Anda di halaman 1dari 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA HUSADA MEDAN

PROGRAM KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

STANDAR
Kompetensi : PENJAHITAN LUKA/ HEACTING
OPERASIONAL
Sub Kompetensi : Penjahitan Luka/ Heacting
PROSEDUR
No. Dokumen Halaman Tgl Berlaku Revisi
FM-PM-I.IV.Pd2-05/05-05/ Keterampilan Dasar Praktik 1-3 18 Oktober 2017 00
Kebidanan-81

A. PENGETAHUAN
Analisis Penjahitan Luka/ Heacting
1. Konsep
Defenisi Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang terpotong.
Jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh
darah dan menghubungkan antara dua tepi luka.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan menghubungkan
jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahandengan menggunakan benang.

Jarum jahit bedah, yang lurus maupun yang lengkung, berbeda-beda bentuknya. Perbedaan bentuk
ini pada penampang batang jarum yang bulat atau bersegi tajam, dan bermata atau tidak bermata.
Panjang jarum pun beragam dari 2-60 mm. Masing-masing berbeda kegunaannya, berbeda cara
mempersiapkan dan memasang benangnya. kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan
yang berbeda, sedangkan penampang batang jarum dipilih berdasarkan lunak kerasnya jaringan.
Jarum yang sangat lengkung untuk luka yang dalam dan penampang yang bulat untuk jaringan
lunak dan yang bersegi untuk kulit. Jarum yang bermata akan membuat lubang tusukan lebih besar,
sedangkan jarum yang tidak bermata yang disebut atraumatik akan membuat lubang yang lebih
halus.

Jenis-jenis jahitan:
1. Simple Interrupted Suture/Jahitan Terputus Sederhana:
Jahitan dengan melakukan penusukan jarum dengan jarak 5-7 mm ditepi luka dan sekaligus
mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada
atau searah garis luka. Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
2. Interruppted Matress Suture :
a. Interupted Matrass Vertical Suture
Menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi
luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena dekatnya tepi-tepi luka
oleh jahitan ini.
b. Interuppted Matras Horizontal Suture :
Jahitan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1
cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat. Digunakan untuk fasia/otot,
tidak boleh digunakan untuk subkutis (hati- hati bergelombang )
3. Jahitan Continous / Jelujur :
a. Continous Over and Over/ Jelujur sederhana
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan (hanya 2 simpul), jarang menjahit kulit. Lebih
cepat dilakukan , lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata (kelemahan : benang
putus /simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka).Pada jaringan ikat yang longgar.
b. Jelujur Feston (Interlocking / Running Lock Suture)
Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan benang di bawah
jahitan yang telahterpasang. Sering pada jahitan peritoneum.Tekniknya hampir sama
dengan jahitan sederhana , tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk
kemudian dilakukan penusukan selanju
4. Jahitan Subcutan/Jahitan Dalam .
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa 1 garis). Jahitan pada
jaringan lemak (tepat di bawah cutan).Pada insisi abses dipasang drain (dibuat guntingan
mengalirkan cairan/ darah keluar).
Tujuan Untuk menyatukan jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan
penyembuhan jaringan serta mencegah masuknya mikroorganisme/infeksi (open ulcus).
Indikasi Setiap luka dimana untuk penyembuhn perlu mendekatkan tepi luka
II. Prinsip Kerja 1. Tepi-tepi kulitdirapatkan satu sama lain dengan hati-hati agar penyembuhan cepat terjadi
2. Tegangandar itepi-tepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada
samasekali (Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hati-hati sebelum
dijahit)
3. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengan memakai traksi ringan pada tepi-
tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.
4. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap atau

223
dengan mengikut sertakan lapisan ini pada waktu menjahit kulit
5. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada jahitan
yang lebih besar dan berjauhan
6. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu jahitan pada
wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam ± 5 hari), sedangkan jahitan pada dinding abdomen
dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih
III. Mekanisme Kerja Dengan merapatkan kembali jaringan kulit yang terputus maka sel sel darah akan membentuk
bekuan darah yang diikuti dengan pembentukan jaringan kulit baru. Proses ini akan mengurangi
terjadinya perdarahan dan mempercepat penyembuhan luka. Penjahitan luka juga akan mengurangi
terjadinya infeksi dan mencegah terbentuknya jaringan parut yang lebar.
IV. Kerangka Fikir
Penilaian Terhadap Luka : Jenis, tahapan
penyembuhan dan ukuran luka

