Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

VULNUS APPERTUM & RUPTUR TENDON

DEPARTEMEN EMERGENCY

Oleh :

EVY ESTYANA WAHYUDI 150070300011094

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016
VULNUS APPERTUM

A. Definisi
Vulnus atau luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan
tubuh. Sedangkan vulnus appertum adalah luka dengan tepi yang tidak
beraturan atau compang camping, biasanya karena tarikan atau goresan
benda tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.

B. Etiologi
Penyebab adanya luka atau vulnus appertum antara lain :
1. Kecelakaan
2. Benda runcing atau benda tajam
3. Benda tumpul
4. Gigitan binatang
5. Ledakan
6. Zat kimia

C. Fase Penyembuhan Luka


1. Fase inflamasi :
Berlangsung mulai terjadi luka sampai hari kelima.
Terjadi akibat sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan
serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas
kapiler sehingga eksudasi cairan, penumpukan sel radang
disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan oedem
dan pembengkakan yang ditandai dengan warna kemerahan
karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa
nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
2. Fase Poliferasi/granulasi :
Terjadi mulai akhir fase inflamasi sampai akhir minggu
ketiga.
Pada fase ini luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan
kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahandengan
permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan
granulasi.
Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
menutup seluruh permukaan luka.
3. Fase penyudahan/pematangan :
Fase ini berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan
berakhir jika semua tanda radang telah hilang.
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan
sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya penyerupaan
kembali jaringan yang baru dibentuk.

D. Klasifikasi Penyembuhan Luka


1. Penyembuhan primer (sanatio per primam intentionem)
Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan
baik.
2. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)
Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka
Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik
sampai penuh
Epitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi
Penyembuhan
3. Penyembuhan primer tertunda atau penyembuhan dengan jaringan
tertunda
Luka dibiarkan terbuka
Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada
infeksi
Luka dijahit
Penyembuhan
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan
dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang
terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka,
namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor vaskularisasi :
Karena luka membutuhkan peredaran darah yang baik untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel.
2. Anemia,
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat
perbaikan sel butuh kadar protein yang cukup. oleh karena
itu, orang yang mengalami kekurangan kadar Hb dalam
darah akan mengalami proses penyembuhan lama.
3. Usia
Ketepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Nemun
selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan sistem
perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka.
4. Penyakit lain
Adanya penyakit seperti diabetesmilitus dan ginjal, dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi
Merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel,
terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat
didalamnya. Seperti, vit.A diperlukan dalam proses
epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen, vit.B
complex sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur
metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, vit.C berfungsi
sebagai fibroblas dan mencegah adanya infeksi serta
pembentukan kapiler-kepiler darah, dan vit.K membantu
sintesis protombin dna berfungsi sebagai zat pembekuan
darah.
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stres
Akan mengalami proses penyembuhan luka yang lama
(Aziz, 2008).

F. Penatalaksanaan Luka
1. Teknik perawatan luka
a. Disinfeksi :
Merupakan tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri
dari area luka dan sekitarnya. Seperti : alkohol 70%, savlon,
dll.
b. Irigasi
Adalah mencuci bagian luka.
Biasanya menggunakan normal saline, savlon, perhidrol.
c. Debridement
Membuang jaringan mati serta merapikan tepi luka.
Memotong menggunakan scalpel atau gunting.
d. Perawatan perdarahan
Tindakan untuk menghentikan proses perdarahan. Yaitu
dengan kompresi lokal atau ligasi pembuluh darah atau
jaringan sekitar perdarahan
e. Penjahitan luka
Membutuhkan beberapa persiapan.
Dengan alat : naald voeder (needle holder), pinset shirrurgis
atau pinset bedah, gunting benang, jarum jahit, benang jahit
seide atau silk, benang jahit cat gut chromic and plain, duk
steril, kasa steril, handscone steril, dan operasi teknik.
Urutan penjahitan luka :
- Persiapan alat dan bahan
- Persiapan operator
- Disinfeksi area luka
- Anasteri area luka dan sekitarnya
- Debridement dan eksisi tepi luka
- Penjahitan luka
- Perawatan luka
- Bebat luka
f. Angkat jahitan
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan :
- Muka atau leher hari ke-5
- Perut hari ke 7-10
- Telapak tangan hari ke 10
- Jari hari ke 10
- Ekstremitas atas hari ke10
- Ekstremitas bawah hari ke 10-14
- Dada hari ke 7
- Punggung hari ke 10-14

G. Pathway Vulnus Appertum

Trauma

Kerusakan jaringan

Kerusakan integritas
Luka terbuka
jaringan
Resiko infeksi Proses peradangan

Penekanan pada saraf nyeri



Perasaan tidak nyaman : Nyeri

Nyeri akut

H. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
2. Kerusakan integritas jaringan
3. Ansietas
4. Resiko Infeksi
Pengertian ruptur tendon

Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon adalah struktur dalam


tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung
jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan,
melompat, mengangkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi,
tendon menarik tulang dan menyebabkan terjadinya gerakan.

Penyebab

1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes


2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis

Tanda dan Gejala

1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang


pergelangan kaki atau betis
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di
atas tulang tumit
4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik

Pemeriksaan Penunjang

1. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada
maka dicurigai cedera tendon Achilles
2. Pemeriksaan dengan sinar-X

Pengobatan
1. Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan
memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan
sebelum cedera.
2. Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang
terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan
pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang
terputus.
3. Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan
tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama
atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.

REFERENSI
Aziz Alimul H., 2008. Ketrampilan Dasar untuk Praktek Klinik Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.

Wilson J.M., 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.

Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 2. Jakarta : Medika


Auskulapius FKUI.

Carpenito L.J., 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Pediatrik Klinis


(terjemahan) Edisi 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai