Anda di halaman 1dari 4

TAFSIR SURAT AL AN FALL

OLEH : ENDAH PURNAMASARI

ِ‫ٱلر ِح ِيم‬
َ ِ‫ن‬ِِ ‫ٱلر ۡح َٰم‬ َِ ِ‫ِب ۡس ِِم‬
َ ِِ‫ٱّلل‬
َِ ِِ‫لِفِٱتَقُوا‬
ِ‫ٱّللِوأصۡ ِل ُحواِذاتِب ۡينِ ُك ۡمِوأ ِطيعُوا‬ ِِ ‫سو‬ ُِ ‫لِقُ ِلِ ۡٱۡلنفا‬
َ ِ‫لِ ِ َّللِِو‬
ُ ‫ٱلر‬ ِِ ‫ي ۡسِلُونكِِع ِنِ ۡٱۡلنفا‬
ِ ِ١ِ‫سولهۥُِِ ِإنِ ُكنتُمِ ُّم ۡؤ ِم ِنين‬ َِ
ُ ‫ٱّللِور‬
َِ ِ ‫ِإنَما ِ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونِ ِٱلَذِينِ ِإِذاِذُ ِكر‬
ِ‫ٱّللُ ِو ِجل ۡت ِقُلُوبُ ُه ۡم ِو ِإذاِت ُ ِلي ۡت ِعل ۡي ِه ۡم ِء َٰايت ُ ِهۥُ ِزاد ۡت ُه ۡم ِ ِإ َٰيم ٗنا‬
ِ ِ٢ِ‫وعل َٰىِربِ ِه ۡمِيتو َكلُون‬
ِ ِ٣ِ‫صل َٰوةِِو ِم َماِرز ۡق َٰن ُه ۡمِيُن ِفقُون‬
َ ‫ٱلَذِينِِيُ ِقي ُمونِٱل‬
ٌ ‫أُو َٰل ِئكِِهُ ُمِ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونِِح ٗق ۚاِلَ ُه ۡمِدر َٰج‬
ِ ِ٤ِ‫يم‬ٞ ‫قِك ِر‬ٞ ‫ةِو ِر ۡز‬ٞ ‫تِ ِعندِر ِب ِه ۡمِوم ۡغ ِفر‬

Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan
perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di
antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman. (2)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal. (3) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka. (4) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang
mulia.

Ayat ini turun terkait perselisihan kaum muslimin dalam pembagian ghanimah setelah
perang badar. Mereka bertanya kepada rasul bagaimana pembagiannya, bagi siapakah ghanimah
dibagikan, apakah untuk kaum Muhajirin atau Anshar, atau kedua-duanya. Kemudian turunlah
ayat ini dan rasul sendiri membagikannya dengan sama rata.

Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Penggunaan kalimat ini
bermakan transitif yang memiliki dua objek. Hal ini diberikan kata konjungsi berupa kata ‫نع‬
padaobjek yang kedua yang diartikan menjadi “Bertanya tentang”. Seperti ayat diatas yang
diartikan dengan “Mereka bertanya padamu Muhammad tentang Al-Anfal”. Jika tanpa diikuti
konjungsi ‫ نع‬maknanya menjadi “Meminta harta”. Contohnya ‫ الام اديز تلأس‬yang artinya(aku
meminta uang dari zaid).
Sehingga pertanyaan yang diajukan kepada Nabi di ayat ini pertanyaan meminta hukum
(fatwa) tentang ghanimah hasil peperangan perang badar. Ghonimah sendiri diartikan oleh
Wahbah Zuhaili dengan segala hal hasil dari jarahan perang melawan musuh baik itu dengan
susah payah maupun tidak atau baik setelah kemenangan perang maupun sebelumnya. Pendapat
lain mangatakan al-Anfal disini diartikan dengan tambahan atas bagian yang telah ditetapkan.

Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, Dan pembagian ini
ditetapkan oleh hukum yang Allah tetapkan. Hal ini ditegaskan dengan jawaban setelahnya, yakni
َِ ّ ‫ل‬
ّ‫لِل‬ ِّ ‫سو‬
ُ ‫الر‬
َ ‫ َو‬. oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah. Penyebutan lafal Allah memberikan suatu
suasana rasa hormat penuh ketakutan dan penjelasan atas ketetapan yang diberikan Allah.
Penggandengan Allah dan Utusannya (Muhammad) mengidikasikan bahwa adanya
penghormatan atas dedikasi nabi dan menginformasikan akan ketakwaan nabi kepada-Nya. dan
perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; tanpa harus terjadi perselisihan dan saling
menguntungkan diri sendiri. salah satu pendapat mengatakan bahwa lafal ‫ ذات‬merupakan sifat
dari maf’ul (objek) yang dibuang. Jika ditakdirkan adalah ‫( بينكم ذات احواال وأصلحوا‬dan perbaikilah
situasi dan keadaan yang ada dalam tali kekeluargaan kalian dengan saling mengasihi dan
mendahulukan kepentingan orang lain, tolong menolong, dan hidup harmonis, menyuruh takwa
dan ketaatan). dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman.” Kalimat ini merupakan syarat tanpa jawab. Karena jawabannya sudah tercantum pada
redaksi sebelumnya, yakni melakukan tiga hal di atas (pembagian ghanimah sesuai dengan
ketetapan Allah, perbaiki hubungan kekeluargaan dan kekerabatan, serta bertakwa kepada Allah
dan rasul-Nya)

