Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT
Nama Kelompok 4 (3 Reguler C) :
1. Hikmah Nursyahbani (P3.73.20.1.17.094)
2. Indah Sugi Pratiwi (P3.73.20.1.17.095)
3. Irma Gusmawati (P3.73.20.1.17.096)
FRAKTUR SKELETAL/CEDERA JARINGAN
LUNAK/PERDARAHAN
FRAKTUR SKELETAL
• Definisi
• Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh trauma

• Etiologi
• Kekerasan langsung
• Kekerasan tidak langsung
• Kekerasan akibat tarikan otot
•Manisfestasi klinik
* Nyeri
* Bengkak (edema)
* Ekimosis (memar)
* Deformitas
* Kripitasi
* Pergerakan abnormal
Klasifikasi Fraktur
A. Berdasarkan sifat fraktur (Luka yang
ditimbulkan)
1. Fraktur tertutup (close fraktur) bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar disebut juga fraktur
bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi
2. Fraktur terbuka (open fraktur) bila ada hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan
kulit
B.Berdasarkan komplit dan
ketidakkomplitan fraktur
1. Fraktur komplit (bila garis fraktur
melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua kortek tulang).
2. Fraktur inkomplit (bila garis fraktur
tidak melalui seluruh penampang
tulang)
C. Berdasarkan garis patah dan hubungannya
dengan mekanisme trauma
1. Fraktur Transversal (fraktur yang arahnya melintang pada
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.
2. Fraktur oblik (fraktur yang arah garis patahnya membentuk
sudut sumbu tulang)
3. Fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk
spiral yang disebabkan trauma rotasi)
4. Fraktur kompresi (fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain)
5. Fraktur avulsi (fraktur yang diakibatkan karena trauma
tarikan)
D. Berdasarkan jumlah garis patah
1. Fraktur komunitif (fraktur dimana garis
patah lebih dari satu dan saling
berhububungan)
raktur segmental ( fraktur dimana garis patah
lebih dari satu dan tidak saling berhubungan )
3. Fraktur multiple ( fraktur dimana garis
fraktur lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama
E. Berdasarkan pergeseran tulang
1. Fraktur undisplesed ( garis patah lengkap
tetapi kedua frakmen tidak bergeser )
2. Fraktur displesed ( terjadi pergeseran
tulang )
F. Berdasarkan posisi tulang
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
G. Berdasarkan kelelahan
fraktur akibat tekanan yg berulang-ulang
PROSES BALUT BIDAI
Tindakan pertolongan
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan
balutan untuk mengikatnya. Kemudian dengan siku
terlipat dan lengan bawah merapat ke dada lengan
digantungkan ke leher.
2. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku
biasanya siku tidak dapat dilipat. Dalam hal ini
dipasang juga bidai yang meliputi lengan bawah dan
biarkan lengan dalam keadaan lurus tanpa perlu
digantungkan ke leher
Bidai pada kasus Patah tulang Lengan Bawah
Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang satu
di sisi yang searah dengan ibu jari dan yang satu lagi di
sisi yang searah dengan jari kelingking. Apabila salah
satu ada yang patah maka yang yang lain
dapat bertindak sebagai bidai sehingga tulang yang
patah itu tidak beranjak dari tempatnya. meski demikian
tanda-tanda patah tulang panjang tetap ada
• Tindakan pertolongan:
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan
bawah. Bidai ini dapat dibuat dari dua bilah
papan dengan sebilah papan di sisi luar dan
sebilah lagi disisi dalam lengan. Dapat pula
dipergunakan bidai dengan setumpuk kertas
koran membungkus lengan.
2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai
untuk mengurangi rasa sakit.
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu
keras menjepit lengan sehingga pasien merasa
lengannya menjadi lebih sakit.
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher
dengan memakai mitella.
• Bidai pada kasus Patah tulang Paha seperti pada tulang
lengan atas maka paha hanya memiliki sebatang tulang
panjang sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak
jauh berbeda dengan pada lengan atas.
• Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka
bidai sisi luar harus dipasang sampai pinggang.

2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka


bidai cukup sampai panggul.
Proses balut
Cara melakukan pembalutan $ecara umum untuk melakukan pembalutan diperlukan
prosedur sebagai berikut:
a. Menanyakan penyebab luka atau bagaimana luka tersebut terjadi 
b. Memperhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan berdasar pada
masalah berikut:
1. Bagian tubuh yang mana ?
2. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
3. Bagaimana luas luka ?
4. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu ?
Jika ada luka terbuka maka sebelum dibalut perlu diberi desinfektan atau di
balutdengan pembalut yang mengandung desinfektan. Demikian pula jika terjadi
dislokasi maka perlu dilakukan reposisi terlebih dahulu
c. Memperhatikan bentuk bagian tubuh yang akan dibalut yaitu:
1. Bentuk bulat seperti kepala
2. Bentuk silinder seperti leher 
3. Bentuk krucut seperti lengan bawah dan tungkai atas
4. Bentuk pesendian yang tidak teratur
d. Memilih jenis pembalut yang akan dipergunakan
e. Menentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal-
hal berikut :
1. Membatasi pergeseran gerak bagian tubuh yang difiksasi
2. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
3. Mengusahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk
kegiatan pokok pasien
4. Tidak mengganggu peredaran darah (misalnya pada
balutan berlapis, maka lapis yang paling bawah diletakkan
sebelah distal)
5. Balutan diusahakan tidak mudak mudah lepas atau kendor
• Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara lain :
1.Balutan sirkuler &spiral (bandage) Digunakan untuk
membalut bagian tubuh yang berbentuk silinder
2.Balutan puuk rebung & spiral (reverse bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk
kerucut.
3.Balutan angka delapan (figure eight) teknik balutan yang
dapat digunakan pada hampir semua bagian tubuh
terutama pada daerah persendian. Pada kasus terkilir
ligamentum yang sering robek ialah yang terletak di lateral
karena itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi
eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan kedua
ujung ligamentum tersebut baru kemudian dibalut
4. Balutan rekurens (recurrent bandage) Balutan ini dapat
dilakukan pada kepala atau ujung jari misalnya pada luka di
pundak kepala
Cara membalut dengan mitella
kasus pertolongan pertama pembalut segitiga sangat
banyak gunanya sehingga dalam perlengkapan medis
pertolongan pertama pembalut jenis ininsebaiknya
disediakan lebih dari satu macam.
a. Membalut dada
b. Membalut sendi siku atau
sendi lutut

