Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

“KESADAHAN AIR DAN DIFUSI TELUR”

Dosen Pengampu : Asiyah Nurrahmajanti, M.Si.

Tanggal Praktikum: Senin, 3 Desember 2018

Tanggal Pengumpulan: Selasa, 11 Desember 2018

Disusun Oleh:
Sylvia Banatul Fadilla (1177040078)
Kelompok 2:
Sansan Firmansyah (1167040067)
Nida Nur’azizah (1177040051)
Rizky Amelia Nur Fajriah (1177040067)
Siti Nurkomariah (1177040073)
Wine Febrianti (1177040085)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan

- Menentukan kadar NaCl dalam setiap sampel telur


- Menentukan Kadar Ca pada air sadah
- Mengamati volume aquades pada cangkang semua telur
- Membandingkan kadar NaCl pada telur yang direndam KOH dengan yang
tanpa direndam KOH

B. Dasar Teori
Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk
mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi
berkurang atau hilang sama sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air sabun dapat
berbusa. Air sabun akan membentuk emulsi atau sistem koloid dengan zat
pengotor yang melekat dalam benda yang hendak dibersihkan.
Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan
sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak
dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-kation polivalen lainnya juga
dapat mengendapkan sabun, tetapi karena kation polivalen umumnya berada
dalam bentuk kompleks yang lebih stabil dengan zat organik yang ada, maka
peran kesadahannya dapat diabaikan. Oleh karena itu penetapan kesadahan
hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total
didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter
sampel air .Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki
oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil Kesadahan ada jenis Yaitu:
1. Kesadahan sementara
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat,
seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat / mudah
dieliminir dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk endapan
CaCO3 atau MgCO3.
2. Kesadahan tetap
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat
dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan tetap dapat
dikurangi dengan penambahan larutan soda – kapur (terdiri dari larutan natrium
karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium
karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan)
dalam air. (Dewata,Indang:2005)
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi
dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat dianalisis secara terpisah
misalnya dengan metode AAS (Automic Absorption
Spectrophotometry).Asam Ethylenediaminetetraacetic dan garam sodium ini
(singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika
ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika
sejumlah kecil Eriochrome Hitam T atau Calmagite ditambahkan ke suatu
larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ±
0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai
satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika
semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah
dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir
dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir
dari titrasi. Untuk mememastikankan ini, kompleks garam magnesium netral
dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH
lebih tinggi 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi
hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari
pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan
bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk
penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi
dengan Mg, oleh karena itu EDTA direkomendasikan. (Svehla, 1985)
Difusi merupakan suatu proses penyebaran molekul-molekul suatu zat
yang ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetik. Gas, zat
cair dan zat padat molekul-molekulnya ada kecenderungan untuk menyebar ke
segala arah sampai mencapai konsentrasi yang sama. Difusi terjadi dari ruang
yang berkonsentrasi yang lebih tinggi ke ruang yang berkonsentrasi ke yang
lebih rendah, apabila kedua benda dipisahkan oleh membran semipermeabel
terhadap zat tersebut. Proses ini pada umumnya terdapat pada sel seperti
perembesan oksigen, karbondioksida, glukosa, dan garam mineral. Kecepatan
difusi ditentukan oleh : jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak kinetik dan
jumlah celah pada membran sel. (Kimbal,John: 1983)
BAB II

