S DENGAN SILULITIS
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering diterjadi disebut
pioderma. Pioderma disebabkan oleh bakteri gram positif staphyllococcus,
terutama S. aureus dan streptococcus atau keduanya. Faktor predisposisinya
yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh (mengidap
penyakit menahun, kurang gizi, keganasan/kanker dan sebagainya) dan
adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit
terganggu.1 Erisipelas dan Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri,yang menyerang jaringan subkutis dan daerah
superficial (epidermis dan dermis). Faktor resiko untuk terjadinya infeksi
ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan
pada pembuluh vena maupun pembuluh getah bening. Angka kejadian
infeksi kulit ini kira-kira mencapai 10% pasien yang dirawat di rumah
sakit.2 Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia
dan ekstremitas atas dan bawah. Sekitar 85% kasus erysipelas dan selulitis
terjadi pada kaki daripada wajah, dan pada individu dari semua ras dan
kedua jenis kelamin.3 Permulaan erysipelas dan selulitis didahului oleh
gejala prodormal, seperti demam dan malaise, kemudian diikuti dengan
tanda-tanda peradangan yaitu bengkak, nyeri, dan kemerahan. Diagnosis
penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis.
Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi
yang ada.
Dari referat ini diharapkan agar pembaca dapat mendiagnosis dan
memberikan terapi yang sesuai terhadap pasien erisipelas dan selulitis yang
akan ditemui pada praktik kedokteran.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum tentang penyakit selulitis dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada klien
dengan selulitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa
data pada klien dengan selulitis.
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan analisa data.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien dengan
selulitis.
d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan
rencana yang sudahdisusun.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah
dilakukan pada klien dengan selulitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan
jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu
area yang robek pada kulit, biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (
Tucker, 1998 ).
2. Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian
jaringan subkutan ( Mansjoer, 2000 ).
3. Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan
( Brunner dan Suddarth, 2000 ).
4. Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.
B. Klasifikasi
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan
ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
2. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut,
hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang
purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk
eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi
penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam
mengontrol infeksi.
C. Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme
lainnya negatif anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan
Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada umumnya
merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri
aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis ( Peterson,2003 ).
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses
periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan
erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi
periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak
steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila /
mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral
malignancy. Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999 ; 634 )
adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus
aureus.
D. Manisfestasi Klinik
Menurut Mansjoer ( 2000 ) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan
kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan
kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat
menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya, Bengkak, merah dan
hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.
E. Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana
harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian
hingga 25%.
F. Patoofisiologi dan Pathway
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang
dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta
limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan
bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti
sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi
kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses
ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan
infeksi derajat rendah.
Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga
mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah
diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara
terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu
pada area abses atau terdapat bula
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita
belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang
terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik
(demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan
tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang
tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography) Baik Plain-film Radiography
maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis
menyarankan subjucent osteomyelitis. Jika sulit
membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka
pemeriksaan yang dilakukan adalah
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu
pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada
subkutaneus.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah
dan organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin
(misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika:
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai
demam, menggigil dan malaise
b) Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah
sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang
dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri,
kulit menegang dan mengilap
d) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap
penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya
e) Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
f) Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
g) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
J. Diagnosa Keprawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi
jaringan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor
sirkulasi dan edema.
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk
salah satu anggota tubuh.
d. Hipertermi b/d proses infeksi/inflamasi sistemik
K. intervensi
BAB III
RSUD AMBARAWA
I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Ny. S
Alamat : Daleman
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Daleman
Hubungan dengan klien : Suami
3. Pola eliminasi
a. BAB
1) Sebelum Sakit
a) Frekuensi : 1X hari
b) Konsistensi : padat, tidak ada darah
c) Warna : kuning kecoklatan
d) Keluhan : tidak ada keluhan
2) Selama Sakit
a) Frekuensi : 1X hari
b) Konsistensi : padat, tidak ada darah
c) Warna : kuning kecoklatan
d) Keluhan : tidak ada keluahan
b. BAK
1) Sebelum Sakit
a) Frekuensi : 6-7x/hari
b) Jumlah : ± 250 cc sekali BAK
c) Warna : kuning pucat
d) Keluhan : tidak ada keluahan
2) Selama Sakit
a) Frekuensi : 6-7x/hari
b) Jumlah : ± 250 cc sekali BAK
c) Warna : kuning pucat
d) Keluhan : tidak ada keluahan
1
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
X. CATATAN KEPERAWATAN/EVALUASI
Nama : Ny. S No. CM : 285158
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : stroke infark
No.
Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
Dx
1 1.
2 1.
1 1.
2 1.
1
2
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;Jakarta
Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford
Long, (1995), Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore
Mansjoer. (2000).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.
Tucker. (1988). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
http://seputarsehat.com/artikel-kesehatan/asuhan-keperawatan-selulitis diakses
tanggal 4 april 2013