Ny. Animah usia 30 tahun,seorang paramedis saat ini sedang hamil anak pertama usia kehamilan 32-
34 minggu. Selama kehamilan Ny. Animah sering mengalami perdarahan dari kemaluannya
walaupun tidak terdapat riwayat trauma dan ini telah terjadi sejak awal kehamilan. Ia menduga
keluhannya ini mungkin ada hubungannya dengan muntah-muntah hebat yang dialaminya selama
kehamilan 12-14 minggu.
Ia berkonsultasi kepada dokter di puskesmas tempatnya bekerja tentang keluhannya. Dokter lalu
memeriksa kondisi kehamilan Ny. Animah dan menemukan pada pemeriksaan konjungtiva
anemis,TFU setinggi pusat, anak letak kepala, TBA 1000 gram, kadar Hb 7,8 gr/dL, MCH 70pg,MCV 20
fL,MCHC 23%, kadar ferritin 7 µg/L. Dokter lalu menjelaskan kepada Ny. Animah bahwa perdarahan
yang ia alami pada kondisi yang berat dapat menyebabkan IUGR dan anemia dengan segala
risikonya. Keadaan ini erat kaitannya dengan AKI&AKB. Menurut Skor Poedji Rochjati kehamilannya
termasuk dalam kehamilan risiko sangat tinggi dan harus dirujuk ke rumah sakit agar mendapatkan
penanganan yang komprehensif. Dokter juga menjelaskan bahwa setiap upaya yang dilakukan
dokter untuk menolong pasien selalu disertai informed consent.
STEP 1 : TERMINOLOGI
1. Paramedic : adalah profesi medis, biasanya anggota layanan medis darurat,
yang terutama menyediakan perawatan gawat darurat dan trauma lanjut pra-rumah sakit.
2. Perdarahan : adalah nama yang umum digunakan untuk menggambarkan
kehilangan darah. Hal ini dapat merujuk pada kehilangan darah dalam tubuh (perdarahan
internal) atau kehilangan darah di luar tubuh (perdarahan eksternal). Kehilangan darah
dapat terjadi di hampir semua daerah tubuh
3. Trauma : adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan
psikologis yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman
yang berkaitan dengan kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan
“trauma” adalah trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik seseorang.
4. Konjungtiva anemis : konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi
permukaan bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera ( bagian putih
mata ), kecuali kornea. Jadi konjungtiva anemis adalah suatu keadaan dimana konjungtiva
seseorang pucat karna darah tidak sampai ke perifer yang bisa menjadi salah satu tanda
bahwa seseorang mengalami anemia.
5. TBA : (traditional birth attendant) definisi yang diberikan oleh organisasi
kesehatan untuk wanita yang membantu dan memberi dukungan psikologis kepada wanita
lain saat persalinan. Istilah ini terutama digunakan di negara miskin. Wanita ini sering
dianggap bidan di komunitas mereka dan oleh bidan lain yang menganggap bahwa ahli
kebidanan tidak harus berasal dari institusi atau program nasional agar valid.
6. MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) merupakan salah satu jenis
pemeriksaan yang ada pada darah, di mana akan dinilai massa dari hemoglobin dari satuan
sel darah merah yang ada di tubuh.
7. MCV : Mean Corpuscular Volume (MCV) merupakan salah satu
pemeriksaan darah yang menunjukkan volume rata-rata satu sel darah merah dibandingkan
dengan volume sel darah merah keseluruhan dalam darah.
8. MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration adalah perhitungan
rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit. MCHC yang rendah (hipokromia) akan
dijumpai pada keadaan di mana hemoglobin abnormal yang dicairkan di dalam eritrosit,
misalnya pada anemia yang kekurangan zat besi dalam talasemia.
9. Kadar ferritin : Ferritin adalah sebuah protein yang terdapat di dalam sel pada
hampir seluruh makhluk hidup. Ferritin merupakan protein penyimpan zat besi paling utama
pada tubuh.
10. IUGR : Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan
untuk jumlah bulan kehamilan. Bayi baru lahir dengan IUGR seringkali digambarkan kecil
untuk usia gestational (SGA).
11. Anemia : adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau kandungan
hemoglobin di dalam darah. Hemoglobin (hb) adalah suatu senyawa protein pembawa
oksigen di dalam sel darah merah. Sel darah merah diproduksi di sumsum tulang.
12. AKI&AKB : Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
13. Komprehensif : bersifat mampu menangkap (menerima) dengan baik; 2 luas dan
lengkap (tentang ruang lingkup atau isi); 3 mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang
luas. adalah segala sesuatu yang terlihat dan memiliki wawasan yang luas. Dengan wawasan
yang luas terhadap sesuatu sehingga kita dapat melihat dari berbagai sisi dan dapat
memahaminya dengan baik dan menyeluruh sehingga jika ada permasalahan dapat
diselesaikan dengan baik dan bijaksana.
14. Informed consent : adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Perdarahan selama kehamilan biasa terjadi, terutama selama trimester pertama. Hal ini tentu saja
menyebabkan bunda menjadi khawatir dan takut terjadi masalah dengan kehamilannya. Walaupun
sebagian besar perdarahan bukan disebabkan masalah yang serius tetapi kadang-kadang hal ini bisa
merupakan tanda adanya masalah yang berat yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Karena itu,
penting untuk mengetahui apa saja penyebab perdarahan selama kehamilan dan kapan harus
datang untuk memeriksakan diri ke dokter.
Mual dan muntah di awal kehamilan memang wajar. Tapi jika berlebihan, bisa berbahaya. Dan
sekitar 1,5%-2% dari seluruh kehamilan, calon ibu bisa mengalami mual dan muntah yang ekstrim.
Atasi segera!
Hyperemesis Gravidarum. Mual dan muntah berlebihan disebut juga dengan Hyperemesis
Gravidarum. Penderita hyperemesis gravidarum dapat mengalami muntah hingga 10 kali dalam
sehari, sehingga mengganggu kesehatan dan aktivitas sehari-hari. Mual dan muntah yang berlebihan
ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan, jika tidak ditangani dengan serius.
Gejala hyperemesis gravidarum biasanya muncul antara 4-6 minggu usia kehamilan dan dapat
mencapai puncaknya antara 9-13 minggu usia kehamilan. Kebanyakan ibu hamil menerima bantuan
antara minggu ke 14 – 20 usia kehamilan, namun 20% dari ibu hamil yang mengalami hyperemesis
gravidarum butuh perawatan sepanjang sisa kehamilan mereka.
Perubahan hormon pada ibu hamil berupa HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang
berguna untuk meningkatkan produksi hormon progesteron oleh indung telur atau ovum
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Hormon ini adalah hormon yang dilepaskan
plasenta. Kadar hormon HCG yang tinggi dalam darah ibu memicu rasa mual dan muntah.
Kehamilan kembar atau lebih. Dalam kehamilan tunggal, biasanya konsentrasi HCG
meningkat cepat selama minggu pertama, dan menjadi ganda setiap dua atau tiga hari
selanjutnya. Pada kehamilan kembar atau lebih, kadar HCG dapat meningkat lebih jauh lebih
tinggi dari hamil tunggal.
Pernah mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya mempunyai
kemungkinan mengalami hal yang sama pada kehamilan berikutnya.
Akibat muntah berlebihan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, sehingga terjadi dehidrasi.
Berat badan menurun, denyut nadi meningkat menjadi 100 kali permenit dan tekanan darah
menurun.
