Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN

WOUND HECTING
Dosen Pengampu : Ns.Priyanto, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

Disusun oleh:
Kelompok 5

1. I Made Bayu Sudarsana 2. Idia Indar Anggraeni


3. Mieke Oktavia Purnama 4. Rani Eka Suryani
5. Anita Puji Rahayu 6. Yance Ratu
7. Sri Ulan Fatmaningsih 8. Dewi Ernawati
9. Baiq Lia Suhayati 10. Ahmad Yudha Tama

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
KONSEP TEORI
A. Definisi
1. Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka (vulnus)
dengan benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis
2. Menjahit luka (hecting) adalah tindakan mendekatkan tepi-tepi luka dan
mempertahankan dengan benang atau jahitan sampai terjadi kontinuitas
jaringan.
3. Menurut Sodera dan Saleh (2011), jahitan merupakan hasil penggunaan bahan
berupa benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan
menghubungkan antara dua tepi luka.
4. Menurut Sabiston (2009) jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk
menghubungkan struktur anatomi yang terpotong.

B. Luka
1. Definisi

Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma

mekanis, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau

hilang. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas

fisik.

Trauma tajam menyebabkan :

a. luka iris : vulnus scissum/incicivum

b. luka tusuk : vulnus ictum

c. luka gigitan : vulnus morsum

Trauma tumpul menyebabkan :


a. luka terbuka : vulnus apertum

b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )

c. Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.

2. Macam -macam luka


a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)
3. Proses Penyembuhan Luka
a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera
Tahap ini dimulai saat terjadinya luka. Pada tahap ini, terjadi proses
homeostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain
lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel
darah putih ke daerah yang rusak.
b. Tahap destruktif
Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag.
c. Tahap poliferatif
Pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
d. Tahap maturasi
Pada tahap ini, terjadi reepitelasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan
ikat.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a. Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah
yang baik untuk pertumbuhan sel atau perbaikan sel,
b. Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikna sel
membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu orang yang
mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami
proses penyembuhan lama.
c. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan denganpertumbuhan atau
kematangan susia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuan luka.
d. Penyakit lain
Adanya penyakit lain seperti diabetes melitus dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi
Unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan
zat gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A untuk proses epitelisasi dan
sintesis protein, vitamin B kompleks sebagai fibroblas dan mencegah
adanya infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah dan vitamin K
membantu sintesis prorombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress
Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan, merokok
atau stress akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.

C. Heacting
1. Definisi
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.
2. Macam-macam jahitan luka
a. Jahitan Primer (Primary Suture Line), adalah jahitan yang digunakan
untuk mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan
selama proses penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
b. Jahitan Kontinyu, yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh
luka dengan menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada
akhir jahitan serta dipotong setelah dibuat simpul. Digunakan untuk
menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.
c. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang
mengakhiri suatu jahitan. Digunakan untuk memperkuat dan
mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak terlepas atau
mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali,
sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih
3. Jenis jahitan luka

a. Jahitan Simpul Tunggal (Simple Inerrupted Suture)


Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan
situasi
Teknik: Melakukan penusukan jarum dengan jarak
antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian
dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada
atau searah garis luka. Simpul tunggal dilakukan
dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu
tempat tusukan Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
b. Jahitan Matras Horizontal (Horizontal Mattress Suture)
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti
simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan
pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.
Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia,
tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit
subkutis karena kulit akan bergelombang.

c. Jahitan Matras Vertikal (Vertical Mattress Suture)


Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh
jahitan ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka
secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-
tempat yang vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal
pada prinsipnya sama seperti pada jahitan kulit
terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah lintasan
benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak
antara kedua penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali
penusukan, dan sebelum dilakukan pembuatan simpul jarum kembali
ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian di arahkan keluar ke tepi
luka dengan tidak terlalu dalam.
d. Jahitan Matras Modifikasi (Half Burried Mattress Suture)
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya
pada daerah subkutannya.