Makna al-anfal sendiri memiliki beragam arti, di antaranya harta rampasan (ghonimah),
pasukan, segala hal yang, dan golongan yang memperoleh 1/5 bagian dari harta ghonimah.
Namun makna yang paling tepat pemaknaannya menurut Abu Ja’far adalah tambahan-tambahan
yang diberikan sang pemimpin bagi pasukannya untuk memberikan penyemangat

Faidah-faidah yang bisa diambil dari ayat di atas adalah sebagai berikut.

1. Tidak semua perselisihan itu berdampak buruk, ada juga perhelatan yang menimbulkan
kebaikan dan kemaslahatan. Contohnya saja perdebatan sahabat terkait pembagian ghanimah
ini yang menghasilkan kejelasan hukum dari ghanimah itu.
2. Para sahabat memiliki keingintahuan yang besar dan tinggi dan tentunya hal ini perlu dicontoh
oleh generasi penerus mereka
3. Sumber hukum secara hakiki dari Allah dan Rasul-Nya.
4. Kemaslahatan dan persatuan umat bisa terjamin oleh tiga hal, yaitu takwa kepada Allah baik
dalam keadaan menyendiri maupun terang-terangan, memperbaiki hubungan sesama dalam
kehidupan bersosial, dan taat kepada-Nya dan Utusan-Nya.
5. Menjalankan perintah Allah merupakan bagian dari buah nikmatnya iman.
6. Ayat kedua mendorong untuk taat kepada Nabi khusunya dalam urusan pembagian ghanimah
7. Sifat-sifat orang mukmin yang dijelaskan dalam ayat kedua dan ketiga dengan rinciannya
sebagai berikut.
a. Takut hanya kepada Allah. Mereka ini ketika mengingat Allah dengan hatinya,
merasa keagungan dan kebesaran Allah, dan mengingat akan janji dan ancaman-
Nya, maka dia merasa begitu takut terhadap Allah

b. Keimanan bertambah ketika membaca Al-Qur’an


Ketika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an, bertambahlah keyakinan, keimanan, dan
kepercayaan mereka kepada Allah dan menerimanya dengan berbuat amal yang
baik. Karena semakin bertambahnya keyakinan dan kekuatan i’tikad serta dapat
merasakan dengan penglihatan ataupun alat indra lainnya akan memperkuat
kesederhanaan dalam hidup. Dan ketenangan dalam beriman itu lebih kuat
daripada iman itu sendiri. hal ini senada dengan kejadian Ibrahim yang ingin
mencari ketenangan dalam batinnya terkait keimanannya pada Allah (Al-Baqarah :
260)
c. Bertawakal hanya kepada Allah
Mereka tidak berharap sesuatu apapun kepada selain-Nya. Mereka menyerahkan
sepenuhnya setelah melakukan usaha, bukan meninggalkan pekerjaan. Jika dia
beranggapan bahwa tawakkal itu berserah diri tanpa dibarengi usaha dulu, tentu
Syeikh Wahbah mengatakan orang ini disebut kebodohan atas pemaknaan
d. Mendirikan Shalat
Kata mendirikan bermakna seseorang harus melakukan segala ketentuan shalat
berupa
i. Manafkahkan sebagian harta di jalan Allah
Pembelanjaan harta ini berupa pembayaran zakat, nafakah terhadap
keluarga, infak kepada kerabat, dan shodaqah untuk orang-orang yang
membutuhkan bantuan.
ii. Segala sesuatu pasti ada realitanya (bukti). Dan ini yang terunkap oleh
kisah Haritsah yang ditanya oleh Rasulullah. Haritsah berkata bahwa
hakikat iman itu mencegah nafsu dari duniawi, qiyamullail, haus (puasa) di
siang hari, seolah-olah dia melihat arasy nampak jelas, ahli surga saling
berkunjung satu sama lain, dan ahli neraka menjerit histeris di neraka.
iii. Dalam ayat kedua dijelaskan bahwa iman itu akan bertambah. Hal ini
mengindikasikan bahwa iman seseorang tidak akan stabil. Keimanan itu
terkadang bertambah dan terkadang berkurang. Dan iman itu menurut
para imam besar (termasuk Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Bukhari, Abu
Ubaid) merupakan kumpulan keyakinan (i’tikad), pernyataan (iqrar), dan
perbuatan (amal). Dan ini disimpulkan oleh ayat keempat dan hadits nabi
yang berbunyi :
“Iman itu terbagi menjadi kurang lebih 70 cabang. Cabang yang paling utama
yaitu Lailaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), paling rendah yaitu
menghindarkan bahaya di jalanan, dan malu juga cabang dari iman.”

Referensi : Katsir, I. (2000). Tafsir Ibnu Katsir. Juz IV. Mesir: Dar al Kutub, tth.

Anda mungkin juga menyukai