Kekurangan asupan, sehingga nutrisi tidak terpenuhi secara optimal. Akibatnya
pertumbuhan janin terganggu. Bahkan jika kekurangan gizi berlangsung terus menerus, lama
kelamaan janin bisa meninggal.
Pada kejadian muntah berlebihan selama kehamilan yang bersifat parah, dapat
mengakibatkan gangguan hati.
Bedanya dengan Morning Sickness. Pada morning sickness mual kadang disertai muntah dan akan
reda pada usia kehamilan 12 minggu atau segera setelahnya. Sedangkan pada hyperemesis
gravidarum mual yang terjadi dapat disertai dengan muntah hebat yang dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari karena penderitanya menjadi lemas. Morning sickness tidak mengakibatkan dehidrasi,
mudah diatasi dengan minuman hangat dan makanan ringan.
Catatan : Penyebab sering (no 1-2) dan penyebab jarang (no. 3-15)
1. Infeksi virus dan gastroentritis akut.
Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah gastroenteristis akut biasanya
oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena
infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah
berak. Gejala infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali muntah
sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi
rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain
yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi virus bukan rotavirus
biasanya hanya terdapat keluhan muntah sering tanpa diikuti diare yang hebat
2. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal refluks. Pada penderita ini,
biasanya keluhan muntah atau gumoh sering saat usia di bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia
itu keluhan berangsur berkurang dan akan membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada
umumnya usia 3-6 bulan muntah hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik dengan
pertambahan usia. Serangan gangguan muntah akan lebih berat saat terjadi infeksi saluran
napas atau infeksi virus lainnya. Keluhan infeksi virus biasanya disertai keluhan demam,
badan hangat, badan pegal, nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk atau pilek.
Makanan pada penderita alergi makanan bisa menyebabkan muntah tetapi hanya lebih ringan
dan dalam beberapa saat akan berkurang. Penderita alergi dengan GER biasanya disertai
dengan alergi pada kulit, hidung dan saluran napas.
3. Stenosis pilorus
Ini merupakan gangguan yang terjadi pada bayi berupa penyempitan pada bagian ujung
lubang tepat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya
sejumlah kecil makanan bisa masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak
mengalami penurunan berat badan. Kondisi ini biasanya menyebabkan "muntah proyektil"
sangat kuat dan merupakan indikasi untuk operasi mendesak.
4. Obstruksi usus (sumbatan pada saluran cerna)
6. Peritonitis (radang pada selaput perut yang membungkus seluruh organ perut dan
membatasi rongga perut)
7. Ileus (berhentinya untuk sementara kontraksi normal dinding usus)
9. Keracunan makanan
14 Penyakit akibat virus norwalk, flu babi dan berbagai penyakit infeksi lainnya.
15. Lain-lain:
- Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa)
- Untuk menghilangkan racun tertelan (beberapa racun tidak boleh dimuntahkan karena
mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau disedot, karena lebih baik untuk meminta
bantuan sebelum menginduksi muntah)
- Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan mengalami muntah guna
memberi ruang dalam perut mereka untuk konsumsi alkohol lebih lanjut.
- Pasca operasi (mual dan muntah pasca operasi)
- bau atau pikiran (seperti materi membusuk, muntah orang lain, memikirkan muntah), dll
- Nyeri ekstrim, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard (serangan jantung)
- Kekerasan, emosi
- Sindrom muntah siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS) (kondisi buruk-dipahami dengan
serangan muntah)
- Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah di korban
- Batuk, cegukan, atau asma
- Gugup
- Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan.
- Dipukul keras di perut.
- Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan muntah tak lama
kemudian).
- Sindrom ruminasi, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang menyebabkan
penderita memuntahkan makanan yang tak lama setelah dikonsumsi.
3. Bagaimana akibat dari muntah-muntah hebat kehamilan 12-14 minggu
(awal kehamilan)?
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada saat hamil sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menyebabkan keadaan umum tubuh ibu hamil memburuk.
Sebenarnya mual dan muntah merupakan hal yang biasa dialami oleh ibu hamil pada kehamilan
trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan), kurang lebih pada 6 pekan setelah haid terakhir dan
umumnya terjadi selama 10 pekan. Akan tetapi, mual dan muntah ini akan menjadi masalah yang
sangat mengganggu jika terjadi secara berlebihan, yaitu ketika terlalu sering dan parah (bisa sama
sekali tidak bisa makan/minum) dan bertahan lebih lama (bahkan kadang terjadi selama sembilan
bulan penuh). Mual dan muntah yang terus-menerus akan menyebabkan terjadinya dehidrasi
(kekurangan cairan) dan kekurangan kadar mineral dalam tubuh karena banyak cairan tubuh keluar
lewat muntahan. Di samping itu, hiperemesis juga bisa mengakibatkan rusaknya organ hati dan
robeknya selaput lendir kerongkongan dan lambung (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi
perdarahan di saluran cerna. Jika tidak dirawat dan mendapat penanganan yang memadai,
hiperemesis bisa menjurus pada kekurangan gizi dan dapat membahayakan ibu serta janin yang
dikandungnya.
kista-dan-miomkista dan miom gejalanya pun mirip, yaitu: sering merasa beser (pingin pipis terus),
nyeri perut bagian bawah, nyeri saat haid. kista kadang bisa teraba dari luar seperti ada benjolan
pada perut, dan miom sering mengakibatkan volume haid over, haid tidak teratur (terlalu pendek
siklusnya), dan nyeri saat ML. pada beberapa kasus, ada juga gejala nyeri yang tidak dirasakan walau
sebenarnya telah ada kista.
Penyakit miom ditandai dengan nyeri pinggul atau perut. Perut terasa penuh atau terkadang seperti
wanita yang sedang hamil.Karena kandung kemih tertekan, wanita yang mengalami miom sering
buang air kecil.
Gangguan saat haid seperti nyeri hebat saat haid, haid tidak teratur dan pendarahan yang tidak
normal, bisa lebih banyak darah yang keluar atau lebih lama. Gejala lainnya adalah nyeri saat
bersenggama.
Berikut ini adalah gejala umum dari penyakit kista dan miom :
Keluhan nyeri ketiak menjelang atau dalam masa haid, beberapa penderita bahkan ada yang
bisa sampai pingsan karena tidak tahan saking sakit nya menahan
Nyeri perut pada bagian bawah
Rasa sakit seperti di gigit semut di bagian bawah perut kiri dan kanan secara bergantian
Haid yang sangat banyak atau justru terlalu sedikit
Perubahan pola haid, misalnya terlambat haid atau pendarahan di antaranya periode haid
Sering merasa ingin buang air besar / kecil karena jaringan kista terus membesar semakin
menekan kandung kemih sehingga tidak dapat menampung banyak air seni
Pada keadaan lanjut dapat teraba benjolan di daerah perut
Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Nyeri perut hebat di sertai mual dan muntah
Pembesaran perut akibat beberapa jenis kista yang cenderung tubuh makin besar
Keluhan sakit pada pinggang belakang
Sakit saat berhubungan seks atau intim
Jika kista pecah misalnya saat berhubungan seksual penderita akan merasa nyeri bertambah
bila melakukan aktivitas fisik
Hamil dengan miom bunda perlu waspada.Biasanya pada masa Trisemester pertama ada ancaman
keguguran yang disebabkan oleh membesarnya miom yang akan menekan embrio sehingga tidak
akan bisa menempel lebih baik pada dinding rahim.Bila kehamian anda terus berlanjut miom juga
dapat mendesak janin sampai ke plasenta previa (plasenta akan tumbuh dibawah rahim dan
menyebabkan pendarahan pada saat persalinan.
