Anda di halaman 1dari 5

NASKAH DRAMA HIPERTENSI

Ibu : Mifta

Ayu : Atika

Dinda : Chintya

Dokter : Anisa

Perawat : Dhinar

Penjual : April

Di suatu pagi di pasar gede terjadi tawar menawar antara ibu dengan pedagang ikan. Ibu
bersikukuh ingin harga ikan asin lebih rendah lagi, tapi si pedagang ikan tidak mau kalau
jualan nya di tawar.

Ibu : “Halah bu, ikan asin kok per kilo nya segini, mahal banget sih, toko lain harga nya gak
segini loh.” (dengan sedikit nyinyir dan emosi)

Penjual: “ Ya jenengan kalo mau murah, beli di tempat lain saja bu, tempat saya harga nya pas,
gabisa ditawar, kualitas ikan nya juga bagus.”

Ayu : “Bu.. hari ini gausah masak ikan asin deh, ibu gak inget kemarin kontrol tekanan darah
ibu berapa. 160/100 loh bu.”

Ibu : “Eh, suka suka ibu dong, ibu kan lagi pengen makan ikan asin pakai sambel bawang.”

Ayu : “Terserah ibu aja deh”

Ibu : “Udah lah mas, ini harganya diturunin lah.” (naik pitam)

Penjual: “Gabisa bu. Ibu kalo mau murah, mending ibu ternak sendiri, jual sendiri aja.”

Ibu : “Korting 5.000 aja lah.”

Penjual: “Yaudah lah, dasar”

(lalu ibu dan ayu pun pulang jalan kaki, sampai suatu ketika ibu bilang ke ayu…)

Ibu : “Yu, kok kepala ibu agak pusing ya.”


Ayu : “Loh ibu kenapa? Ibu pasti kecapekan, aku panggilin becak ya bu.”

Ibu : “Kayanya sih ya.. iya deh yu.”

(sampai dirumah)

Dinda : “Wahhh..ibu udah datang.. mau masak apa hari ini bu ?.”

Ibu : “Mau masak ikan asin nih hihii.”

Dinda : “Loh.. kok masak ikan asin? Ibu kan hipertensi”

Ibu : “Sesekali gapapalah..ibu lagi pengen banget nih”

(selesai memasak)

Ibu : “Gimana masakan ibu, enak kan ?”

Ayu : “Bu, kayanya tadi ayu ga masukin garam deh, kok bisa asin gini sih masakan
nya ?”

Dinda : “Iya bu, kok masakan ibu asin yah. Ikan sama sambelnya asin bu.”

Ibu : “Namanya juga ikan asin, jadi rasanya asin. Kalo manis, namanya ikan manis
dong. Heheheh.”

Dinda : “Loh ibu gimana siih, ibu kan punya hipertensi, kok malah nambah garam
dimasakan ibu?”

Ibu : “Ya gapapa kan din, toh ibu juga jarang makan beginian.”

Ayu : “Tapi bu, itu kan bisa bahaya buat kesehatan ibu.”

Ibu : “Kamu kalo gatau gausah sok sok an nasehatin ibu bisa ga sih? Udah ngerasa
pinter kalo nasehatin ibu? Iya ?.” (dengan nada marah dan membanting sendok)

Ayu & dinda : “Enggak bu, maafkan kami”

(5 menit setelah ibu marah, ibu mengalami sakit kepala pusing hebat, tengkuk berat dan rasanya
ingin mual muntah)

Ibu : “Ah.. kepala ibu sakit banget, rasanya pengen mual muntah”

Ayu : “Bu..ibu kenapa ?.” (panik banget)

Dinda : “Duh kamu gimana sih yu, udah tau ibu sakit kepala masih aja ditanyain”
(geram)
Ayu : “Ah..dindaa,, aku takut ibu kenapa kenapa, ayo bawa ke puskesmas terdekat.” (
panikkk)

(Di Puskesmas)

Ayu : “Dokter.. suster tolong ibu saya.” (menangis)

Suster : “Mari saya bantu, silahkan duduk disini ya. Saya cek terlebih dahulu ya”

(selesai mengecek TTV ibu)

Suster : “Dok, ini ada pasien dengan tanda tanda vital TD : 170/100 mmHg, N : 88
x/mnt, RR : 24 x/mnt, S : 37C.”