METODELOGI

A. Alat dan Bahan


 Alat

No Alat Ukuran Jumlah

1 Gelas Kimia 100 ml 2 buah

2 Pipet Tetes - 1 buah

2 Labu Erlenmeyer 50 ml 2 buah

3 Buret 50 ml 1 buah

4 Statif dan Klem - 1 buah

5 Toples - 6 buah

6 Corong - 1 buah

7 Batang Pengaduk - 1 buah

8 Gelas Ukur 10 ml 2 buah

9 Spatula - 1 buah

 Bahan
No Bahan Konsentrasi Jumlah

1 Akuades - Secukupnya

2 Larutan NaCl 20 % 90 ml

3 Telur Bebek - 6 buah

4 Telur Ayam - 6 buah


5 Telur Ayam Broiler - 6 buah

6 Telur Puyuh - 6 buah

7 Larutan EDTA 0,1 M 12 ml

8 Larutan AgNO3 0,1 M 740 ml

9 Larutan KOH 5% 1500 ml

10 Larutan Kapur Tohor


- 500 ml
Jenuh

B. Diagram Alir

1. Percobaan telur

 Dengan perendaman KOH

Telur ayam boiller, Telur ayam kampung, Telur Bebek, Telur puyuh

 Sediakan masing-masing 6 buah telur


 Cuci ke enam telur tersebut sampai bersih
 Keringkan dengan lap
 Ukur volumenya dalam gelas kimia yang berisi 200 mL
akuades
 Tentukan volume telur
Telur ayam boiller, Telur ayam kampung, Telur Bebek, Telur puyuh

 Kosongkan isi telur tersebut dengan membuat lubang kecil


pada telur tersebut
 Keluarkan dengan bantuan spuit
 Bersihkan cangkan telur kosong dan keringkan denga lap
 Siapkan 6 buah toples
 Masukan larutan KOH kedalam toples
 Masukkan akuades kedalam cangkang telur kosong sebanyak
25 ml namun pada telur puyuh hanya 8 ml
 Tempatkan cangkang telur dalam toples yang berisi KOH
selama 30 menit
 Tempatkan cangkang telur yang berisi akuades yang telah
direndam kedalam toples yang berisi NaCl
 Diamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari
 Tentukan kadar NaCl dalam telur dengan menggunakan
titrasi argentometri

mkm Hasil Cangkang telur setelah


didiamkan selama 4 hari, 7 hari dan 14
hari
 Tanpa perendaman KOH

Telur ayam boiller, Telur ayam kampung, Telur Bebek, Telur puyuh

 Sediakan 6 buah telur


 Cuci ke enam telur tersebut sampai bersih
 Keringkan dengan lap
 Ukur volumenya dalam gelas kimia yang berisi 200 mL
akuades
 Tentukan volume telur
Telur ayam boiller, Telur ayam kampung, Telur Bebek, Telur puyuh

 Kosongkan isi telur tersebut dengan membuat lubang kecil


pada telur tersebut
 Keluarkan dengan bantuan spuit
 Bersihkan cangkan telur kosong dan keringkan denga lap
 Siapkan 3 buah toples
 Masukkan akuades kedalam cangkang telur kosong sebanyak
25 ml
 Tempatkan cangkang telur dalam toples yang berisi KOH
selama 30 menit
 Tempatkan cangkang telur yang berisi akuades yang telah
direndam kedalam toples yang berisi NaCl
 Diamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari
 Tentukan kadar NaCl dalam telur dengan menggunakan
titrasi argentometri

Hasil Cangkang telur setelah


didiamkan selama 4 hari, 7 hari dan 14
hari
2. Pelunakan Air Sadah

1) Air sadah bagian 1 (Tanpa penambahan kapur tohor)

Air sadah bagian 1

 Pipet 10 ml sampel
 Masukkan kedalam erlenmeyer
 (+) 10 tetes larutan buffer
 (+) 1 sendok spatula indicator EBT
 Titrasi dengan EDTA
 Lakukan Duplo

Air sadah berwarna ungu +

2) Air sadah bagian 2 (dengan penambahan kapur tohor)

Air sadah bagian 2

 Pipet 10 ml sampel
 Masukkan kedalam Erlenmeyer
 (+) 10 ml kapur tohor
 Saring larutan
 Ambil 10 ml filtrat

