Anda di halaman 1dari 51

Skenario Kasus

Ny. Animah usia 30 tahun,seorang paramedis saat ini sedang hamil anak pertama usia kehamilan 32-
34 minggu. Selama kehamilan Ny. Animah sering mengalami perdarahan dari kemaluannya
walaupun tidak terdapat riwayat trauma dan ini telah terjadi sejak awal kehamilan. Ia menduga
keluhannya ini mungkin ada hubungannya dengan muntah-muntah hebat yang dialaminya selama
kehamilan 12-14 minggu.

Ia berkonsultasi kepada dokter di puskesmas tempatnya bekerja tentang keluhannya. Dokter lalu
memeriksa kondisi kehamilan Ny. Animah dan menemukan pada pemeriksaan konjungtiva
anemis,TFU setinggi pusat, anak letak kepala, TBA 1000 gram, kadar Hb 7,8 gr/dL, MCH 70pg,MCV 20
fL,MCHC 23%, kadar ferritin 7 µg/L. Dokter lalu menjelaskan kepada Ny. Animah bahwa perdarahan
yang ia alami pada kondisi yang berat dapat menyebabkan IUGR dan anemia dengan segala
risikonya. Keadaan ini erat kaitannya dengan AKI&AKB. Menurut Skor Poedji Rochjati kehamilannya
termasuk dalam kehamilan risiko sangat tinggi dan harus dirujuk ke rumah sakit agar mendapatkan
penanganan yang komprehensif. Dokter juga menjelaskan bahwa setiap upaya yang dilakukan
dokter untuk menolong pasien selalu disertai informed consent.

Bagaimanakah Saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Ny. Animah ?

STEP 1 : TERMINOLOGI
1. Paramedic : adalah profesi medis, biasanya anggota layanan medis darurat,
yang terutama menyediakan perawatan gawat darurat dan trauma lanjut pra-rumah sakit.
2. Perdarahan : adalah nama yang umum digunakan untuk menggambarkan
kehilangan darah. Hal ini dapat merujuk pada kehilangan darah dalam tubuh (perdarahan
internal) atau kehilangan darah di luar tubuh (perdarahan eksternal). Kehilangan darah
dapat terjadi di hampir semua daerah tubuh
3. Trauma : adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan
psikologis yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman
yang berkaitan dengan kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan
“trauma” adalah trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik seseorang.
4. Konjungtiva anemis : konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi
permukaan bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera ( bagian putih
mata ), kecuali kornea. Jadi konjungtiva anemis adalah suatu keadaan dimana konjungtiva
seseorang pucat karna darah tidak sampai ke perifer yang bisa menjadi salah satu tanda
bahwa seseorang mengalami anemia.
5. TBA : (traditional birth attendant) definisi yang diberikan oleh organisasi
kesehatan untuk wanita yang membantu dan memberi dukungan psikologis kepada wanita
lain saat persalinan. Istilah ini terutama digunakan di negara miskin. Wanita ini sering
dianggap bidan di komunitas mereka dan oleh bidan lain yang menganggap bahwa ahli
kebidanan tidak harus berasal dari institusi atau program nasional agar valid.
6. MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) merupakan salah satu jenis
pemeriksaan yang ada pada darah, di mana akan dinilai massa dari hemoglobin dari satuan
sel darah merah yang ada di tubuh.
7. MCV : Mean Corpuscular Volume (MCV) merupakan salah satu
pemeriksaan darah yang menunjukkan volume rata-rata satu sel darah merah dibandingkan
dengan volume sel darah merah keseluruhan dalam darah.
8. MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration adalah perhitungan
rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit. MCHC yang rendah (hipokromia) akan
dijumpai pada keadaan di mana hemoglobin abnormal yang dicairkan di dalam eritrosit,
misalnya pada anemia yang kekurangan zat besi dalam talasemia.
9. Kadar ferritin : Ferritin adalah sebuah protein yang terdapat di dalam sel pada
hampir seluruh makhluk hidup. Ferritin merupakan protein penyimpan zat besi paling utama
pada tubuh.
10. IUGR : Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan
untuk jumlah bulan kehamilan. Bayi baru lahir dengan IUGR seringkali digambarkan kecil
untuk usia gestational (SGA).
11. Anemia : adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau kandungan
hemoglobin di dalam darah. Hemoglobin (hb) adalah suatu senyawa protein pembawa
oksigen di dalam sel darah merah. Sel darah merah diproduksi di sumsum tulang.
12. AKI&AKB : Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
13. Komprehensif : bersifat mampu menangkap (menerima) dengan baik; 2 luas dan
lengkap (tentang ruang lingkup atau isi); 3 mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang
luas. adalah segala sesuatu yang terlihat dan memiliki wawasan yang luas. Dengan wawasan
yang luas terhadap sesuatu sehingga kita dapat melihat dari berbagai sisi dan dapat
memahaminya dengan baik dan menyeluruh sehingga jika ada permasalahan dapat
diselesaikan dengan baik dan bijaksana.
14. Informed consent : adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa Ny. Animah mengalami perdarahan dari kemaluannya


walaupun tidak ada riwayat trauma?
2. Apa penyebab muntah-muntah hebat selama kehamilan 12-14 minggu
(awal kehamilan)?
3. Bagaimana akibat dari muntah-muntah hebat kehamilan 12-14 minggu
(awal kehamilan)?
4. Bagaimana hubungan perdarahan dari kemaluan dengan muntah-
muntah hebat?
5. Apa penyebab konjungtiva anemis pada ibu hamil?
6. Mengapa Ny. Animah bisa mengalami perdarahan kondisi berat?
7. Mengapa terjadi IUGR dan Anemia?
8. Apa resiko dari terjadinya IUGR dan Anemia pada ibu hamil?
9. Apa penyebab terjadinya AKI dan AKB?
10. Bagaimana upaya penurunan AKI dan AKB?
11. Bagaimana yang dimaksud dengan kehamilan resiko sangat tinggi? Apa
penyebab dan akibatnya?
12. Penanganan komprehensif seperti apa yang harus diberikan kepada ibu
hamil resiko sangat tinggi?
STEP 3 : BRAIN STORMING

1. Mengapa Ny. Animah mengalami perdarahan dari kemaluannya


walaupun tidak ada riwayat trauma?

Perdarahan selama kehamilan biasa terjadi, terutama selama trimester pertama. Hal ini tentu saja
menyebabkan bunda menjadi khawatir dan takut terjadi masalah dengan kehamilannya. Walaupun
sebagian besar perdarahan bukan disebabkan masalah yang serius tetapi kadang-kadang hal ini bisa
merupakan tanda adanya masalah yang berat yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Karena itu,
penting untuk mengetahui apa saja penyebab perdarahan selama kehamilan dan kapan harus
datang untuk memeriksakan diri ke dokter.

PERDARAHAN PADA TRIMESTER PERTAMA


Kira-kira 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan saat hamil muda atau 14 minggu
pertama kehamilan. Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan perdarahan pada hamil
muda (trimester pertama), antara lain :
1. Perdarahan karena implantasi
Bunda mungkin mengalami perdarahan berupa bercak dalam waktu 1-2 minggu setelah
ovulasi akibat sel telur yang telah dibuahi berimplantasi (melekat) pada dinding dalam rahim.
Beberapa wanita tidak sadar bahwa mereka sudah hamil karena mengira darah yang keluar
ini merupakan darah haid. Biasanya darah yang keluar sangat sedikit dan hanya keluar sekali
atau beberapa kali.
Anda mungkin menemukan sedikit bercak darah pada pakaian dalam anda pada 6-12 hari
setelah kehamilan, yaitu saat sel telur yang telah dibuahi oleh sperma menempel pada dinding
rahim. Beberapa wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil dan mengira bercak
darah ini sebagai menstruasi yang sangat sedikit. Perdarahan ini biasanya sangat sedikit dan
hanya berlangsung selama beberapa jam atau hari.
2. Keguguran
Keguguran merupakan hal yang paling dicemaskan jika terjadi perdarahan pada hamil muda
(trimester pertama). Kondisi ini bisa terjadi pada 10-20% kehamilan. Pada ancaman
keguguran, selain terjadi perdarahan biasanya juga disertai dengan kram hebat pada perut
bawah. Sedangkan, jika sudah terjadi keguguran, akan keluar jaringan dari vagina kemudian
perdarahan dan kram perut bawah akan berkurang.
Segera ke memeriksakan diri ke dokter jika terjadi perdarahan berulang terutama
berwarna merah terang disertai dengan nyeri hebat perut bawah yang hilang-timbul
Tetapi bukan berarti jika terjadi perdarahan pada trimester pertama bahwa bunda mengalami
keguguran. Faktanya, jika pada pemeriksaan USG sudah dapat dilihat adanya detak jantung
janin maka > 90% wanita jika mengalami perdarahan pada trimester pertama tidak akan
mengalami keguguran.
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan juga dapat merupakan tanda ancaman
keguguran. Segera hubungi dokter anda untuk memastikan kesehatan bayi anda dan apa yang
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya keguguran.
3. Kehamilan Ektopik (Hamil di luar rahim)
Pada kehamilan ektopik, embrio menempel dan berkembang di luar rahim, biasanya di
saluran telur (tuba falopii). Jika embrio terus berkembang maka dapat menyebabkan saluran
telur tersebut pecah sehingga terjadi perdarahan di dalam rongga perut dan akibat kehilangan
darah bisa menyebabkan pusing, pingsan, renjatan hingga mengancam jiwa ibu. Walaupun
kehamilan ektopik berpotensi berbahaya tetapi untungnya hanya terjadi pada 2% kehamilan.
Gejala lain dari kehamilan ektopik adalah adanya kram atau nyeri hebat pada perut bagian
bawah dan nyeri bisa menjalar ke bahu.
Pada kehamilan ektopik, embrio yang telah dibuahi menempel di luar rahim, biasanya pada
tuba falopii (suatu saluran tempat pembuahan terjadi, terletak antara indung telur dengan
rahim). Jika embrio ini terus berkembang, maka tuba falopii akan robek dan dapat
membahayakan nyawa anda.
Beberapa gejala lain dari kehamilan ektopik adalah kram perut hebat atau nyeri perut bagian
bawah, biasanya hanya pada satu sisi perut, nyeri saat  buang air kecil atau saat buang air
besar, dan kepala terasa ringan atau melayang.
4. Kehamilan Mola (hamil anggur)
Merupakan kondisi yang sangat jarang di mana pada kehamilan ini ditemukan kantong
kehamilan tetapi tidak berisi janin melainkan berisi jaringan yang tidak normal. Kondisi ini
harus diawasi dengan hati-hati karena pada sedikit kasus bisa merupakan kondisi keganasan
(kanker) yang dapat menyebar ke organ lain. Gejala lain dari kehamilan mola adalah mual
dan muntah berat dan rahim yang membesar lebih cepat dari yang seharusnya.
Kehamilan anggur atau mola hidatidosa merupakan suatu keadaan yang sangat jarang terjadi,
di mana terdapat pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam rahim (bukan bayi).
Pada keadaan yang jarang, jaringan ini dapat merupakan sel kanker dan dapat menyebar ke
berbagai bagian tubuh lainnya. Gejala lain dari kehamilan anggur ini adalah mual dan muntah
hebat serta pembesaran rahim yang berlangsung cepat
Perubahan Leher Rahim (Serviks)
Selama kehamilan, terjadi peningkatan aliran darah pada serviks. Hubungan seksual atau
pemeriksaan pada serviks ataupun hal lainnya yang menyebabkan gesekan atau tersentuhnya
serviks dapat memicu terjadinya perdarahan.
Infeksi
Infeksi apapun yang mengenai serviks, vagina, atau penyakit menular seksual seperti
klamidia, gonorea, atau herpes dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada trimester
pertama kehamilan.
Penyebab perdarahan pada trimester pertama lainnya, antara lain :
 Perubahan leher rahim. Selama hamil, pembuluh darah pada leher rahim menjadi
lebih banyak dan melebar sehingga leher rahim menjadi mudah berdarah saat
hubungan seksual atau saat pemeriksaan pap smear. Bunda tidak perlu khawatir jika
terjadi perdarahan seperti ini.
 Infeksi. Infeksi yang terjadi pada leher rahim, vagina atau infeksi karena Penyakit
Menular Seksual (seperti klamidia, gonore atau herpes) dapat menyebabkan
perdarahan di trimester pertama.
PERDARAHAN PADA TRIMESTER KEDUA DAN KETIGA
Bunda harus lebih berhati-hati jika perdarahan terjadi pada hamil tua, karena seringkali
merupakan tanda adanya masalah yang lebih serius baik pada ibu maupun janin. Segera
hubungi dokter anda jika mengalami perdarahan terutama jika perdarahan banyak dan
berulang yang terjadi pada trimester kedua atau ketiga.
Beberapa kemungkinan penyebab perdarahan pada hamil tua antara lain :
1. Plasenta previa
Kondisi ini terjadi jika plasenta berlokasi di bagian bawah rahim sehingga menutup sebagian
atau keseluruhan jalan lahir. Plasenta previa bisa berubah posisi hingga menjauhi mulut
rahim sebelum usia kehamilan 32-34 minggu. Sehingga plasenta previa yang menetap hingga
akhir trimester ketiga jarang terjadi, dengan angka kejadian 1 dari 200 kehamilan. Perdarahan
pada plasenta previa biasanya TIDAK disertai kram perut dan bisa menyebabkan kondisi
kegawatdaruratan. Jika hal ini terjadi maka bunda tidak bisa melahirkan secara normal dan
harus dengan seksio sesarea.
Plasenta previa merupakan suatu keadaan di mana plasenta terletak pada bagian bawah
rahim, baik sebagian atau seluruhnya sehingga menutupi jalan lahir. Perdarahan akibat
plasenta previa dapat terjadi tanpa disertai nyeri perut.
2. Solusio plasenta
Kondisi ini bisa terjadi pada 1% kehamilan, dimana plasenta terlepas dari dinding rahim
sebelum persalinan atau saat persalinan sehingga darah terkumpul di antara plasenta dan
rahim. Solusio plasenta dapat menyebabkan kondisi yang membahayakan baik bagi ibu
maupun bayi. Tanda dan gejala lain dari solusio plasenta adalah nyeri perut, keluarnya
gumpalan darah dari vagina, nyeri tekan rahim dan sakit pinggang.
Solusio plasenta merupakan suatu keadaan di mana plasenta terlepas dari dinding rahim
sebelum atau saat melahirkan yang mengakibatkan adanya genangan darah (terkumpulnya
darah) di antara plasenta dan rahim. Keadaan ini dapat sangat berbahaya bagi ibu dan
bayinya.
Gejala lain dari solusio plasenta adalah nyeri perut, keluarnya bekuan darah dari dalam
vagina, rahim terasa lunak, dan nyeri pinggang atau punggung.
3. Robekan rahim
Pada kasus yang sangat jarang, bekas irisan dari operasi seksio sesarea sebelumnya bisa
robek saat hamil. Kondisi ini bisa terjadi terutama jika irisan seksio sesarea tersebut vertikal
bukan transversal seperti umumnya. Robekan rahim merupakan kondisi yang bisa
mengancam jiwa dan membutuhkan operasi seksio sesarea darurat untuk menyelamatkan
jiwa bayi dan ibu. Gejala lain dari robekan rahim adalah nyeri dan nyeri tekan pada dinding
perut.
Ruptur uterus atau robeknya rahim merupakan suatu keadaan yang jarang terjadi yang dapat
disebabkan oleh terbukanya jaringan parut bekas operasi caesar sebelumnya selama
kehamilan. Robeknya rahim ini dapat membahayakan jiwa anda dan membutuhkan tindakan
caesar segera. Gejala ruptur uterus lainnya adalah nyeri perut dan perut terasa lunak.
4. Vasa previa
Merupakan kondisi yang sangat jarang di mana tali pusat tidak langsung menempel di
plasenta tetapi pembuluh darah dari tali pusat menuju ke plasenta melalui selaput ketuban dan
pembuluh darah ini melewati serta menutup jalan lahir. Vasa previa sangat berbahaya
terhadap bayi karena pembuluh darah yang menutup jalan lahir tersebut dapat robek sehingga
aliran oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi terputus dan dapat menyebabkan bayi kekurangan
oksigen hingga kematian bayi. Tanda lain dari vasa previa adalah detak jantung janin yang
tidak normal dan perdarahan yang banyak.
Vasa previa merupakan suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, di mana pembuluh darah
bayi pada tali pusat atau plasenta berada pada jalan lahir. Vasa previa dapat sangat berbahaya
bagi bayi anda karena pembuluh darah ini dapat robek dan menyebabkan bayi anda
mengalami perdarahan hebat dan kekurangan oksigen. Gejala lain dari vasa previa adalah
denyut jantung bayi abnormal dan perdarahan hebat.
5. Persalinan prematur
Pada kehamilan lanjut, adanya perdarahan dari vagina bisa berarti tanda dimulainya proses
melahirkan. Jika proses persalinan terjadi sebelum 37 minggu maka kondisi ini disebut
persalinan prematur (kurang bulan). Tanda lain dari persalinan prematur antara lain :
 Keluarnya ‘mucus plug’ (lendir yang menutup mulut rahim) dari vagina, dan biasanya disertai
sedikit darah (disebut sebagai ‘bloody show’)
 Kram perut berulang bisa disertai dengan sakit pinggang.
 Tekanan pada panggul atau perut bawah.
 Kontraksi teratur atau sering (4x setiap 20 menit selama lebih dari sejam).
 Pecah ketuban.
Jika perdarahan dan gejala dimulainya persalinan terjadi sebelum 37 minggu maka sebaiknya
konsultasi ke dokter karena dikhawatirkan bunda mengalami persalinan prematur.
Perdarahan dari vagina saat hamil tua dapat merupakan tanda bahwa tubuh anda sedang
bersiap untuk melahirkan. Beberapa hari atau minggu sebelum melahirkan, suatu lapisan
lendir yang menutupi serviks dapat keluar melalui vagina dan mungkin juga mengandung
sedikit darah (lendir darah). Jika perdarahan dan tanda-tanda kehamilan dimulai sebelum
kehamilan berusia 37 minggu, segera hubungi dokter atau bidan anda karena anda mungkin
akan mengalami kelahiran prematur. Gejala lain dari kelahiran premature adalah adanya
kontraksi rahim, keluarnya cairan atau lendir dari vagina, adanya tekanan pada perut, dan
nyeri pada punggung bawah atau pinggang.
Penyebab lain perdarahan pada kehamilan lanjut antara lain :
 Cedera pada mulut rahim atau vagina
 Polip
 Kanker.
2. Apa penyebab muntah-muntah hebat selama kehamilan 12-14 minggu
(awal kehamilan)?

