Anda di halaman 1dari 4

UPT PUSKESMAS BUGIS

HECTING DAN UP HECTING


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

Di tetapkan
Standar Operasional Kepala UPT Puskesmas Bugis
Tanggal Terbit :
Prosedur
Hj. N. Ida Nuraida, SST.,SKM.,MKM
NIP. 19650419 198903 2 006

Definisi
1. Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang
terpotong (Sabiston,1995).
2. Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa
benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi
luka.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan


menghubungkan jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan
menggunakan benang.

Prinsip Umum Penjahitan luka

Menurut Brown (1995), prinsip–prinsip umum yang harus dilaksanakan dalam penjahitan luka
laserasi adalah sebagai berikut:

 Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain
dengan hati-hati. Tegangan dari tepi–tepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau
mungkin tidak ada sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit
secara hati–hati sebelum dijahit.
 Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan pada
tepi–tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.
 Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap
atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu mmenjahit kulit
 Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada
jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
 Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu
jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam–5 hari), sedangkan jahitan
pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.
 Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
 Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin.

Penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk mendekatkan atau menghubungkan dua tepi
luka. Dapat dibedakan menjadi :

1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk
mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses
penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan
menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta dipotong
setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.
3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu
jahitan. Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga
jahitan tidak terlepas atau mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan
satu kali, sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih

Komplikasi menjahit luka

1. Overlapping: Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka
menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila
sembuh maka hasilnya akan buruk.
2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah
terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan
bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena
penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada
jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda
asing.
8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan
yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.
9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.

LUKA
3.1. Definisi
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis.
Trauma tajam menyebabkan :
a. luka iris : vulnus scissum/incicivum
b. luka tusuk : vulnus ictum
c. luka gigitan : vulnus morsum

Trauma tumpul menyebabkan :


a. luka terbuka : vulnus apertum
b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )

10. Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.

3.2. Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman :


a. luka steril : luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi : luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam .
(golden period)
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan
telah timbul gejala lokal maupun gejala umum.(rubor, dolor, calor, tumor,
fungsio lesa).
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PENJAHITAN

Alat dan bahan yang diperlukan pada penjahitan luka :

4.1.Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps
bergigi ujungnya ( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu
atraumatic tissue forceps dan dressing forceps.
b. Scalpel handles dan scalpel blades
c. Dissecting scissors ( Metzen baum )
d. Suture scissors
e. Needleholders
f. Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk
segitiga dan bentuk bulat
g. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i. Retractors, double ended
j. Towel clamps

4.2 Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
b. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.

Anda mungkin juga menyukai