Melakukan Heacting pada luka

Penyembuhan luka cepat

B. KETERAMPILAN
Persiapan Alat 1. Handscoen steril (1 pasang)
2. Nald Holder (1 buah)
3. Nald Heacting (sesuai kebutuhan)
4. Doek bolong steril (1 buah)
5. Nald Hecting (sesuai kebutuhan)
6. Kasa steril (secukupnya)
7. Pinset Sirugis (1 buah)
8. Pinset Anatomis (1 buah)
9. Lidocain (1 amp)
10. Spuit 1 cc (1 pc)
11. Korentang steril dan tempatnya (1 buah)
12. Perlak dan pengalasnya (1 buah)
13. Plester (1 buah)
14. Gunting plester (1 buah)
15. Kom steril (1 buah)
16. Cairan normal saline (Nacl 0.9%) (secukupnya)
17. Cairan antiseptik (secukupnya)
18. Celemek (1 buah)
19. Masker (1 buah)
20. Tempat sampah medis (1 buah)
Persiapan Tempat 1. Ruangan yang nyaman, aman dan tertutup
2. Ventilasi cukup
Persiapan Petugas 1. Pastikan petugas tidak memakai perhiasan
2. Gulung baju sampai ke siku tangan
3. Cuci tangan dibawah air mengalir lalu keringkan dengan handuk.
Persiapan Pasien 1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien atau keluarga mengenai tindakan yang akan
dilakukan
2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
Keselamatan kerja 1. Perhatikan keadaan umum pasien selama pemeriksaan
2. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan penggunaanya
3. Jaga kenyamanan pasien
Langkah-langkah 1. Mengucapkan salam
2. Menentukan jenis luka menilai bentuk luka : teratur/tidak menilai tepi luka : teratur/tidak,
jembatan jaringan menilai luas luka : panjang dan lebar dalam cm menilai kedalaman luka :
dalam cm
3. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan medik:
a. Menjelaskan kondisi luka
b. Menjelaskan prosedure tindakan
c. Menjelaskan tujuan tindakan,keuntungan dan kerugian
d. Meminta persetujuan tindakan
4. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam keadaan steril
5. Menentukan jenis benang dan jarum yang diperlukan
6. Memilih antiseptik, desinfektan yang diperlukan
7. Melakukan cuci tangan secara foerbringer
8. Memakai sarung tangan steril
9. Melakukan tindakan aseptik anti septic
a. Dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal
224
b. Menggunakan kasa dan povidon iodine
10. Melakukan anestesi lokal (secara infiltrasi atau lapangan) dengan cara: menusukkan jarum sub
kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka teranestesi dengan baik. Lakukan aspirasi
untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak masuk pembuluh darah (terlihat cairan darah
dalam spuit). infiltrasikan lidokain bersamaan waktu menarik mundur jarum 2-4 cc
(tergantung luas luka)
11. Melakukan debridemen luka cara : Setelah luka teranestesi dengan baik, desinfeksi luka
menggunakan perhidrol 3%, agar kotoran yang menempel terangkat. Untuk mengangkat
tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat halus. Lanjutkan dengan irigasi
menggunakan NaCl fisiologis sampai semua kotoran terangkat.
12. Pasang kain steril.
13. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringan jaringan mati/ rusak.
Perdarahan dari vena cukup dihentikan dengan penekanan menggunakan kasa steril beberapa
detik. Perdarahan arterial dihentikan dengan jahitan ligasi. Jaringan mati/ rusak dibuang
menggunakan gunting jaringan. Lakukan aproksimasi tepi luka. Buang tepi luka yang mati,
tidak teratur. Passing the needle through the vessel before securing the tie around the vessel.
14. Desinfeksi menggunakan povidon Iodine
15. Menjahit luka
a. Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung pemegang jarum
pada pertengahan atau sepertiga ekor jarum. Jika penjepitan kurang dari setengah jarum,
akan sulit dalam menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga
pergelangan tangan dapat melakukan gerakan rotasi dengan bebas.
b. Masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm, membentuk
sudut 90˚
c. dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.
d. Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus baik.
e. Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau
monofilament.
f. Jarak tiap jahitan sekitar 1cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup dengan
baik. Bila terlalu rapat meningkatkan trauma jaringan dan reaksi inflamasi.
16. Melakukan dressing Setelah penjahitan selesai, lakukan eksplorasi. Jahitan yang terlalu ketat/
kendor diganti. Desinfeksi luka dengan povidone iodine. Tutup dengan kasa steril beberapa
lapis untuk menyerap discharge yang mungkin terbentuk. Dan diplester melakukan
dekontaminasi: Untuk menghindari penularan penyakit yang menular lewat serum/ cairan
tubuh. Alat-alat direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Catatan :
- Berikan edukasi tentang makanan, cara merawat luka, mengganti kasa. Waktu kontrol.
- Menjelaskan lama penyembuhan, waktu pengangkatan jahitan, hasil jahitan, penyulit-
penyulit yang mempengaruhi penyembuhan luka.
C. SIKAP
Sikap 1. Bekerja secara sistematis
2. Bekerja dengan hati-hati dan cermat serta menghargai privasi
3. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan kondisi klien
4. Bekerja dengan prinsip pencegahan infeksi
D. REFERENSI
Referensi Black, J.M, Jacobs, Matassarin E. 1997. Medical Surgical Nursing Clinical Management For
Continuity Of Care Fifth Edition. A Division Of Harcourt Brace & Company (Text Book)
Stanhope, M, Lancaster J. 2006. Foundation Of Nursing I the Community. Community-Oriented
Practice. Mosby, Inc. Printed in China (text book)
Potter & perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi I. Jakarta : EGC.
John, R. Taylor, W. 2013. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Editor Angelina &
Wahyuningsih. EGC : Jakarta

225

Anda mungkin juga menyukai