Mual dan muntah di awal kehamilan memang  wajar. Tapi jika berlebihan, bisa berbahaya. Dan
sekitar 1,5%-2% dari seluruh kehamilan,  calon ibu bisa  mengalami mual dan muntah yang ekstrim.
Atasi segera!
    
Hyperemesis Gravidarum. Mual dan muntah berlebihan disebut juga dengan Hyperemesis
Gravidarum. Penderita hyperemesis gravidarum dapat mengalami muntah hingga 10 kali dalam
sehari, sehingga mengganggu kesehatan dan aktivitas sehari-hari. Mual dan muntah yang berlebihan
ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan, jika tidak ditangani dengan serius.

Gejala hyperemesis gravidarum biasanya muncul antara 4-6 minggu usia kehamilan dan dapat
mencapai puncaknya antara 9-13 minggu usia kehamilan. Kebanyakan ibu hamil menerima bantuan
antara minggu ke 14 – 20 usia kehamilan, namun 20% dari ibu hamil yang mengalami hyperemesis
gravidarum butuh perawatan sepanjang sisa kehamilan mereka.

Penyebab muntah berlebih belum diketahui secara pasti penyebabnya.

 Perubahan hormon pada ibu hamil berupa HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang
berguna untuk meningkatkan produksi hormon progesteron oleh indung telur atau ovum
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Hormon ini adalah hormon yang dilepaskan
plasenta. Kadar hormon HCG yang tinggi dalam darah ibu memicu rasa mual dan muntah.
 Kehamilan kembar atau lebih. Dalam kehamilan tunggal, biasanya konsentrasi HCG
meningkat cepat selama minggu pertama, dan menjadi ganda setiap dua atau tiga hari
selanjutnya. Pada kehamilan kembar atau lebih, kadar HCG dapat meningkat lebih jauh lebih
tinggi dari hamil tunggal.
 Pernah mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya mempunyai
kemungkinan mengalami hal yang sama pada kehamilan berikutnya.
Akibat muntah berlebihan.
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, sehingga terjadi dehidrasi.
 Berat badan menurun, denyut nadi meningkat menjadi 100 kali permenit dan tekanan darah
menurun.
 Kekurangan asupan, sehingga nutrisi tidak terpenuhi secara optimal. Akibatnya
pertumbuhan janin terganggu. Bahkan jika kekurangan gizi berlangsung terus menerus, lama
kelamaan janin bisa meninggal.
 Pada kejadian muntah berlebihan selama kehamilan yang bersifat parah, dapat
mengakibatkan gangguan hati.
Bedanya dengan Morning Sickness. Pada morning sickness mual kadang disertai muntah dan akan
reda pada usia kehamilan 12 minggu atau segera setelahnya. Sedangkan pada hyperemesis
gravidarum mual yang terjadi dapat disertai dengan muntah hebat yang dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari karena penderitanya menjadi lemas. Morning sickness tidak mengakibatkan dehidrasi,
mudah diatasi dengan minuman hangat dan makanan ringan.

Penyebab morning sickness adalah meningkatnya kadar hormon Human Chorionic


Gonadotropin (hCG) di dalam tubuh. Hormon ini diproduksi setelah terjadi pembuahan serta
adanya jaringan plasenta (ari-ari, dalam Bahasa Jawa) yang terbentuk di awal pertumbuhan
janin (calon bayi).
Kadar hCG akan meningkat pada usia 10-12 minggu pertama kehamilan, selanjutnya
menurun dan akan stabil hingga menjelang proses persalinan. Munculnya hCG merangsang
dinding lambung sehingga menimbulkan mual, selain itu juga menyebabkan cepat
dikeluarkannya gula di dalam darah sehingga memicu rasa lapar sekaligus mual berlebihan.
Mual dan muntah berlebihan hingga wanita berada dalam kondisi lemah yang bertambah-
tambah adalah hal yang lazim terjadi. Namun bagaimana jika pada awal kehamilan wanita
tidak mengalami hal tersebut?
Trus-truus.. Apa hubungan antara muntah-muntah dengan kuat/lemahnya kandungan?
Kembali ke hormon hCG tadi Mums.. fungsi dari hormon tersebut adalah menjaga atau
mempertahankan kehamilan, seperti penguat, terutama pada usia kehamilan muda. Dengan
begitu janin dapat menempel pada rahim wanita hamil.
Dengan tidak muntahnya wanita hamil dikhawatirkan hCG-nya terlalu rendah sehingga
penguatnya kurang dimana janin kurang dapat menempel pada rahim yang dikhawatirkan
wanita hamil rentan mengalami keguguran (hilangnya janin sebelum minggu ke-20
kehamilan)
Mual muntah di awal kehamilan atau morning sickness adalah gejala yang wajar dialami
sebagian besar ibu hamil. Tetapi perlu diwaspadai jika mual dan muntah berat masih
berlanjut sampai trimester kedua kehamilan.
Mual dan muntah berat atau disebut hyperemesis gravidarum di trimester dua kehamilan bisa
meningkatkan risiko preeklampsia atau keracunan kehamilan sampai 1,4 kali. Kondisi itu
bisa membuat bayi lahir dengan berat rendah.
Wanita yang menderita hyperemesis gravidarum biasanya harus mendapatkan perawatan di
rumah sakit. Dibanding dengan wanita yang tak menderita mual muntah hebat, mereka
beresiko tiga kali lipat mengalami gangguan plasenta berupa plasenta terpisah dari dinding
rahim.
Memang tak banyak wanita yang menderita mual dan muntah hebat sampai memerlukan
perawatan di rumah sakit. Dalam penelitian yang dilakukan tim dari Swedia terhadap satu
juta wanita, hanya 1,1 persen saja yang dirawat karena kondisi tersebut.
Hyperemesis gravidarum menjadi perhatian media internasional setelah Kate Middleton, the
duchess of Cambridge, mendapat perawatan di rumah sakit selama 4 hari karena kondisi
tersebut. Ia juga dikabarkan menjalani hipnoterapi untuk mengurangi gejala mual muntahnya.
Mual dan muntah yang parah bisa menyebabkan malnutrisi dan dehidrasi pada ibu hamil.
Bahkan bisa juga menyebabkan bayi lahir prematur.
Menurut Marie Bolin, peneliti dari Swedia, hyperemsis gravidarum di trimester kedua
kehamilan harus mendapat perhatian serius dari dokter.
Normalnya, gejala morning sickness akan menghilang di minggu 10-16 kehamilan. Mual dan
muntah berat biasanya terjadi karena tingginya hormon human chorionic gonadotropin
(hCG) yang dibuat plasenta dan diproduksi di awal kehamilan.
Kadar hCG yang tinggi ditrimester kedua bisa mengindikasikan adanya pembentukan
plasenta yang abnormal.
Inilah 15 Penyebab Muntah

Catatan : Penyebab sering (no 1-2) dan penyebab jarang (no. 3-15)
1.  Infeksi virus dan gastroentritis akut.
Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah gastroenteristis akut biasanya
oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena
infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah
berak. Gejala infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali muntah
sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi
rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain
yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi virus bukan rotavirus
biasanya hanya terdapat keluhan muntah sering tanpa diikuti diare yang hebat
   
2. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal refluks. Pada penderita ini,
biasanya keluhan muntah atau gumoh sering saat usia di bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia
itu keluhan berangsur berkurang dan akan membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada
umumnya usia 3-6 bulan muntah hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik dengan
pertambahan usia. Serangan gangguan muntah akan lebih berat saat terjadi infeksi saluran
napas atau infeksi virus lainnya. Keluhan infeksi virus biasanya disertai keluhan demam,
badan hangat, badan pegal, nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk atau pilek.
Makanan pada penderita alergi makanan bisa menyebabkan muntah tetapi hanya lebih ringan
dan dalam beberapa saat akan berkurang. Penderita alergi dengan GER biasanya disertai
dengan alergi pada kulit, hidung dan saluran napas.
   
3. Stenosis pilorus
Ini merupakan gangguan yang terjadi pada bayi berupa penyempitan pada bagian ujung
lubang tepat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya
sejumlah kecil makanan bisa masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak
mengalami penurunan berat badan. Kondisi ini biasanya menyebabkan "muntah proyektil"
sangat kuat dan merupakan indikasi untuk operasi mendesak.
4. Obstruksi usus (sumbatan pada saluran cerna)

5. Terlalu banyak makan

6. Peritonitis (radang pada selaput perut yang membungkus seluruh organ perut dan
membatasi rongga  perut)
7.  Ileus (berhentinya untuk sementara kontraksi normal dinding usus)

8. Kolesistitis (peradangan pada kandung empedu), pankreatitis (peradangan pada


pankreas), usus buntu, hepatitis (peradangan pada hati)

9. Keracunan makanan

10.  Sistem sensorik dan otak


Penyebab dalam sistem sensorik di antaranya adalah gerakan, motion sickness (yang
disebabkan oleh overstimulation dari labirin kanal-kanal telinga), dan penyakit ménière
(kelainan yang memengaruhi bagian dalam telinga). Penyebab di otak di antaranya, gegar
otak, perdarahan otak, migrain, tumor otak, yang dapat menyebabkan kerusakan
kemoreseptor dan intrakranial jinak hipertensi dan hidrosefalus.
11. Gangguan metabolik
Ini mungkin mengganggu baik pada perut dan bagian-bagian otak yang mengkoordinasikan
muntah, hypercalcemia (kadar kalsium tinggi), uremia (penumpukan urea, biasanya karena
gagal ginjal), adrenal insufisiensi, hipoglikemia dan hiperglikemia.
 
12. Hiperemesis (mual berlebihan pada saat kehamilan), morning sickness.

13.  Reaksi obat


Muntah dapat terjadi sebagai respon somatik akut, efek dari alkohol, opioid, selective
serotonin reuptake inhibitor. Banyak obat kemoterapi dan beberapa entheogen (seperti
peyote atau ayahuasca) menyebabkan muntah.

14  Penyakit akibat virus norwalk, flu babi dan berbagai penyakit infeksi lainnya.
15.  Lain-lain:
-  Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa)
-  Untuk menghilangkan racun tertelan (beberapa racun tidak boleh dimuntahkan karena
mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau disedot, karena lebih baik untuk meminta
bantuan sebelum menginduksi muntah)
-  Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan mengalami muntah guna
memberi ruang dalam perut mereka untuk konsumsi alkohol lebih lanjut.
-  Pasca operasi (mual dan muntah pasca operasi)
-  bau atau pikiran (seperti materi membusuk, muntah orang lain, memikirkan muntah), dll
-  Nyeri ekstrim, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard (serangan jantung)
-  Kekerasan, emosi
-  Sindrom muntah siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS) (kondisi buruk-dipahami dengan
serangan muntah)
-  Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah di korban
-  Batuk, cegukan, atau asma
-  Gugup
-  Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan.
-  Dipukul keras di perut.
-  Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan muntah tak lama
kemudian).
-  Sindrom ruminasi, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang menyebabkan
penderita memuntahkan makanan yang tak lama setelah dikonsumsi.
3. Bagaimana akibat dari muntah-muntah hebat kehamilan 12-14 minggu
(awal kehamilan)?

  Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada saat hamil sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menyebabkan keadaan umum tubuh ibu hamil memburuk.
Sebenarnya mual dan muntah merupakan hal yang biasa dialami oleh ibu hamil pada kehamilan
trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan), kurang lebih pada 6 pekan setelah haid terakhir dan
umumnya terjadi selama 10 pekan. Akan tetapi, mual dan muntah ini akan menjadi masalah yang
sangat mengganggu jika terjadi secara berlebihan, yaitu ketika terlalu sering dan parah (bisa sama
sekali tidak bisa makan/minum) dan bertahan lebih lama (bahkan kadang terjadi selama sembilan
bulan penuh). Mual dan muntah yang terus-menerus akan menyebabkan terjadinya dehidrasi
(kekurangan cairan) dan kekurangan kadar mineral dalam tubuh karena banyak cairan tubuh keluar
lewat muntahan. Di samping itu, hiperemesis juga bisa mengakibatkan rusaknya organ hati dan
robeknya selaput lendir kerongkongan dan lambung (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi
perdarahan di saluran cerna. Jika tidak dirawat dan mendapat penanganan yang memadai,
hiperemesis bisa menjurus pada kekurangan gizi dan dapat membahayakan ibu serta janin yang
dikandungnya.

