968) dan J. H.
Matthael serta S. Ochoa (pemenang nobel 1959), yang menunjukkan bahwa sintesis molekul
RNA dapat digunakan sebagai pembuatan mRNA untuk langsung digunakan dalam sintesis
protein in vitro. Artinya ketika ribosom, aminoacil t-RNA, dan faktor pembelahan protein
terlarut yang diperbarui lagi untuk translasi yang merupakan mRNA bebas. Jika sintesa
molekul mRNA diketahui komposisinya, komposisi sintesis polipeptida dapat digunakan
untuk menentukan kode mana yang sesuai dengan asam amino.
RNA komposisi nukleotida yang acak, yaitu 50% U dan 50% G. Frekuensi triplet acak
yang berbeda dapat dengan mudah dihitung. Contohnya 50% U / 50% G dapat kopolimer
mengandung 12, 5 % masing-masing kemungkinan 8 kodon: UUU, UUG, UGU, GUU, UGG,
GUG, GGU, dan GGG.
Sintesis mRNA menghasilkan rangkaian nukleotida Percobaan Khorana mencoba
membandingkan antara rangkaian nukleotida dan asam amino. Pemikiran “dimulai” nya
kodon terjadi ketika trinukleotida ditemukan dan membentuk fungsi sebagai “mini mRNA”
ikatan spesifik langsung antara aminoacil-tRNA ke ribosom.
C. Degenerasi dan “Wobble” (Kegoyahan)
Peristiwa dimana terdapat lebih dari satu kodon per asam amino disebut sebagai
degenerasi. Degenerasi pada kode genetik tidak terjadi secara acak. Biasanya kodon spesifik
sebuah asam amino dibedakan berdasarkan basa nitrogen, basa ketiga atau 3’ basa kodon.
Ada dua tipe degenerasi yaitu :
1. Degenerasi parsial terjadi ketika basa ketiga mungkin salah satu dari dua pirimidin (U
atauC) atau dua purin (A atau G).
2. Dalam kasus degenerasi komplit, satu dari empat kodon mungkin menunjukkan posisi
kodon ketiga, dan kodon akan tetap ditetapkan oleh asam amino yang sama. Contohnya
valin yang ditetapkan ol,eh GUU, GUC, GUA, dan GUG
Karena adanya degenerasi kode genetik, maka harus ada beberapa tRNA berbeda yang
mengenali kodon berbeda yang menentukan asam amino, atau antikodon dari tRNA harus
sesuai dengan pasangan basa dari beberapa kodon yang berbeda. Beberapa tRNA ada untuk
asam amino tertentu, dan beberapa tRNA mengenali lebih dari satu kodon. Ikatan hidrogen
antarabasa dalam antikodon tRNA dan kodon mRNA muncul untuk mengikuti pasangan basa
yang hanya untuk mengikat dua pasang basa pada awal kodon.
Hipotesis kegoyahan ini memperkirakan terjadinya tiga tRNA untuk enam kodon serin.
Tiga tRNA serin telah ditandai yaitu :
(1) tRNAser1 (antikodon AGG) berikatan dengan kodon UCU dan UCC.
(2) tRNAser2 (antikodon AGU) berikatan dengan kodon UCU dan UCC.
(3) tRNAser3 (antikodon UCG) berikatan dengan kodon AGU Dan AGC.
Beberapa tRNA mengandung basa inosin. Hipotesis Crick tentang kegoyahan
memprediksi bahwa inosin dapat berpasangan dengan adenine, urasil, atau sitosin.

D. Kodon Inisiasi dan Terminasi


Kode genetik juga memberikan informasi genetik pada tingkat translasi. Tiga kodon,
UAA, UAG, dan UGA menentukan terminasi rantai polipeptida. Kodon ini diakui oleh faktor
rilis protein , bukan oleh tRNA . Salah satu protein ini adalah RF- 1 , yang spesifik untuk
UAA dan UAG. protein yang lain RF - 2 , menyebabkan penghentian di kodon UAA dan
UAG.
E. Universal Kodon
Secara umum, semua kode genetik menunjukkan kesamaan pada semua organisme.