Demikianlah Mengenal saat Miom dan Bahaya yang ditimbulkan selama kehamilan.Dengan
mengetahui artikel diatas paling tidak anda mempunyai wawasan tentang penyakit tersebut.Selalu
konsultasi kepada Dokter yang ahli secara berkala agr mendapatkan hasil yang terbaik.
Menstruasi yang dimulai terlalu dini, banyak mengonsumsi daging merah dibandingkan sayur-
sayuran dan buah-buahan, dan kebiasaan mengonsumsi alkohol dapat memicu timbulnya miom.
Biasanya miom muncul pada usia sekitar 30-50 tahun dan juga pada ibu yang sedang mengandung
(hamil) dimana hormon esterogennya sangat tinggi.
Miom dapat merebut makanan yang seharusnya di berikan pada janin, sehingga bila dibiarkan dapat
menyebabkan kematian pada janin dalam kandungan. Gangguan yang dapat ditimbulkan miom
antara lain kontraksi dini, perdarahan dan jalan lahir tertutup. Jika miom terus membesar dan
mendesak janin, maka ada kemungkinan ibu hamil akan mengalami plasenta previa atau plasenta
tumbuh di bawah rahim yang kerap mengakibatkan perdarahan saat proses persalinan. Perdarahan
ini sangat membahayakan jiwa si ibu, dan juga miom dapat menyebabkan keguguran.
Mengerikan bukan? Namun anda tidak usah khawatir karena disini kami selaku agen obat herbal
online terbaik dan terpercaya di Indonesia merekomendasikan produk kesehatan "Crystal X" dari
teripang laut yang dapat mengobati penyakit miom, sangat cocok dan aman untuk di konsumsi oleh
ibu hamil.
Di rahim dapat muncul satu atau lebih miom. Ukuran miom beragam mulai dari sekecil kacang
polong hingga sebesar buah anggur. Pada umumnya miom tetap kecil, tetapi perkembangannya
tidak terduga. Ada yang berkembang dengan perlahan, adapula yang berkembang dengan sangat
cepat. Sebagian besar kasus miom tidak berbahaya, tidak berhubungan dengan peningkatan risiko
kanker, dan sangat jarang berubah menjadi kanker.
Miom membutuhkan penanganan segera jika menimbulkan nyeri panggul yang tajam, tetapi hal ini
jarang terjadi. Pada umumnya miom tidak menyebabkan masalah dan jarang membutuhkan
penanganan. Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau
menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah.
Pertumbuhan miom juga dikendalikan oleh faktor hormonal, terutama hormon estrogen. Miom
cenderung berkembang pada masa reproduksi, dan dapat bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan, yang mana kadar estrogennya sangat tinggi. Miom biasanya menyusut setelah
menopause ketika kadar estrogen menurun. Hormon lain misal progesteron, juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan miom.
Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah ketidakseimbangan emosi misal sering stres, daya
tahan tubuh rendah, gaya hidup yang tidak seimbang, semua itu menyebabkan gangguan pada
hormon dan kemungkinan timbul miom. Ukuran besar-kecilnya miom juga dipengaruhi oleh jumlah
kalori pada tubuh karena timbunan kalori dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan miom. Makin
gemuk seseorang, makin banyak timbunan kalorinya, dan membuat miom tumbuh cepat.
Miom juga dapat terjadi karena adanya faktor bakat, yang kemudian dipicu oleh rangsangan-
rangsangan hormon (karena emosi tidak stabil), makan sembarangan dan berat badan yang
berlebihan. Rangsangan-rangsangan tersebut yang membuat pertumbuhan miom lebih cepat.
Namun pertumbuhan miom paling sedikit memerlukan waktu sekitar 8 tahun.
Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa menjadi perangsang pertumbuhan miom atau
memungkinkan miom tumbuh kembali walaupun telah diangkat. Oleh karena itu kebersihan alat
kelamin, berat badan tubuh, dan keseimbangan emosi harus dijaga agar miom tidak terangsang
pertumbuhannya.
D. PATOFISIOLOGI
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan.
Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi
percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi
peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan
plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut
terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan
membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang
irreversibel.
b. Anemia
Penyebab anemia yang biasa terjadi pada ibu hamil biasanya dikarenakan beberapa hal.
Berikut di antara sebab-sebab seorang ibu hamil terkena anemia.
Pola makan ibu hamil yang terganggu diakibatkan rasa mual yang sering terjadi
selama proses kehamilan;
Rendahnya cadangan zat besi pada ibu hamil diakibatkan menstruasi atau proses
persalinan sebelumnya;
Kebutuhan zat besi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan janin;
Asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil kurang banyak.
Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil Ada banyak penyebab anemia sesuai dengan jenisnya, dan daftar
di bawah ini merupakan jenis penyebab anemia pada ibu hamil yang paling utama:
Ini merupakan penyebab anemia pada ibu hamil yang paling banyak. Sekitar 15% sampai 25% dari
seluruh kehamilan mengalami kekurangan zat besi. Zat Besi merupakan mineral yang ditemukan
dalam sel-sel darah merah (hemoglobin) dan digunakan untuk membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh. Ketika asupan zat besi kurang, maka hemoglobin darah akan menurun dan terjadilah
anemia.
Kurangnya zat besi dalam makanan sebagai akibat dari tidak makan makanan kaya zat besi yang
cukup atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap zat besi yang dikonsumsi. Untuk itu, selalu
penuhi kebutuhan zat besi dengan konsumsi sumber-sumber zat besi.
Kebutuhan akan zat besi yang meningkat karena Kehamilan itu sendiri, selain untuk produksi sel-sel
darah merah ibu, Zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah merah janin. Oleh karena itu
suplementasi besi selama kehamilan diperlukan.
Folat atau asam folat, merupakan vitamin yang larut dalam air yang dapat membantu mencegah
cacat tabung saraf pada janin jika kebutuhannya dipenuhi selama kehamilan. Asam folat merupakan
suplemen yang wajib diminum oleh wanita hamil, tetapi asam folat juga dapat ditemukan dalam
makanan seperti sereal, sayuran berdaun hijau, pisang, melon, dan kacang-kacangan. Kekurangan
asam folat juga dapat menyebabkan Anemia, karena berperan dalam produksi sel darah merah.
Vitamin B-12 juga merupakan vitamin yang diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah
merah. Meskipun beberapa wanita cukup mengkonsumsi vitamin B-12 melalui makanannya, akan
tetapi mungkin saja tubuh memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerapnya sehingga tetap
kekurangan.
Selain faktor di atas, penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan disebabkan oleh meningkatnya
volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan volume sel darah merah. Disproporsi
antara tingkat kenaikan volume plasma dan eritrosit memiliki perbedaan yang paling besar selama
kehamilan trimester kedua.
Pada saat menjalani masa kehamilan, seorang ibu hamil biasanya sering mengalami keluhan
yang salah satunya adalah anemia. Ketika anemia menyerang, maka hal itu menandakan
bahwa darah sang ibu tidak mempunyai asupan sel darah merah yang cukup untuk membawa
dan mengantarkan oksigen ke dalam jaringan. Karena selama ibu hamil menjalani masa
kehamilan, tubuh akan menyangga pertumbuhan janin di dalam perut sehingga tubuh ibu
hamil akan sangat membutuhkan lebih banyak lagi sel darah merah agar tubuh tetap sehat dan
kuat.