Gejala hiperemesis gravidarum


Kondisi HG jauh lebih buruk dibandingkan mual dan muntah pada saat hamil atau “morning
sickness” biasa. Tanda-tanda dan gejala HG yaitu:
 Mual dan muntah yang berkepanjangan – beberapa wanita muntah sampai 50 kali
sehari.
 Dehidrasi – tidak memiliki cukup cairan pada tubuh, karena Anda tidak bisa minum.
Jika Anda minum kurang dari 500 ml sehari, Anda perlu mencari bantuan.
 Ketosis – kondisi serius yang berdampak pada penumpukan asam kimia dalam darah
dan urin; keton diproduksi saat tubuh memecah lemak, bukan glukosa, untuk tenaga.
 Kehilangan berat badan.
 Tekanan darah rendah (hipotensi) saat berdiri.
Tidak seperti mual dan muntah saat hamil pada umumnya, HG mungkin tidak akan membaik
setelah 14 minggu dan mungkin belum akan hilang sepenuhnya setelah bayi lahir, meskipun
beberapa gejala mungkin akan membaik sekitar 20 minggu. Temui bidan atau dokter Anda
jika Anda mengalami mual dan muntah parah, idealnya sebelum Anda menderita dehidrasi
dan kehilangan berat badan.
Ada beberapa kondisi lainnya yang menyebabkan mual dan muntah, seperti radang usus
buntu, yang perlu ditangani lebih dulu oleh dokter Anda.
Apa penyebab hiperemesis gravidarum?
Penyebab HG tidak diketahui, begitupun dengan kenapa beberapa wanita bisa mengalaminya
dan lainnya tidak. Beberapa ahli percaya hal ini terkait dengan perubahan hormon tubuh yang
terjadi selama kehamilan.
Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa HG menurun pada keluarga, jadi bila
Anda memiliki ibu atau saudara kandung perempuan yang mengalami HG saat kehamilan,
Anda mungkin juga akan mengalaminya.
Jika Anda pernah memiliki HG pada kehamilan sebelumnya, Anda lebih rawan
mengalaminya lagi pada kehamilan selanjutnya, daripada wanita yang tidak pernah
mengalami sebelumnya. Jadi akan lebih baik bila Anda mempersiapkan diri Anda lebih siap
lagi.
Apakah hiperemesis gravidarum membahayakan bayi?
HG memiliki gejala yang tidak mengenakkan, tapi berita baiknya kemungkinan besar tidak
akan membahayakan bayi Anda, jika ditangani dengan efektif. Namun, jika HG
menyebabkan kehilangan berat badan, risiko kelahiran bayi untuk lahir dengan ukuran yang
lebih kecil (berat badan lahir rendah) akan meningkat. Itulah mengapa dehidrasi penting
untuk diawasi.
Pregnancy Sickness Support berhubungan dengan banyak wanita yang memiliki HG, dan
mereka melaporkan adanya gejala berikut sebagai tambahan pada gejala utama yang
disebutkan di atas, yaitu:
 Peningkatan drastis indra penciuman
 Produksi air liur berlebih atau ptyalism
 Sakit kepala dan sembelit yang disebabkan dehidrasi
 Rasa sakit dan tekanan akibat waktu yang lama di tempat tidur
 Inkontinesia urin (mengompol), disebabkan kombinasi muntah dan hormon kehamilan
relaxin
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, Anda tidak sendiri. Banyak wanita yang berhasil
melewati kondisi ini sampai HG berhenti atau bayinya lahir.
Apa pengaruh hiperemesis gravidarum terhadap kondisi
saya?
Rasa mual dan muntah akibat HG dapat memberi pengaruh besar pada hidup Anda, di mana
Anda seherusnya bisa menikmati kehamilan dan menantikan kelahiran bayi Anda. Hal ini
dapat mempengaruhi Anda secara emosional dan fisik. Gejala-gejala tersebut tidak hanya
membuat Anda menderita, tapi juga dapat menyebabkan komplikasi seperti depresi atau
luka pada esofagus.
Rasa mual yang parah dapat sangat melelahkan dan menghambat aktivitas sehari-hari Anda,
seperti bekerja atau bahkan bangun dari tempat tidur. Anda juga dapat merasakan:
 Gelisah saat pergi keluar atau jauh dari rumah, jika ingin muntah
 Terkucilkan, karena Anda tidak tahu siapa-siapa yang mengerti bagaimana rasanya memiliki
HG
 Bingung, kenapa hal ini dapat terjadi pada Anda
 Tidak yakin apakah Anda dapat bertahan dengan kehamilan jika terus-terusan merasa mual
Dampak dan komplikasi
-  Dehidrasi. Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah cairan akan keluar,
sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang tadinya penting untuk berperan dalam
homeostasis. Dehidrasi ini akan berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus,
lemas, anak gelisah. Bila berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah turun, gangguan
jantung, kejang, penurunan kesadaran, bahkan dapat mengancam jiwa.
-  Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.
- Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada saat muntah, asam
lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika asam lambung keluar dan berada di
dalam mulut, maka akan merusak email gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan gampang
rusak.
4. Bagaimana hubungan perdarahan dari kemaluan dengan muntah-
muntah hebat?

Penyakit Kista Dan Miom


Secara garis besar, kista dan miom hampir mirip, yaitu sama2 tumor . bedanya, kista berisi cairan
dan berupa gelembung, sedangkan miom adalah daging tumbuh (semacam kutil) yg tumbuh di
bagian rahim. kista sampai kini belum jelas penyebabnya, tapi diduga karena zat kimia yg
mengendap dalam tubuh sedangkan miom lebih banyak karena faktor hormonal disamping faktor
stres/kecapekan/gaya hidup tdk seimbang.

kista-dan-miomkista dan miom gejalanya pun mirip, yaitu: sering merasa beser (pingin pipis terus),
nyeri perut bagian bawah, nyeri saat haid. kista kadang bisa teraba dari luar seperti ada benjolan
pada perut, dan miom sering mengakibatkan volume haid over, haid tidak teratur (terlalu pendek
siklusnya), dan nyeri saat ML. pada beberapa kasus, ada juga gejala nyeri yang tidak dirasakan walau
sebenarnya telah ada kista.

Penyakit miom ditandai dengan nyeri pinggul atau perut. Perut terasa penuh atau terkadang seperti
wanita yang sedang hamil.Karena kandung kemih tertekan, wanita yang mengalami miom sering
buang air kecil.

Gangguan saat haid seperti nyeri hebat saat haid, haid tidak teratur dan pendarahan yang tidak
normal, bisa lebih banyak darah yang keluar atau lebih lama. Gejala lainnya adalah nyeri saat
bersenggama.

Berikut ini adalah gejala umum dari penyakit kista dan miom :
 Keluhan nyeri ketiak menjelang atau dalam masa haid, beberapa penderita bahkan ada yang
bisa sampai pingsan karena tidak tahan saking sakit nya menahan
 Nyeri perut pada bagian bawah
 Rasa sakit seperti di gigit semut di bagian bawah perut kiri dan kanan secara bergantian
 Haid yang sangat banyak atau justru terlalu sedikit
 Perubahan pola haid, misalnya terlambat haid atau pendarahan di antaranya periode haid
 Sering merasa ingin buang air besar / kecil karena jaringan kista terus membesar semakin
menekan kandung kemih sehingga tidak dapat menampung banyak air seni
 Pada keadaan lanjut dapat teraba benjolan di daerah perut
 Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
 Nyeri perut hebat di sertai mual dan muntah
 Pembesaran perut akibat beberapa jenis kista yang cenderung tubuh makin besar
 Keluhan sakit pada pinggang belakang
 Sakit saat berhubungan seks atau intim
 Jika kista pecah misalnya saat berhubungan seksual penderita akan merasa nyeri bertambah
bila melakukan aktivitas fisik

Berikut Ini Bahaya Miom Pada Ibu Hamil


Hingga kini, penyebab dari miom masih belum diketahui. Namun beberapa ahli mengatakan kondisi
ini dikaitkan dengan hormon estrogen (hormon reproduksi yang dihasilkan oleh ovarium). Miom
lebih sering muncul pada wanita dengan berat badan berlebih atau yang mengalami obesitas. 

Hamil dengan miom bunda perlu waspada.Biasanya pada masa Trisemester pertama ada ancaman
keguguran yang disebabkan oleh membesarnya miom yang akan menekan embrio sehingga tidak
akan bisa menempel lebih baik pada dinding rahim.Bila kehamian anda terus berlanjut miom juga
dapat mendesak janin sampai ke plasenta previa (plasenta akan tumbuh dibawah rahim dan
menyebabkan pendarahan pada saat persalinan.

Demikianlah Mengenal  saat Miom dan Bahaya yang ditimbulkan selama kehamilan.Dengan
mengetahui artikel diatas paling tidak anda mempunyai wawasan tentang penyakit tersebut.Selalu
konsultasi kepada Dokter yang ahli secara berkala agr mendapatkan hasil yang terbaik.

Menstruasi yang dimulai terlalu dini, banyak mengonsumsi daging merah dibandingkan sayur-
sayuran dan buah-buahan, dan kebiasaan mengonsumsi alkohol dapat memicu timbulnya miom.
Biasanya miom muncul pada usia sekitar 30-50 tahun dan juga pada ibu yang sedang mengandung
(hamil) dimana hormon esterogennya sangat tinggi.

Miom dapat merebut makanan yang seharusnya di berikan pada janin, sehingga bila dibiarkan dapat
menyebabkan kematian pada janin dalam kandungan. Gangguan yang dapat ditimbulkan miom
antara lain kontraksi dini, perdarahan dan jalan lahir tertutup. Jika miom terus membesar dan
mendesak janin, maka ada kemungkinan ibu hamil akan mengalami plasenta previa atau plasenta
tumbuh di bawah rahim yang kerap mengakibatkan perdarahan saat proses persalinan. Perdarahan
ini sangat membahayakan jiwa si ibu, dan juga miom dapat menyebabkan keguguran.

Mengerikan bukan? Namun anda tidak usah khawatir karena disini kami selaku agen obat herbal
online terbaik dan terpercaya di Indonesia merekomendasikan produk kesehatan "Crystal X" dari
teripang laut yang dapat mengobati penyakit miom, sangat cocok dan aman untuk di konsumsi oleh
ibu hamil.

Di rahim dapat muncul satu atau lebih miom. Ukuran miom beragam mulai dari sekecil kacang
polong hingga sebesar buah anggur. Pada umumnya miom tetap kecil, tetapi perkembangannya
tidak terduga. Ada yang berkembang dengan perlahan, adapula yang berkembang dengan sangat
cepat. Sebagian besar kasus miom tidak berbahaya, tidak berhubungan dengan peningkatan risiko
kanker, dan sangat jarang berubah menjadi kanker.
Miom membutuhkan penanganan segera jika menimbulkan nyeri panggul yang tajam, tetapi hal ini
jarang terjadi. Pada umumnya miom tidak menyebabkan masalah dan jarang membutuhkan
penanganan. Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau
menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah.

Penyebab Pada Ibu Hamil


Penyebab terjadinya miom - mioma masih belum jelas diketahui, meski terdapat dugaan faktor
turunan mempunyai peranan terhadap penyakit ini. Bilamana terdapat wanita lain dalam keluarga
yang mempunyai miom, mungkin Anda juga dapat mempunyai miom.

Pertumbuhan miom juga dikendalikan oleh faktor hormonal, terutama hormon estrogen. Miom
cenderung berkembang pada masa reproduksi, dan dapat bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan, yang mana kadar estrogennya sangat tinggi. Miom biasanya menyusut setelah
menopause ketika kadar estrogen menurun. Hormon lain misal progesteron, juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan miom.

Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah ketidakseimbangan emosi misal sering stres, daya
tahan tubuh rendah, gaya hidup yang tidak seimbang, semua itu menyebabkan gangguan pada
hormon dan kemungkinan timbul miom. Ukuran besar-kecilnya miom juga dipengaruhi oleh jumlah
kalori pada tubuh karena timbunan kalori dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan miom. Makin
gemuk seseorang, makin banyak timbunan kalorinya, dan membuat miom tumbuh cepat.

Miom juga dapat terjadi karena adanya faktor bakat, yang kemudian dipicu oleh rangsangan-
rangsangan hormon (karena emosi tidak stabil), makan sembarangan dan berat badan yang
berlebihan. Rangsangan-rangsangan tersebut yang membuat pertumbuhan miom lebih cepat.
Namun pertumbuhan miom paling sedikit memerlukan waktu sekitar 8 tahun.

Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa menjadi perangsang pertumbuhan miom atau
memungkinkan miom tumbuh kembali walaupun telah diangkat. Oleh karena itu kebersihan alat
kelamin, berat badan tubuh, dan keseimbangan emosi harus dijaga agar miom tidak terangsang
pertumbuhannya.