e. Jahitan Jelujur sederhana (Simple running suture, Simple continous,


Continous over and over)
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih
cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan
membuat satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul,
selanjutnya benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan
penusukan pada tepi luka selanjutnya dengan tempat penusukan dan
keluarnya benang yang sejajar, sehingga tampak dari luar arah benang
miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di dalam jaringan, seperti pada
gambar.
f. Jahitan Jelujur Feston (Running locked suture, Interlocking suture)
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan
sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang
pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan
peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa. Jahitan jelujur
terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan benang di
bawah jahitan yang telah terpasang.Cara ini efektif untuk menghentikan
perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di
atas, akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk
kemudian dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.
g. Jahitan Jelujur Horizontal (Running Horizontal Suture)
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal

h. Jahitan Simpul Intrakutan (Subcutaneus Interupted Suture,


Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch)
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk
menjahit area yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula
dengan simpul sederhana. Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit,
tehnik ini dapat diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan
kosmetik karena jahitan terkenal menghasilkan kosmetik yang baik,
namun tidak disarankan pada luka dengan tegangan besar.
i. Jahitan Jelujur Intrakutan (Running Subcuticular Suture)
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat
diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena
jahitan terkenal menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak
disarankan pada luka dengan tegangan besar.

