Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PEYULUHAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif)

Disusun Oleh:
Idia Indar Anggraeni
(010115A056)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : NAPZA
Pokok Bahasan : Penyalahgunaan NAPZA
Hari/Tanggal : Kamis, 8 Maret 2018
Waktu : 15 menit
Sasaran : Remaja
Peyuluh : Idia Indar Anggraeni

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu memahami tentang
bahaya Napza.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan peserta dapat mengetahui :
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian tentang NAPZA dan macamnya.
b. Peserta mampu menjelaskan faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA.
c. Peserta mampu menjelaskan menyebutkan tanda dan gejala
ketergantungan obat.
d. Peserta mampu menjelaskan menyebutkan bahaya penggunaan NAPZA.
e. Peserta mampu menjelaskan menyebutkan cara pencegahan penggunaan
NAPZA.

B. MATERI PENYULUHAN (Terlampir)


1. Pengertian tentang NAPZA dan macamnya.
2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.
3. Tanda dan gejala ketergantungan obat.
4. Bahaya penggunaan NAPZA.
5. Cara pencegahan penggunaan NAPZA
C. SEETING TEMPAT
: Penyuluh

: Audience

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya Jawab

E. MEDIA
1. PPT
2. Leaflet

F. PELAKSANAAN
Kegiatan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan
sasaran
1. Pembukaan : Memberi salam pembuka Menjawab salam
2 menit Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan pokok bahasan danMemperhatikan
tujuan penyuluhan
2. Pelaksanaan : 1. Menjelaskan Pengertian tentang Memperhatikan
10 menit NAPZA dan macamnya. Memperhatikan
2. Menjelaskan faktor penyebab
Memperhatikan
penyalahgunaan NAPZA.
Memperhatikan
3. Menjelaskan dan menyebutkan
tanda dan gejala ketergantungan
Memperhatikan
obat.
4. Menjelaskan dan menyebutkan
bahaya penggunaan NAPZA. Memperhatikan
5. Menjelaskan dan menyebutkan
cara pencegahan penggunaan
NAPZA
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab pertanyaan
2 menit materi yang telah diberikan, dan
memberi reinforcement kepada
peserta yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. Terminasi : Mengucapkan terimakasih atas peran Mendengarkan
1 menit serta peserta
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

G. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Peserta dapat mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
b. Peserta aktif dalam proses penyuluhan
c. Peserta menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
2. Evaluasi hasil
Diharapkan peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian tentang NAPZA dan macamnya
b. Menjelaskan tentang faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA
c. Menjelaskan tentang tanda dan gejala tanda dan gejala ketergantungan
obat
d. Mengetahui tentang bahaya penggunaan NAPZA
e. Menjelaskan cara pencegahan penggunaan NAPZA
LAMPIRAN MATERI
“NAPZA”

A. DEFINISI
NAPZA merupakan singkatan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya yang bekerja pada pusat penghayatan kenikmatan otak sebagaimana
kenikmatan sensasi, makan, dan stimulasi seksual. Karena itu bagi yang sudah
menghayatinya selalu muncul dorongan kuat untuk menggunakan napza guna
memperoleh kenikmatan lahir batin atau eforia. Semakin kuat napza
mempengaruhan pusat-pusat penghayatan maka semakin kuat pula potensi
ketergantungan yang akan ditimbulkan, NAPZA adalah singkatan dari
Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang
sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan
berbahaya lainnya).
NARKOTIKA: zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan
candu/kokaina atau turunannya dan padanannya – digunakan secara medis
atau disalahgunakan yang mempunyai efek psikoaktif.
ALKOHOL : zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung
etanol yang berfungsi menekan syaraf pusat
PSIKOTROPIKA: adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat
yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-
pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Psikotropik meliputi : Ecxtacy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/ tidur, obat
anti depresi dan anti psikosis contohnya Zenith, Dextro dan Lempox.
ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan
ketergantungan (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut sangat berbahaya
karena bisa mematikan sel-sel otak. Zat adiktif juga termasuk nikotin
(tembakau) dan kafein (kopi).
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh
manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) maupun
intravena (melalui jarum suntik) sehingga dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Penggunaan NAPZA berlanjut
akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan atau psikologis serta
kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ otonom. NAPZA terdiri atas
bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural) maupun yang sintetik (buatan).
Bahan alamiah terdiri atas tumbuhan dan tanaman, sedangkan yang buatan
berasal dari bahan-bahan kimiawi.