5. Apa penyebab konjungtiva anemis pada ibu hamil?

6. Mengapa Ny. Animah bisa mengalami perdarahan kondisi berat?


10 Penyebab Pendarahan Saat Hamil Harus Dihindari    
Pendarahan selama hamil bisa menjadi hal yang sangat menakutkan untuk semua ibu hamil.
Pendarahan berarti bahwa ada darah yang keluar dari vagina secara tidak sengaja. Ini bisa
menjadi indikasi tertentu yang menyebabkan gangguan kehamilan. Perawatan atau
pemeriksaan segera diperlukan jika ada pendarahan baik yang terjadi pada trimester satu
hingga trimester ketiga. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mencari tahu
apa penyebab pendarahan. Kemudian dokter akan melakukan cara medis untuk menjaga
kondisi ibu dan bayi tetap bisa diselamatkan. Terkadang pendarahan hanya membutuhkan
istirahat total sehingga ibu tidak dalam kondisi yang berbahaya.
Berikut ini adalah beberapa penyebab pendarahan saat hamil yang harus diperhatikan oleh
semua ibu hamil.
1. Pendarahan akibat implantasi (trimester pertama)
Pendarahan yang terjadi pada trimester pertama terutama selama awal kehamilan bisa terjadi
akibat adanya implantasi. Hal ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada
bagian dinding rahim sehingga menyebabkan keluar bercak darah merah daria vagina.
Biasanya pendarahan ini sangat ringan dan terjadi selama satu atau dua hari. Namun darah
yang dikeluarkan sangat ringan, berselaput dan berwarna merah muda. Bahkan biasanya
banyak wanita yang mengalami hal ini tapi tidak berpikir jika mereka sedang hamil.
Pemeriksaan tetap diperlukan untuk mengetahui kondisi kehamilan.(baca: cara membedakan
darah haid dan darah awal kehamilan)
2. Pendarahan normal
Pendarahan normal selama kehamilan hanya dialami oleh beberapa ibu hamil saja. Hal ini
biasanya berhubungan dengan kondisi bahwa hormon kehamilan tidak bisa bekerja untuk
menghentikan menstruasi. Kemudian menstruasi akan datang selama hamil di usia kehamilan
antara 4 sampai 12 minggu kehamilan. Pendarahan akan disertai dengan beberapa tanda
menstruasi seperti pinggang yang nyeri, tekanan perut dan juga sakit kepala. jika sudah
seperti ini maka pendarahan bisa terjadi dengan waktu seperti ketika menstruasi. Pemeriksaan
dokter diperlukan untuk mengetahui bahwa kehamilan Anda baik-baik saja.
3. Pertanda keguguran
Pendarahan yang paling menakutkan untuk ibu hamil adalah jika ini termasuk pendarahan
yang disebabkan karena keguguran. Ada banyak penyebab keguguran termasuk kondisi
kesehatan kandungan yang lemah, janin yang kurang sehat, penyakit pada ibu hamil
dan bahaya kelelahan pada ibu hamil. Pendarahan akibat keguguran biasanya terjadi secara
spontan dan darah yang keluar diawali dengan jumlah yang lebih sedikit lalu menjadi banyak.
Jika seperti ini maka dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab dan
cara untuk mempertahankan janin jika memungkinkan sesuai kesehatan ibu. Perawatan yang
tepat bisa mencegah akibat keguguran yang buruk untuk ibu.
4. Akibat hubungan intim selama kehamilan
Hubungan intim selama kehamilan memang tidak dilarang, namun sebaiknya tidak dilakukan
pada trimester pertama. Ini menjadi pendarahan yang sangat umum untuk ibu hamil dan
biasanya memang tidak serius. Pendarahan terjadi ketika bagian leher rahim ibu mendapatkan
tekanan dari luar sehingga darah ringan akan keluar. Bayi dalam rahim umumnya akan sangat
aman sehingga orang tua tidak perlu merasa khawatir. Namun jika pendarahan disertai
dengan rasa sakit maka ibu harus segera pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan
yang lebih lengkap. Kondisi ini bisa  berkembang menjadi abortus imminens diawal
kehamilan. 
5. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah sebuah kehamilan yang biasanya terjadi di luar bagian rahim atau
pada bagian saluran tuba falopi. Kehamilan ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
kondisi kesehatan ibu menurun dan resiko kematian akibat komplikasi internal. Berbagai
tanda kehamilan ektopik yang sama seperti kehamilan normal sering menyebabkan masalah
ini baru diketahui setelah usia janin mencapai 3 bulan. Ketika terjadi pendarahan maka ini
menunjukkan bahwa kehamilan yang terjadi di saluran tuba telah pecah sehingga ada indikasi
pendarahan internal. Kehamilan ektopik harus diobati dengan jalan operasi untuk mencegah
penyakit yang lebih berbahaya untuk ibu.
6. Masalah plasenta letak rendah 
Plasenta previa adalah sebuah kondisi yang menyebabkan letak plasenta tidak sesuai dengan
kondisi yang umum. Bisa saja plasenta terletak lebih rendah dari bayi atau di bagian yang
tidak normal. Kondisi ini biasanya menyebabkan ibu mengalami pendarahan di trimester
kedua. Plasenta previa sering ditandai dengan kram pada perut bawah, tidak nyaman pada
bagian punggung belakang, gerakan bayi yang menurun, dan pendarahan. Hal ini juga bisa
menyebabkan ibu mengalami sakit perut bawah yang parah.Jjika kasus plasenta previa sudah
diketahui maka persalinan caesar lebih baik untuk dilakukan. Terlalu berbahaya jika ibu ingin
menjalani persalinan normal karena letak plasenta yang tidak normal. Masalah plasenta ini
bisa mengganggu perkembangan janin.
7. Masalah fibroid rahim
Masalah fibroid rahim juga bisa menyebabkan ibu hamil mengalami pendarahan. Jaringan
yang terbentuk pada bagian rahim ini biasanya sudah terjadi semenjak kehamilan. Namun
umumnya selama kehamilan maka fibroid atau jaringan akan mengecil lalu sembuh secara
alami. Tapi beberapa ibu hamil justru mengalami pendarahan akibat hormon kehamilan tidak
bisa mencegah pertumbuhan jaringan. Bahkan jika kondisi rahim sangat buruk atau lemah
maka bisa menyebabkan kehamilan ektopik. Beberapa ibu hamil biasanya sering ditandai
dengan pendarahan yang ringan hingga berat. Dokter biasanya akan memberikan keputusan
setelah semua pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan diperlukan jika memungkinkan untuk
mempertahankan kehamilan atau tidak.
8. Infeksi vagina
Beberapa ibu hamil yang mengalami infeksi vagina juga bisa terkena pendarahan.
Pendarahan bisa menjadi indikasi yang ringan atau berat sesuai dengan kondisi ibu hamil. 
Penyebab infeksi biasanya adalah bakteri vaginosis yang memang biasanya tinggal dalam
bagian leher rahim. Jika leher rahim mengalami pendarahan maka darah akan mengalir
sedikit. Jika tidak dirawat maka infeksi bisa menyebar ke bagian dalam ruang reproduksi lain.
Termasuk juga menyerang janin yang ada di dalam rahim. Perawatan untuk infeksi biasanya
dilakukan dengan pemberian antibiotik khusus untuk ibu hamil. Awalnya tanda infeksi yang
umum menjadi penyebab keputihan pada ibu hamil
9. Masalah solusio planseta
Kondisi solusio plasenta selalu diawali dengan rasa sakit perut bawah yang sangat kuat, kram
perut yang berat, rasa sakit pada kandungan dan juga nyeri punggung yang tembus hingga
perut. Hal ini disebabkan karena bagian plasenta telah memisahkan diri dari dinding rahim.
Ini kondisi yang sangat berbahaya baik untuk ibu hamil atau bayi. Bahkan jika tidak dirawat
dengan baik maka bisa menyebabkan bayi dan ibu meninggal. Karena itu pemeriksaan untuk
mengetahui kondisi bayi sangat diperlukan. Karena ini terjadi pada trimester ketiga maka
dokter akan memutuskan jika bayi bisa dilahirkan atau harus dipertahankan.
10. Persalinan prematur
Pendarahan bisa menjadi tanda persalinan permatur yang terjadi pada usia kehamilan setelah
20 minggu. Awalnya memang kondisi ini sering tidak disadari karena ibu berpikir ini
kejadian yang sangat normal. Namun persalinan prematur selalu ditandai dengan berbagai
gejala yang lain seperti kontraksi yang muncul lebih sering, kram, nyeri punggung, tekanan
pada bagian panggul dan perasaan seperti ingin melahirkan. Namun dokter biasanya memberi
obat untuk mencegah kelahirkan prematur sesuai penyebab atau mencoba mengambil resiko
dengan tetap melakukan operasi caesar.
7. Mengapa terjadi IUGR dan Anemia?
a. IUGR
Selama dalam rahim berat bayi bisa lebih kecil dari normal, kondisi yg biasa disebut bayi
kecil masa kehamilan atau Intra Uterine Growth Restriction (IUGR).IUGR adalah kondisi
dimana bayi gagal tumbuh sesuai harapan (lebih kecil) dari normalnya saat dalam rahim.Jadi
pada IUGR berat badan bayi lebih kecil dibanding bayi normal pada usia kehamilan saat itu.
Bayi dengan IUGR akan lahir dengan berat yang kurang dari normal (kecil).Namun perlu
diketahui, bahwa tidak semua bayi yang lahir kecil itu tidak normal (IUGR).Ada pula bayi
lahir kecil namun normal, krn faktor keturunan dan keluarga yang memang juga kecil.
Apa penyebab IUGR?Dalam banyak kasus, IUGR disebabkan adanya gangguan penyaluran
oksigen dan nutrisi ke bayi dalam rahim.Kurangnya nutrisi dalam rahim membuat
pertumbuhan bayi terganggu, sehingga menjadi berat bayi menjadi lebih kecil dari normal.
Penyebab utama adalah gangguan plasenta (ari2), dimana fungsi plasenta tidak berjalan
dengan baik untuk menyalurkan nutrisi ke bayi.
Penyebab lain #IUGR meliputi:
 Pola hidup tidak sehat: merokok, alkohol, atau penyalahgunaan obat-obatan
 Terpapar infeksi seperti: CMV, Rubella, toxoplasmosis, dan sifilis
 Memakai obat-obatan tertentu karena penyakit yg diderita ibu
 Tekanan darah tinggi, preeklampsia, & eklampsia
 Kecacatan/kelainan bawaan janin (genetik)
 Tinggal di tempat tinggi (gunung dll), dimana kadar oksigen rendah
 Penyakit ibu: jantung, paru, darah, autoimun, anemia, dll
 Tidak makan dengan cukup selama hamil.
Bagaimana mengetahui jika bayi mengalami IUGR?Ini hanya bisa dilihat dari pemeriksaan
oleh dokter secara berkala (berulang).Usia kehamilan ditentukan dulu dengan HPHT (hari
pertama haid terakhir) atau dengan USG pada saat hamil muda.Jika dari pemeriksaan saat
kontrol rutin berat bayi jauh lebih rendah dari tabel/standar yang seharusnya, maka bisa
dikatakan bayi IUGR.Atau jika dari tabel didapatkan pertumbuhan bayi yang lambat atau
tidak sesuai yg diharapkan.
Pemeriksaan berat janin bisa dilakukan secara manual dengan mengukur tinggi rahim, atau
dengan alat USG.Jika terdiagnosa IUGR idealnya dokter akan mencari penyebab, jika
memungkinkan.Jika bayi terdiagnosa IUGR maka penanganan akan sangat individual
tergantung kasusnya, usia kehamilan, kondisi janin dan ibu.
Pada bayi IUGR, penanganan sebaiknya dipegang oleh dokter kandungan subspesialisasi
fetomaternal.Yang memiliki kompetensi dan keahlian khusus dalam penanganan kasus2
kehamilan berisiko tinggi.
Bayi IUGR akan dimonitor secara ketat, dengan kontrol rutin-intens, jika perlu dilakukan
perawatan di RS.Jika pemeriksaan rutin menunjukkan bayi berhenti tumbuh di dalam rahim,
maka melahirkan bayi adalah opsi terbaik.Meski dengan risiko lahir prematur, yang berisiko
pula perawatan NICU lama dan mahal, sampai kematian bayi yang tinggi.Jika harus
dilahirkan maka operasi sesar adalah opsi yang terbaik, karena bayi IUGR tidak dapat
menahan stres yg hebat saat persalinan.
A.      DEFINISI
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah
janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang
sesuai dengan usia kehamilannya. Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth
Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin
yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan dibawah 10
persentil dari kurva berat badan bayi yang normal. Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation
pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena
Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine Growth
Retardation) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar
ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan
sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin
dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat
kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT
pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm,
>37 minggu).
Ada dua betuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-mingu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang
dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya
masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya
wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose
tissue.
2. Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress.Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan
tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah
diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
B.       KLASIFIKASI IUGR
Klasifikasi IUGR / Pertumbuhan janin terhambat (PJT) yaitu:
1.      PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris.
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin untuk
memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi
janin.prognosisnya buruk.
2.      PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.
Terjadi pada kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk
memperbesar sel (hipertropi), misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi
plasenta.
3.      PJT tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas.
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara
gangguan hiperplasia dan hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi
ibu,kecanduan obat,atau keracunan.
C.      ETIOLOGI
Penyebab IUGR dibeadakan menjadi 3 faktor,yaitu:
a.       Maternal/ibu seperti: Tekanan darah tinggi, riwayat Diabetes mellitus, penyakit jantung dan
pernafasan, malnutrisi dan anemia, pecandu alkohol, obat-obatan tertentu dan  perokok.
b.      Uterus dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta, plasenta abruption ,
plasenta previa, infark plasenta.
c.       Factor janin antara ain : janin kembar, penyakit infeksi, kelainan kongenital, kelainan
kromosom, pajanan teratogen.
1.      Faktor Ibu
a.       Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan endotelium trophoblas
masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju
retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk
tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus. Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli
yang didestruksi oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga
cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka.
Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan
arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam
bentuk “iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam
kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi
apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah
pokok.
b.      Kelainan uterus.
Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan.
c.       Kehamilan kembar.
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit oleh pertumbuhan
kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding dengan janin tunggal normal. Hambatan
pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d.      Ketinggian tempat tinggal
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin mengalami
penurunan berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal di dataran tinggi
biasanya mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka.
e.       Keadaan gizi
Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk cenderung
melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan
kenaikan berat badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa
kehamilan. Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori
yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari kalori. Dalam masa hamil wanita
keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada sebelum hamil
setiap hari. Penambahan berat badan yang kurang di dalam masa hamil menyebabkan
kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah.
f.       Perokok
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil
sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan
oleh dua faktor yaitu :
1)      Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan kekurangan substrat di dalam
darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin.
2)      Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah
kedalam uterus dan yang sampai ke dalam ruang intervillus.
 Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b.    Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung
bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.Trisomi 18 berkaitan dengan
PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c.    Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

2.      Faktor Anak


a.       Kelainan congenital
b.      Kelainan genetik
c.       Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan intrauterine.banyaktipe
seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes
simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari
kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir
bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa
kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin
menjadi subnormal atau dismatur.
 Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan

Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan


cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom

Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung


bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.Trisomi 18 berkaitan dengan
PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c.    Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

3.      Faktor Plasenta


Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor plasenta dapat
dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada beberapa kelainan plasenta yang khas
seperti tumor plasenta. Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan
aspek morfologi dari plasenta. Parameter klinik yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT
ketidaksesuaian usia gestasi dengan besar uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau
pertambahan berat badan ibu yang kurang. Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya 10-
25%, sehingga perlu digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.
a)      Manajemen pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan pematangan
paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah dicerna, dan banyak istirahat.
b)      Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin dapat dilakukan pengakhiran
kehamilan.
c)      Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk per abdominam.
d)     Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba lahir
pervaginam.
 Penyebab plasenta (ari-ari)
a.    Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan
nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian
sel pada plasenta), korioangioma, dan plasenta previa
b.    Kehamilan kembar
c.    Twin-to-twin transfusion syndrome

D. PATOFISIOLOGI
1.      Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan.
Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi
percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2.      Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi
peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3.      Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan
plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut
terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan
membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang
irreversibel.

b. Anemia

Penyebab anemia yang biasa terjadi pada ibu hamil biasanya dikarenakan beberapa hal.
Berikut di antara sebab-sebab seorang ibu hamil terkena anemia.
 Pola makan ibu hamil yang terganggu diakibatkan rasa mual yang sering terjadi
selama proses kehamilan;
 Rendahnya cadangan zat besi pada ibu hamil diakibatkan menstruasi atau proses
persalinan sebelumnya;
 Kebutuhan zat besi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan janin;
 Asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil kurang banyak.
Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil Ada banyak penyebab anemia sesuai dengan jenisnya, dan daftar
di bawah ini merupakan jenis penyebab anemia pada ibu hamil yang paling utama:

Anemia defisiensi besi

Ini merupakan penyebab anemia pada ibu hamil yang paling banyak. Sekitar 15% sampai 25% dari
seluruh kehamilan mengalami kekurangan zat besi. Zat Besi merupakan mineral yang ditemukan
dalam sel-sel darah merah (hemoglobin) dan digunakan untuk membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh. Ketika asupan zat besi kurang, maka hemoglobin darah akan menurun dan terjadilah
anemia.

Kurangnya zat besi dalam makanan sebagai akibat dari tidak makan makanan kaya zat besi yang
cukup atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap zat besi yang dikonsumsi. Untuk itu, selalu
penuhi kebutuhan zat besi dengan konsumsi sumber-sumber zat besi.

Kebutuhan akan zat besi yang meningkat karena Kehamilan itu sendiri, selain untuk produksi sel-sel
darah merah ibu, Zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah merah janin. Oleh karena itu
suplementasi besi selama kehamilan diperlukan.

Anemia defisiensi folat

Folat atau asam folat, merupakan vitamin yang larut dalam air yang dapat membantu mencegah
cacat tabung saraf pada janin jika kebutuhannya dipenuhi selama kehamilan. Asam folat merupakan
suplemen yang wajib diminum oleh wanita hamil, tetapi asam folat juga dapat ditemukan dalam
makanan seperti sereal, sayuran berdaun hijau, pisang, melon, dan kacang-kacangan. Kekurangan
asam folat juga dapat menyebabkan Anemia, karena berperan dalam produksi sel darah merah.

Anemia Kekurangan vitamin B12

Vitamin B-12 juga merupakan vitamin yang diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah
merah. Meskipun beberapa wanita cukup mengkonsumsi vitamin B-12 melalui makanannya, akan
tetapi mungkin saja tubuh memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerapnya sehingga tetap
kekurangan.

Penyebab Anemia pada Kehamilan yang merupakan proses fisiologis

Selain faktor di atas, penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan disebabkan oleh meningkatnya
volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan volume sel darah merah. Disproporsi
antara tingkat kenaikan volume plasma dan eritrosit memiliki perbedaan yang paling besar selama
kehamilan trimester kedua.

Pada saat menjalani masa kehamilan, seorang ibu hamil biasanya sering mengalami keluhan
yang salah satunya adalah anemia. Ketika anemia menyerang, maka hal itu menandakan
bahwa darah sang ibu tidak mempunyai asupan sel darah merah yang cukup untuk membawa
dan mengantarkan oksigen ke dalam jaringan. Karena selama ibu hamil menjalani masa
kehamilan, tubuh akan menyangga pertumbuhan janin di dalam perut sehingga tubuh ibu
hamil akan sangat membutuhkan lebih banyak lagi sel darah merah agar tubuh tetap sehat dan
kuat.
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah. Hemoglobin
memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh. Selama masa
kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa membuat
hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan
membuat kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.
Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah.
Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg)
zat besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat
besi tersebut yaitu 30 mg.
Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan meningkat menjadi lebih
cepat dibandingkan dengan volume sel darah merah. Akibatnya, konsentrasi darah merah
menjadi menurun sampai pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk mengejar
ketinggalan yaitu dengan peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga
bisa timbul karena ibu hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah
hemoglobin dalam darah mengalami penurunan.
Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa
kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti
akibat pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit
ginjal dan infeksi serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil
kekurangan zat besi merupakan penyebab anemia yang paling umum.
Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup,
bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan
darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan
seorang wanita rentan terhadap anemia.
Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin mengkonsumsi
suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.
Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil merasa
lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan terhadap
berbagai macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin
yang masih ada dalam kandungan.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena,  dua hal sebagai berikut :
1. Anoksia Organ Target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
jaringan darah.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Selain dua hal tersebut ada beberapa hal yang menyebabkan gejala anemia yaitu :
1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan – Kondisi
ini karena kekurangan :
 Makanan yang kaya kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani
( daging, ikan, hati ayam )
 Makanan nabati ( tumbuh – tumbuhan ) seperti sayuran hijau tua, walau banyak
mengandung zat besi. Tetapi hanya sedikit yang mampu diserap oleh usus.
2. Meningkatnya pengeluaran zat besi pada tubuh – Pendarahan atau kehilangan dapat
menyebabkan anemia, Hal ini terjadi pada penderita :
 Kecacingan ( terutama cacing tambang ), infeksi akibat cacing tambang dapat
menyebabkan pendarahan pada dinding usus, meskipun sedikit namun terjadi secara
terus-menerus dan mengakibatkan kehilangan darah atau zat besi.
 Kehilangan darah pada saat haid, berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah,
yang mengakibatkan seseorang mengalami anemia.
Penyebab
Jika ibu hamil merasakan gejala-gejala tersebut, maka perlu diwaspadai dan ada baiknya ibu
hamil segera berkonsultasi dengan dokter. Anemia pada ibu hamil bisa terjadi akibat
kekurangan vitamin B12 atau kekurangan zat besi.
 Anemia Defisiensi Vitamin B12
Kekurangan sel darah merah dalam tubuh bisa jadi akibat asupan vitamin B12 yang kurang.
Ketika dalam keadaan hamil, seorang ibu yang tidak mendapatkan asupan vitamin B12 cukup
maka tubuhnya tidak akan mampu mencukupi kebutuhan sel darah merah pada tubuh. Dalam
hal ini ibu hamil perlu mengonsumsi banyak makanan yang bagus untuk mencukupi
kebutuhan sel darah merahnya seperti daging, telur serta susu.
 Anemia Defisiensi Zat Besi
Kekurangan sel darah merah pada tubuh dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi
yang berperan sebagai penghasil hemogoblin dalam tubuh. Dengan tidak adanya hemoglobin
yang cukup maka darah tidak dapat mengedarkan oksigen yang cukup ke seluruh bagian
tubuh. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi sehari- hari, diperlukan keberagaman menu
harian dan jangan hanya memperbanyak makan nasi saja. Lengkapi menu anda dengan
beragam jenis sayuran atau daging yang memiliki zat besi cukup tinggi di dalamnya.
Bagi anda yang gemar mengonsumsi menu sehat harian dengan cukup kandungan zat besi di
dalamnya, bisa juga terkena resiko anemia akibat konsumsi obat- obatan. Obat- obatan
antasida dapat mengurangi produksi asam lambung namun sebaliknya obat ini dapat
mengurangi penyerapan zat besi di dalam tubuh.
 Anemia Defiensi Vitamin C
Penyebab penyakit anemia selanjutnya adalah karena kurang mengkonsumsi vitamin C. Hal
ini dapat terjadi jika ibu kurang memperhatikan asupan mereka sehari-hari. Sayur dan buah
menjadi salah satu sumber vitamin C yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
anda sehari-hari.
8. Apa resiko dari terjadinya IUGR dan Anemia pada ibu hamil?
a. IUGR

F.       KOMPLIKASI
1.      Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin.
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung :
1) Asfiksia
2) Hipoglikemi
3) Aspirasi mekonium
4) Hipotermi
5) Perdarahan pada paru
6) Polisitemia
7) Hiperviskositas sindrom
8) Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran,
sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital
dan kelainan kromosom.
2.      Ibu
a.       Preeklampsi
b.      Penyakit jantung
c.       Malnutrisi

Bagaimana bayi yang dilahirkan dengan #IUGR?


 Biasanya bayi kecil dan prematur, sehingga risiko kematian tinggi, risiko perawatan
di NICU tinggi dan lama
 Problem dengan menyusui dan makan bayi
 Problem bayi untuk mengatur suhu tubuhnya, mudah kedinginan (hipothermia)
 Kadar gula darah cenderung rendah
 Risiko infeksi tinggi
 Risiko gangguan saraf cukup tinggi
 Efek jangka panjang bayi #IUGR saat dewasa cenderung berisiko terkena penyakit
jantung dan metabolik (kencing manis dll)
b. Anemia

Dari penelitian didapatkan 90% anemia pada ibu hamil berkaitan dengan kekurangan zat besi, selain
itu penyebab lainnya biasanya berkaitan dengan kurangnya asupan asam folat, mineral dan adanya
faktor penyakit lain yang diderita oleh ibu hamil.
Kejadian dari anemia pada ibu hamil selain meningkatkan risiko kematian pada ibu juga
dapat berdampak pada janin. Diantaranya yang sering dilaporkan adalah pada kasus anemia
ibu hamil adalah kematian janin saat lahir, bayi lahir prematur, dan berat badan lahir rendah.
Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko yang berbahaya bagi janin. Setiap ibu
hamil perlu mengetahui bahayanya, berikut adalah yang berkaitan dengan masalah anemia
pada ibu hamil yang berdampak pada janin:
 Berat badan lahir rendah
Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir rendah. Selin itu kondisi
anemia pada ibu hamil juga dapat mengganggu nutrisi pada janin, dimana dengan adanya
penurunan sel darah merah atau hemoglobin, sehingga dapat mengakibatkan janin tidak
mendapatkan nutrisi yang adekuat melalui placenta. Untuk bayi dengan berat badan lahir
rendah (<2000 g) atau berat badan lahir sangat rendah (<1.500g) biasanya berkaitan dengan
asupan zat besi dan asam folat yang kurang secara bersama-sama. Bayi dengan berat badan
lahir rendah akan meningkatkan risiko kematian. Kejadian berat badan lahir rendah juga
dapat berdampak dikemudian hari diantaranya adalah malnutrisi pada anak, anak mudah
terkena infeksi penyakit, dan meningkatkan kematian bayi. Pada beberapa penelitian lain juga
didapatkan bahwa dengan berat badan lahir rendah yang berhubungan dengan anemia pada
ibu hamil adalah adanya penurunan fungsi otak dan kemampuan anak dalam berinteraksi dan
menggangu kecerdasan kognitif anak saat sekolah. Termasuk juga dengan perkembangan
mental dan kemampuan daya tangkap anak.
 Kelahiran prematur
Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau hemoglobin akan
menurun, sehingga menyebabkan peningkatkan volume plasma dan mengakibatkan kontraksi
pada rahim. Ditambah dengan kondisi janin yang tidak sesuai perkembangan bayi
berdasarkan usia kehamilan ibu, biasanya kehamilan prematur juga menyebabkan kematian
pada saat dilahirkan.
 Kematian janin
Biasanya diakibatkan oleh banyak faktor, dimulai dari kondisi janin, kondisi ibu dan proses
persalinan yang terjadi. Untuk kasus anemia pada ibu hamil terdapat risiko peningkatan
kejadian hipoksia janin pada saat proses persalinan, dimana ini akan meningkatkan kematian
pada janin.
Anemia pada ibu hamil perlu dilakukan penanganan yang baik. Pemberian suplemen
diberikan jika memang tidak dapat dicukupi oleh ibu dari konsumsi makanan sehari hari.
Kunjungan antenatal saat kehamilan berperan penting untuk dapat memenuhi kesehatan ibu
dan janin. 
Pengaruh Anemia pada Kehamilan
Bahaya selama masa kehamilan :
 Bisa menyebabkan persalinan prematuritas
 Bisa terjadi abortus
 Dapat terjadi infeksi
 Terjadinya hambatan akan tumbuh kembang janin di dalam rahim
 Terancam dekoinpensasi kordis (hb< 6gr%)
 Mola hidatidosa
 Dapat menyebabkan pecah dini ketuban
 Hiperemesis gravidarum
 Dapat menyebabkan pendarahan antepartum
Bahaya anemia ketika persalinan :
 Gangguan kekuatan mengejan
 Kala pertama dapat berlangsung lama serta terjadinya portus terlantai
 Kala kedua berlangsung lama dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
 Kala ketiga dapat diikuti retensio plasenta serta pendarahan postpartum akibat atonia uteri
 Kala keempat bisa terjadi pendarahan post partum sekunder serta atonia uteri
Bahaya anemia di kala nifas :
 Bisa menyebabkan terjadinya subinvolusi uteri yang dapat menimbulkan pendarahan post
partum
 Beresiko terkena infeksi puerpertum
 Menyebabkan pengeluaran ASI yang berkurang
Secara umum anemia juga memberi dampak yang buruk bagi janin yang tengah dikandung
karena dapat menyebabkan terjadinya abortus. Tingkat persalinan prematur yang tinggi, berat
badan bayi yang terlahir rendah, resiko terkena cacat bawaan, bayi bisa dengan mudah
terinfeksi. Beresiko terjadinya kematian prenatal dan bayi terlahir dengan intelegensi yang
rendah.
Bahaya Anemia pada Ibu Hamil 
Anemia dalam masa kehamilan memberikan pengaruh kurang baik bagi ibu hamil, baik
dalam masa kehamilan, saat persalinan, nifas dan proses selanjutnya. Dampak
berbahaya akibat anemia, adalah sebagai berikut :
1. Keguguguran ( Abortus )
2. Kelahiran prematurs
3. Persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia utari)
4. Perdarahan akibat tidak adanya kontraksi otot rahim ( atonia uteri )
5. Syok
6. Infeksi saat bersalin maupun pasca bersalin
7. Hipoksia – Anemia yang berat yaitu  < 4 gram dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Akibat anemia ini, dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu saat
persalinan.
8. Lebih lanjut, dr. Ali mengimbau para wanita hamil agar memperhatikan asupan gizi,
terutama sebelum masa kehamilan dan rutin melakukan pemeriksaan atau screening
saat hamil. Karena jika kadar hemoglobin rendah, ibu hamil berisiko mengalami
keguguran.
9. "Ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin rendah berisiko mengalami abortus,
pendarahan pasca persalinan, kelelahan dan bahkan kematian. Sedangkan risiko bagi
janin yaitu pertumbuhan janin yang terhambat, prematuritas, kemungkinan bayi lahir
cacat bawaan dan kematian," jelas dr. Ali Sungkar.