Namun, ada beberapa pengecualian seperti pada mitokondria manusia, jamur, dan organisme
lainnya, di mana UGA merupakan kodon untuk triptofan. Misalnya, UGA sebagai kodon
terminasi pada sistem nonmitokondrial. Selain itu, pada mitokondria yeast, CUA menentukan
threonin, bukan seperti biasanya (leusin). Pada mamalia mitokondria, AUA menentukan
metionin, bukan seperti biasanya (isoleusin).
F. Mutasi Supresor Menghasilkan tRNAs dengan Mengubah Pengenalan Kodon
Kode genetic nonmitochondrial tidak sepenuhnya menyeluruh, karena beberapa variasi
kecil dari pengenalan dan penerjemahan kodon dapat dengan baik dilakukan dalam beberapa
kasus. Misalnya pada E.Coli dan yeast, mutasi terjadi pada gen tRNA, sehingga
menyebabkan pengubahan kodon oleh anticodon tRNAs. Mutasi ini awalnya terdeteksi
sebagai mutasi suppressor yaitu mutasi yang menekan atau meniadakan efek dari mutasi
lainnya. Mutasi supresor ini terbukti berada dalam gen tRNA dan mengubah spesifisitas
pengenalan codon oleh tRNA.
Contoh yg paling terkenal dari mutasi supresor yang mengubah tRNA adalah penekan
mutasi yang menghasilkan rantai triplet terminasi UAG. Mutasi tersebut disebut dengan
mutasi amber yang mengakibatkan sintesis fragmen asam amino polipeptida ditentukan oleh
gen yang terkena dampak. Mutasi yang menghasilkan rantai terminasi kembar tiga dalam
sebuah gen disebut dengan mutasi nonsense berbeda dengan mutasi missense yang
mengalami perubahan dari triplet satu ke tripet yang lainnya sehingga timbul asam amino
yang berbeda. Mutasi missense menghasilkan polipeptida yang lengkap, tetapi dengan
substitusi asam amino. Mutasi Nonsense menghasilkan fragmen polipeptida yang panjangnya
tergantung pada posisi mutasi dalam gen. Mutasi Nonsense merupakan hasil dari satu
substitusi pasangan basa Fragmen polipeptida yang dihasilkan dari muatasi Nonsense selalu
tidak berfungsi.
Penekanan mutasi nonsense telah terbukti dari hasil mutasi gen pada tRNA yang
menyebabkan mutant tRNAs dalam mengenal kodon nonsense (UAG, UAA atau UGA)
meskipun dengan tingakt efisiensi yang berbeda-beda. mutant tRNA ini disebut sebagai
tRNA penekan. Ketika salah satu dari mutasi amber (UAG) terjadi pada gen tRNAtyr2, maka
akan menentukan salah satu dari dua tirosin tRNA di bakteri e.Coli. Antikodon dari wild-type
(Nonsupressor) tRNAtyr2 ditunjukkan untuk menjadi 5'- G'UA - 3' (dimana G’ adalah derivate
atau turunan dari guanine). Antikodon dari mutant (penekan) tRNAtyr2 adalah 5'CUA-3'.
Antikodom mutant ini mampu memasangkan basa dengan 5'-UAG-3' kodon amber
(pemasangan dengaan polaritas yang berlawanan) yaitu:
3'-AUC-5' (antikodon)
5'-UAG-3' ( kodon )
Supressor tRNA melengkapi polipeptida untuk disintetis dari mana yang mengandung
kodon nonsense. Polipeptida ini akan berfungsi selama asam amino yang dimasukkan oleh
supressor tRNA diterima dalam posisi tersebut yang nantinya akan mengahsilkan produk gen
yang fungsional.
Strain E. Coli yang mengandung gen supresor amber ( tRNA )yang tingkat
pertumbuhannya sebanding dengan strain tanpa gen supresor . Ini mungkin tidak diharapkan
jika kodon UAG sering digunakan untuk terminasi normal penerjemahan di ujung coding
urutan atau mRNA . Dalam strain supressor, terjemahan tergantung pada efisiensi
supresor tertentu) untuk melanjutkan ke tahap berikutnya dan diterjemahkan urutan
spacer intergenic dan bahkan ke urutan pengkodean lainnya terletak translationally
distal pada mRNA . Ini akan menghasilkan rantai panjang pada " poli - protein " , yang salah
satunya tidak akan menjadi gen yang sangat fungsional . Mengapa tegangan pada supressor
tidak menunjukkan efek deletericus seperti pada " read-though " tidak dapat dipahami .