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah. Hemoglobin
memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh. Selama masa
kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa membuat
hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan
membuat kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.
Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah.
Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg)
zat besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat
besi tersebut yaitu 30 mg.
Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan meningkat menjadi lebih
cepat dibandingkan dengan volume sel darah merah. Akibatnya, konsentrasi darah merah
menjadi menurun sampai pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk mengejar
ketinggalan yaitu dengan peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga
bisa timbul karena ibu hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah
hemoglobin dalam darah mengalami penurunan.
Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa
kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti
akibat pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit
ginjal dan infeksi serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil
kekurangan zat besi merupakan penyebab anemia yang paling umum.
Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup,
bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan
darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan
seorang wanita rentan terhadap anemia.
Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin mengkonsumsi
suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.
Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil merasa
lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan terhadap
berbagai macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin
yang masih ada dalam kandungan.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena, dua hal sebagai berikut :
1. Anoksia Organ Target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
jaringan darah.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Selain dua hal tersebut ada beberapa hal yang menyebabkan gejala anemia yaitu :
1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan – Kondisi
ini karena kekurangan :
Makanan yang kaya kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani
( daging, ikan, hati ayam )
Makanan nabati ( tumbuh – tumbuhan ) seperti sayuran hijau tua, walau banyak
mengandung zat besi. Tetapi hanya sedikit yang mampu diserap oleh usus.
2. Meningkatnya pengeluaran zat besi pada tubuh – Pendarahan atau kehilangan dapat
menyebabkan anemia, Hal ini terjadi pada penderita :
Kecacingan ( terutama cacing tambang ), infeksi akibat cacing tambang dapat
menyebabkan pendarahan pada dinding usus, meskipun sedikit namun terjadi secara
terus-menerus dan mengakibatkan kehilangan darah atau zat besi.
Kehilangan darah pada saat haid, berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah,
yang mengakibatkan seseorang mengalami anemia.
Penyebab
Jika ibu hamil merasakan gejala-gejala tersebut, maka perlu diwaspadai dan ada baiknya ibu
hamil segera berkonsultasi dengan dokter. Anemia pada ibu hamil bisa terjadi akibat
kekurangan vitamin B12 atau kekurangan zat besi.
Anemia Defisiensi Vitamin B12
Kekurangan sel darah merah dalam tubuh bisa jadi akibat asupan vitamin B12 yang kurang.
Ketika dalam keadaan hamil, seorang ibu yang tidak mendapatkan asupan vitamin B12 cukup
maka tubuhnya tidak akan mampu mencukupi kebutuhan sel darah merah pada tubuh. Dalam
hal ini ibu hamil perlu mengonsumsi banyak makanan yang bagus untuk mencukupi
kebutuhan sel darah merahnya seperti daging, telur serta susu.
Anemia Defisiensi Zat Besi
Kekurangan sel darah merah pada tubuh dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi
yang berperan sebagai penghasil hemogoblin dalam tubuh. Dengan tidak adanya hemoglobin
yang cukup maka darah tidak dapat mengedarkan oksigen yang cukup ke seluruh bagian
tubuh. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi sehari- hari, diperlukan keberagaman menu
harian dan jangan hanya memperbanyak makan nasi saja. Lengkapi menu anda dengan
beragam jenis sayuran atau daging yang memiliki zat besi cukup tinggi di dalamnya.
Bagi anda yang gemar mengonsumsi menu sehat harian dengan cukup kandungan zat besi di
dalamnya, bisa juga terkena resiko anemia akibat konsumsi obat- obatan. Obat- obatan
antasida dapat mengurangi produksi asam lambung namun sebaliknya obat ini dapat
mengurangi penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Anemia Defiensi Vitamin C
Penyebab penyakit anemia selanjutnya adalah karena kurang mengkonsumsi vitamin C. Hal
ini dapat terjadi jika ibu kurang memperhatikan asupan mereka sehari-hari. Sayur dan buah
menjadi salah satu sumber vitamin C yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
anda sehari-hari.
8. Apa resiko dari terjadinya IUGR dan Anemia pada ibu hamil?
a. IUGR
F. KOMPLIKASI
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin.
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung :
1) Asfiksia
2) Hipoglikemi
3) Aspirasi mekonium
4) Hipotermi
5) Perdarahan pada paru
6) Polisitemia
7) Hiperviskositas sindrom
8) Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran,
sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital
dan kelainan kromosom.
2. Ibu
a. Preeklampsi
b. Penyakit jantung
c. Malnutrisi
Dari penelitian didapatkan 90% anemia pada ibu hamil berkaitan dengan kekurangan zat besi, selain
itu penyebab lainnya biasanya berkaitan dengan kurangnya asupan asam folat, mineral dan adanya
faktor penyakit lain yang diderita oleh ibu hamil.
Kejadian dari anemia pada ibu hamil selain meningkatkan risiko kematian pada ibu juga
dapat berdampak pada janin. Diantaranya yang sering dilaporkan adalah pada kasus anemia
ibu hamil adalah kematian janin saat lahir, bayi lahir prematur, dan berat badan lahir rendah.
Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko yang berbahaya bagi janin. Setiap ibu
hamil perlu mengetahui bahayanya, berikut adalah yang berkaitan dengan masalah anemia
pada ibu hamil yang berdampak pada janin:
Berat badan lahir rendah
Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir rendah. Selin itu kondisi
anemia pada ibu hamil juga dapat mengganggu nutrisi pada janin, dimana dengan adanya
penurunan sel darah merah atau hemoglobin, sehingga dapat mengakibatkan janin tidak
mendapatkan nutrisi yang adekuat melalui placenta. Untuk bayi dengan berat badan lahir
rendah (<2000 g) atau berat badan lahir sangat rendah (<1.500g) biasanya berkaitan dengan
asupan zat besi dan asam folat yang kurang secara bersama-sama. Bayi dengan berat badan
lahir rendah akan meningkatkan risiko kematian. Kejadian berat badan lahir rendah juga
dapat berdampak dikemudian hari diantaranya adalah malnutrisi pada anak, anak mudah
terkena infeksi penyakit, dan meningkatkan kematian bayi. Pada beberapa penelitian lain juga
didapatkan bahwa dengan berat badan lahir rendah yang berhubungan dengan anemia pada
ibu hamil adalah adanya penurunan fungsi otak dan kemampuan anak dalam berinteraksi dan
menggangu kecerdasan kognitif anak saat sekolah. Termasuk juga dengan perkembangan
mental dan kemampuan daya tangkap anak.
Kelahiran prematur
Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau hemoglobin akan
menurun, sehingga menyebabkan peningkatkan volume plasma dan mengakibatkan kontraksi
pada rahim. Ditambah dengan kondisi janin yang tidak sesuai perkembangan bayi
berdasarkan usia kehamilan ibu, biasanya kehamilan prematur juga menyebabkan kematian
pada saat dilahirkan.
Kematian janin
Biasanya diakibatkan oleh banyak faktor, dimulai dari kondisi janin, kondisi ibu dan proses
persalinan yang terjadi. Untuk kasus anemia pada ibu hamil terdapat risiko peningkatan
kejadian hipoksia janin pada saat proses persalinan, dimana ini akan meningkatkan kematian
pada janin.
Anemia pada ibu hamil perlu dilakukan penanganan yang baik. Pemberian suplemen
diberikan jika memang tidak dapat dicukupi oleh ibu dari konsumsi makanan sehari hari.
Kunjungan antenatal saat kehamilan berperan penting untuk dapat memenuhi kesehatan ibu
dan janin.
Pengaruh Anemia pada Kehamilan
Bahaya selama masa kehamilan :
Bisa menyebabkan persalinan prematuritas
Bisa terjadi abortus
Dapat terjadi infeksi
Terjadinya hambatan akan tumbuh kembang janin di dalam rahim
Terancam dekoinpensasi kordis (hb< 6gr%)
Mola hidatidosa
Dapat menyebabkan pecah dini ketuban
Hiperemesis gravidarum
Dapat menyebabkan pendarahan antepartum
Bahaya anemia ketika persalinan :
Gangguan kekuatan mengejan
Kala pertama dapat berlangsung lama serta terjadinya portus terlantai
Kala kedua berlangsung lama dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
Kala ketiga dapat diikuti retensio plasenta serta pendarahan postpartum akibat atonia uteri
Kala keempat bisa terjadi pendarahan post partum sekunder serta atonia uteri
Bahaya anemia di kala nifas :
Bisa menyebabkan terjadinya subinvolusi uteri yang dapat menimbulkan pendarahan post
partum
Beresiko terkena infeksi puerpertum
Menyebabkan pengeluaran ASI yang berkurang
Secara umum anemia juga memberi dampak yang buruk bagi janin yang tengah dikandung
karena dapat menyebabkan terjadinya abortus. Tingkat persalinan prematur yang tinggi, berat
badan bayi yang terlahir rendah, resiko terkena cacat bawaan, bayi bisa dengan mudah
terinfeksi. Beresiko terjadinya kematian prenatal dan bayi terlahir dengan intelegensi yang
rendah.
Bahaya Anemia pada Ibu Hamil
Anemia dalam masa kehamilan memberikan pengaruh kurang baik bagi ibu hamil, baik
dalam masa kehamilan, saat persalinan, nifas dan proses selanjutnya. Dampak
berbahaya akibat anemia, adalah sebagai berikut :
1. Keguguguran ( Abortus )
2. Kelahiran prematurs
3. Persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia utari)
4. Perdarahan akibat tidak adanya kontraksi otot rahim ( atonia uteri )
5. Syok
6. Infeksi saat bersalin maupun pasca bersalin
7. Hipoksia – Anemia yang berat yaitu < 4 gram dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Akibat anemia ini, dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu saat
persalinan.
8. Lebih lanjut, dr. Ali mengimbau para wanita hamil agar memperhatikan asupan gizi,
terutama sebelum masa kehamilan dan rutin melakukan pemeriksaan atau screening
saat hamil. Karena jika kadar hemoglobin rendah, ibu hamil berisiko mengalami
keguguran.
9. "Ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin rendah berisiko mengalami abortus,
pendarahan pasca persalinan, kelelahan dan bahkan kematian. Sedangkan risiko bagi
janin yaitu pertumbuhan janin yang terhambat, prematuritas, kemungkinan bayi lahir
cacat bawaan dan kematian," jelas dr. Ali Sungkar.
Kematian ibu/ maternal mortality, merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan suatu
bangsa. Hal ini karena apabila ditinjau dari penyebabnya, kematian ibu merupakan suatu
permasalahan yang kompleks. Penyebab kematian ibu telah dirinci menjadi dua, yaitu
penyebab langsung adan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung
1. Perdarahan (42%)
2. Eklampsi/Preeklampsi (13%)
3. Abortus (11%)
4. Infeksi (10%)
5. Partus lama/persalinan macet (9%)
6. Penyebab lain (15%)
Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo,
yang merupakan RS rujukan nasional, lima besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan,
eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru.
1. Perdarahan
Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga
merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan,
selama persalinan, atau setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang
menyebabkan kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian.
Meskipun dapat dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum dapat dihindari. Atonia
uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan untuk
berkontraksi setelah melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab
lain yang lebih jarang adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh atau
sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim. Penyebab trauma termasuk luka, ruptur
uterus, dan inversi uterus.
Komplikasi dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan kelelahan,
yang dapat menyulitkan perawatan pasca melahirkan. Anemia post-partum meningkatkan
risiko depresi post-partum.
Perdarahan post partum dapat ditangani dengan pengelolaan yang melibatkan obat-obatan
dan perawatan non obat.
2. Eklampsia
Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan koma saat
kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung pada kematian ibu. Eklampsia
biasanya terjadi setelah trimester ketiga kehamilan, mayoritas pada saat persalinan
(intrapartum) dan 48 jam pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan
komplikasi berat dari kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. Preeklampsia, juga
dikenal sebagai toxemia kehamilan, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi),
proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan
secara tiba-tiba. Preeklampsia dapat diidentifikasi pada masa kehamilan dengan memantau
tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik. Deteksi dini dan pengelolaan
preeklampsia dapat mencegah perkembangannya menjadi eklampsia.
3. Sepsis
Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus (rahim), umumnya
terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Sepsis dapat menyebar dari rahim ke saluran tuba
dan ovarium atau ke dalam aliran darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga
dikenal sebagai sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A
Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak saat
melahirkan.
Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut:
Menggigil dan perasaan tidak sehat secara umum
Nyeri perut bawah
Keputihan berbau busuk
Perdarahan dari vagina
Pusing dan pingsan
Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama proses persalinan,
misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh dukun beranak. Sepsis juga dapat
disebabkan oleh infeksi menular seksual yang tidak diobati selama kehamilan. Penyakit ini
dapat dicegah atau dikelola dengan pemeriksaan lab yang tepat, standar pengendalian infeksi
yang tinggi selama persalinan dan pengobatan antibiotik selama dan sesudah persalinan.
4. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok penyebab tidak langsung.
Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang
terinfeksi penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki
tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan lahir
rendah, kematian bayi dan/atau ibu.
Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk dan menewaskan lebih dari
1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum pada wilayah Indonesia bagian timur.
Malaria dapat dicegah dengan obat-obatan yang tepat dan perangkat antinyamuk.
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target kedaruratan WHO sejak tahun
2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia (diperkirakan sekitar 1,75 miliar) terinfeksi basil
tuberculosis. Penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan dan menyebabkan kematian ibu
dan/ atau janin. TB dapat disembuhkan dengan obat-obatan seperti Rifampisin, INH dan
Etambutol.
Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. Virus hepatitis B (HBV) adalah
penyebab paling umum hepatitis pada ibu hamil, namun virus hepatitis E (HEV) adalah yang
paling dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian ibu. Hepatitis E akut dapat memberikan
gejala tiba-tiba dalam beberapa hari atau minggu sebelum kematian. Hepatitis dapat dicegah
dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi yang lebih baik.
5. Gagal Paru
Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab umum kedaruratan kebidanan yang
berisiko kematian tinggi. Penyebab umum kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru
(pulmonary embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan
(postpartum). Kehamilan meningkatkan risiko embolisme paru karena peningkatan
kemampuan untuk membekukan darah (yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan
saat persalinan). Sayangnya, kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis (bekuan)
darah yang secara mendadak menyumbat arteri paru-paru–kondisi yang disebut embolisme
paru.
Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan
batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obat-obatan
anti trombosis dan perawatan kedaruratan.
