Anda di halaman 1dari 21

PERUBAHAN BIO PSIKOSOSIAL SPIRITUAL KULTURAL

YANG LAZIM TERJADI PADA LANSIA

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen pengampu : Suwanti, S.Kep.Ns.,MNS

Di susun oleh : Kelompok 1

1. Yuliana Santi (010115A002)


2. Amalia Dyah (010115A009)
3. Devi Permatasari (010115A030)
4. Dimas Agil Y. (010115A032)
5. Eka Ayu F. (010115A036)
6. Habibatuzzakiyah (010115A048)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik Program Studi
Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo.
Makalah berisikan tentang Perubahan-perubahan Biospiritual-Kultural Commented [a1]: Diganti “BIO PSIKO SOSIAL SPIRITUAL
KULTURAL”
yang Lazim Terjadi Pada Lansia, ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
tugas yang diberikan Dosen dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik, sekaligus
salah satu syarat untuk memenuhi nilai kami. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik serta rekan rekan
yang telah banyak membantu dalam membuat makalah ini. Commented [a2]: Tidak bisa 1 paragraf hanya terdiri dari 1
kalimat, lebih baik digabung dg paragraf atasannya

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, kami menyadari


bahwa dalam menyusun makalah ini masih mempunyai kekurangan,oleh sebab itu
dengan dada lapang serta tangan dan hati terbuka kami mengharapkan saran dan
kritiknya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 12 September 2018

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................ii

Daftar isi.............................................................................................................iii

Pendahuluan ......................................................................................................4

A. Latar Belakang ..................................................................................4


B. Rumusan Masalah .............................................................................5
C. Tujuan ...............................................................................................5
Pembahasan .......................................................................................................6
A. Perubahan biologis/fisik pada lansia .................................................6
B. Perubahan psikologis pada lansia .....................................................10
C. Perubahan sosial pada lansia.............................................................12
D. Perubahan spiritual pada lansia .........................................................14
E. Perubahan kultural pada lansia..........................................................15
Penutup ..............................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak Commented [a3]: Space antar kata

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti Commented [a4]: Space antar kata

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Kholifah, 2016).
Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan
manusia, dalam masa-masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging Commented [a5]: Italic/miring

yang merupakan suatu proses dari perubahan aspek seperti biologis,


psikososial, spiritual, dan kultural. Commented [a6]: Ini yg betul, jd judulnya seperti ini

Perubahan pada tubuh terjadi seiring dengan bertambahnya umur


tetapi efek bagi manusia sangat tergantung pada kesehatan, kebiasaan
hidupnya, streesor, dan kondisi lingklungan. Perubahan yang dapat
diamati yaitu perubahan fisik yang normal karena proses menua menurut
Nugroho (2008) yaitu sel sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem
penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan temperature tubuh,
sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem endokrin, sistem kulit,
sistem musculoskeletal.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia juga akan
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Perubahan spiritual juga menajdi salah satu aspek penting yang
akan dilalui seseorang memasuki usia lansia. Spiritualitas adalah bagian

4
penting dari pengalaman manusia yang merupakan dasar untuk memahami
bagaimana individu membangun pengetahuan yang bermakna sehingga Commented [a7]: Space antar kata

dapat membantu Lansia untuk dapat menemukan makna sosial dan pribadi Commented [a8]: Space antar kata

mereka guna memunculkan kesadaran dalam memaknai penurunan-


penurunan kemampuan yang menyertai proses penuaannya (Ramdani,
2015).
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual,
adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya Commented [a9]: Space antar kata

belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui Commented [a10]: Space antar kata

permasalahan hidup yang cukup serius (Kholifah, 2016).


Perkembangan spiritualitas yang matang akan membantu lansia
untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun
merumuskan arti dan tujuan keberdayaan di dunia/kehidupan. Aspek
spiritual dapat membantu seorang lansia untuk dapat melihat permasalahan
yang dihadapinya dengan lebih sederhana dan jelas, sehingga mampu
menemukan jalan keluar dengan pikiran jernih. Para Lansia yang cerdas
secara spiritual akan dapat memaknai arti hidup dan tujuan hidupnya
sehingga dapat menerima segala perubahan yang terjadi pada dirinya
karenamemiliki kesadaran yang tinggi sehingga dapat mencapai kepuasan
hidup secara optimal (Ramdani, 2015). Commented [a11]: Tambahkan sekilas tentang perubahan bio,
psiko sosial, dan kulturalnya.

