Anda di halaman 1dari 1

Jurit Malam

Disaat kau sedang lelap tertidur, kami tengah terjaga. Lebih dari itu, kami tidak hanya terjaga.
Kami aktif merenung, berpikir, dan berbicara. Kami duduk melingkar atau paling tidak
berada dalam jangkauan pandang satu sama lain. Mengutarakan segala jenis ketidak
mungkinan. Namun kami tidak bersenda gurau, jauh dari itu. Kami justru tengah setia kepada
kenyataan. Dan ironi saat kau akan menemukan bahwa kami justru melakukan ini untuk
menyatakan perang pada kenyataan.

Banyak hal yang tidak bisa kita-kau, aku, dia, dan mereka lakukan di dunia nyata. Kau tidak
bisa terbang. Aku tidak bisa membunuh orang. Dia tidak bisa mendapat nilai bagus. Mereka
tidak bisa berhenti bicara. Selalu ada sebuah sebuah garis batas entah itu hukum alam, hukum
negara, hingga hukum adat yang menyatakan apa yang boleh dan tidak boleh terjadi di dunia
ini. Mereka menyebutnya ‘norma’. Mereka menyebutnya ‘realita’. Ada babyak nama yang
bisa dimuntahkan, namun intinya ttap satu – kita tidak pernah bebas dari kekangan, apapu iti.

Dan kami muak dengan kekangan semacam itu. Jika aku tidak salah, kami bukan satu-
satunya. Puluhan mungkin jutaan, atau bahkan ribuan, dan bukan tidak mungkin jutaan
hingga milyaran, manusia ingin menyatakan perang terhadap batasan-batasan semacam ini.
Namun sebagian besar tidak bisa. Apa yang terjadi ?. mereka berandai-andai. Mereka
membayangkan. Mereka bertanya dan berusaha menjawabnya sendiri, dengan cara mereka
sendiri, karena realita tidak mengizinkan mereka mencobanya. Biasanya kita mengenal
perandaian semacam ini dimulai dengan dua kata; bagaimana jika....?

Anda mungkin juga menyukai