Filtrat 10 ml

 (+) 10 tetes larutan buffer


 (+) 1 sendok spatula indicator EBT
 Titrasi dengan EDTA
 Lakukan secara duplo

Air sadah berwarna biru


keunguan
C. Prosedur Kerja
 Prosedur Kerja Telur dan Air Sadah
1. Pertama, siapkan 4 jenis telur sebanyak masing-masing 6 buah yaitu telur ayam
boiler, telur bebek, telur puyuh dan telur ayam kampung. Kemudian semua telur
dibersihkan dan dikeringkan lalu volume telur diukur dengan cara telur
dicelupkan pada air dalam gelas ukur. Setelah diukur volumenya telur dilubangi
kecil dan dikosongkan isinya lalu setelah telur kosong cangkang telur dicuci
bersih dalamnya. Setelah telur dipreparasi, disiapkan toples yang bertutup
sebanyak 6 buah, larutan NaCl 20% 1L dan larutan KOH 5%. Larutan NaCl
20% dimasukkan kedalam masing-masing toples, semua cangkang telur diisi
dengan akuades sebanyak 25 ml namun pada telur puyuh diisi sebanyak 8 ml
akuades. Lalu 3 buah cangkang telur dai 4 jenis telur tersebut direndam terlebih
dahulu oleh larutan KOH 5% selama 10 menit. Lalu setelah itu, semua telur
ditempatkan pada masing-masing toples yang berisi larutan NaCl 20% .
Diamkan telur selama 4hari,7hari dan 14hari. Setelah telur didiamkan selama
4Hari,7hari dan 14 hari volume akuades yang berada dalam cangkang telur
diukur, lalu larutan dipipet sebanyak 10 ml pada masing-masing telur namun
pada telur puyuh hanya dipipet sebanyak 4ml ditambahkan indikator kromat
3tetes dan dititrasi dengan AgNO3 terakhir ditentukan kadar NaCl tersebut.
2. Air sadah disipkan, lalu air sadah dibagi menjadi 2 bagian pada bagian
pertama air sadah ditambahkan indikator EBT dan dititrasi dengan EDTA
secara titrasi kompleksometri dan dilakukan duplo. Lalu pada bagian kedua,
air sadah ditambah dengan kapur tohor sampai jenuh lalu larutan disaring dan
ditampung filtratnya. Kemudian filtrat ditambahkan dengan indikator EBT
dan dititrasi dengan EDTA dilakukan secara duplo.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengukuran telur


1. Dengan Perendaman KOH
Hari ke Jenis Telur V awal (ml) V akhir (ml) V telur (ml)
4 Telur ayam 200 250 50
Telur bebek 300 365 65
Telur puyuh 125 137,5 12,5
Telur ayam kampung 250 290 40
7 Telur ayam 200 250 50
Telur bebek 250 295 45
Telur puyuh 300 365 65
Telur ayam kampung 125 135 10
14 Telur ayam 200 251 51
Telur bebek 250 300 50
Telur puyuh 300 360 60
Telur ayam kampung 125 135 10

2. Tanpa Perendaman KOH

Hari ke Jenis Telur V awal (ml) V akhir (ml) V telur (ml)


4 Telur ayam 200 250 50
Telur bebek 250 290 40
Telur puyuh 300 365 65
Telur ayam kampung 125 137 12
7 Telur ayam 200 252 52
Telur bebek 250 300 50
Telur puyuh 300 300 60
Telur ayam kampung 125 130 5
14 Telur ayam 200 270 70
Telur bebek 250 295 45
Telur puyuh 300 360 60
Telur ayam kampung 125 130 5
Tabel Perubahan Volume Telur
1. Dengan Perendaman KOH

Hari ke Jenis Telur V awal (ml) V akhir (ml)


4 Telur ayam 25 22
Telur bebek 25 24
Telur puyuh 7 4
Telur ayam kampung 25 17
7 Telur ayam 25 22
Telur bebek 25 23
Telur puyuh 7 4
Telur ayam kampung 25 20
14 Telur ayam 25 19
Telur bebek 25 21
Telur puyuh 7 5
Telur ayam kampung 25 20,9

