Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Antara Unsur-Unsur Iklim Dengan Produktivitas Tanaman

Jagung (Zea Mays L.) Di Kabupaten Banyuwangi

Irana, Novia Nanda Dwi (2018) Hubungan Antara Unsur-Unsur Iklim Dengan Produktivitas Tanaman
Jagung (Zea Mays L.) Di Kabupaten Banyuwangi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Indonesian Abstract

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia.
Permintaan jagung dari tahun ketahun terus meningkat seiring dengan perkembangan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, industri pangan yang semakin maju, serta bertambahnya industri pakan juga
menyebabkan permintaan jagung meningkat sebagai bahan baku pakan ternak. Produktivitas jagung di
Indonesia mengalami fluktuasi, sehingga belum mampu memenuhi permintaan pasar. Salah satu
komponen lingkungan yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu usaha budidaya tanaman
adalah unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim perlu mendapat perhatian yang lebih serius mengingat
pengaruhnya terhadap aspek pertanian sangat berperan penting. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari hubungan dan pengaruh antara unsur-unsur iklim dengan produktivitas jagung sebagai upaya
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara unsur-unsur iklim dengan produktivitas jagung.
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2018, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Penelitian dilaksanakan di lima Kecamatan yaitu Pesanggaran, Siliragung, Gendeng, Rogojampi dan
Tegaldlimo. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kuisioner dan kamera. Bahan yang digunakan
dalam penelitian yaitu data unsur-unsur iklim (curah hujan, jumlah hari hujan, suhu dan suhu maksimum)
tahun 1998-2017 yang didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, data produktivitas
jagung tahun 1998-2017 Kabupaten Banyuwangi yang didapatkan dari Dinas Pertanian, Kehutanan dan
Perkebunan serta hasil wawancara dengan responden. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
survei yang bersifat deskriptif. Data unsur-unsur iklim dan produktivitas jagung dianalisis dengan bantuan
software Microsoft Excel dan menggunakan uji korelasi dan regresi. Uji korelasi digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara unsur-unsur iklim (curah hujan, hari hujan, suhu dan suhu
maksimum) dengan produktivitas jagung dengan menggunakan Software Microsoft Office Excel 2007 dan
SPSS 16. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh unsur-
unsur iklim terhadap produktivitas jagung. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa unsur iklim yang memiliki hubungan dengan produktivitas jagung yaitu unsur jumlah
hari hujan dan suhu. Pengaruh jumlah hari hujan dan suhu terhadap produktivitas jagung secara simultan
sebesar 31,2%. Unsur iklim yang paling berpengaruh terhadap produktivitas jagung yaitu suhu. Model
pendugaan produktivitas jagung yaitu Y = -54,502 + 0,005X1 + 2,144X2. Hasil uji korelasi teknik budidaya
dengan produktivitas jagung dapat diketahui bahwa teknik budidaya memiliki hubungan nyata dengan
produktivitas jagung, variabel yang memiliki hubungan nyata diantaranya luas lahan, pupuk urea dan
pupuk NPK