9. Apa penyebab terjadinya AKI dan AKB?


a. AKI

Kematian ibu/ maternal mortality, merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan suatu
bangsa. Hal ini karena apabila ditinjau dari penyebabnya, kematian ibu merupakan suatu
permasalahan yang kompleks. Penyebab kematian ibu telah dirinci menjadi dua, yaitu
penyebab langsung adan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung
1. Perdarahan (42%)
2. Eklampsi/Preeklampsi (13%)
3. Abortus (11%)
4. Infeksi (10%)
5. Partus lama/persalinan macet (9%)
6. Penyebab lain (15%)
Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo,
yang merupakan RS rujukan nasional, lima besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan,
eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru.
1. Perdarahan
Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga
merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan,
selama persalinan, atau setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang
menyebabkan kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian.
Meskipun dapat dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum dapat dihindari. Atonia
uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan untuk
berkontraksi setelah melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab
lain yang lebih jarang adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh atau
sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim.  Penyebab trauma termasuk luka, ruptur
uterus, dan inversi uterus.
Komplikasi dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan kelelahan,
yang dapat menyulitkan perawatan pasca melahirkan. Anemia post-partum meningkatkan
risiko depresi post-partum.
Perdarahan post partum dapat ditangani dengan pengelolaan yang melibatkan obat-obatan
dan perawatan non obat.
2. Eklampsia
Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan koma saat
kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung pada kematian ibu. Eklampsia
biasanya terjadi setelah trimester ketiga kehamilan, mayoritas pada saat persalinan
(intrapartum) dan 48 jam pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan
komplikasi berat dari kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. Preeklampsia, juga
dikenal sebagai toxemia kehamilan, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi),
proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan
secara tiba-tiba. Preeklampsia dapat diidentifikasi pada masa kehamilan dengan memantau
tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik. Deteksi dini dan pengelolaan
preeklampsia dapat mencegah perkembangannya menjadi eklampsia.
3. Sepsis
Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus (rahim), umumnya
terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Sepsis dapat menyebar dari rahim ke saluran tuba
dan ovarium atau ke dalam aliran darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga
dikenal sebagai sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A
Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak saat
melahirkan.
Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut:
 Menggigil dan perasaan tidak sehat secara umum
 Nyeri perut bawah
 Keputihan berbau busuk
 Perdarahan dari vagina
 Pusing dan pingsan
Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama proses persalinan,
misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh dukun beranak. Sepsis juga dapat
disebabkan oleh infeksi menular seksual yang tidak diobati selama kehamilan. Penyakit ini
dapat dicegah atau dikelola dengan pemeriksaan lab yang tepat, standar pengendalian infeksi
yang tinggi selama persalinan dan pengobatan antibiotik selama dan sesudah persalinan.
4. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok penyebab tidak langsung.
Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang
terinfeksi penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki
tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan lahir
rendah, kematian bayi dan/atau ibu.
 Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk dan menewaskan lebih dari
1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum pada wilayah Indonesia bagian timur.
Malaria dapat dicegah dengan obat-obatan yang tepat dan perangkat antinyamuk.
 Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target kedaruratan WHO sejak tahun
2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia (diperkirakan sekitar 1,75 miliar) terinfeksi basil
tuberculosis. Penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan dan menyebabkan kematian ibu
dan/ atau janin. TB dapat disembuhkan dengan obat-obatan seperti Rifampisin, INH dan
Etambutol.
 Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. Virus hepatitis B (HBV) adalah
penyebab paling umum hepatitis pada ibu hamil, namun virus hepatitis E (HEV) adalah yang
paling dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian ibu. Hepatitis E akut dapat memberikan
gejala tiba-tiba dalam beberapa hari atau minggu sebelum kematian. Hepatitis dapat dicegah
dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi yang lebih baik.

5. Gagal Paru
Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab umum kedaruratan kebidanan yang
berisiko kematian tinggi. Penyebab umum kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru
(pulmonary embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan
(postpartum). Kehamilan meningkatkan risiko embolisme paru karena peningkatan
kemampuan untuk membekukan darah (yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan
saat persalinan). Sayangnya, kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis (bekuan)
darah yang secara mendadak menyumbat arteri paru-paru–kondisi yang disebut embolisme
paru.
Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan
batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obat-obatan
anti trombosis dan perawatan kedaruratan.
Penyebab tidak langsung
1. Pendidikan –> pendidikan ibu berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam pencapaian
akses informasi yang terkait dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu.
Masih banyak ibu dengan pendidikan rendah terutama yang tinggal di pedesaan yang
menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah kodrat wanita yang harus
dijalani sewajarnya tanpa memerlukan perlakuan khusus (pemeriksaan dan
perawatan).
2. Sosial ekonomi dan social budaya yang masih rendah –> pengaruh budaya setempat
masih sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan ibu dalam upaya 
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu. Contoh : budaya Indonesia
mengutamakan kepala keluarga untuk mendapat makanan bergizi, dan ibu hamil
hanya sisanya.
3. Empat (4) terlalu dalam melahirkan : Terlalu muda (batasan reproduksi sehat 20 – 35
tahun); Terlalu tua (kehamilan berisiko pada usia di atas 30 tahun); Terlalu sering
(jarak ideal untuk melahirkan : 2 tahun); Terlalu banyak (jumlah persalinan di atas 4).
4. Tiga (3) terlambat
 Terlambat mengambil keputusan à sering dijumpai pada masyarakat kita, bahwa
pengambil keputusan bukan di tangan ibu, tetapi pada suami atau orang tua, bahkan
pada orang yang dianggap penting bagi keluarga. Hal ini menyebabkan keterlambatan
dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan dalam kasus kebidanan yang
membutuhkan penanganan segera. Keputusan yang diambil tidak jarang didasari atas
pertimbangan factor social budaya dan factor ekonomi.
 Terlambat dalam pengiriman ke tempat rujukan à keterlambatan ini paling sering
terjadi akibat factor penolong (pemberi layanan di tingkat dasar).
 Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan à keterlambatan dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan merupakan masalah di tingkat layanan rujukan. Kurangnya
sumber daya yang memadai, sarana dan prasarana yang tidak mendukung dan kualitas
layanan di tingkat rujukan, merupakan factor penyebab terlambatnya upaya
penyelamatan kesehatan ibu.
Sampai saat ini AKI di Indonesia dirasa masih tinggi, apabila dibandingkan dengan negara
yang lain. Adapun hal-hal yang menyebabkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI),
adalah:
1. Angka kematian yang ada saat ini tidak mencerminkan kondisi sat ini, karena SDKI
menggambarkan data 5 tahun yang lalu
2. Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu meliputi tenaga dan sarana, serta belum
optimalnya keterlibatan swasta
3. Terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender,
meliputi : antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi
kebidanan, dan keluarga berencana.
4. Belum adanya sistem pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil : belum
ada regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih untuk tindakan medis khusus,
terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan, dan terbatasnya sarana/dana untuk
transportasi (kunjungan dan rujukan)
5. Kurangnya dana operasional untuk pelayanan kesehatan ibu, terutama untuk daerah
terpencil
6. Kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat : ketidaksetaraan gender, persiapan
persalinannya dan dalam menghadai kondisi gawat darurat (mandiri) di tingkatan desa
7. Belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor dan lintas program untuk
percepatan penurunan angka kematian ibu.
b. AKB
Beberapa faktor penyebab angka kematian bayi di Bali:
1. Keluarga dengan anak banyak, maksudnya adalah keluarga yang memiliki lebih dari
dua orang anak. Ini berakibat akan ada kompetisi gizi di keluarga, ini berarti semakin
banyak anak, semakin banyak juga jenis makanan yang harus di beri pada masing-
masing anggota keluarga, terutama pada anak khususnya bayi yang harus memerlukan
banyak gizi. Dampak kekurangan gizi seperti berat bayi lahir rendah (BBLR),
malnutrisi, dan tumbuh lambat. Banyak anggota keluarga berarti memiliki
kemungkinan risiko infeksi penularan yang cukup tinggi. Banyak anak berarti banyak
biaya yang harus di keluarkan dalam upaya kesehatan, kebanyakan keluarga miskin
yang memiliki banyak anak maka tidak begitu mampu dalam hal kesehatan.
2. Pilihan dan akses terhadap kontrasepsi rendah, maksudnya pilihan jenis kontrasepsi
yang disediakan jumlahnya sangat terbatas sehingga menyebabkan adanya
kecinderungan sebuah keluarga menolak penggunaan alat kontrasepsi karena tidak
cocok dengan kondisi tubuh atau nilai dalam masyarakat.
3. Banyak Kelahiran ditolong petugas non Medis, terutama di daerah terpencil dan
pedesaan, yang kurang terjangkau oleh petugas medis dan kebanyakan ditolong oleh
tetangganya, suaminya bahkan oleh dukun beranak yang kurang memenuhi pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan sangat berisiko bagi kesehatan ibu dan bayinya.
4. Komplikasi serius kehamilan dan persalinan yang menyebabkan tingginya IMR.
Komplikasi kehamilan serta persalinan tersebut terjadi akibat beberapa faktor:
o 80% akibat langsung :
 Perdarahan pasca melahirkan (25%)
(anemia, kekurangan gizi, malaria)
 Infeksi pasca persalinan (15%)
(kurang higenis, penyakit seksual selama kehamilan)
 Unsafe abortion (13%)
(sepsis, perdarahan, trauma)
 Hipertensis (12%)
(eklampsis, keracunan kehamilan)
 Lain-lain: emboli, komplikasi kandungan diluar
o Infeksi neonatal (33%) seperti, tetanus neonatonem, sepsis, meningitis,
pneumonia, sifilis konginetal.
o Trauma dan asfeksia pasca melahirkan (28%) (menyebabkan kecacatan,
ketidakmampuan)
o Kelahiran prematur dan BBLR (24%) (menyebabkan ketidakmampuan bayi
yang hidup)
o Cacat bawaan (10%)
menurut W. Henry moeslay Lincoln C.Chen kelangsungan hidup dari bayi dipengaruhi oleh variabel-
variabel biologis dan sosial. Faktor sosial dan ekonomi merupakan faktor yang penting dalam angka
kematian bayi yang dapat mempengaruhi mekanisme biologis, atau faktor-faktor terdekat yang lain,
sehingga dapat memberikan dampak. Secara sederhana hubungan antara sosial-ekonomi digunakan
untuk menarik kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab kematian. Contohnya adalah seperti di
negara berkembang Indonesia, hubungan antara pendapatan dan pengetahuan maternal bagi
seorang ibu secara umum jika dilihat dari sudut pandang sosial sangat berpengaruh. Sedangkan jika
dilihat dari sudut pandang biologis faktor sosial ekonomi sangat tidak berpengaruh, namun hanya
memfokuskan pada proses secara biologis terjadinya suatu penyakit, yang dapat mengahsilkan
alasan untuk mendapatkan frekuensi sekurang mungkin. Biasanya dilakukan suatu studi kasus untuk
memperoleh faktor-faktor apa saja yang dilakukan dengan suatu proses terjadinya suatu penyakit
secara khusus contohnya adalah: kematian bayi yang disebabkan oleh suatu infeksi ataupun
malnutrisi.
Faktor-faktor yang terlibat dalam AKB
1. Faktor Biologis (Endogen)
a Faktor-faktor maternal : usia, keseimbangan, dan jarak kelahiran.
b Kontamiasi lingkungan : udara, air/makanan/jari-jari, kulit/tanah/benda-benda mati, vektor
serangga.
c Kekurangan nutrisi : kalori,protein, mikronutrien (vitamin dan mineral)
d Aborsi : kecelakaan, dan disengaja.
e Pengawasan kesehatan perorangan : ukuran-ukuran pencegahan, dan perawatan medis.
Faktor-faktor yang terlibat adalah :
a Faktor maternal
Di indonesia sendiri dapat diketahui bahwa terdapat tingginya fertilitas pada usia remaja,
sehingga akan menimbulkan kerentanan terhadap resiko kematian ibu saat melahirkan dan
kematian pada bayi. Melahirkan dan mengandung dalam usia remaja dengan pemahaman
terhadap kesehatan reproduksi yang relatif minim dan sistem reproduksi yang masih
labil,yang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu yang akan menimbulkan resiko
besar terhadap kematian bayi dan ibu baik pada saat masih berada di dalam rahim ataupun
telah lahir.Hal ini menjadi alasan logis kenapa AKI meningkat cukup signifikan dan
menegasikan semua upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB selama ini. Karena
angka kematian ibu lebih banyak terjadi pada usia di bawah 20 ahun dibandingkan dengan
usia 35 tahun ke atas. Hal ini perlu upaya penurunan angka kematian bayi yang terdapat
korelasi dengan angka kematian ibu dimana harus didukung oleh upaya kesehatan reproduksi
lainnya termasuk peningkatan pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja serta
peningkatan cakupan peserta aktif KB dan penurunan unmet need KB. Faktor “4 Terlalu”
(terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak danterlalu tua) adalah salah satu faktor penyebab
tidak langsung kematian ibu yang dapat diatasi dengan pelayanan KB.selain itu peningkatan
pelayanan untuk proses persalinan sangat diperlukan karena dengan mencegah resiko
kematian ibu.
b Kontaminasi lingkungan
Kontaminasi lingkungan ini biasanya berhubungan dengan tingkat sanitasi dari lingkungan
dimana ibu dan bayi atau calon bayi itu hidup. Dalam beberapa bidang keilmuan, tingkat
kontaminasi lingkungan menggambarkan rute berbagai macam penyebaran dari suatu
penyakit dimana secara langsung dapat dibawa oleh mikrobiologi melalui, udara, air, atau
tanah dan vektor. Di indonesia sendiri, kesadaran masyarakat untk meningkatkan kualitas
sanitasi lingkungan masih sangat rendah, terbukti dengan banyaknya, masyarakat yang
menggunakan air sungai sebagai mck, padahal di dalan air tersebut telah tercemar beberapa
jenis mikroba, ataupun cacing yang sangat membahayakan, bagi orang ang telah
terkontaminasi air tersebut terutama bagi seorang ibu yang masi mengandung, ataupun
seorang bayi yang menggunakan peralatan yang di cuci di aliran air sungai tersebut. Suatu
pendalaman penelitian memperkirakan intensitas kontaminasi lingkungan dapat digunakan
sebagai ukuran jumlah insidensi yang baru terjadi pada sebuah kelompok infeksi penyakit
akut dalam suatu kelompok anak. Sehingga, dapat ditentukan bagaimana alur dari
kontaminasi lingkungan yang terjadi. Contohnya : di indonesia banyak sekali bayi, atau anak
di bawah umur 5 tahun yang dapat terjangkit penyakit-penyakit infeksi, secara umum
kebanyakan bayi dan balita di indonesia dapat terkontaminasi bakteri E.Choli dimana bakteri
ini merupakan indikator, dari terjadinya kontaminasi feses, dimungkinkan bayi dan balita
tersebut terkontaminasi bakteri tersebut karena orang tua mereka masih sering menggunakan
air sungai sebagai mck, terkadang digunakan untuk mencuci peralatan bayi. Jika seorang bayi
di indikasi menderita infeksi pencernaan maka, akan banyak dampak yang terjadi seperti
buang air besar secara berlebihan, yang dapat menyebabkan bayi mengalami defisiensi
cairan, sehingga jika diteruskan dan tidak diobati dengan benar dapat mengakibatkan
kematian. Banyak sekali kasus infeksi yang terjadi pada bayi yang dikarenakan kontaminasi
lingkungan, baik yang kronik maupun yang akut. Contoh dari kontaminasi secara akut adalah
kontaminasi dari udara, seperti terjadinya tuberculosis.
c Kekurangan nutrisi
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara berkembang, dimana tingkat pendapatan tiap
perkapita tidak terlalu tinggi, sehingga daya beli untuk bahan pangan yang cukup bergizi
dinilai kurang efektif, padahal seorang ibu yang mengandung calon bayi hingga melahirkan
membutuhkan nutrisi yang sangat banyak untuk menunjang tumbuh kembang bayi yang ada
di dalam rahimnya, agar bayi yang dilahirkannya dapat sehat dan terhindar dari kecacatan
yang ada. Nutrisi yang diberikan pada saat pre dan pasca melahirkan pada ibu dan bayi
dipengaruhi oleh tingkat sosio dan ekonomi, semakin tinggi tingkat pendapatan, dan
pendidikan seorang ibu, dimungkinkan resiko terhadap terjadinya kematian pada bayi
semakin sedikit. Nutrisi begitu penting untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi
akibat kontaminasi lingkungan. Selain dipengaruhi oleh asupan makanan, sebenarnya kasus
kekurangan nutrisi juga dapat diakibatkan oleh faktor internal seperti: terjadinya
ketidakseimbangan metabolisme, contohnya adalah rendahnya serum albumin dalam tubuh
seorang bayi dapat mengakibatkan defisiensi protein.
d Aborsi
Aborsi sendiri disini dapat diartikan sebagai gangguan yang diakibatkan oleh adanya suatu
kecelakaan ataupun dapat diakibatkan oleh kesengajaan yang dilakukan oleh ibu kepada
bayinya. Kemungkinan bertahan hidup dari seorang bayi yang mengalami sebuah luka dapat
diukur dari seberapa parah luka tersebut.
e Pengawasan kesehatan perorangan
Di indonesia sendiri banyak sekali kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mencegah tingginya timbulnya angka kematian bayi dan ibu, seperti : seorang ibu wajib
memeriksakan keadaan bayinya pada trisemester pertama, kedua, dan ketiga yang sangat
membantu dalam meminimalisir terjadinya kematian ibu dan bayi. Selain itu, terdapat
beberapa program pemerintah kepada ibu hamil, yaitu pemberian vaksin terhadap beberapa
penyakit tertentu sehingga resiko terkena infeksi penyakit-penyakit tertentu dapat
diminimalisir. Selain pencegahan, perawatan yang intensif bagi ibu hamil sangat diperlukan.
2. Faktor-faktor (Eksogen) sosio-ekonomi
Faktor-faktor sosio-ekonomi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
a Variabel-variabel Tingkat individu
Variabel-variabel tingkat individu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kondisi ibu dan norma
yang berlaku dan di Indonesia sendiri diketahui 3 faktor tersebut sangat berbeda-beda. Baik
dalam kemampuan, waktu, pengaturan kesehatan yang secara langsung dapat berpengaruh
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dari kelangsungan hidup bayi. Di indonesia
sendiri banyak sekali ditemukan pasangan-pasangan remaja yang menikah, padahal jika
dilihat secara psikologis, menjadi seorang ibu dan ayah dibutuhkan pengetahuan yang sangat
luas untuk merawat dan mencegah bayi demi kelangsungan hidupnya, dimulai dari
pengetahuan nutrisi, menjaga sanitasi,sehingga bayi dapat selamat dari infeksi penyakit yang
mengerikan, selain itu pean seorang ayah sangatlah penting dalam menjaga keadaan istri,
maupun bayi. Tingkat adat istiadat juga sangat berpengaruh penting dalam merawat bayi,
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan nenek moyang dapat menjadi bumerang bagi pasangan
suami istri yang tidak mengetahui bagaimana merawat bayi demi kelangsungan hidupnya.
Contohnya adalah : pada zaman dahulu, tidak terdapat susu formula, sehingga ibu-ibu zaman
dahulu memberikan anaknya tambahan nutrisi dengan meminumkan air cucian beras, selain
itu mereka juga memberikan makanan pendamping berupa buah pisang pada bayi yang
usianya kurang dari 6 bulan. Padahal secara jelas, bayi yang usianya kurang dari 6 bulan
memiliki sistem pencernaan yang kurang kuat, sehingga mereka rentan terkena infeksi
saluran pencernaan, bagi seorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mereka cukup
memberikan asi, karena asi sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh bayi,
sehingga menghindari terjadinya penyakit infeksi yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal. Selain itu, pada beberapa daerah di Indonesia,terdapat suatu adat dimana plasenta
seorang bayi harus dipotong menggunakan sebilah bambu, jika dilihat dari sisi kesehatan, ini
sangat memungkinkan terjadinya infeksi baik pada bayi maupun pada ibu. Ketiga faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi.
b Variabel-variabel tingkat rumah tangga
Disini hal yang paling peting adalah tingkat pendapatan keluarga,telah diketahui bahwa
tingkat pendapatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan yang diperoleh,
nutrisi yang dikonsumsi, dan mempengaruhi pula tingkat sanitasi lingkungan hidupnya.
Orang-orang yang memiliki penghasilan lebih biasanya, memilih hidup dengan hidup sehat,
baik dalam memilih makanan, ataupun tingkat sanitasi tempat mereka tinggal. Bagi orang-
oang yang berpenghasilan tinggi, penyakit seperti malnutrisi jarang sekali terjadi pada bayi
mereka, sehingga infeksi-infeksi penyakit lain dapat ditanggulangi karena, kekebalan tubuh
yang diperoleh dari nutrisi yang bayi mereka konsumsi sangat terjaga. Sehingga,angka
kematian bayi pada orang kaya lebih rendah jika dibandingkan dengan angka kematian bayi
pada orang miskin. Selain, dari faktor nutrisi, tingkat pendapatan juga berpengaruh terhadap
sanitasi, kebanyakan orang-orang yang memiliki penghasilan menengah kebawah kurang
menjaga sanitasi, dikarenakan tidak adanya fasilitas yang memadai, seperti : orang-orang
miskin biasanya menggunakan air sungai sebagai media mck, padahal didalam sana terdapat
mikroba yang dapat mengakibatkan infeksi pada seorang bayi, yang jika tidak cepat diatasi
dapat menimbulkan kematian.
c Variabel-variabel tingkat masyarakat
Banyak sekali didalam sinin faktor-faktor yang berpengaruh, salah satunya adalah tingkat
kesehatan dalam masyarakat tersebut. Tingkat kesehatan sangat diperlukan dalam menekan
angka kematian bayi yang terjadi. Dengan sistem kesehatan yang baik dalam suatu negara,
maka dimungkinkan terjadi penekanan tingkat AKB. Di indonesia sendiri pemerintah telah
melakukan kebijakan-kebijakan dalam menekan AKB, salah satunya adalah pemberian
edukasi kepada para calon ibu dan ibu dalam mencegah dan merawat seorang bayi, agar pada
saat bayi telah lahir dapat diminamalisir, keadaan-keadaan yang tidak diinginkan.