2. Tanpa Perendaman KOH


Hari ke Jenis Telur V awal (ml) V akhir (ml)
4 Telur ayam 25 24
Telur bebek 25 24
Telur puyuh 8 4,5
Telur ayam kampung 25 17
7 Telur ayam 25 22
Telur bebek 25 23
Telur puyuh 8 4,4
Telur ayam kampung 25 22
14 Telur ayam 25 20
Telur bebek 25 21
Telur puyuh 8 5
Telur ayam kampung 25 20

Tabel Standarisasi AgNO3 hari ke-4

Titrasi Volume V AgNO3 (ml) V rata- Warna sebelum titrasi Warna setelah titrasi
ke NaCl Vawal Vakhir Vpakai rata
(ml)
1 10 0 9,8 9,8 9,9 ml Kuning Merah Jingga
2 10 9,8 19,5 9,7 Kuning Merah Jingga
3 10 0 10,2 10,2 Kuning Merah Jingga
Tabel Standarisasi AgNO3 hari ke-7

Titrasi Volume V rata-


ke NaCl V AgNO3 (ml) rata Warna sebelum titrasi Warna setelah titrasi
(ml) Vawal Vakhir Vpakai
1 10 0 8,9 8,9 9 ml Kuning Merah Jingga
2 10 8,9 18 9,1 Kuning Merah Jingga
3 10 13,9 22,9 9 Kuning Merah Jingga

Tabel Standarisasi AgNO3 hari ke-14

Titrasi Volume V AgNO3 (ml) V rata- Warna sebelum titrasi Warna setelah titrasi
ke NaCl Vawal Vakhir Vpakai rata
(ml)
1 10 0 8,9 8,9 9ml Kuning Merah Jingga
2 10 8,9 18,1 9,1 Kuning Merah Jingga
3 10 0 9 9 Kuning Merah Jingga

Tabel Standarisasi EDTA

Titrasi Volume V AgNO3 (ml) V rata- Warna sebelum titrasi Warna setelah titrasi
ke NaCl Vawal Vakhir Vpakai rata
(ml)
1 10 10,1 13,1 3 3,1 Biru Kehitaman Biru Keunguan (-)
2 10 13,1 16,3 3,2 Biru Kehitaman Biru Keunguan (-)

Tabel titrasi air sadah


1. Tanpa penambahan kapur tohor

Titrasi Volume V AgNO3 (ml) V rata- Warna sebelum titrasi Warna setelah titrasi
ke NaCl Vawal Vakhir Vpakai rata
(ml)
1 10 9,6 11 1,4 1,4 Biru Kehitaman Biru Keunguan (-)
2 10 11 12,4 1,4 Biru Kehitaman Biru Keunguan (-)

2. Dengan penambahan kapur tohor

Titrasi Volume V AgNO3 (ml) V rata- Warna sebelum titrasi Warna setelah titrasi
ke NaCl Vawal Vakhir Vpakai rata
(ml)
1 10 28,4 28,8 0,4 0,35 Biru Kehitaman Biru Keunguan (-)
2 10 28,4 29,1 0,3 Biru Kehitaman Biru Keunguan (-)
1. Tabel titrasi telur dengan AgNO3 ( Dengan KOH)