English Abstract

Maize (Zea mays L.) was developed for prospective commodities in Indonesia. Demand for maize from
year to year continues to increase along with the development and improvement of the well-being of the
community, the food industry that is increasingly going forward, as well as increasing the feed industry also
led to increased demand for maize as raw materials livestock feed. Maize productivity in Indonesia
experienced fluctuations, so haven't been able to meet the market demand. One of the components of the
environment which is the deciding factor of the success of a business is the cultivation of climate elements.
Elements of a climate needs to get more serious attention given its influence on the agricultural aspects of
the very important role. This research aims to study the relationships and influences the climate between
elements with the productivity of maize in an effort to find out how strong the relationship and how great an
influence the climate between elements with the productivity of maize. Research activities carried out in the
month of March-May 2018, located in Banyuwangi Regency, East Java. Implementation of the research
carried out on the five sub-district Pesanggaran, Siliragung, Genteng, Rogojampi and Tegaldlimo. Tools
used in research that is a detailed questionnaire and the camera. The materials used in the study, namely
the data elements of the climate (rainfall, the number of rainy days, temperature and maximum
temperature) in the 1998-2017 obtained from the Meteorological Agency Climatology and Geophysics
productivity data maize 1998-2017 Banyuwangi obtained from Department of Agriculture, Forestry and
Plantations, and the results of interviews with respondents. The research method used i.e. are descriptive
survey method. The data elements of the climate and productivity of maize are analyzed with the aid of
Microsoft Excel software and using correlation and regression tests. The correlation test is used to find out
whether or not there is a relationship between the elements of the climate and maize productivity Software
by using Microsoft Office Excel 2007 and SPSS 16. Multiple linear regression analysis is used to find out
the influence of the elements of the to productivity of maize. The elements of a climate that has a
correlation with the productivity of maize that is an element of the number of rainy days and temperature.
The influence to productivity of maize simultaneously of 31.2%. The most influential climate element
against the productivity of maize that is temperature. Maize Productivity prediction model that is Y =-54.502
+ 0, 005X1 + 2, 144X2. Cultivation technique of correlation of test results with the productivity of maize
cultivation techniques that can have a real relationship with the productivity of corn, variables that have a
real relationship of which land area, urea fertilizer and fertilizer NPK.

Item Type: Thesis (Sarjana)

Identification SKR/FP/2018/501/051809515
Number:

Uncontrolled Iklim, Jagung, Produktivitas


Keywords:

600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests
Subjects:
> 632.1 Damage caused by environmental factors

Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian

Depositing User: Nur Cholis

URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/12362
2.1 Hubungan Air Dengan Tanaman

Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya pada proses
osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air
yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan
turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan
meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling
menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah
segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan
disini air tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay, 1981).
Dwijoseputro (1985), menjelaskan bahwa pemasukan air dari dalam tanah ke dalam jaringan
tanaman melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis. Dengan masuknya aie melalui sel akan
tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan tanah mengandung ion.
Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air, dan banyak hal dalam hubungan air tumbuhan
bergantung pada interaksi antara sel dengan lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang
dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain. Dengan kata lain,
tumbuhan adalah sistem multidimensi. (Salisbury dan Ross, 1995).
Perbedaan konsentrasi sangat umum terjadi pada sel hidup. Misalnya jika pada senyawa
organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh mitokondria, maka
konsentrasi sitosol yang berada di dekat mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada
konsentrasi sitosol yang berada di dekat organel lainnya. Hal ini penting diperhatikan terutama jika
membicarakan difusi air. (Campbell, 1977).
Di muka bumi ini, air merupakan bahan yang paling kerap ditemui terutama dalam bentuk
cair. Walau bagaimanapun, terdapat juga kuantiti air yang besar yang wujud dalam bentuk gas (uap)
di atmosfer dan dalam bentuk pepejal. Molekul air boleh diuraikan kepada unsur asas dengan
mengalirkan arus elektrik melaluinya. Proses ini yang dikenali sebagai elektrolisis menguraikan dua
atom hidrogen menerima elektron dan membentuk gas H2 pada katod sementara empat ion OH-
bergabung dan membentuk gas O2 (oksigen) pada anod. Gas-gas ini membentuk buih dan boleh
dikumpulkan air juga merupakan bahan pelarut semesta. Ini disebabkan molekul air terdiri daripada
dua atom hidrogen bergabung dengan satu atom oksigen pada sudut 105 darjah antara keduanya.
Struktur ini menjadikan molekul air mempunyai caj positif di sebelah atom hidrogen dan negatif di
sebelah atom oksigen. Oleh yang demikian, molekul air adalah dwikutub. (Anonimous, 2008).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam
keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Dalam keadaan ini jumlah air yang disimpan
di dalam tanah, jadi merupakan jumlah air maksimum disebut Kapasitas Penyimpanan Air
Maksimum. Selanjutnya, jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi
udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh. (Islami dan
Utomo, 1995).
Sel tumbuhan, prokariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel seperti
ini berada dalam larutan hipotonik ketika direndam dalam air hujan, misalnya dinding akan membantu
mempertahankan keseimbangan air sel tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan ini membengkak
ketika air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya
sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan
penyerapan air lebih lanjut. Pada saat ini sel tersebut membengkak (sangat kaku) yang merupakan
keadaan yang sehat untuk sebagian besar sel tumbuhan. Tumbuhan yang tidak berkayu, seperti
sebagian besar tumbuhan rumahan, tergantung pada dukungan mekanis dari sel yang dijaga untuk
tetap bengkak oleh larutan hipotonik sekelilingnya. Jika sel tumbuhan dan sekelilingnya isotonik,
tidak ada kecenderungan bagi air untuk masuk dan selnya menjadi lembek (lembut), yang
menyebabkan tumbuhan menjadi layu. (Salisbury dan Ross, 1995).
Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen. Pada saat itu berada
dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya sekitar seperduapuluh dari
kekuatan ikatan kovalen. Ikatan-ikatan tersebut terbentuk, terpisah, dan terbentuk kembali dengan
sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya mampu beberapa piko detik, tetapi molekul-molekulnya
secara terus-menerus membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam
waktu yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan molekul
tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan lainnya. Secar keseluruhan, ikatan
hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu fenomena yang disebut kohesi. (Campbell, dkk, 2002).
Pada tumbuhan, kohesi yang terjadi karena adanya ikatan hidrogen berperan pada
pengangkutan (transpor) air yang melawan gravitasi. Air mencapai daun melalui pembuluh-pembuluh
mikroskopik yang menjulur ke atas dari akar. Air yang menguap dari daun digantikan oleh air dari
pembuluh dalam urat daun. Ikatan hidrogen menyebabkan molekul air yang keluar dari urat daun
dapat menarik molekul air yang berada lebih jauh dalam pembuluh, dan tarikan ke depan tersebut
akan terus ditransmisi sepanjang pembuluh sampai ke akar. Adhesi, melekatnya satu zat pada zat lain,
juga berperan. Adhesi air pada dinding pembuluh membantu melawan gravitasi. (Campbell, dkk,
2002).
Hal yang berkaitan dengan kohesi adalah tegangan permukaan, yaitu ukuran seberapa sulitnya
permukaan suatu cairan diregang atau dipecahkan. Air memiliki tegangan permukaan yang lebih besar