c. Menggendong lengan
Penghentian perdarahan pada luka dengan hecting
• Hecting merupakan tindakan menghubungkan jaringan yang
terputus atau terpotong. untuk mencegah pendarahan dengan
menggunakan benang.
• Jenis tehnik penjahitan
Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan
dengan keadaan/ kondisi luka dan tujuan penjahitan. Secara umum
teknik penjahitan dibedakan menjadi :
a. Simple Interupted suture (jahitan terputus/satu-satu) teknik
penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka dan apabila
tidak ada teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk
diterapkan. Teknik ini terbanyak  digunakan karena sederhana
dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapatdilakukan pada
kulit atau bagian tubuh lain dan untuk daerah yang banyak
bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain.
a. Running suture/ simple continius suture (jahitan jelujur)
jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-
ujung jahitan jadi hanya dua simpul. Bila salah satu
simpul terbuka maka jahitan akan terbuka seluruhnya.
jahitan ini sangat sederhana sama dengan kita
menjelujur baju
• Running Locked suture (jahitan Pengunci/ jelujur terkunci/
feston) jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan
jelujur biasa dikenal sebagai stitch bisbol karena
penampilan akhir dari garis jahitan berjalan terkunci.
Teknik ini biasa digunakan untuk menutup periteneum.
Teknik  jahitan ini dikunci bukan disimpul dengan simpul
pertama dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah
terikat. Cara melakukan penjahitan dengan teknik ini
hampir sama dengan teknik jahitan jelujur bedanya pada
jahitan jelujur terkunci dilakukan dengan mengaitkan
benang pada jahitan sebelumnya sebelum beralih ke
tusukan berikutnya.
• Mattress suture (matras : vertikal dan Horisontal) jahitan
matras dibagi menjadi dua yaitu matras vertikal dan
matras horizontal. Prinsip teknik penjahitan ini sama yang
berbeda adalah hasil akhir tampilan permukaan. Teknik ini
sangat berguna dalam memaksimalkan eversi luka
mengurangi ruang mati dan mengurangi ketegangan luka
teknik jahitan matras vertikal dilakukan dengan menjahit
secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkan nya
tepi-tepi luka oleh jahitan ini
PROSES MENGHENTIKAN PENDARAHAN
MANUAL
1. Cuci tangan terlebih dahulu
2. Lakukan penekanan pada area luka
3. Mengangkat area luka sedikit ke ata
4. Bersihkan luka
5. Tutup luka dengan perban atau kain kasa
6. Oleskan salep antibiotik
PROSEDUR MENGHENTIKAN PERDARAHAN DENGAN
HECTING
a. Persiapan alat
1) Handscoen
2) Duk bolong steril
3) Kasa steril
4) Lidokain steril
5) Supratul
6) Betadine solution
7) Alkohol 70%
8) Benang silk untuk kulit
9) Benang catgut untuk pembuluh darah
10) Bak instrumen steril berisi :
- Pinset chrirurgis
- Pinset anatomi
- Klem arteri kecil
- Naldvoulder
- Jarum kulit
- Gunting
- Cairan NaCl
- Cairan H202 Hidrogen Peroksida
Penatalaksanaan
1) Perawat menyiapkan alat ke dekat pasien dan menjelaskan
kepasien atau keluarga pasien (informed concern)
2) Perawat memakai handscoen steril
3) Dep luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan dengan
cairan NaCl. Apabila kotor siram dengan H2O2.
4) Olesi daerah luka dengan betadine
5) Olesi dengan kapas alkohol, lalu suntikan lidokain injeksi
kurang lebih 2 cc di sekitar pinggiran luka tunggu kurang lebih
5 menit
6) Dep lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada
pembuluh darah yang terpotong diklem diikat dengan benang
catgut
7) Pegang bibir luka dengan chirugis kalau ada kotoran
ambil dengan pinset anatomi
8) Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalvolder lalu jahit
bibir luka dengan rapi setelah luka ditutup olesi dengan
betadine. Kemudian beri supratul lalu tutup dengan kasa
steril dan verband.
9) Bersihkan daerah bekas luka
10) Duk bolong dibuka
11) Konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga
sterilitas di daerah luka)

Anda mungkin juga menyukai