Hari Jenis Telur V telur V awal (ml) V akhir (ml) V pakai (ml) V Warna
ke (ml) V1 V2 V1 V2 V1 V2 rata- Setelah
rata titrasi
4 Telur ayam 10 0 8,1 8,1 16,6 8,1 8,5 8,3 Kuning Merah jingga
Telur bebek 10 0 9,4 9,4 18,5 9,4 9,1 9.,25 Kuning Merah jingga
Telur puyuh 4 6,4 - 22,8 - 16,4 - 16,4 Kuning Merah jingga
Telur ayam kampung 10 0 2,3 2,3 4,9 2,3 2,6 2,45 Kuning Merah jingga
7 Telur ayam 10 0 10,3 10,3 20,8 10,3 10,5 10,4 Kuning Merah jingga
Telur bebek 10 25 14 15,4 10 9,6 9 9,3 Kuning Merah jingga
Telur puyuh 4 4,7 - 17,2 - 12,5 - 12,5 Kuning Merah jingga
Telur ayam kampung 10 0 3,8 2,8 7,4 3,8 3,6 3,7 Kuning Merah jingga
14 Telur ayam 5 0 26,8 0 27,1 26,8 27,1 26,95 Kuning Merah jingga
Telur bebek 10 0 0 21,7 22 28,3 28 28,15 Kuning Merah jingga
Telur puyuh 5 0 - 20,4 - 20,4 - 20,4 Kuning Merah jingga
Telur ayam kampung 10 2,5 - 23,3 - 20,8 - 20,8 Kuning Merah jingga

2. Tanpa Perendaman KOH


Hari Jenis Telur V telur V awal (ml) V akhir (ml) V pakai (ml) V Warna
ke (ml) V1 V2 V1 V2 V1 V2 rata- Setelah
rata titrasi
4 Telur ayam 10 0 9,5 9,5 19,7 9,5 10,2 9,85 Kuning Merah jingga
Telur bebek 10 0 - 11,8 - 11,8 - 11,8 Kuning Merah jingga
Telur puyuh 4,5 3,6 - 24,8 - 21,2 - 21,2 Kuning Merah jingga
Telur ayam kampung 10 5,3 - 23,2 - 19,7 - 19,7 Kuning Merah jingga
7 Telur ayam 10 0 0 11,9 17,7 17,9 17,7 17,8 Kuning Merah jingga
Telur bebek 10 15,4 6,5 31,8 20,6 15,4 14,1 14,75 Kuning Merah jingga
Telur puyuh 4,5 17,2 - 25 - 19,3 - 19,3 Kuning Merah jingga
Telur ayam kampung 10 0 0 21,8 21,3 21,8 21,3 21,55 Kuning Merah jingga
14 Telur ayam 5 0 0 39,5 40,5 39,5 40,5 40 Kuning Merah jingga
Telur bebek 10 0 0,8 25,8 27,4 25,8 26,6 26,2 Kuning Merah jingga
Telur puyuh 5 0 - 37 - 37 - 37 Kuning Merah jingga
Telur ayam kampung 10 0 - 18,3 - 18,3 - 18,3 Kuning Merah jingga
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan dua percobaan. Percoban pertama


adalah penentuan kadar Ca dalam air sadah dengan metode kompleksometri
dengan EDTA dan percobaan yang kedua adalah penentuan kadar NaCl dalam
kulit telur (ayam, bebek, dan puyuh) melalui proses difusi dengan cara titrasi
Argentometri menggunakan metode mohr.