Penyebab tidak langsung
1. Pendidikan –> pendidikan ibu berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam pencapaian
akses informasi yang terkait dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu.
Masih banyak ibu dengan pendidikan rendah terutama yang tinggal di pedesaan yang
menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah kodrat wanita yang harus
dijalani sewajarnya tanpa memerlukan perlakuan khusus (pemeriksaan dan
perawatan).
2. Sosial ekonomi dan social budaya yang masih rendah –> pengaruh budaya setempat
masih sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan ibu dalam upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu. Contoh : budaya Indonesia
mengutamakan kepala keluarga untuk mendapat makanan bergizi, dan ibu hamil
hanya sisanya.
3. Empat (4) terlalu dalam melahirkan : Terlalu muda (batasan reproduksi sehat 20 – 35
tahun); Terlalu tua (kehamilan berisiko pada usia di atas 30 tahun); Terlalu sering
(jarak ideal untuk melahirkan : 2 tahun); Terlalu banyak (jumlah persalinan di atas 4).
4. Tiga (3) terlambat
Terlambat mengambil keputusan à sering dijumpai pada masyarakat kita, bahwa
pengambil keputusan bukan di tangan ibu, tetapi pada suami atau orang tua, bahkan
pada orang yang dianggap penting bagi keluarga. Hal ini menyebabkan keterlambatan
dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan dalam kasus kebidanan yang
membutuhkan penanganan segera. Keputusan yang diambil tidak jarang didasari atas
pertimbangan factor social budaya dan factor ekonomi.
Terlambat dalam pengiriman ke tempat rujukan à keterlambatan ini paling sering
terjadi akibat factor penolong (pemberi layanan di tingkat dasar).
Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan à keterlambatan dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan merupakan masalah di tingkat layanan rujukan. Kurangnya
sumber daya yang memadai, sarana dan prasarana yang tidak mendukung dan kualitas
layanan di tingkat rujukan, merupakan factor penyebab terlambatnya upaya
penyelamatan kesehatan ibu.
Sampai saat ini AKI di Indonesia dirasa masih tinggi, apabila dibandingkan dengan negara
yang lain. Adapun hal-hal yang menyebabkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI),
adalah:
1. Angka kematian yang ada saat ini tidak mencerminkan kondisi sat ini, karena SDKI
menggambarkan data 5 tahun yang lalu
2. Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu meliputi tenaga dan sarana, serta belum
optimalnya keterlibatan swasta
3. Terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender,
meliputi : antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi
kebidanan, dan keluarga berencana.
4. Belum adanya sistem pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil : belum
ada regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih untuk tindakan medis khusus,
terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan, dan terbatasnya sarana/dana untuk
transportasi (kunjungan dan rujukan)
5. Kurangnya dana operasional untuk pelayanan kesehatan ibu, terutama untuk daerah
terpencil
6. Kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat : ketidaksetaraan gender, persiapan
persalinannya dan dalam menghadai kondisi gawat darurat (mandiri) di tingkatan desa
7. Belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor dan lintas program untuk
percepatan penurunan angka kematian ibu.
b. AKB
Beberapa faktor penyebab angka kematian bayi di Bali:
1. Keluarga dengan anak banyak, maksudnya adalah keluarga yang memiliki lebih dari
dua orang anak. Ini berakibat akan ada kompetisi gizi di keluarga, ini berarti semakin
banyak anak, semakin banyak juga jenis makanan yang harus di beri pada masing-
masing anggota keluarga, terutama pada anak khususnya bayi yang harus memerlukan
banyak gizi. Dampak kekurangan gizi seperti berat bayi lahir rendah (BBLR),
malnutrisi, dan tumbuh lambat. Banyak anggota keluarga berarti memiliki
kemungkinan risiko infeksi penularan yang cukup tinggi. Banyak anak berarti banyak
biaya yang harus di keluarkan dalam upaya kesehatan, kebanyakan keluarga miskin
yang memiliki banyak anak maka tidak begitu mampu dalam hal kesehatan.
2. Pilihan dan akses terhadap kontrasepsi rendah, maksudnya pilihan jenis kontrasepsi
yang disediakan jumlahnya sangat terbatas sehingga menyebabkan adanya
kecinderungan sebuah keluarga menolak penggunaan alat kontrasepsi karena tidak
cocok dengan kondisi tubuh atau nilai dalam masyarakat.
3. Banyak Kelahiran ditolong petugas non Medis, terutama di daerah terpencil dan
pedesaan, yang kurang terjangkau oleh petugas medis dan kebanyakan ditolong oleh
tetangganya, suaminya bahkan oleh dukun beranak yang kurang memenuhi pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan sangat berisiko bagi kesehatan ibu dan bayinya.
4. Komplikasi serius kehamilan dan persalinan yang menyebabkan tingginya IMR.
Komplikasi kehamilan serta persalinan tersebut terjadi akibat beberapa faktor:
o 80% akibat langsung :
Perdarahan pasca melahirkan (25%)
(anemia, kekurangan gizi, malaria)
Infeksi pasca persalinan (15%)
(kurang higenis, penyakit seksual selama kehamilan)
Unsafe abortion (13%)
(sepsis, perdarahan, trauma)
Hipertensis (12%)
(eklampsis, keracunan kehamilan)
Lain-lain: emboli, komplikasi kandungan diluar
o Infeksi neonatal (33%) seperti, tetanus neonatonem, sepsis, meningitis,
pneumonia, sifilis konginetal.
o Trauma dan asfeksia pasca melahirkan (28%) (menyebabkan kecacatan,
ketidakmampuan)
o Kelahiran prematur dan BBLR (24%) (menyebabkan ketidakmampuan bayi
yang hidup)
o Cacat bawaan (10%)
menurut W. Henry moeslay Lincoln C.Chen kelangsungan hidup dari bayi dipengaruhi oleh variabel-
variabel biologis dan sosial. Faktor sosial dan ekonomi merupakan faktor yang penting dalam angka
kematian bayi yang dapat mempengaruhi mekanisme biologis, atau faktor-faktor terdekat yang lain,
sehingga dapat memberikan dampak. Secara sederhana hubungan antara sosial-ekonomi digunakan
untuk menarik kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab kematian. Contohnya adalah seperti di
negara berkembang Indonesia, hubungan antara pendapatan dan pengetahuan maternal bagi
seorang ibu secara umum jika dilihat dari sudut pandang sosial sangat berpengaruh. Sedangkan jika
dilihat dari sudut pandang biologis faktor sosial ekonomi sangat tidak berpengaruh, namun hanya
memfokuskan pada proses secara biologis terjadinya suatu penyakit, yang dapat mengahsilkan
alasan untuk mendapatkan frekuensi sekurang mungkin. Biasanya dilakukan suatu studi kasus untuk
memperoleh faktor-faktor apa saja yang dilakukan dengan suatu proses terjadinya suatu penyakit
secara khusus contohnya adalah: kematian bayi yang disebabkan oleh suatu infeksi ataupun
malnutrisi.
Faktor-faktor yang terlibat dalam AKB
1. Faktor Biologis (Endogen)
a Faktor-faktor maternal : usia, keseimbangan, dan jarak kelahiran.
b Kontamiasi lingkungan : udara, air/makanan/jari-jari, kulit/tanah/benda-benda mati, vektor
serangga.
c Kekurangan nutrisi : kalori,protein, mikronutrien (vitamin dan mineral)
d Aborsi : kecelakaan, dan disengaja.
e Pengawasan kesehatan perorangan : ukuran-ukuran pencegahan, dan perawatan medis.