dibandingkan sebagian besar cairan lain. Tegangan permukaan air juga dapat
membuat batu yang dilemparkan ke danau terapung selama beberapa saat di permukaan danau.
(Campbell, dkk, 2002).
Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu absorbsi air oleh tanaman mungkin
dilakukan dengan mengendalikan potencial air larutan dimana akar itu berada. Jika potencial osmotik
larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke
dalam sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air ke dalam
akar akan menjadi lebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan tebalik. (Tim Fisiologi
Tumbuhan, 2008).
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan
dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama.
Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang
dari air murni. Kalau tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja
(jadi, potensial-air larutan) juga meningkat. (Salisbury dan Ross, 1995).
2.2 Hubungan Kelembaban Dengan Tanaman
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting
bagi manusia, hewan dan pertumbuhan pohon. Kelembaban udara juga menentukan
bagaimana mahluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di
lingkungannya.Dengan mengetahui kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang
akan di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai,
misalnya tanaman bakau yang ditanam pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau
tersebut akan berkembang dan berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau
tersebut di tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau
tersebut tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara maksimal.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap penguapan pada permukaan tanah dan
penguapan pada daun. Bila kelembaban udara tinggi maka pertumbuhan pohon itu
akan terganggu karena tidak keseimbangan antara unsur air dan cahanya sehingga
pertumbuha pohon itu akan ternganggu. Tetapi kelembaban yang tinggi akan berpengaruh
terhadap tumbuhnya organ vegetatif pada pohon.
Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika
kelembaban rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral
juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga
rendah.hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga
pertumbuhannya juga akan terhambat.
Ada tiga macam pendekatan udara yang digunakan dalam memaksimalkan
pertumbuhan pohon diantaranya kelembaban mutlak, kelembaban spesifik dan kelelembaban
relative udara yang menyatakan nilai nisbi antara uap air yang terkandung dan daya kandung
maksimum uap air diudara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang dinyatakan dalam
persen (%).
Pengaruh kelembaban relatif terhadap Produksi Tanaman secara langsung
mempengaruhi hubungan air tanaman dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
daun, fotosintesis, penyerbukan, terjadinya penyakit dan hasil akhirnya ekonomi.
Pertumbuhan daun tidak hanya tergantung pada kegiatan sintetis yang dihasilkan dari proses
biokimia tetapi juga pada proses fisik dari pembesaran sel.
 Jenis – Jenis Kelembaban :
Jenis kelembaban dibedakan dibedakan menjadi dua yaitu
 Kelembapan mutlak : masa uap air yang terdapat dalam satu satuan udara, dinyatakan dalam
gram.m-3. Pv = mv/ V (mv= masa uap air(kg), V= vol udara (m3) Pada daerah tropis nilai pv
akan lebih tinggi dibanding daerah (sub tropis) terutama pada musim dingin, kerana dengan
menurunnya suhu kapasitas menampung uap air menjadi lebih kecil.
 Kelembaban nisbi (RH) : Perbandingan antara kandungan uap air diudara(ėa) dengan kapasitas
udara (es) pada suhu dan tekanan yang sama. RH = (ea/es) x 100% Kelembapan nisbi dapat
pula diartikan sebagai perbandingan antara tekanan uap air (actual) dengan tekanan uap air
jenuh pada suhu yang sama.
 Kelembaban Spesifik
Perbandingan antara massa uap air (mv), dengan massa udara lembab, yaitu massa udara
kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv)q = m/(md + mv) Nisbah campuran (r)
(mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa udara kering
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer
adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat
kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Uap air
adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer.
Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut
melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa.
Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi
temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang makin lebih besar
apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah
tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada
temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya
dapat diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah
kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka
maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum (Zailani, 1986).
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi).
Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya
tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan
air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika
temperatur naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di
atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).