1. Air Sadah

Pada percobaan pertama digunakan air sadah sebagai sampel untuk


ditentukan kadar Ca dan sampel air sadah ditambah dengan CaO jenuh digunakan
sebagai kadar Ca pembandingnya. Tujuan dari penentuan kadar Ca ini adalah
membuktikan bahwa zat anorganik terdapat dalam berbagai bidang didalam
kehidupan mansia yang salah satunya dalam bidang lingkungan yaitu dalam air.
Air yang mengandung zat anorganik seperti Ca dan Mg dapat menyebabkan
kesadahan air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan sabun akan
mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat
membentuk emulsi secara efektif. Penentuan kadar Ca dapat dilakukan dengan
cara titrasi kompleksometri dengan EDTA.
Pertama sebelum penentuan kadar Ca dilakukan standarisasi EDTA terlebih
dahulu karena EDTA merupakan zat sekunder dan EDTA juga zat yang mudah
terkontaminasi sehingga diperlukan standarisasi terlebih dahulu. Lalu pada saat
akan menentukan kadar Ca, Sampel Air sadah ditambahkan dengan buffer pH 10
yang tujuannya untuk menjaga kestabilan pH karena EDTA dapat bekerja dengan
optimal pada pH 10 atau pH maksimum jika zat terkontaminasi maka pH tidak
akan berubah secara signifikan, lalu ditambah dengan indikator EBT larutan
menjadi warna ungu ini menandakan bahwa EBT telah membentuk kompleks
sejumlah kecil dengan ion Ca2+. Lalu pada saat dititrasi oleh EDTA warna larutan
berubah menjadi biru keunguan yang dimana fungsi EDTA disini yaitu
mengkomplekskan Ca2+ bebas dari sampel air maka kompleks warna ungu
terdisosiasi menjadi biru keunguan dan itulah titi akhir titrasi telah tercapai semua
ion Ca2+ telah terkomplekskan oleh EDTA, dengan konsentarsi Ca2+ yang didapat
yaitu sebesar 0.08 M dengan massa Ca2+ sebesar 0.08 gram dan kadar Ca2+ yang
didapat sebesar 3.23% Dengan Reaksi berikut :
Ca2+ + EBT  (Ca-EBT)2+
Ca2+ + H2Y-  CaY + 2H+
(Ca-EBT)2+ + H2Y-  CaY + 2H+ + EBT

2. Difusi Telur
Percobaan kedua adalah penentuan kadar NaCl yang berdifusi melalui
cangkang telur. Cangkang telur yang digunakan adalah telura ayam Boiler,
ayam Kampung, burung puyuh dan bebek. Dalam preparasi sampel
dilakukan pengujian volume pada masing-masing telur. Setelah itu isi telur
dikeluarkan dan cangkangnya di cuci lalu diisi dengan akuades dan dicatat
volume akuades yang digunakan. Pengasinan telur umumnya dilakukan
dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam. Pada percobaan
ini dilakukan variasi waktu lamanya perendaman yaitu 4hari, 7hari,14hari
. dari hasil pengamatan pada saat setelah perlakuan maka volume akuades
yang ada dalam telur diukur lagi maka didapatkan volume akuades pada
telur semakin berkurang semakin lama waktu perendaman semakin banyak
pula jumlah volume akuades berkurang maka dalam percobaan ini adanya
proses Dehidrasi Osmosis, yaitu dimana adanya perpindahan massa secara
simultan antara keluarnya air dari zat terlarut dan bahan berpindah dari
larutan kedalam bahan. Perpindahan massa osmosis disebut dengan
kehilangan air dan bertambahnya padatan. Aplikasi dehidrasi osmosis
dalam proses pengasinan yaitu terlihat dengan keluarnya air dari dalam
telur bersamaan dengan masuknya larutan garam kedalam telur.
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes
melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke air. Garam
NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-
). Makin lama perendaman, makin banyak garam yang merembes masuk
ke dalamnya, sehingga air menjadi semakin banyak mengandung NaCl.
Pada proses perendaman cangkang telur terjadi pertukaran ion yang
bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion
adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap . Ion
Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air . Dengan
demikian, ion Na masuk kedalam air dalam cangkang telur dan kadar air
berkurang, akibatnya air dalam cangkang telur menjadi mengandung NaCl.
Pada sampel telur bagian 2 yaitu dengan merendamnya terlebih dahulu
dalam larutan KOH 5% selama 30 menit. Tujuan perendaman dengan
KOH adalah agar dapat meningkatkan pertukaran ion H+ dari air dengan
K dari KOH yang akan terakumulasi dari NaCl sehingga dimungkinkan
kadar NaCl (NaCl yang berdifusi) semakin banyak.
Penentuan kadar NaCl dilakukan dengan cara titrasi argentometri
dengan metode mohr. Proses pertama adalah standrasasi AgNO3 dengan
NaCl 0,1 M. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4. Penambahan
indikator ini menyebabkan warna larutan menjadi kuning dan menjadi
warna merah jingga dengan endapan putih. Endapan yang terbentuk
merupakan AgCl sedangkan warna merah jingga adalah senyawa berasal
dari Ag2CrO4. Hasil standarissi menunjukan [AgNO3] sebesar 0,11 M yang
kemudian digunakan untuk menentukan kadar NaCl dalam sampel yang
terdapat dalam cangkang telur. Klorida dalam sampel akan bereaksi
dengan larutan perak nitrat membentuk endapan putih. Pada titrasi ini
indicator yang digunakan adalah kalium kromat. Reaksi antara klorida
dengan larutan perak nitrat adalah sebagai berikut :