Faktor-faktor yang terlibat adalah :
a Faktor maternal
Di indonesia sendiri dapat diketahui bahwa terdapat tingginya fertilitas pada usia remaja,
sehingga akan menimbulkan kerentanan terhadap resiko kematian ibu saat melahirkan dan
kematian pada bayi. Melahirkan dan mengandung dalam usia remaja dengan pemahaman
terhadap kesehatan reproduksi yang relatif minim dan sistem reproduksi yang masih
labil,yang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu yang akan menimbulkan resiko
besar terhadap kematian bayi dan ibu baik pada saat masih berada di dalam rahim ataupun
telah lahir.Hal ini menjadi alasan logis kenapa AKI meningkat cukup signifikan dan
menegasikan semua upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB selama ini. Karena
angka kematian ibu lebih banyak terjadi pada usia di bawah 20 ahun dibandingkan dengan
usia 35 tahun ke atas. Hal ini perlu upaya penurunan angka kematian bayi yang terdapat
korelasi dengan angka kematian ibu dimana harus didukung oleh upaya kesehatan reproduksi
lainnya termasuk peningkatan pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja serta
peningkatan cakupan peserta aktif KB dan penurunan unmet need KB. Faktor “4 Terlalu”
(terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak danterlalu tua) adalah salah satu faktor penyebab
tidak langsung kematian ibu yang dapat diatasi dengan pelayanan KB.selain itu peningkatan
pelayanan untuk proses persalinan sangat diperlukan karena dengan mencegah resiko
kematian ibu.
b Kontaminasi lingkungan
Kontaminasi lingkungan ini biasanya berhubungan dengan tingkat sanitasi dari lingkungan
dimana ibu dan bayi atau calon bayi itu hidup. Dalam beberapa bidang keilmuan, tingkat
kontaminasi lingkungan menggambarkan rute berbagai macam penyebaran dari suatu
penyakit dimana secara langsung dapat dibawa oleh mikrobiologi melalui, udara, air, atau
tanah dan vektor. Di indonesia sendiri, kesadaran masyarakat untk meningkatkan kualitas
sanitasi lingkungan masih sangat rendah, terbukti dengan banyaknya, masyarakat yang
menggunakan air sungai sebagai mck, padahal di dalan air tersebut telah tercemar beberapa
jenis mikroba, ataupun cacing yang sangat membahayakan, bagi orang ang telah
terkontaminasi air tersebut terutama bagi seorang ibu yang masi mengandung, ataupun
seorang bayi yang menggunakan peralatan yang di cuci di aliran air sungai tersebut. Suatu
pendalaman penelitian memperkirakan intensitas kontaminasi lingkungan dapat digunakan
sebagai ukuran jumlah insidensi yang baru terjadi pada sebuah kelompok infeksi penyakit
akut dalam suatu kelompok anak. Sehingga, dapat ditentukan bagaimana alur dari
kontaminasi lingkungan yang terjadi. Contohnya : di indonesia banyak sekali bayi, atau anak
di bawah umur 5 tahun yang dapat terjangkit penyakit-penyakit infeksi, secara umum
kebanyakan bayi dan balita di indonesia dapat terkontaminasi bakteri E.Choli dimana bakteri
ini merupakan indikator, dari terjadinya kontaminasi feses, dimungkinkan bayi dan balita
tersebut terkontaminasi bakteri tersebut karena orang tua mereka masih sering menggunakan
air sungai sebagai mck, terkadang digunakan untuk mencuci peralatan bayi. Jika seorang bayi
di indikasi menderita infeksi pencernaan maka, akan banyak dampak yang terjadi seperti
buang air besar secara berlebihan, yang dapat menyebabkan bayi mengalami defisiensi
cairan, sehingga jika diteruskan dan tidak diobati dengan benar dapat mengakibatkan
kematian. Banyak sekali kasus infeksi yang terjadi pada bayi yang dikarenakan kontaminasi
lingkungan, baik yang kronik maupun yang akut. Contoh dari kontaminasi secara akut adalah
kontaminasi dari udara, seperti terjadinya tuberculosis.
c Kekurangan nutrisi
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara berkembang, dimana tingkat pendapatan tiap
perkapita tidak terlalu tinggi, sehingga daya beli untuk bahan pangan yang cukup bergizi
dinilai kurang efektif, padahal seorang ibu yang mengandung calon bayi hingga melahirkan
membutuhkan nutrisi yang sangat banyak untuk menunjang tumbuh kembang bayi yang ada
di dalam rahimnya, agar bayi yang dilahirkannya dapat sehat dan terhindar dari kecacatan
yang ada. Nutrisi yang diberikan pada saat pre dan pasca melahirkan pada ibu dan bayi
dipengaruhi oleh tingkat sosio dan ekonomi, semakin tinggi tingkat pendapatan, dan
pendidikan seorang ibu, dimungkinkan resiko terhadap terjadinya kematian pada bayi
semakin sedikit. Nutrisi begitu penting untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi
akibat kontaminasi lingkungan. Selain dipengaruhi oleh asupan makanan, sebenarnya kasus
kekurangan nutrisi juga dapat diakibatkan oleh faktor internal seperti: terjadinya
ketidakseimbangan metabolisme, contohnya adalah rendahnya serum albumin dalam tubuh
seorang bayi dapat mengakibatkan defisiensi protein.
d Aborsi
Aborsi sendiri disini dapat diartikan sebagai gangguan yang diakibatkan oleh adanya suatu
kecelakaan ataupun dapat diakibatkan oleh kesengajaan yang dilakukan oleh ibu kepada
bayinya. Kemungkinan bertahan hidup dari seorang bayi yang mengalami sebuah luka dapat
diukur dari seberapa parah luka tersebut.
e Pengawasan kesehatan perorangan
Di indonesia sendiri banyak sekali kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mencegah tingginya timbulnya angka kematian bayi dan ibu, seperti : seorang ibu wajib
memeriksakan keadaan bayinya pada trisemester pertama, kedua, dan ketiga yang sangat
membantu dalam meminimalisir terjadinya kematian ibu dan bayi. Selain itu, terdapat
beberapa program pemerintah kepada ibu hamil, yaitu pemberian vaksin terhadap beberapa
penyakit tertentu sehingga resiko terkena infeksi penyakit-penyakit tertentu dapat
diminimalisir. Selain pencegahan, perawatan yang intensif bagi ibu hamil sangat diperlukan.
2. Faktor-faktor (Eksogen) sosio-ekonomi
Faktor-faktor sosio-ekonomi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
a Variabel-variabel Tingkat individu
Variabel-variabel tingkat individu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kondisi ibu dan norma
yang berlaku dan di Indonesia sendiri diketahui 3 faktor tersebut sangat berbeda-beda. Baik
dalam kemampuan, waktu, pengaturan kesehatan yang secara langsung dapat berpengaruh
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dari kelangsungan hidup bayi. Di indonesia
sendiri banyak sekali ditemukan pasangan-pasangan remaja yang menikah, padahal jika
dilihat secara psikologis, menjadi seorang ibu dan ayah dibutuhkan pengetahuan yang sangat
luas untuk merawat dan mencegah bayi demi kelangsungan hidupnya, dimulai dari
pengetahuan nutrisi, menjaga sanitasi,sehingga bayi dapat selamat dari infeksi penyakit yang
mengerikan, selain itu pean seorang ayah sangatlah penting dalam menjaga keadaan istri,
maupun bayi. Tingkat adat istiadat juga sangat berpengaruh penting dalam merawat bayi,
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan nenek moyang dapat menjadi bumerang bagi pasangan
suami istri yang tidak mengetahui bagaimana merawat bayi demi kelangsungan hidupnya.
Contohnya adalah : pada zaman dahulu, tidak terdapat susu formula, sehingga ibu-ibu zaman
dahulu memberikan anaknya tambahan nutrisi dengan meminumkan air cucian beras, selain
itu mereka juga memberikan makanan pendamping berupa buah pisang pada bayi yang
usianya kurang dari 6 bulan. Padahal secara jelas, bayi yang usianya kurang dari 6 bulan
memiliki sistem pencernaan yang kurang kuat, sehingga mereka rentan terkena infeksi
saluran pencernaan, bagi seorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mereka cukup
memberikan asi, karena asi sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh bayi,
sehingga menghindari terjadinya penyakit infeksi yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal. Selain itu, pada beberapa daerah di Indonesia,terdapat suatu adat dimana plasenta
seorang bayi harus dipotong menggunakan sebilah bambu, jika dilihat dari sisi kesehatan, ini
sangat memungkinkan terjadinya infeksi baik pada bayi maupun pada ibu. Ketiga faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi.
b Variabel-variabel tingkat rumah tangga
Disini hal yang paling peting adalah tingkat pendapatan keluarga,telah diketahui bahwa
tingkat pendapatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan yang diperoleh,
nutrisi yang dikonsumsi, dan mempengaruhi pula tingkat sanitasi lingkungan hidupnya.
Orang-orang yang memiliki penghasilan lebih biasanya, memilih hidup dengan hidup sehat,
baik dalam memilih makanan, ataupun tingkat sanitasi tempat mereka tinggal. Bagi orang-
oang yang berpenghasilan tinggi, penyakit seperti malnutrisi jarang sekali terjadi pada bayi
mereka, sehingga infeksi-infeksi penyakit lain dapat ditanggulangi karena, kekebalan tubuh
yang diperoleh dari nutrisi yang bayi mereka konsumsi sangat terjaga. Sehingga,angka
kematian bayi pada orang kaya lebih rendah jika dibandingkan dengan angka kematian bayi
pada orang miskin. Selain, dari faktor nutrisi, tingkat pendapatan juga berpengaruh terhadap
sanitasi, kebanyakan orang-orang yang memiliki penghasilan menengah kebawah kurang
menjaga sanitasi, dikarenakan tidak adanya fasilitas yang memadai, seperti : orang-orang
miskin biasanya menggunakan air sungai sebagai media mck, padahal didalam sana terdapat
mikroba yang dapat mengakibatkan infeksi pada seorang bayi, yang jika tidak cepat diatasi
dapat menimbulkan kematian.
c Variabel-variabel tingkat masyarakat
Banyak sekali didalam sinin faktor-faktor yang berpengaruh, salah satunya adalah tingkat
kesehatan dalam masyarakat tersebut. Tingkat kesehatan sangat diperlukan dalam menekan
angka kematian bayi yang terjadi. Dengan sistem kesehatan yang baik dalam suatu negara,
maka dimungkinkan terjadi penekanan tingkat AKB. Di indonesia sendiri pemerintah telah
melakukan kebijakan-kebijakan dalam menekan AKB, salah satunya adalah pemberian
edukasi kepada para calon ibu dan ibu dalam mencegah dan merawat seorang bayi, agar pada
saat bayi telah lahir dapat diminamalisir, keadaan-keadaan yang tidak diinginkan.
b. AKB
AKB
a. Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
b. Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat,
dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan anak.
c. Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d. Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e. Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain memperbaiki
keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk dirawat dan diobati.
f. Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
g. Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
h. Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir rendah.
i. Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik perawatan
bayi baru lahir terutama bayi premature.
j. Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k. Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh, dll.
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya
kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan
risiko tinggi.
A. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
B.1. Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap
faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi.
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya
yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya,
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu
dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang
Rochjati, 2003).
Beberapa wanita hamil di atas umur 35 tahun. Perlu dipahami bahwa semakin tua umur wanita
maka kualitas sel telur yang dihasilkan juga semakin menurun, sehingga resiko melahirkan bayi
dengan kelainan/ cacat sangat besar terjadi. Selain itu masih ada beberapa resiko lain yang
kemungkinan bisa ditimbulkan seperti kehamilan kembar, menderita diabetes gestasional sehingga
bayi yang dilahirkan memiliki berat badan besar, tekanan darah tinggi, resiko bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kromosom (sindrom down) dan besar kemungkinan terjadinya keguguran di awal
kehamilan.
Tinggi badan seseorang mempengaruhi bentuk panggul seseorang. Tinggi badan yang kurang dari
145 cm beresiko terjadinya panggul sempit.Panggul yang merupakan jalan lahir bagi bayi. Bayi dapat
lahir dengan lancar apabila jalan yang dilaluinya tidak ada hambatan. Apabila jalan untuk lahir
sempit dan tidak sesuai dengan ukuran bayi, maka dapat di pastikan bayi tidak bisa dilahirkan secara
normal. Namun, tidak semua ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm diharuskan untuk operasi
caesar. Semua tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul dengan besar bayi.
Saat dimulainya kehamilan ibu memiliki berat badan kurang dari 45kg, sebaiknya ibu harus
melakukan tindakan untuk meningkatkan berat badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan frekuensi makan ditingkatkan. Berat badan yang rendah (< 45 kg) akan sangat
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin. Selain itu fungsi plasenta juga bisa mnegalami
penurunan fungsi akibat dari transport nutrisi yang tidak adekuat. Resiko lain yang mungkin
ditimbulkan adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Alat reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
resiko untuk melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun itu besar. Ibu beresiko 3 kali lebih besar
melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan. Pada studi yang dilakukan oleh Dr Keely Cheslack
Postava dari Colombia University menyatakan bahwa ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat
semakin meningkatkan resiko bayi lahir dengan autisme.
Jumlah anak yang terlalu banyak tentu akan berhubungan dengan sistem alat reproduksi. Banyak
komplikasi yang bisa ditimbulkan dengan seringnya melahirkan. Komplikasi bisa terjadi baik selama
kehamilan maupun saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan yaitu terjadinya perdarahan
antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta yang bisa menimbulkan kematian
janin, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta sehingga perlu pemeriksaan dan penanganan dari dokter
spesialis kandungan anda.
1) Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20
tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu
kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang,
sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu
mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-
eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
Selain itu angka kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang cukup tinggi
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan lama
sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian ibu. Kematian pada saat melahirkan
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini
dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal yang
disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari),
Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap
dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling (Varney, 2006).
2. Intranatal (Persalinan)
Pengertian Intranatal
Intranatal atau persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit (Depkes RI, 2002).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar(Wiknjosastro, 2005)
Ada lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada
persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah
:
a. Membuat keputusan
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan (rekam medik)
e. Rujukan
3. Postnatal (Masa Nifas)
1. Pengertian
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).
Kunjungan pada Masa Nifas
Definisi
Bayi yang mampu hidup diluar rahim dengan berat badan lebih dari 2500 gram,
asuhan segera pada bayi adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kehamilan (Depkes RI, 2004)