2.3 Hubungan Hujan Dengan Tanaman

Hujan adalah turunnya air dari langit yang membasahi bahkan membanjiri bumi
(permukaan paling rendah tanah). Bagaimana air kok bisa dilangit? Prosesnya, air yang ada
di permukaan bumi menguap (evaporasi) keatas karena bantuan panas matahari. Setelah
penguapan, uap air ini membentuk diri menjadi padat (kondensasi) sehingga terjadilah
awan/mendung. Setelah bergerak kesana kemari oleh tiupan angin, maka terlihat
menggumpal karena awan satu dengan lainnya saling menyatu.
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan.Presipitasi sendiri dapat
berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan
terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan
sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering.
Hujan jenis ini disebut sebagaivirga.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap,
berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan
akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu
semula.Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer.Ia
dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang
lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan
penyingkatan dari liter per meter persegi.
Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap
hujan asam.Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap
wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang
diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian dilepas ke
udara pada saat hujan.
Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Air kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah
terbesar di dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur
tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu factor penting yang berpengaruh terhadap produksi
tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi. Kekeringan
adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara produsen pangan.
Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air
bersih adalah untuk pertanian.Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi
18% lahan beririgasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan
tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini
penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air
meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti
yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir
meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang
pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya
adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk
pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi
membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman
dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran
daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi
penggunaan air.
Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi,
ubikayu, ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung
mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini.
Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun ini.
Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS.
Gandum musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah
meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita
miliki pkjmjerluasan areal tanam akan semakin mungkin dan cepat terealisasi.
Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di
Amerika Utara, hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China.
Tanaman hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA.
Tanaman seperti Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya
mulsa dan pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan
kembalinya era es sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana
produksi tanaman pangan terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.
Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini
dipublikasikan adalah hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin
menguntungkan, karena memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya,
nanas dan pisang , dinegara bagian selatan USA.
Sejak 1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat
pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar
gas rumah kaca selain CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan efek
pemanas yang setara CO2. Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan global
pertama kali muncul, juga terdapat kontroversi mengenai besaran perubahan suhu yang
terjadi, jika terjadi pada masa yang akan datang. Perkiraan yang ada berkisar antara minus
1,50C sampai 60C. Prakiraan iklim dan cuaca regional dengan sebaran variabel seperti awan,
kelembaban, dan angin lebih tidak pasti lagi.
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan,
sebagaimana dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan hasil
permodelan iklim yang sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan. Namun secara garis
besar dampak yang terjadi masih dapat kita kendalikan. Tindakan dari petani, ilmuwan dan
kebijkan pemerintah lebih diperlukan dibandingkan dengan perubahan pola hidup kita.
Prakiraan pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan beberapa
riset telah dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan tanaman dan
strategi perlindungan tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah berdampak sangat
merugikan bagi pertanian. Perubahan Iklim yang mungkin akan berdampak pada hubungan
tumbuhan – hasil panen – hama, dan ekosistem lain. Peningkatan kandungan karbohidrat dan
akumulasi nitrogen akan berpengaruh terhadap pola makan serangga, ini telah ditunjukan
dalam beberapa eksperimen. Pengendalian hama memasuki era baru, dengan pengintegrasian
penanganan hama.
 Awal musim hujan (akhir musim kemarau)
Ciri, sinar matahari cukup banyak, suhu udara panas, kelembaban udara absolute (Ah)
tinggi, kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, hujan masih jarang terjadi, dan sumber air tanah
maupun air permukaan sedikit. Dampak bagi tanaman :
 Proses transpirasi (proses pendinginan) terganggu karena tingginya nilai Rh. Keadaan ini
diperparah dengan sulitnya proses pendinginan secara konduksi lewat daun, karena bahang
panas pada fase musim ini juga tinggi. Akibatnya tanaman akan kepanasan, daun dan batang
tanaman nampak layu meski masih nampak hijau. Kalau kondisi parah ranting dan daun akan
menguning dan rontok. Kesalahan yang sering dilakukan pada fase ini, melihat tanaman
nampak layu timbul anggapan tanaman kurang air. Padahal kelayuan muncul bukan karena
kekurangan air (seperti pada musim panas), namun akibat terganggunya proses penyerapan
air karena transpirasi terhambat. Dampak selanjutnya gampang diduga, zona akar akan
kelebihan air dan mengundang penyakit.
 Pertengahan musim hujan
Ciri, sinar matahari terhalangi mendung, suhu udara turun, kelembaban udara absolute (Ah)
turun / rendah, kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, frekwensi hujan tinggi, dan sumber air
tanah maupun air permukaan melimpah. Dampak bagi tanaman :
 Kelembaban (Rh) tinggi pada suhu yang rendah merupakan kondisi ideal pertumbuhan spora
jamur. Tanaman yang tidak sehat atau bagian tanaman yang tua menjadi rentan serangan
jamur. Genangan-genangan air pada bagian batang, bonggol, dan daun (bagian-bagian yang
kaya karbohidrat) cepat atau lambat akan diserbu jamur.
 Akhir musim hujan (awal musim kemarau)
Ciri, sinar matahari mulai banyak terlihat, suhu udara naik, kelembaban udara absolute (Ah)
naik / tinggi, kelembaban udara relatip (Rh) turun/rendah, hujan semakin jarang terjadi, dan
sumber air tanah melimpah sedang air permukaan menurun. Dampak bagi tanaman :
 Transpirasi dapat berjalan dengan baik dan dengan demikian proses penyerapan nutrisi dapat
berlangsung dengan baik pula. Proses pertumbuhan tanaman dimulai kembali.
kebutuhan tanaman terhadap air dari tahun ke-tahun di Indonesia terjadi peningkatan.
Sehingga dengan karakteristik curah hujan yang tinggi dapat memberikan keuntungan bagi
wilayah tropika sendiri terhadap kebutuhan tanamannya akan air seperti halnya di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bahwa di wilayah tropika jenis tanamannya sangat beragam dan
beragam pula kebutuhannya akan air. Dengan begitu, terdapat tambahan suplai air dari hujan
selain yang sudah tersedia dari sungai, bendungan, waduk, atau yang lainnya. Potensi tersebut
memberikan peluang juga bagi para petani yang menggarap lahan tadah hujan. Mereka tidak
perlu susah-susah untuk mencari saluran irigasi untuk mengairi lahan mereka dan dapat
memiliki cadangan air jika waktu kemarau tiba.
Selain memiliki potensi yang menguntungkan, curah hujan juga dapat memberikan
kerugian bagi bidang pertanian. Dampak langsung dari curah hujan ada yang dirasakan
seketika, dan ada yang dirasakan.secara.lambat. Dampak langsung seketika, misalnya curah
hujan yang lebat atau terus menerus dapat menimbulkan tanah longsor saat itu, angin kencang
menimbulkan kerusakan batang tanaman, dapat menggangu bahkan merusak pada saat
pembunggaan pada tanaman. Sedangkan dampak yang dirasakan lambat yaitu kadar cuaca
yang baru dirasakan setelah berkali-kali terjadi misalnya tanah menjadi lembap setelah
beberapa hari turun hujan, tanah menjadi kering setelah beberapa hari hujan berkurang.
Curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan berkembangnya populasi serangga
sebagai hama yang dapat merusak tanaman. Curah hujan yang tinggi secara terus-menerus
dapat menyebabkan pelindihan pada tanah khususnya pada daerah yang berlereng. Hal ini
menyebabkan tanah yang subur sedikit demi sedikit akan tergerus sehingga lama kelamaan
tanah yang subur akan hilang. Oleh karena itu, potensi curah hujan sangat berpengaruh
terhadap pertanian khususnya di wilayah tropika.
Kesimpulan