Dokter : “Baik, tolong temani saya mengunjungi pasien ya.”

Suster : “Baik dok.”

Dokter : “Bisa tolong dijelaskan kenapa ibu nya bisa dibawa kesini mbak?”

Dinda : “Jadi begini dok, ibu saya tadi habis makan ikan asin dan sambelnya juga asin.
Nah terus ibu saya langsung merasa pusing, tengkuknya berat dan rasanya mau
mual muntah”

Dokter : “Dalam hasil pemeriksaan yang dilakukan perawat tadi, tekanan darah ibu anda
sangat tinggi ya 170/100 mmHg. Itu melebihi tekanan darah normal. Dimana
batas normalnya itu 120/80 mmHg. Sehingga ibu anda mengalami hipertensi.
Apakah beliau juga memiliki riwayat hipertensi sebelumnya ?.”

Ayu : “Iya dok, minggu kemarin kontrol ke puskesmas juga dan tensi nya tinggi dok,
160/100 mmHg. Nenek saya juga ada hipertensi juga sih dok.”

Dokter : “Baiklah mbak. Kalau begitu saya resepkan obatnya dulu mbak.”

Dinda : “Baik Dok.”

Dokter : “Ibu, banyak istirahat ya, jangan banyak makan-makanan yang asin nggih bu.
Obatnya diminum teratur ya.”

Ibu : “Baik Dok, terimakasih Dok.”

Dokter : “Sus, tolong penkes ya”.

Suster : “Baik Dok”. Mbak, apakah seharian ini ibu anda sering mengalami emosi yang
tidak terkontrol?.”

Ayu : “Iya sus, semenjak tadi di pasar sampai dirumah, ibu slalu marah marah.”
Dinda : “Memang nya kenapa sus kalo emosinya tidak terkontrol ?.”

Suster : “Emosi tidak terkontrol merupakan salah satu pencetus hipertensi mbak.”

Ayu : “Oalah begitu ya sus, terus penyebabnya apa lagi sus?.”

Suster : “Banyak mengonsumsi makanan asin mbak, makanan kolesterol tinggi, banyak
pikiran yang mengganggu atau stress berlebih dan faktor keturunan juga bisa
mbak. Apalagi tadi neneknya mbak punya riwayat hipertensi kan?.”

Ayu : “Iya sus, terus tanda dan gejala hipertensi apa saja sus?.”

Suster : “Biasanya pusing, tengkuk berat, penglihatan kabur, bisa sampai mual muntah,
atau bahkan pingsan mbak. Jadi sebisa mungkin, ibu dijaga mbak.”

Dinda : “Baiklah kalau begitu sus, nanti saya bilang ke ibu saya supaya tidak makan-
makanan yang asin-asin lagi sus. Terimakasih ya sus”.

Suster : “Baiklah mbak, ada yang ditanyakan lagi?”

Dinda : “Sudah cukup sus.”

Suster : “Kalau begitu, ini resepnya untuk ibu. Ditebus ke apotek ya mbak. Jangan lupa
minumnya teratur ya.”

Dinda : “Iya sus.”

(Sesampainya dirumah)

Ayu : “Akhirnya sudah sampai rumah bu.”

Ibu : “Iya yu.”

Dinda : “Bu, ttadi ibu sudah tau kan kalau ibu kena hipetensi kan?.”

Ibu : “Iya Dind. Ibu jadi nyesel banyak makan makanan yang asin.”

Dinda : “Nah makanya, ibu harus menjaga pola makan ibu. Kurangi makan-makanan
yang asin, kolesterol tinggi, dan istirahat yang cukup ya.”

Ayu : “Dan jangan lupa obatnya diminum teratur ya bu.”

Ibu : “Iya anak-anakku, makasih ya sudah selalu perhatian sama ibu. Ibu sayang
kalian.” (Sambil berpelukan).

Dinda & Ayu : “Iya bu, aku juga saying ibu.”


(TAMAT)

Anda mungkin juga menyukai