10. Bagaimana upaya penurunan AKI dan AKB?


a. AKI
Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk
menurunkan angka kematian ibu. Tiga (3) pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
(memadai)
3. Setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) :
1. Peningkatan kualitas dan cakupan layanan, meliputi :
o Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan à penyediaan tenaga kesehatan
di desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di
polindes/pustu/puskesmas, kemitraan bidan dengan dukun bayi, pelatihan bagi
nakes.
o Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar à
bidan desa di polindes, pustu, puskesmas dengan fasilitas PONED dan
PONEK.
o Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran à KIE untuk mencegah 4 terlalu, pelayanan KB
berkualitas.
o Pemantapan kerjasama lintas program dan lintas sektoral à menjalin kemitraan
dengan pemda, organisasi profesi, dan swasta.
o Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat à meningkatkan
pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan keterlambatan dan penyediaan
buku KIA ; kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalianan
dan kegawatdaruratan ; pencegahan 4 terlalu ; penyediaan dan pemanfaatan
yankes ibu dan bayi.
2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program melalui peningkatan
kemampuan pengelola program, agar mampu melaksanakan, merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi daerah.
3. Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan
data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk
sosialisasi dan advokasi
AKI
1.         Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat memperoleh
pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang diharapkan, maka akan berkuranglah
prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil pada usia lanjut dan paritas
tinggi. Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka kematian maternal akan turun pula
secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan keluarga berencana harus dapat mencapai
sasaran seluas-luasnya dimasyarakat, khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan. Pemeriksaan antenatal yang baik dan
tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan angka kematian
maternal. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buru, dan perdarahan selama kehamilan.
Mereka harus mampu memberi pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai
kehamilan, misalnya anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi,
partus lama, perdarahan berlebihan dan mengetahui bilamana saat yang tepat untuk merujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2.         Perbaikan pelayanan gawat darurat
Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor resiko telah dilakukan
sebagaiman diuraikan diatas, namun masih ada kemungkinan komplikasi berat terjadi
sewaktu-waktu. Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena kematian dapat terjadi
dalam waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan di lini terdepan harus dibekali
dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan post partum sering memerlukan tindakan cepat dari penolong
persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara manual, memberikan obat-obat oksitosin,
masase uterus, dan pemberian cairan pengganti cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan meningktkan
kebersihan selama persalinan. Kepada penolong persalinan senantiasa perlu diingatkan
tentang tindakan . asepsis pada pertolongan persalinan. Antibiotika perlu diberikan pada
persalinan lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal gestasis seperti
edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika mungkin proteinuria. Jika gestosis memberat maka
diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau
grandemultigravida, perlu di curigai akan kemungkinan terjadinya distosia oleh karena
disproporsi sefalopelvix. Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan
lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
Abortus provokatus. Kematian karena abortus provokatus seharusnya dapat di cegah,
antara lain dengan pelayanan kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang tidak diingkan
dapat dihindari. Pengobatan pada abortus incomplate adalah kuretase,yang seharusnya dapat
dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya telah dilakukan usaha abortus
provokatus, perlu diberikan antibiotik, walaupun belum ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah
terjadi infeksi, perlu diberikan antibiotik lebih tinggi secara intravena.
3.         Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia sebagian besar persalinan masih
ditolong oleh dukun, khususnya yang berlangsung di desa desa. Para dukun ini harus
dimanfaatkan dan diajak bekerjasama antara lain dengan melatih merek dalam teknik asepsis
dan pengenalan dini tanda tanda bahaya serta kemampuan pertolongan pertama dan
mengetahui kemana rujukan yang harus dilakukan pada waktunya. Pada saat ini pemerintah
sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga diperkirakan
perlu dididik sekitar 80.000orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai pelita
VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas. Puskesmas yang merupakan fasilitas rujukan
pertama dari petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan
yang diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Puskesma seharusnya mampu
mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu
memberikan pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas tranfusi
darah, listrik, air bersih, alat alat operasi, anastesi, antibiotik dan obat serta bahan lain, dan
tenaga terlatih.

b. AKB

AKB
a.       Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
b.      Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat,
dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan anak.
c.       Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d.      Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e.       Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain memperbaiki
keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk dirawat dan diobati.
f.       Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
g.      Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
h.      Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir rendah.
i.        Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik perawatan
bayi baru lahir terutama bayi premature.
j.        Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k.      Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh, dll.

2.5. Strategi Percepatan Penurunan AKB


1.   Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas baik
ditingkat dasar maupun rujukan, terutama bagi bayi dan balita dengan menggunakan
intervensi yang telah terbukti menurunkan AKB:
a.       Tatalaksana penanganan asfiksia (bayi lahir tidak bisa menangis spontan) dan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
b.      Kunjungan neonatal secara berkala.
c.       Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
d.      Pelayanan Emergensi.
2.      Menggerakkan dan mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat luas
untuk hidup sehat.
3.      Menggerakkan penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4.      Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan anak.

Cara Penanggulangan Kematian Bayi


1. Pelatihan Tenaga Kesehatan
Sebagai upaya menurunkan angka kematian bayi, sejak beberapa tahun lalu Perkumpulan
Perinatologi Indonesia (Perinasia) melakukan pelatihan bagi bidan di desa mengenai
penatalaksanaan asfiksia pada bayi baru lahir, serta mengenalkan metode kanguru untuk
perawatan bayi prematur maupun bayi BBLR (kurang dari 2.500 gram). Metode kanguru
menjaga bayi dari hipotermia (penurunan suhu badan di bawah 36,5 derajat celsius). Metode
yang telah diujicobakan di sejumlah daerah ini bisa diterima masyarakat dan mampu
meningkatkan fungsi fisiologi (suhu tubuh, detak jantung, dan pernapasan) sehingga
menurunkan jumlah kematian bayi.
Suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah karena mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Di Cirebon, bidan di desa juga dilatih untuk
mengenali dan menangani asfiksia dengan alat resusitasi (pemulihan) pernapasan baik yang
tipe tube-mask maupun bag-mask. Hasil awal menunjukkan, terjadi penurunan kematian
akibat asfiksia sebesar 40 persen pada bayi baru lahir. SeBaliknya, Jepang merupakan negara
dengan angka kematian bayi terendah di dunia. Menurut Tomiko Hokama dari Graduate
School of Health Science, University of the Ryukyus, Okinawa, upaya Jepang menurunkan
angka kematian bayi dilandasi UU Kesejahteraan Anak (1947) dan UU Kesehatan Ibu dan
Anak (1965). Sejumlah pelayanan disediakan untuk memelihara kesehatan ibu dan anak,
antara lain pemeriksaan berkala ibu hamil dan bayi, serta penyuluhan gizi.
2. Pemberian ASI Eksklusif
Faktanya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi meningkatkan sekitar 20% daya tahan
anak terhadap penyakit. ‘Tidak hanya kesehatan, dari segi kesejahteraan tentunya akan
meningkat. Karena pemberian ASI eksklusif tidak memerlukan susu formula yang berarti
tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk membeli susu formula. Berdasarkan hitung-
hitungan kasar, dalam enam bulan pertama jika tidak memberikan ASI eksklusif orangtua
akan mengeluarkan sekitar 3,6 juta rupiah untuk membeli susu formula dengan harga
perkiraan satu kaleng susu formula Rp 60.000. Semua unsur kebaikan ada di ASI terutama
untuk daya tahan tubuh. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan lebih gampang
sakit yang tentunya menambah biaya pengeluaran dari keluarga tersebut.
Untuk lebih meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Bali, IDAI Bali berusaha dengan
meningkatkan peran dokter anak. ‘Jadi ke depannya IDAI akan memberikan pelatihan inisiasi
dini dan ASI eksklusif pada dokter anak sehingga mereka bisa menjadi motivator laktasi
kepada ibu baik di tempat praktek swasta maupun negeri tempat dokter anak tersebut
bertugas,’ jelas Bikin. Dengan pelatihan tersebut diharapkan semua dokter anak bisa
menyerukan satu suara kepada para ibu untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Bali.
Dengan meningkatnya cakupan ASI eksklusif di Bali, menurut Bikin, tentu saja angka
kematian bayi di Bali dapat terus ditekan. Begitu juga angka kesehatan dan kesejahteraan
anak bisa terus ditingkatkan. ‘Jika kita sudah melampaui nasional diharapkan dengan
meluasnya cakupan ASI di Bali bisa menyamai angka di luar negeri baik itu untuk angka
kematian bayi maupun kesehatan dan kesejahteraan anak.
3. Program KIA
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Program for Appropriate Technology in Health
(PATH) meluncurkan kegiatan ASUH (Awal Sehat untuk Hidup Sehat/Healthy Start for
Child Survival) di sejumlah kabupaten. Kegiatan ini menggunakan hibah dari Pemerintah
Amerika Serikat (USAID). Proyek yang memanfaatkan bidan di desa sebagai ujung tombak
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi (KIA), khususnya pada minggu
pertama setelah kelahiran tersebut diuji coba di empat kabupaten.
Untuk menunjang kegiatan ASUH, juga dilakukan dua penelitian, yakni Survei Data Dasar
dan Penelitian Pembiayaan Bidan di Desa yang masing-masing dilaksanakan Pusat Penelitian
Keluarga Sejahtera (Puska) Universitas Indonesia (UI) November 2001 dan Pusat Penelitian
Kesehatan (Puslitkes) UI bulan Juni 2002 lalu. Hasil penelitian disosialisasikan untuk
mendapat masukan dalam seminar yang dihadiri jajaran kesehatan, perwakilan lembaga
internasional (WHO, USAID, ADB, Bank Dunia), universitas, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), Senin (26/8).
Latar belakang proyek ASUH, menurut Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
(Binkesmas) Departemen Kesehatan (Depkes) Prof Dr dr Azrul Azwar MPH, adalah
tingginya angka kematian bayi (AKB) Indonesia yang mencapai 48 per 1.000 kelahiran
hidup, dengan fenomena 2/3 (dua pertiga). “Yaitu 2/3 kematian bayi terjadi pada satu bulan
pertama (neonatal), 2/3 kematian neonatal terjadi pada minggu pertama, selanjutnya 2/3
kematian bayi pada minggu pertama terjadi pada hari pertama. Intervensi pada minggu
pertama akan menurunkan 4/9 kasus atau mencegah 50 persen kematian bayi”
4. Posyandu
Posyandu ditujukan untuk mengamati status gizi Balita selama umur 0-5 tahun. Untuk
menjaga asupan gizi pada Balita juga diberikan makanan tambahan seperti bubur kacang
hijau dan juga susu. Pada posyandu juga diberikan imunisasi untuk meningkatkan kekebalan
Balita terhadap beberapa penyakit yang sering menyerang Balita seperti, tetanus, polio, dan
campak. Pada program ini juga ada program pemberdayaan masyarakat yang berupa
pengkaderan posyandu. Para kader ini akan menjadi tenaga kesehatan yang dapat langsung
berinteraksi dan berada di masyarakat. Selain itu juga digalakan beberapa program yang
berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat seperti yang juga disebutkan pada Rencana
Strategis Depkes RI seperti Gerakan Sayang ibu (GSI), Suami Siaga, dan Desa Siaga.
5. Program Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) ditujukan untuk mengatur jarak kelahiran dan fertilitas
anak. Hal ini karena anak yang banyak dan jarak kelahiran yang terlalu pendek sangat
berisiko pada kematian bayi dan status gizi bayi. Program ini juga untuk menekan jumlah
populasi manusia supaya tidak terlalu tinggi, dimana dengan adanya populasi yang tinggi
dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya status kesehatan masyarakat karena
kurangnya pemenuhan gizi akibat perbandingan antara jumlah penduduk dengan kebutuhan
yang tidak seimbang. Dengan adanya program ini diharapkan juga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya.
11. Bagaimana yang dimaksud dengan kehamilan resiko sangat tinggi?
Apa penyebab dan akibatnya?