B. Berbagai Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA


Pada setiap kasus, ada berbagai penyebab yang khas mengapa
seseorang menyalahgunakan NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa
seseorang akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik
dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Beberapa faktor
yang berperan pada penyalahgunaan NAPZA adalah :

1. Faktor Keluarga
Faktor orangtua atau keluarga yang ikut menjadi pencetus remaja
menjadi penyalahgunaan napza adalah orangtua yang:
a. Kurang komunikatif dengan anak dan terlalu menuruti kemauan anak
(permisif).
b. Terlalu sibuk dan kurang memberi perhatian pada anak, Tidak
sepaham dalam mendidik anak.
c. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orangtua) mengalami
ketergantungan NAPZA.
d. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu.
e. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik
dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak,
maupun antar-saudara.
f. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Di sini peran orang tua
sangat dominan, dengan anak yang hanya sekadar harus menuruti apa
kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi
kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan
untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuannya.
g. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai
dalam banyak hal.
h. Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan
dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

2. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahgunaan NAPZA juga turut berperan dalam
perilaku ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki
konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi
yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidak mampuan mengekspresikan
emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung
depresi, juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya
secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari
pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan
mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor- faktor di
luar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian
yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam
memandang NAPZA sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang
dihadapi.
Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan
dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas diri. Namun bila ia
memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala
sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan
kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan
NAPZA. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga
diri dan kemandirian pada anak remajanya.

3. Faktor Kelompok
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok,
yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi
seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok
dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya
semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya,
seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih populer,
mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial dan akademik, dapat
menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain yang dapat
menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya
yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan
NAPZA dapat muncul.

4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat
dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar
narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah
diperoleh. Bahkan beberapa media massa mendapat informasi bahwa para
penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya
berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan
usaha penjualan NAPZA di Indonesia.

5. Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat yang bayak berperan dalam menentukan
karakteristik seseorang, sifat serta perilaku seseorang akan sangat
berpengarug terhadap penyalah gunaan obat tersebut karena kondisi
lingkungan yang kurang aktiv dalam upaya pemberantasan peredaran
obat- obatan tersebut atau sikap tak acuh seolah membiarkan
penyalahgunaan napza.
C. Tanda dan Gejala Ketergantungan Obat

Tanda-tanda umum untuk mengenali apakah anak sudah mulai terlibat


dalam penyalahgunaan NAPZA:

1. Perubahan Fisik

a. Badan kurus
b. Tampak mengantuk
c. Mata merah, cekung
d. Bekas suntikan/goresan di lengan /kaki
2. Perubahan Perilaku
a. Emosi labil
b. Takut sinar/air
c. Menyendiri
d. Bohong/mencuri.
e. Menjual barang
f. Pergi tanpa pamit
g. Halusinasi dan paranoid