NaCl + AgNO3 → AgCl(s) + NaNO3(aq)

Apabila reaksi dalam smapel telah habis, maka kelebihan perak nitrat akan
bereaksi dengan indicator dan menghasilan endapan perak kromat berwarna
merah bata. Reaksi-reaksi tersebut berlangsung dalam suasana netral atau
sedikit basa (tidak diperbolehkan dalam suasana asam). Reaksi antara
indicator dengan larutan perak nitrat adalah sebagai berikut :
K2CrO4(aq) + 2AgNO3(aq) → Ag2CrO4(s) + K2NO3(aq)
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang didapatkan maka dapat
dikatakan bahwa semakin lama perendaman maka proses difusi NaCl yang
berdifusi semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dari hasil percobaan yang
menunjukan bahwa kadar dalam sampel dengan perendaman KOH lebih
besar dari pada sampel tanpa perendaman KOH . Selain itu, jenis telur juga
dapat mempengaruhi proses difusi. Semakin tipis cangkang telur maka
proses difusi semakin maksimal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Kadar NaCl yang menggunakan KOH pada telur ayam kampung, telur
bebk, telur puyuh, dan telur ayam boiler secara berturut-turut yaitu : 0.036
gram, 0.1365 gram, 0,1696 gram, dan 0.1225 gram sedangkan yang tanpa
KOH secara berturut-turut yaitu : 0.291 g, 0.1743 g, 0.2228 g, dan 0.1455
g.
2. Kadar Ca pada air sadah yang tanpa ditambah kapur tohor sebanyak
3.2315% dan yang ditambah kapur tohor sebanyak 0.4525%
3. Pada saat pengamatan selesai didapat hasil bahwa akuades berkurang dari
volume awal semakin hari semakin banyak jumlah volume akuades yang
berkurang hal ini adanya proses Dehidrasi Osmosis, yaitu dimana adanya
perpindahan massa secara simultan antara keluarnya air dari zat terlarut
dan bahan berpindah dari larutan kedalam bahan. Perpindahan massa
osmosis disebut dengan kehilangan air dan bertambahnya padatan.
Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan yaitu terlihat dengan
keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam
kedalam telur. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara
merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya
ke air. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan
ion chlor (Cl-). Makin lama perendaman, makin banyak garam yang
merembes masuk ke dalamnya, sehingga air menjadi semakin banyak
mengandung NaCl.
4. Dari hasil pengamatan , kadar NaCl dalam telur yang ditambah KOH lebih
banyak dari pada yang tanpa KOH hal ini karena perendaman dengan
KOH adalah agar dapat meningkatkan pertukaran ion H+ dari air dengan
K dari KOH yang akan terakumulasi dari NaCl sehingga dimungkinkan
kadar NaCl (NaCl yang berdifusi) semakin banyak.
B. Daftar Pustaka

1. Underwood,Days.1996.”Analisis Kimia Kuantitatif”.Jakarta: Erlangga


2. Dewata,Indang. 2005.”Kimia Lingkungan”.Padang: UNP Press
3. Kimbal,Jhon.1983.”Biologi Jilid 1”.Jakarta: Erlangga
4. Sukardjo.1989.”Kimia Anorganik”.Yogyakarta: Rineka Cipta
5. Svehla,G.1985.”VOGEL: Analisis Mikro dan Semi Makro”.Jakarta:
Kalman Media Pustak

Anda mungkin juga menyukai