II.I.    Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

            Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya

kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan

yang kebetulan atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998)

II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi

Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-

beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus

risiko tinggi.

A.     Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:

B.1.  Risiko

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk

terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa

mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak

puasan (5K) pada ibu dan bayi.

Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR.

Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap

faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi.

Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:

1.      Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2


Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti

oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

2.      Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya

yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya,

memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.

3.      Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

Kehamilan dengan faktor risiko:

        Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu

dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk

penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

        Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang

membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji

Rochjati, 2003).

Apakah Kehamilan risiko tinggi itu?


Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya yang lebih
besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang
normal.
Apa saja yang tergolong Kehamilan risiko tinggi?
Kehamilan risiko tinggi dibagi dalam 4 golongan:
1. Penyakit yang menyertai kehamilan
 Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi,
rendahnya kadar protein dalam darah dan tingginya kadar protein dalam urin.
 Inkompatibilitas darah atau ketiksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan ibu
yang dapat menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian
resus.
 Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula
 Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau
membahayakan bagi ibu jika hamil dan melahirkan.
 Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang
memungkinkan terjadinya perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa.
 Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan
Herpes simpleks), dapat membahayakan ibu dan janin.
1. Penyulit kehamilan
 Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu
usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting.
 Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh
abortus atau keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan
hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan
oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak
normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum
waktunya.
 Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion
atau cairan ketuban yang banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan
pertumbuhan janin dalam kandungan.
 Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42
minggu.
 Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea dan lain-lain
1. Riwayat obstetris yang buruk
 Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital
(cacat bawaan)
 Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau melahirkan belum pada
waktunya.
 Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan berturut-turut
terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
 Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk
menunda kehamilan dengan cara apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil.
1. Keadaan ibu secara umum
 Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan
lebih dari 4 orang anak.
 Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk.
 Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm.
 Bentuk panggul ibu yang tidak normal.
 Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.
 Ibu yang tidak menikah, berhubungan dengan kondisi psikologis
 Keadaan sosio ekonomi yang rendah
 Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.
Bahaya apa saja yang dapat ditimbulkan oleh kehamilan dengan risiko tinggi ?
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi pada janin maupun
pada ibu. Antara lain:
–          Bayi lahir belum cukup bulan.
–          Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
–          Keguguran (abortus).
–          Persalinan tidak lancar / macet.
–          Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
–          Janin mati dalam kandungan.
–          Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
–          Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
Ibu yang termasuk dalam kehamilan resiko tinggi: 
1. Ibu hamil dengan umur kurang dari 20 tahun 
2. Hamil dengan umur lebih dari 35 tahun 
3. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145cm 
4. Ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg 
5. Ibu dengan jarak umur anak terakhir dengan kehamilan ini kurang dari 2 tahun 6. Ibu dengan
jumlah anak lebih dari 4 
 Berikut akan dijelaskan kenapa hal-hal di atas merupakan resiko tinggi bagi ibu hamil:

1. Umur ibu kurang dari 20 tahun


Bagi ibu hamil dengan umur yang kurang dari 20 tahun bukan berarti ibu termasuk tidak normal
melainkan ibu tergolong dengan resiko tinggi. Hamil pada usia remaja tentu akan berdampak besar
bagi masa depan ibu. Organ reproduksi remaja belum matang untuk menerima kehamilan. Dari
kesiapan psikologis untuk menjalani hidup berumah tangga juga akan berpengaruh bagi ibu muda.
Memang ada kemungkinan ibu untuk melahirkan secara normal, namun untuk kehamilan ibu sendiri
harus dalam pengawasan. Resiko yang kemungkinan dialami yaitu perdarahan pasca persalinan, pre-
eklamsi sampai terjadinya eklamsi, bayi beresiko mengalami kecacatan kongenital. Resiko yang
kemungkinan dialami adalah terjadinya kanker serviks atau kanker leher rahim dimana yang menjadi
faktor predisposisinya yaitu kontak seksual pertama kali di usia muda.  

2. Hamil dengan umur diatas 35 tahun 

Beberapa wanita hamil di atas umur 35 tahun. Perlu dipahami bahwa semakin tua umur wanita
maka kualitas sel telur yang dihasilkan juga semakin menurun, sehingga resiko melahirkan bayi
dengan kelainan/ cacat sangat besar terjadi. Selain itu masih ada beberapa resiko lain yang
kemungkinan bisa ditimbulkan seperti kehamilan kembar, menderita diabetes gestasional sehingga
bayi yang dilahirkan memiliki berat badan besar, tekanan darah tinggi, resiko bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kromosom (sindrom down) dan besar kemungkinan terjadinya keguguran di awal
kehamilan. 

3. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm 

 Tinggi badan seseorang mempengaruhi bentuk panggul seseorang. Tinggi badan yang kurang dari
145 cm beresiko terjadinya panggul sempit.Panggul yang merupakan jalan lahir bagi bayi. Bayi dapat
lahir dengan lancar apabila jalan yang dilaluinya tidak ada hambatan. Apabila jalan untuk lahir
sempit dan tidak sesuai dengan ukuran bayi, maka dapat di pastikan bayi tidak bisa dilahirkan secara
normal. Namun, tidak semua ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm diharuskan untuk operasi
caesar. Semua tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul dengan besar bayi. 

4. Berat badan ibu kurang dari 45 kg 

Saat dimulainya kehamilan ibu memiliki berat badan kurang dari 45kg, sebaiknya ibu harus
melakukan tindakan untuk meningkatkan berat badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan frekuensi makan ditingkatkan. Berat badan yang rendah (< 45 kg) akan sangat
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin. Selain itu fungsi plasenta juga bisa mnegalami
penurunan fungsi akibat dari transport nutrisi yang tidak adekuat. Resiko lain yang mungkin
ditimbulkan adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

5. Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahhun 

 Alat reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
resiko untuk melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun itu besar. Ibu beresiko 3 kali lebih besar
melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan. Pada studi yang dilakukan oleh Dr Keely Cheslack
Postava dari Colombia University menyatakan bahwa ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat
semakin meningkatkan resiko bayi lahir dengan autisme. 

6. Jumlah anak lebih dari 4 

 Jumlah anak yang terlalu banyak tentu akan berhubungan dengan sistem alat reproduksi. Banyak
komplikasi yang bisa ditimbulkan dengan seringnya melahirkan. Komplikasi bisa terjadi baik selama
kehamilan maupun saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan yaitu terjadinya perdarahan
antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta yang bisa menimbulkan kematian
janin, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta sehingga perlu pemeriksaan dan penanganan dari dokter
spesialis kandungan anda. 

1. Umur ibu hamil


Wanita yang sedang hamil dalam usia kurang dari 20 tahun atau baru hamil pada usia lebih
dari 35 tahun ketika hamil anak pertama akan memiliki resiko kehamilan yang cukup tinggi.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya
kurang baik
Maksudnya bila pada kehamilan yang lalu mempunyai riwayat seperti keguguran, perdarahan
pasca kelahiran, lahir mati.
3. Pre Eklampsia atau gejala keracunan kehamilan
Kondisi ini ditandai dengan naiknya tekanan darah ibu hamil, terdapatnya protein dalam urin,
serta timbulnya pembengkakan pada tubuh (oedema), Jika anda merasakan gejala-gejala ini
terjadi pada anda, segeralah berbaring dan banyak beristirahat.
4. Sudah memiliki 4 anak atau lebih
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah) ,
perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah), persalinan yang cepat, yang bisa
menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat, dan plasenta previa
(plasenta letaknya rendah).
5. Eklampsia atau keracunan kehamilan
Wanita hamil yang mengalami eklampsia akan menunjukan tanda-tanda yang sama dengan
mereka yang mengalami Pre eklampsia. Hanya saja wanita yang mengalami eklampsia akan
mengalami kejang-kejang diseluruh tubuhnya. Biasanya dalam keadaan seperti ini maka
dokter akan memberi obat anti kejang untuk menanganinya.
6.Diabetes mellitus
 Ibu hamil yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis harus memperhatikan
makanannya demi menjaga kesehatan janin dan dirinya. Selain itu seringkali para dokter
mengkhawatirkan bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita diabetes, yang biasanya akan
berukuran lebih besar daripada ukuran normalnya sehingga dalam hal ini biasanya akan
membutuhkan tindakan tertentu dalam proses persalinannya nanti.
7. Kelainan struktur organ reproduksi
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang
lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan
struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.
8. Penyakit Jantung
Ibu hamil yang diketahui memiliki penyakit jantung, perlu untuk mendapatkan pengawasan
ekstra dari dokter. Hal ini dilakukan untuk menghindari mereka melakukan aktivitas secara
berlebihan yang tentunya dapat membahayakan kondisi jantungnya.
9. Anemia
Sebanyak 70% wanita pernah mengalami anemia. Ketika hamil tubuh wanita akan lebih
mudah lagi mengalami anemia. Kondisi ini disebabkan karena tubuh ibu hamil memerlukan
darah merah lebih banyak ketika persalinan. Anemia dapat menyebabkan kematian bagi ibu
dan janin, atau janin lahir dengan berat badan rendah. Karena itu kekurangan darah merah ini
harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi, baik untuk kesehatan dirinya
maupun janinnya.
Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.

1)      Keguguran.

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena

terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non

profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya

angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan

kemandulan.

2)      Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah

(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20
tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan

akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu

kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses

pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau

dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang,

sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan

demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah

dan cacat bawaan.

3)      Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi

infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

4)      Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan

pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu

mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah

sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang

yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.

5)      Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin

meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-

eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

6)      Kematian ibu yang tinggi.


Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.

Selain itu angka kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang cukup tinggi

kebanyakan hal ini dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

a)      Resiko bagi ibunya :

(1)   Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah

dalam proses involusi.

(2)   Kemungkinan keguguran / abortus.

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh

faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun

memakai alat.

(3)   Persalinan yang lama dan sulit.

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan lama

sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan

mengejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian ibu. Kematian pada saat melahirkan

yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b)      Resiko pada bayinya :

(1)   Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada

saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.

(2)   Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini

dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga

dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.


(3)   Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus

rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.

(4)   Kematian bayi.

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal yang

disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari),

kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia. [19]

12. Penanganan komprehensif seperti apa yang harus diberikan kepada


ibu hamil resiko sangat tinggi?

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap
dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling (Varney, 2006).

Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan


berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (antenatal care),
asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan masa nifas (postnatal
care), dan asuhan bayi baru lahir (neonatal care) (Varney, 2006).

1.    Antenatal Care

Antenatal care adalah kegiatan pengamatan dan pengawasan secara seksama


sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dan rahim, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Antenatal care
adalah pengawasan intensif sebelum kelahiran (Mochtar, 2006)

Standar Minimal Pelayanan Antenatal “7T”

a.    Timbang berat badan


b.    Ukur Tekanan darah
c.    Ukur Tinggi badan
d.    Pemberian imunisasi TetanusToksoid TT lengkap
e.    Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama hamil
f.    Tes terhadap penyakit menular seksual
g.    Temu wicara dalam rangka rujukan (Saifuddin, 2002)

2. Intranatal (Persalinan)
    Pengertian Intranatal
Intranatal atau persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit (Depkes RI, 2002).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar(Wiknjosastro, 2005)

Ada lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada
persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah
:
a.    Membuat keputusan
b.    Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
c.    Pencegahan infeksi
d.    Pencatatan (rekam medik)
e.    Rujukan
3. Postnatal (Masa Nifas)

1.    Pengertian
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).
Kunjungan pada Masa Nifas

a.    Kunjungan I ( 6- 8 jam)


Tujuannya:
1)    Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2)    Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk bila
perdarahan berlanjut.
3)    Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.
4)    Pemberian ASI awal.
5)    Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)    Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b.    Kunjungan 11 (6 hari pasca persalinan)
Tujuan:
1)    Memastikan involusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2)    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)    Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat.
4)    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyakit.
5)    Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
dan menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-ari.
c.    Kunjungan III (2 minggu pasca persalinan)
Asuhan yang diberikan sama dengan 6 hari post partum.
d.    Kunjungan IV (6 minggu pasca persalinan)
1)    Menanyakan ibu tentang penyakit yang dialami ibu dan bayi.
2)    Memberikan konseling untuk KB secara dini
Pembagian Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi tiga periode, yaitu:


b.    Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
c.    Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu
d.    Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu–minggu, bulanan, atau
tahunan.
4. Bayi Baru Lahir

Definisi
Bayi yang mampu hidup diluar rahim dengan berat badan lebih dari 2500 gram,
asuhan segera pada bayi adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kehamilan    (Depkes RI, 2004)

Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :


1)    Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
2)    Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera
mungkin segera setelah melahirkan badan bayi.
3)    Sambil secara cepat menilai pernafasan, letakan bayi dengan handuk
diatas perut ibu.
4)    Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari
wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang
pernafasan bayi (Saifuddin, 2002).
Pemantauan Pada Bayi Baru Lahir

Yang harus diperhatikan adalah:


a.    Suhu badan dan lingkungan
b.    Tanda-tanda vital
c.    Berat badan
d.    Mandi dan perawatan kulit
e.    Pakaian
f.    Perawatan tali pusat
Dengan mencatat semua hasil pemantauan (Varney, 2006).

Anda mungkin juga menyukai