B. RUMUSAN MASALAH Bukan hanya fokus ke aspek spiritual

1. Bagaimanakah perubahan biologis/fisik pada lansia?


Commented [a12]: Delete
2. Bagaimanakah perubahan psikologis pada lansia?
Ini materinya bu umi aniroh
3. Bagaimanakah perubahan sosial pada lansia?
4. Bagaimanakah perubahan spiritual pada lansia?
Ganti dengan:
5. Bagaimanakah perubahan kultural pada lansia? 1.Bagaimanakah perubahan biologis / fisik pada lansia?
2. Bagaimanakah perubahan psikologis pada lansia?
3.Bagaimanakah perubahan sosial pada lansia?
4.Bagaimanakah perubahan spiritual pada lansia?
5.Bagaimanakah perubahan kultural pada lansia?

Silahkan BAB selanjutnya sesuai 5 hal tersebut

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN BIOLOGIS/FISIK PADA LANSIA


Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi
tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah,
2016).
Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainya. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi
proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga
kognitif, perasaan, sosial dan spiritual.
Perubahan fisik dan fungsi tubuh pada lansia :
a. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
3) Proporsi protein di otak, ginjal, otot, darah, dan hati menurun
4) Jumlah sel otak menurun
5) Mekanisme perbaikan sel terganggu
6) Otak menjadi atropi
7) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b. Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi : berat otak yang menurun 10-20%
(setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya),
cepat menurunnya hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan

6
waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf
panca indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan, serta kurang
sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya
presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta,50%
terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya otosklerosis akibat
atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen dapat
mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan
penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stress.
d. Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis
dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis
(bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada
cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, serta menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau
hijau. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran
pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga
terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi
lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi
kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-warna.
Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan
membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan
jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional
para lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.

7
e. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya
penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa
darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang
dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk
dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi
pembuluh darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada
pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang sering
ditemui antara lain temperatur suhu tubuh menurun (hipotermia)
secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan
metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktivitas otot.
g. Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami
kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan
elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri
menurun, karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan
kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan
hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan
pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring
pertambahan usia.

8
h. Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi,
penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30
tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap
terhadap rasa asin, asam dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar
nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan
tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
i. Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan
alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah
masuk keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan
mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun. Otot-otot
vesika urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika
urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang menyebabkan retensi
urine.
j. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi
semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan
daya pertukaran zat menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi
hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testoteron
menurun.
k. Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau
keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
cenderung kusam, kasar, dan bersisi. Timbul bercak pigmentasi, kulit

9
kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, berkurangnya
elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar keringat
berkurang.
l. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang
kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan
stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut
otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan
menjadi tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses
menua. Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan
dalam gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki
yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang
goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau
terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung,
kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh (Nugroho, 2008).
B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
a. Merasa Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi

10
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.
e. Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali (Kholifah, 2016).
g. Kecemasan Menghadapi Kematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil
penelitiannya bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe
pertama lansia yang cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi
kematian ternyata memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi.
Sementara tipe yang kedua adalah lansia yang cemas berat
menghadapi kematian dikarenakan takut akan kematian itu sendiri,
takut mati karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga
merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada yang menolong
saat sekarat nantinya.

11
C. PERUBAHAN SOSIAL PADA LANSIA
Perubahan sosial pada lansia pada umumnya setelah seorang lansia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut :
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat
tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadangkadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi berantakan.

12
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personality), pada lansia tipe
ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya (Kholifah, 2016).

Perubahan sosial pada Lansia sering juga diukur melalui


produktivitas dan identitas lansia yang dikaitkan dengan :

a. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan


Perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri (Kholifah,
2016). Sehingga menimbulkan :
1) Timbulnya kesepian akibat pengasingan diri dari lingkungan
sosial
2) Adanya gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
3) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
4) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik; perubahan terhadap
gambaran diri dan konsep diri (Nugroho, 2008).
b. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan
aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa
terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan
semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-
kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta

13
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil (Kholifah, 2016).
D. PERUBAHAN SPIRITUAL PADA LANSIA Commented [a13]: A. Perubahan fisik
B. Perubahan psikologis
Spiritual merupakan aspek yang di dalamnya mencakup aspek- C.Perubahan sosial
D.Perubahan spiritual
aspek yang lain, yaitu fisik, psikologi dan sosial. Spiritualitas merupakan E.Perubahan kultural

hubungan yang memiliki dua dimensi, yaitu antara dirinya, orang lain dan Note: berarti spiritual poin D
lingkungannya, serta dirinya dengan Tuhannya (Hamid, 2009).
Spiritualitas merupakan hubungan yang memiliki dimensi-dimensi yang
berupaya menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan dunia luar,
menghadapi stres emosional, penyakit fisik dan kematian (Hamid, 2009).
Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan lansia seharusnya
diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami
masalah spiritual. (Hamid, 2009). Commented [a14]: Tdk bisa 1 paragraf hanya ada 1
kalimat,lebih baik gabung dg paragraf atasnya
Klien atau lansia yang mengalami masalah spiritual dapat
menimbulkan perubahan yaitu :
Note : lebih baik perubahan spiritual apa saja , langsung di buat
poin-poin disertai penjelasan singkat daripada bentuknya narasi yg
a. Verbalisasi distress panjang.
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya Commented [a15]: Ini adalah poin 1 dr perubahan spiritual

memverbalisasikan distres yang dialaminya atau mengekspresikan


kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang isteri
mengatakan : “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya
mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan
jantung.” Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi
kesembuhannya atau memberitahukan kepada pemuka agama untuk
mengunjunginya.
b. Perubahan perilaku Commented [a16]: Poin 2 dari perubahan spiritual

Merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa


cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan
setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita
distres spiritual. Ada yang bereaksi dengan perilaku mengintrospeksi
diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi tersebut, namun ada

14
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan
dari keluarga atau teman.
Normalnya, perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan
semakin matangnya kehidupan keagamaan lansia. Agama dan
kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat dalam pola
berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang
matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan
aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan (Kholifah, 2016).
Kesehatan spiritual lansia dikatakan baik apabila telah memenuhi
beberapa karakteristik spiritual yaitu:
1) Hubungan dengan diri sendiri yang merupakan kekuatan dari
dalam diri sendiri yaitu siapa dirinya apa yang dapat dilakukannya
dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri
2) Hubungan dengan alam yang harmonis
3) Hubungan dengan orang lain dimana hubungan ini terdiri dari
harmonis dan tidak harmonis, dan
4) Hubungan dengan Tuhan yang meliputi sembahyang dan berdoa,
keikutsertaan dalam kegiatan ibadah (Hamid, 2009).
E. PERUBAHAN KULTURAL PADA LANSIA
Nilai-nilai budaya yang berkembang pada lansia berbeda satu sama
lainnya. Pipper (1999) menyatakan bahwa budaya yang ada saat ini pada
lansia adalah mereka hidup dengan cara berkelompok. Mereka lebih focus
untuk menghabiskan waktu dari pada mencari uang, dan ada nilai-nilai
lainnya dalam menghadapi perbedaan. Perubahan kultural yang terjadi
pada lansia diantaranya :
a. Hilangannya kesejahteraan fisik dan mental
Pada masyarakat tradisional, lansia ditempatkan pada kedudukan yang
terhormat, sebagai ketua adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat
istiadatnya. Sehingga lansia dalam masyarakat masih memperlihatkan
perhatian dan partisipasinya dalam masalah-masalah kemasyarakatan.

15
Namun karena perkembangan budaya modern mengakibatkan peran
lansia menjadi tergeser dan secara tidak langsung berpengaruh kepada
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental lansia
b. Hilangan kemandirian
Kehidupan masyarakat modern sulit memberikan peran fungsional
pada lansia, posisi mereka bergeser kepada sekedar peran formal yang
mengakibatkan kehilangan pengakuan akan kapasitas dan kemandirian
lansia
c. Munculnya berbagai masalah kejiwaan dan ancaman integritas ego
Lansia yang hidup pada masa sekarang, seolah-olah dituntut untuk
mampu hidup dalam dua dunia yakni : kebudayaan masa lalu yang
telah membentuk sebagian aspek dari kepribadian dan kebudayaan
modern yang menuntut adaptasi perilaku para lansia.
Karena tidak mampu membedakan simbol yang biasa diapakai oleh
masyarakat dapat menimbulkan tingkah laku yang kacau yang
ditandai dengan sikap mengerikan, sikap tubuh tertentu, waham dan
halusinasi.
d. Perbedaan pandangan sosial kultural tentang penyakit dan sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejal-
gejala suatu penyakit, mempengaruhi kemana dan kepada siapa
mereka harus mengkomunikasikan masalah-masalah kesehatan.
F. PENDEKATAN PERAWATAN PADA LANJUT USIA
Asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan dengan
kondisi lanjut usia, apakah lanjut usia itu aktif atau pasif. Untuk lanjut usia
yang masih aktif, asuhan keperawatan yang dapat diberikan berupa
dukungan personal hygiene (misalnya kebersihan gigi dan mulut, atau
pemeliharaan gigi palsu), kebersihan diri, kebersihan lingkungan, makanan
yang sesuai sehingga kesegaran jasmani tetap terpelihara. Untuk lanjut
usia yang pasif dan bergantung pada orang lain, perawat perlu
memperhatikan dalam memberi asuhan keperawatan walaupun pada
dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif. Disini diperlukan sekali