Mungkin sebagian besar gen seperti gen pada lapisan fag MS2 dan berakhir dengan dua atau
lebih kodons terjemahan yang berbeda . Urutan nukleotida dari beberapa gen mengungkapkan
adanya kodon terminasi tunggal. Kurang jelanyas efek kerusakan yang diakibatkan oleh
mutasi supressor ini membuat mutasi supressor tetap menjadi teka-teki.
PERTANYAAN
Nama : Alifa Rizki Nabila Putri
NIM : 140342601363
1. Apa perbedaan translasi pada organisme prokariot dan eukariot?
Jawab:
Pada organisme prokariot, translasi sudah dimulai sebelum proses transkripsi (sintesis
mRNA) selesai dilakukan. Hal ini disebabkan karena karena tidak ada pemisahan proses
transkripsi dari translasi oleh membran nukleus seperti pada eukariot. Dengan demikian
proses transkripsi dan translasi berlangsung hampir serempak. Sebaliknya, pada eukariot
proses translasi baru bisa berlangsung jika proses transkripsi (sintesis mRNA yang telah
matang) sudah selesai dilakukan. Proses transkripsi pada eukariot berlangsung di dalam
inti sel, sedangkan translasi berlangsung di dalam ribosom yang ada di sitoplasma.
Setelah sintesis mRNA selesai, mRNA akan keluar dari inti sel menuju sitoplasma untuk
bergabung dengan ribosom.
2. Apakah ada perbedaan proses inisiasi dalam proses translasi pada organisme prokariotik
maupun eukariotik?
Jawab :
Ya, ada perbedaan proses inisiasi dalam proses translasi pada organisme prokariotik
maupun eukariotik. Perbedaan tersebut terletak pada kodon inisiasi. Pada eukariot, kodon
inisiasi nya adalah metionin, sedangkan kodon inisiasi pada prokariot adalah formil-
metionin / fMet. Perbedaan kedua terletak pada faktor inisiasi yang berperan dalam proses
translasi, dimana fator inisiasi pada eukariot adalah eIFs (12 atau lebih), sedangkan pada
prokariot adalah IFs (3). Perbedaan ketiga terletak pada ribosom yang berperan, pada
eukariot ribosom yang berperan yaitu ribosom 80S (Sub unit 40S dan 60S), sedangkan
pada prokariot yaitu ribosom 70S (Sub unit 30S dan 50S). Molekul tRNA inisiator disebut
tRNAiMet. Ribosom bersama-sama dengan tRNAiMet dapat menemukan kodon awal
dengan cara berikatan dengan ujung 5’ (tudung) kemudian melakukan scanning transkrip
ke arah 3’ (arah 5’  3’) sampai menemukan kodon start (AUG). Selama scanning,
ribosom memulai translasi pada waktu menjumpai sekuen konsensus CCRCCCAUGG (R
adalah purin: A/G).
Nama : Dina Aribah
NIM : 140342604576
1. Bagaimana jika kode genetik bukan merupakan kode triplet? Dan apakah ada kode yang
bukan kode triplet? Jelaskan!
Jawab:
Ada, kode dengan yakni 2 basa pada tiap kodon. Merupakan kodon yang mungkin saja
terjadi, namun kodon ini jelas tidak cukup. Susunannya adalah 42 atau 16, adalah jumlah
yang sedikit. Maka dari itu, kodon kebanyakan dan umumnya tersusun atas 3 basa 43 atau
64, merupakan kodon yang possible dan kodon yang sangat cukup.
2. Bagaimana akibat dari adanya degenerasi kode genetik?
Jawab:
Karena adanya degenerasi kode genetik, maka harus ada beberapa tRNA berbeda yang
mengenali kodon berbeda yang menentukan asam amino, atau antikodon dari tRNA harus
sesuai dengan pasangan basa dari beberapa kodon yang berbeda. Beberapa tRNA ada
untuk asam amino tertentu, dan beberapa tRNA mengenali lebih dari satu kodon. Ikatan
hidrogen antarabasa dalam antikodon tRNA dan kodon mRNA muncul untuk mengikuti
pasangan basa yang hanya untuk mengikat dua pasang basa pada awal kodon.

Anda mungkin juga menyukai