ABULIA
Disusun Oleh :
ANANDA WULANDARI
10542 0359 12
Pembimbing :
dr. Irma Santi, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu studi kasus dari pasien dengan abulia setelah stroke, digunakan
fcMRI untuk memetakan kelainan fungsional dibandingkan dengan usia yang
cocok kontrol. Abulia ditandai oleh kurangnya spontan, perilaku yang diarahkan
pada tujuan. Secara klinis, itu jatuh antara apatis dan sifat bisu rigiditas pada
kontinum gangguan motivasi. Gangguan penurunan motivasi antara lain akinesia
mutism, abulia, dan apatis.
Lobus frontal adalah lobus terbesar di otak, namun sering tidak secara
khusus dievaluasi dalam pemeriksaan neurologis rutin. Hal ini mungkin sebagian
disebabkan oleh perhatian terhadap detail dan strategi pengujian yang ketat
diperlukan untuk menyelidiki fungsi lobus frontal. Sebagai berhasil
menyelesaikan setiap tugas kognitif dianggap sebagai fungsi lobus frontalis
membutuhkan beberapa daerah otak baik di dalam maupun di luar lobus frontal,
beberapa penulis lebih memilih penyakit sistem frontal jangka. Dalam hal apapun,
disfungsi dari lobus frontal dapat menimbulkan sindrom klinis relatif spesifik.
Ketika pasien menunjukkan disfungsi lobus frontal, evaluasi neurobehavioral rinci
diperlukan.
2
memiliki sikap apatis, perubahan kepribadian, abulia, dan kurangnya kemampuan
untuk merencanakan atau untuk urutan tindakan atau tugas. Pasien-pasien ini
memiliki memori kerja yang buruk untuk informasi verbal (jika otak kiri
terpengaruh) atau informasi spasial (jika belahan kanan menanggung beban lesi).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah abulia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kurangnya keinginan
atau pengendalian ; termasuk akinesia psikis murni dan athymhormia.
Abulia gangguan ini berupa kelemahan kemauan, tidak aktif akibat dari tidak
mampu mengambil keputusan atau menjalankan tingkah laku (misalnya pasien
berjalan sampai pintu dan berdiri tanpa bergerak dalam jangka waktu yang lama,
dan tidak mampu membulatkan pikirannya untuk berjalan).
B. Etiologi
4
utuh fungsi perilaku emosional. Seringkali sulit untuk menentukan sumber
kekurangan afektif-fungsi linguistik- apakah sistem emosional mendasari atau
kompetensi komunikatif itu sendiri.
Abulia dapat timbul pada infark bilateral atau unilateral atau perdarahan dari
berbagai struktur subkortikal termasuk caudatus nuclei, globus pallidus, thalamus,
dan genu dari kapsul internal.
Abulia juga diketahui disebabkan oleh cedera kepala tertutup, penyakit lobus
frontal, lobotomi frontal, tumor dari corpus callosum, tumor otak yang melibatkan
dinding ventrikulus dan thalamus dan banyak lesi lain yang menunjukkan fakta
bahwa itu adalah lesi struktural jalur yang bertanggungjawab untuk sindrom klinis
abulia.
Abulia juga merupakan suatu manifestasi gejala dari infark daerah distribusi
arteri serebri anterior pada patogenesis demensia vaskuler yang juga disertai
afasia motorik dan apraksia.
C. Gambaran Klinik
Pasien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau
memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri
sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
5
D. Diagnosa Banding
1. Akinetic mutism
2. Katatonia
3. Apati
4. Depresi
E. Terapi
6
BAB III
KESIMPULAN
Abulia termasuk salah satu gangguan psikomotor. Abulia umumnya adalah
penurunan atau kehilangan dalam kemampuan untuk melakukan tindakan, inisiatif
atau membuat keputusan dengan penurunan gerakan, bicara, pikiran dan reaksi
emosional. Ini adalah gangguan perilaku dominan dengan bilateral lesi ganglia
basalis, lobus frontal dan gyrus cingulata. Abulia juga dapat terjadi pada
gangguan jiwa psikotik maupun non-psikotik. Gangguan jiwa psikotik contohnya
pada skizofrenia kronik, sedangkan gangguan jiwa non-psikotik contohnya pada
depresi.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Hastak, SM, et all. Abulia:No Will, No Way. Diakses melalui
http://www.japi.org/september2005/CR-814.pdf
2. J.S. Siegel, A.Z. Snyder et all. The circuitry of abulia: Insights from
functional connectivity MRI.
3. Marin, Robert S, et all. Disorders of Diminished Motivation.J Head Trauma
Rebabil Vol.20, No.4, pp 377-388. 2005. Diakses melalui
http://www.yaroslavvb.com/papers/marin-disorders.pdf
4. Nelson, Stephen L. Frontal Lobe Syndrome. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/1135866-overview
5. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar.Dian Rakyat.
Jakarta:2012
6. Sadock, Benjamin. J, Sadock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC, 2010
7. Loring, David W. Ins Dictionary of Neurophysiology and Clinical
Neurosciences 2nd Edition.Oxford University Press:2015.
8. Chui HC. Dementia associated with subcortical ischemic vascular disease
(SIVD). Ann Am Neurol 2007: 2FC.005-89-107.
9. Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 3 “Gangguan-gangguan mental yang
sangat berat, simtomatologi, proses diagnosis, dan proses terapi gangguan-
gangguan mental”.KANISIUS(Anggota IKAPI). Yogyakarta:2006.
10. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta:1995