D. Bahaya Penggunaan
Semua jenis obat dan zat dapat membahayakan tubuh bila digunakan
tidak sesuai dengan aturan pemakaiannya. Efek obat akan sangat tergantung
pada berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seberapa besar efeknya bagi
tubuh tergantung pada jenis obat yang digunakan, berapa banyak dan sering
digunakan, bagaimana cara menggunakan obat itu, dan apakah digunakan
bersama obat lain. Efek obat terhadap tubuh manusia juga tergantung dari
berbagai faktor psikologis seperti kepribadian, harapan atau perasaan saat
memakai, dan faktor biologis seperti berat badan, kecenderungan alergi, dll.
Secara fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem
syaraf pusat (SSP) , termasuk otak dan sumsum belakang organ-organ otonom
seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan pancaindera. Kerusakan pada
organ-organ tubuh itu menghilangkan dan merusak fungsi-fungsi tubuh
pemakai sebagai manusia normal, sehingga selanjutnya pemakai tidak dapat
lagi hidup normal.
NAPZA membahayakan hidup pemakai sendiri maupun orang lain.
Bagi pemakai, selain tidak dapat hidup normal, ia juga bisa menghadapi
kematian karena overdosis atau penyakit lain. Para pemakai NAPZA biasanya
juga menjadi beban bagi orang-orang lain di sekitarnya mulai dari
keluarganya sendiri sampai masyarakat luas.
Orang yang menyalahgunakan NAPZA disebut pengguna obat
biasanya tidak dapat hidup normal. Penyalahgunaan obat menciptakan
ketergantungan fisik maupun psikologis pada tingkat yang berbeda-beda.
Ketergantungan atau kecanduan menyebabkan pengguna tidak dapat hidup
tanpa obat. Ketergantungan dimulai ketika orang dengan sadar memilih untuk
menyalahgunakan obat. Ketergantungan bukan hanya berarti memakai obat
secara berlebih. Ketergantungan disebabkan efek obat pada kerja dan
metabolisme otak yang merubah penyalahgunaan menjadi ketergantungan
akan obat dan sebuah penyakit kronis.
Ketergantungan fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit luar biasa bila
ada usaha untuk mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaian akan
dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang
kompulsif (berkeras, ngotot) untuk memperoleh obat-obatan tersebut
Ketergantungan ini menyebabkan perilaku orang tersebut menjadi aneh dan
kadang-kadang tak terkendali.
Keadaan ini semakin buruk manakala tubuh sang pemakai menjadi
kebal, sehingga kebutuhan tubuh akan zat yang biasa dipakainya tersebut
meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama “tingginya” (disebut
toleransi). Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering diperlukan untuk
menenangkan keinginan yang besar. Semakin tinggi dosis dan semakin sering
pemakaian, semakin besar kemungkinan pemakai mengalami over dosis
(takaran melebihi kemampuan tubuh menerimanya) yang menyebabkan
kematian.
Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan berbagai perasaan enak,
nikmat, senang, bahagia, tenang dan nyaman pada pemakainya. Tetapi
perasaan positif ini hanya berlangsung sementara, yaitu selama zat bereaksi
dalam tubuh. Begitu efek NAPZA habis, yang terjadi adalah justru rasa sakit
dan tidak nyaman sehingga pemakai merasa perlu menggunakannnya lagi. Hal
ini terus berulang sampai pemakai menjadi tergantung. Ketergantungan pada
NAPZA inilah yang mengakibatkan berbagai dampak negatif dan berbahaya,
baik secara fisik, psikologis maupun sosial, sebagai berikut :
1. Fisik : sistim syaraf pusat yaitu otak dan sum-sum tulang belakang,
organ-organ otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera.
2. Psikologis atau kejiwaan : Perasaan tertekan bila tidak memakai obat
tersebut, percobaan bunuh diri karena tidak dapat mendapatkan obat yang
dibutuhkan, melakukan tindak kekerasan.
3. Sosial dan Ekonomi : Merugikan keluarga, sekolah, lingkungan,
masyarakat bahkan bangsa.
4. Hukum Dan Keamanan : Pemakai NAPZA seringkali tidak dapat
mengendalikan diri dan bersikap sesuai dengan norma-norma umum
masyarakat dan hal itu melanggar hukum yang berlaku di negera
Indonesia.
5. Lingkungan : pengguna NAPZA akan cenderung berperilaku tidak sesuai
dengan norma dalam masyarakat.

E. Cara Pencegahan Penggunaan NAPZA


Penyembuhan ketergantungan Napza di bagi menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, terapi (pengobatan) dan rehabilitasi. Terapi di bagi menjadi dua
tahapan, detoksifikasi (membersihkan Napza dari tubuh ) dan pasca
detoksifikasi ( pemantapan ), yang dalam pengobatannya bermaksud bukan
hanya fisik pasien yang disembuhkan tetapi juga kejiwaan, sosial dan
keimanannya.
1. Peranan Diri Sendiri
a. Jangan pernah mencoba
b. Bergaul dengan selektif
c. Jadi diri sendiri
d. Melakukan kegiatan yang positif
e. Pendirian yang teguh
f. Kenali lingkungan dengan benar
g. Kenali dengan benar informasi tentang Napza
h. Mendekatkan diri dengan Tuhan
2. Peranan Orang Tua
a. Menciptakan keluarga yang harmonis
b. Menanamkan rasa tanggung jawab dan percaya diri
c. Menciptakan komunikasi secara terbuka dan harmonis
d. Menyalurkan hobi dan bakatnya secara positif
e. Memperlakukan anak secara adil
3. Peranan Masyarakat
a. Gerakan kampanye anti Napza
b. Bekerjasama dengan orang yang berpengaruh
4. Peranan Pemerintah
a. UU tentang Narkotika dan Psikotropika
b. Pembentukan LSM
c. Pembentukan Tempat Rehabilitasi