4. Pemilihan Benang
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan
ini,maka untuk mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus
dilakukan dengan ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatn sedikit
mungkin.Pada luka terkontaminasi,tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali
bila sangat diperlukan untuk mempertahankan kedudukan jaringan. Pemilihan
ukuran jarum dan benang tergantung dari ukuran,lokasi luka serta ketelitian
penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit
fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan
saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis
diaman jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum sehingga
penjahitan lebih mudah. Benang berdiameter besar (2-0,3-0) sangat baik
digunakan untuk menjahit jaringan dan lapisan fasia utama di daerah dengan
regangan kuat (misalnya,luka di lutut atau siku).Kekuatan efektif dari benang
tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan yang dijahit,bila benang halus
digunakan untuk menjahit luka dengan peregangan mekanis,dapat
menimbulkan gangguan jika benang tersebut tertarik ke dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau
bagiannya) yang perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di
wajah digunakan benang berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisan-
lapisan luka (fasia,dermis) dapat digunakan benang epidermis halus di setiap
bagian tubuh.Daya regang dari epidermis sendiri biasanya rendah dan tujuan
penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka dirapatkan dengan baik.
Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap bagian tubuh selain
wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0. Bekas jahitan
merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di tempat
tersebut.
5. Macam-Macam Benang Dan Jarum Jahit
a. Macam-macam benang jahit
Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap
Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin
(misalnya Vicryl).
a) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi jalinan
diukur secara elektronik dan kemudian dipulas. Benang ini sangat
popular, tetapi ada kecenderungan digantikan oleh benang sintetik
yang dapat diserap pada tahun belakangan ini.
b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya
menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan
dari benang tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih lama
daripada catgut polos.
Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan
oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon
1) Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut,
bila dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi pada calgut.
Tingkat penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan waktu
beberpa Minggu. Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan
subnukleus, subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi
immunologis, misalnya pada catgut.
2) Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena
(prolene), benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel,
dan chronium.
a) Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat dengan
mudah.Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas dalam
penutupan luka.
b) Polipropilena
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat
digunakan dengan mudah.Seperti benang monofilamen sintetik
lainnya, simpul perlu diperkuat denagn simpul tambahan dan
sebagai tambahan.Kerusakan yang didapat dari forsep dan
pemegang jarum harus dihindarkan untuk mencegah putusnya
benang.Benang ini sangat halus dan cocok untuk jahitan
subkutikular.
c) Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan
bertahun-tahun karena sifanya kaku.Pada luka
terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan infeksi.
Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh iritasi mekanis dari
kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat kaku dari benang
metalik ini mempersulit.
d) Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan
dibandingkan dengan sutera.Karena koefisien gesekannya
tinggi,bahan ini sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan
yang ditimbulkan dakron terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan
melapisinya dengan teflon.
e) Nilo
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan
dengan dakron dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan
menimbulkan kemungkinan infeksi lebih rendah.
1) Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya
kurang lebih sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun.Bentuk
nilon monofilamen ini cukup kaku sehingga tidak membentuk
simpul dengan baik.
2) Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya
setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya
dibadingkan benang monofilamen.
b. Jenis benang dan kegunaan
a. Plain Catgut (Dari Usus Domba)
- Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
- Warna : putih dan kekuningan
- Ukuran : 5,0-3
- Kegunaan : Untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit
subkutis dan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut,
wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil.
b. Kromik Catgut
- Berbeda dengan palin catgut, ditambahkan asam kromat, sehingga
menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20-40 hari
- Warna : coklat dan kebiruan
- Ukuran : 3,0-3
- Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam
waktu 10 hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tidak
kooperatif bila mobilisasi harus segera dilakukan
c. Sintesis Dapat Diserap (Vicryl)
- Benang sintesis kemasan atraumatik
- Diserap tubuh, tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam subkutis
bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan
- Ukuran : 10,0-1
- Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastik
d. Tidak Dapat Diserap (Alami/Pilihan)
- Contohnya : sutera (silk), linon, kapas (cotton)
- Untuk jahitan terputus (inerrupted)
- Daya tegang cukup dan rapat diperkuat dengan dibasahi larutan
garam sebelum digunakan
e. Seide (Silk/Sutera)
- Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi
dengan perekat, tidak diserap tubuh
- Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka
kembali
- Ukuran : 5,0-3
- Kegunaan : menjahit luka, mengikat pembuluh darah arteri (ateri
besar), dan sebagai teugal (kendali)
f. Sintesis (Monofilamen)
- Contoh : nilon, polipropamid yang dilapisi telfon atau dakron,
poliester Untuk jahitan kontinyu
- Daya tegang tinggi
- Benang tidak bisa diserap, biasa digunakan pada jaringa yang sukar
sembuh
g. Ethilon
- Benang sintesis dalam kemasan atraumatis (benang langsung
bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari
seide atau catgut. Tidak diserap tubuh dan tidak menimbulkan pada
kulit dan jaringa tubuh lain.
- Warna : biru dan hitam
- Ukuran : 10,0-1,0
- Penggunaan : bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering
digunakan pada kulit, nomor yang kecil digunakan pada bedah
mata
h. Ethibond
- Benang sintesis (polytetra methyene adipate). Kecemasan
atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimun,
tidak diserap.
- Warna : hijau dan putih
- Ukuran : 7,0-2
- Penggunaan : kardiovaskuler dan urologi
i. Vitalene
- Benang sintesis (polimer profilen), sangat kuat, lembut, tidak diserap.
Kemasan traumatis
- Warna : biru
- Ukuran : 10,0-1
- Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluhan darah dan
jantung, bedah mata, plastik, menjahit kulit.
j. Linen
- Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap,
reaksi tubuh minimum
- Warna : putih
- Ukuran : 4,0-0
- Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah.

Catatan :
a. Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang
reaktif (absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-bakteri
dapat bersarang di sela-sela anyaman.
b. Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang
tidak dapat diserap.
c. Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan
jahitan dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti
benangnya akan diangkat (dibuang).
6. Macam-macam jarum untuk menjahit luka
Jarum bedah disebut juga jarum hecthing (Suturu needles atau
Surgical needles) digunakan untuk menjahit luka, umumnya luka operasi.
Pada umumnya terbuat dari logam (stainless steel). Biasanya jarum-jarum
bedah dijual tersendiri, lepas dari benang badahnya. Tapi sekarang banyak
dijual jarum-jarum bedah berikut benangnya dalam kemasan satu-satu. Jarum
yang demikian disebut Atroumatic needle, karena menimbulkan trauma, sebab
benang tersebut langsung dijepit kedalam ujung jarum yang satunya lagi.
a) Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok
digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum,
pembuluh darah, katup.
b) Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit
daerah usus besar, ginjal, limpa, hati

c) Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi.


Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.

d) Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang
gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga
mulut, dan sebagainya.
Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali
untuk organ yang berlubang.

7. Keuntungan Dan Kerugian Pada Hecting


a. Simple sederhana
Keuntungan:
a. Tidak perlu waktu lama
b. Dapat digunakan untuk menutup semua jenis luka dengan hasil
yang memuaskan
c. Luka dibagi dua, untuk mencegah adanya kelebihan jaringan antar
tepi luka.
Kekurangan:
a. Jahitan tidak boleh terlalu kencang.
b. Tidak strangulasi
c. Menimbulkan nekrosis
d. Menimbulkan jahitan parut
e. Menimbulkan edema
b. Continous biasa
Keuntungan:
a. Membantu hemostatis
b. Mengurangi kemungkinan masuknya air
c. Benang mudah diangkat.
Kekuragan:
a. Jahitan terlalu kencang
b. Dapat menyebabkan strangulasi jaringan sekitar
c. Matrix vertical
Keuntungan:
a. Mengurangi dead space
b. Meminimalkan tegangan dalam daerah luka.
Kerugian:
a. Memerlukan waktu yang relative lama
b. Tegangan pada luka
c. Meningkatkan resiko terbentuknya jaringan parut
d. Continus vetus
a. Membantu hemostatis
b. Mengurangi kemungkinan masuknya air
c. Benang mudah diangkat.
Kekuragan:
a. Jahitan menjadi mudah longgar jika satu jahitan saja tidak kuat
b. Sulit mengoreksi jika terdapat infeksi
e. Matrix horizontal
Keuntungan:
a. Membantu meminimalkan tegangan jaringan luka sekitar
b. Menutup dead space
c. Membantu terbentunya “tepi eversi” pada jahitan permukaan kulit
Kerugian:
a. Dapat menimbulkan strangulasi jaringan sehingga terjadi
hipoksia, nekrosis, dan perlambatan penyembuhan
f. Jelujur dalam
Keuntungan:
a. Menghasilkan hasil yang baik
b. Lebih cepat dibuat dan lebih kuat
c. Dapat menghentikan perdarahan
Kekurangan:
a. Memerlukan waktu yang lebih lama
b. Menimbulkan edema di sekitar jahitan

8. Persiapan Alat-Alat Penjahitan Luka (Hecting)


a. Spuit 5 cc p. Kom
b. Kapas Alkohol 70% q. Sarung tangan steril
c. Lidokain 1% r. Waskom berisi larutan
d. Pengalas chlorine 0,5 %
e. Kasa steril
f. Gunting benang
g. Naldpoeder
h. Pinset anatomis
i. Korentang
j. Jarum kulit
k. Jarum otot (bila perlu)
l. Benang kulit (side)
m. Benang otot/ catgut (bila
perlu)
n. Nierbekken (bengkok)
o. Larutan antiseptik/ garam faal
9. Persiapan Penjahitan ( Kulit)

a. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.

b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari

bagian tengah kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.

c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang

terbuka hanya bagian kulit dan luka yang akan dijahit.

d. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.

e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan

NaCl.

f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan

menggunakan pisau dan gunting.

g. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NacCl.

h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain

catgut atau poiiglactin secara simple interrupted suture. i. Kulit dijahit

benang yang tak dapat diserap yaitu silk atau nylon.

10. Teknik Penjahitan Kulit

Prinsip yang harus diperhatikan :

a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus

dilakukan secara halus dengan mencegah trauma lebih lanjut pada

jaringan tersebut.

b. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama

besarnya.

c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi

lukia.Khusus” daerah wajah 2-3mm.


d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan

jarum dari tepi luika.

e. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah

penjahitan.

11. Cara Memegang Alat

a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang

kasa: yaitu ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama,

sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk memperkuat pegangan

tangan. Untuk membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan

pada jaringan, benang dilingkarkan pada ujung pemegang jarum.

b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari

kedua dan ketiga. Jarum dipegang di daerah separuh bagian belakang .

c. Sarung tangan dipakai menurut teknik tanpa singgung.

12. Prosedur Hecting

a. Mencuci Tangan

b. Menyiapkan peralatan

c. Mendekatkan alat; mengatur lingkungan dan menjaga privacy pasien

d. Mengatur posisi pasien; memasang perlak pengalas, mendekatkan

bengkok.

e. Membuka set wound hecting

f. Memakai Handscoon steril

g. Melakukan pengkajian luka dengan cepat, tepat dan cermat.

h. Menghentikan perdarahan luka dengan balut tekan


i. Menganmbil pingset dan membersihkan luka menggunakan kassa steril

dengan cairan NaCl 0,9% dari arah dalam luka kea rah keluar dengan

prinsip aseptic.

j. Melakukan anastesi luka menggunakan lidokain dengan teknik yang

benar

1) Menyiapkan injeksi lidokain 1 %.

2) Lakukan desinfeksi pada ujung luka / daerah yang akan disuntik

dengan menggunakan alkohol 70% secara sirkuler dengan diameter

kerang lebih 5 cm.

3) Menyuntikan lidokain secara sub kutan di sekitar tepi luka.

4) Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah masukan lidokain secara

perlahan-lahan sambil menarik jarum dan memasukan obat sepanjang

tepi luka. Lakukan pada tepi luka yang lainnya.

5) Sambil menungu reaksi obat, siapkan nalpoeder, jarum dan benang.

6) Tunggu 2 menit agar lidokain berreaksi.

k. Melepas handscoon steril

l. Menggunakan atau mengganti handscoon steril

m. Memasang duk steril

n. Melakukan pemeriksaan efek anestesi pada area yang akan dilakukan

penjahitan dengan menggunakan pinset.

o. Menyiapkan nailholder, pingset, jarum dan benang

p. Melakukan teknik penjahitan luka dengan tepat sesuai kebutuhan, jahit

luka kurang lebih 1 cm diatas ujung luka dan ikat, gunting benang
sisakan kira-kira 1 cm. Jahit satu persatu dengan jarak jahitan satu

dengan yang lainnya kurang lebih 1 cm.

q. Merapikan hasil penjahitan luka

r. Membersihkan area sekitar luka dengan prinsip aseptic

s. Memberikan sufratul pada area jahitan

t. Menutup luka dengan kassa steril selanjutnya diplester

u. Merapikan pasien dan membereskan alat

v. Melakukan evaluasi dengan melepas handscoon

w. Melakukan terminasi dan dokumentasi tindakan.

13. Pengangkatan Jahitan (Off Hecting)


a. Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak di perlukan lagi. Bila tepi luka
sudah cukup kuat, luka menutup dan kering, jahitan sudah bisa di angkat
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya pengangkatan jahitan :
1) Vaskularisasi
2) Pergerakan
3) Ketegangan tepi tepi luka
4) Teknik Penjahitan
5) Penyembuhan luka

14. Komplikasi Penjahitan Luka (Hecting)


1. Overlapping: Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka
sehingga luka menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan
yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya akan buruk.
2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi
sehingga menyebabkan kematian jaringan.
3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril,
luka yang telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih
tertinggal.
4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong
dan tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus
berlangsung dan menyebabkan bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang
terjadi karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus,
biasanya ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang
bertindak sebagai benda asing.
8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan
karena jahitan yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang
buruk.
9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2.Jakarta EGC
Saifudin. 2013. Heacting dan Heacting aff.(online). www.google.book.com.
diperoleh pada 5 Maret, 2019).
Ningsih, Fitria. 2011. Tehnik Menjahit Jaringan. (online). www.ugm.ac.id.
diperoleh pada 8 Maret, 2019).
Fitri, Nurul. 2010. Referat ilmu bedah, material suutre. Yogyakarta: EGC
Pramuditya, Arindra. 2014. Laporan Pendahuluan Penjahitan Luka (Hecting).
(online). diperoleh pada 8 Maret, 2019).

Anda mungkin juga menyukai