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan, demikian pentingnya
sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa air. Banyak fungsi dalam biologi sepenuhnya
bergantung pada air. Dan sifat kehidupan sering secara langsung merupakan hasil dari sifat
air.
Fungsi air bagi tumbuhan antara lain sebagai Penyusun utama protoplasma, Menjadi
pelarut bagi zat hara yang diperlukan tumbuhan, Menjadi alat transpor untuk memindahkan
zat hara, Menjadi medium berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, Menjadi bahan dasar untuk
reaksi-reaksi biokimia, Sebagai sistem hidrolik Air, Stabilisasi dan pemindahan panas dan
Sebagai alat gerak.
Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika
kelembaban rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral
juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga
rendah.hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga
pertumbuhannya juga akan terhambat.
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan.Presipitasi sendiri dapat
berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan
terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan
sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering.
Hujan jenis ini disebut sebagaivirga.
kebutuhan tanaman terhadap air dari tahun ke-tahun di Indonesia terjadi peningkatan.
Sehingga dengan karakteristik curah hujan yang tinggi dapat memberikan keuntungan bagi
wilayah tropika sendiri terhadap kebutuhan tanamannya akan air seperti halnya di Indonesia.
Selain memiliki potensi yang menguntungkan, curah hujan juga dapat memberikan kerugian
bagi bidang pertanian. Dampak langsung dari curah hujan ada yang dirasakan seketika, dan
ada yang dirasakan.secara.lambat. Dampak langsung seketika, misalnya curah hujan yang
lebat atau terus menerus dapat menimbulkan tanah longsor saat itu, angin kencang
menimbulkan kerusakan batang tanaman, dapat menggangu bahkan merusak pada saat
pembunggaan pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyani,S.2014.Pengaruh Tanah Kelembaban


Angin.http://srimuliyani.blogspot.com/2014/04/pengaruh-tanah-kelembaban-angin.html.
Diakses [ Tanggal 10 April 2015 ]

Lakitan, Benyamin. 2009. Pengaruh Curah Hujan bagi Tanaman. Jakarta: Universitas Indonesia.

Salina, M.2014.Pengaruh Curah Hujan Terhadap


Pertanian.http://maqsalina.blogspot.com/2014/08/pengaruh-curah-hujan-terhadap-
pertanian.html

Dwidjoseputro, D. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Gramedia:Jakarta.

Salisbury and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan.ITB:Bandung.

Anonim.2009.Agroklimatologi.Pengaruh iklim terhadap pertanian.Bandung.


Http://www.infoplease.com/ce6/weather/A0870158.html.Diakses[Tanggal 10 April 2015 ]

Anda mungkin juga menyukai