16
dukungan keluarga, khususnya lanjut usia yang mengalami kelumpuhan
agar jangan sampai terjadi dekubitus.
1. Pendekatan Fisik
Perawatan dengan pendekatan fisik memperhatikan kesehatan,
kebutuhan, kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi atas dua bagian yakni:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhan sehari-hari, ia masih mampu melakukan sendiri
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangung, keadaan
fsiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang
hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan pada lanjut
usia yang diduga menderita penyakit tertentu. Perawat perlu
memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan. Misalnya jika
ada keluhan insomnia, harus di cari penyebabnya, kemudian
komunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya.
Perawat juga harus mendektkan diri dengan klien lanjut usia,
membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya tentang
keluhan yang dirasakan . sentuhan (genggaman tangan) tekadang
snagat berarti bagi mereka.
2. Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadkan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,

17
penampung rahasa pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat harus
selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya, klien lanju usia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.
Oleh karena itu, perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman,
tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
3. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahkluk
sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaanya, perawat
dapat menciptakan hubungan sosial baik antara lanjut usia dengan
lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat juga dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada lanjut usia untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi
(berjalan-jalan). Lanjut usia juga perlu dirangsang untuk kegiatan luar
seperti menonton tv, mendengar radio, membaca surat kabar dan lain-
lain. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi, baik dengan sesama mereka maupun dengan petugas yang
secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan bagi lanjut
usia.
4. Pendekatan Spiritual
Seorang perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan
batin dalam hubungan lanjut usia dengan Tuhan atau agama yang
dianutnya, terutama bila lnjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian.
Dalam mengahadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan
memberikan reaksi yang berbeda, tergantung pada kepribadian dan

18
cara mereka menghadapi hidup. Oleh karena itu, perawat harus
meneliti dengan cermat, apa kelemahan dan kekuatan klien, agar
selanjutnya perawat lebih terarah. Bila kelemahan terletak pada segi
spiritual, sudah selayaknya perawat dan tim berkewajiban mencari
upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan penderitaanya.
Perawat bisa memberi kesempatan kepada klien lanjut usia untuk
melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan
bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya
sperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam menunaikan
kewajiban terhadap agama yang dianutnya (Nugroho, 2008).

Commented [a17]: Delete semua

Silahkan diganti dg perubahan apa saja yg saya uraikan diatas

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan
manusia, dalam masa-masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging
yang merupakan suatu proses dari perubahan aspek seperti biologis,
psikososial, spiritual, dan kultural.
Selain masalah fisik (wajah dan kulit keriput, rambut memutih,
perubahan dalam fungsi organ tubuh), muncul juga permasalahan yang
berhubungan dengan psikologis, social dan spiritual seperti merasa
kesepian, terisolasi, stress, depresi dan merasa tidak bermakna lagi.
Dengan demikian di usia lanjut terkadang muncul pemikiran bahwa
mereka berada pada sisa umur hanya yang menunggu datangnya kematian,
tidak berguna dan menjadi beban keluarga. Padahal tidak demikian, pada
usia lanjut mereka membutuhkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia.
Spiritualitas adalah salah satu energy yang menghubungkan masa lanjut
usia untuk mengenal dirinya lebih dalam dan merasa terhubung denagan
Tuhan dan alam semesta sehingga memunculkan perasaan damai dan
bahagia. Pandangan budaya yang positif juga akan sangat mempengaruhi
kehidupan lansia menjadi lebih produktif. Dengan pendekatan spiritualitas
dan budaya dalam konseling maka kehidupan lansia semakin bermakna
dan mereka dapat mengisi kehidupan dengan hal-hal yang produktif dan
bermanfaat.
B. Saran Commented [a18]: Delete

Sebagai perawat harus mengerti dan memahami tentang konsep


Jelaskan secara singkat perubahan dari aspek fisik/biologis,
perubahan pada aspek biologis/fisik, psikologis, sosial, spiritual dan psikologis, sosial, spiritual,kultural

kultural pada lansia agar perawat mampu memberikan asuhan keperawatan


gerontik yang komprehensif pada lansia tanpa mengabaikan perubahan-
perubahan yang lazim terjadi pada lansia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Commented [a19]: delete, ini tdk anda kutip diatas

Usia. Psibernetika Universitas Bunda Mulya.

Hamid, A. 2009. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


EGC.

Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatam Gerontik. Kemenkes RI. Commented [a20]: delete ini tdk anda pakai/kutip diatas

Naftali, Ananda Ruth dkk. 2017. “Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam
Menghadapi Kematian”. Buletin Psikologi ISSN Vol. 25, No. 2, 124 –
135.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC. Commented [a21]: delete ini tdk anda kutip sbg referensi

Ramdani, 2015. “Kontribusi Kecerdasan Spiritual dan Dukungan Keluarga


Terhadap Kepuasan Hidup Lansia Serta Implikasinya Dalam Pelayanan
Bimbingan dan Konseling”. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 1-21.

Commented [a22]: delete

gunakan aplikasi MENDELEY utk penulisan daftar pustaka

21

Anda mungkin juga menyukai