Meskipun kita harus bergaul dengan sesama teman tanpa memilih-


milih, namun kita harus tetap menjaga agar pergaulan tidak merugikan dan
membahayakan diri kita. Sedekat apapun hubungan pertemanan kita, kita
harus selalu berani menolak ajakan bila :
1. Tidak bermanfaat (misalnya nonkrong sambil mengisap ganja sampai
malam).
2. Jelas merugikan atau melanggar aturan (misalnya permintaan untuk
menjualkan obat/NAPZA).
3. Menakutkan atau mencurigakan (misalnya menemui bandar NAPZA).
4. Menolak ajakan teman tidak perlu dilakukan dengan kasar atau marah,
tetapi dapat dilakukan dengan halus dan sopan tetapi harus tegas, dan
dengan alasan yang masuk akal. Dengan cara yang baik tetapi tegas,
teman yang mengajak dapat mengerti dan berhenti merayu atau memaksa
kita. Carilah alasan yang tepat untuk menolak seperti : “terima kasih, tapi
saya tidak mau karena saya tidak suka nongkrong”, “terima kasih, tapi
saya tidak mau terlibat dalam kegiatan yang merugikan saya”, “saya
tidak mau karena saya harus mengerjakan hal penting di rumah”.
5. Bentengi dirimu dengan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Karena dirimu sungguh berarti. Masa depan yang cerah menantimu
selalu. Say No To Drug.

F. Peran Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi


Penyalahgunaan Narkoba
Orang tua dapat berperan dalam mencegah dan menanggulangi
penyalahgunaan narkoba dengan jalan melaksanakan tugas sebagai berikut:
1. Mengajarkan standar perilaku benar/salah dan baik/buruk serta
menunjukkan keteladanan dalam standar perilaku tersebut dengan cara :
a. Menjadi contoh yang baik bagi anak dan tidak memakai narkoba
b. Menjelaskan sedini mungkin kepada anak sampai remaja bahwa
penyalahgunaan narkoba tidak dapat dibenarkan dan berbahaya
c. Mendisiplinkan anak dengan memberi tugas harian untuk melatih
tanggung jawab atas kegiatan dan perilakunya sehari-hari.
d. Mendorong anak agar berdiri teguh jika menghadapi tekanan
kelompok sebaya untuk memakai narkoba.
2. Membantu anak menolak tekanan kelompok sebaya untuk memakai
narkoba, mengawasi kegiatan, mengetahui teman-teman anak dan
berbicara dengan mereka mengenai minat dan permasalahannya dengan
cara :
a. Mengetahui kegiatan anak sehari-hari dan teman-temannya
b. Meningkatkan komunikasi keluarga dan mendengarkan anak secara
aktif
c. Membahas hal-hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan
narkoba
d. Bersikap selektif terhadap acara televisi dan film yang ditonton
annak.
3. Memiliki pengetahuan tentang narkoba dan tanda-tanda
penyalahgunaannya, jika menemukan gejala segera mengambil langkah
yang diperlukan, dengan cara :
a. Mempelajari luasnya permasalahan penyalahgunaan narkoba di
lingkungannya dan di sekolah anaknya.
b. Terampil mengenal tanda-tanda penyalahgunaan narkoba
c. Jika anak diduga menyalahgunakan narkoba membahas hal itu
dengan tenang bersama anak, tidak pada saat anak memakai
narkoba, membuat peraturan yang dapat menjauhkan anak dari
lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyalahgunaan
narkoba.
d. Bersama para orang tua membahas masalah penyalahgunaan
narkoba di sekolah, menciptakan mekanisme informasi mengenai
penyalahgunaan narkoba.
4. Mendukung kebijakan sekolah bebas narkoba dengan :
a. Mendukung mereka yang giat dibidang penanggulangan
penyalahgunaan narkoba.
b. Membantu sekolah memonitor kehadiran siswa, merencanakan dan
mendukung kegiatan-kegiatan yang disponsori sekolah.
c. Berkomunikasi teratur dengan sekolah perihal perilaku anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro, Dwi. (2016). Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Penyalahgunaan


NAPZA pada Remaja. Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM
UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Depkes RI. (2000). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat Adiktif
Lainnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.
Margono, Hendy. (2012). Gangguan Mental Prilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Kumpulan Catatan Kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya
Saleh, Hesty dkk. (2014). Fenomena Penyalahgunaan NAPZA Di Kalangan Remaja
Ditinjau Dari Teori Interaksionisme Simbolik Di Kabupaten Jember.
Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai