Disusun Oleh :
Kurniawan 200110140047
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
Penyusun
2
I
PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu jenis hasil ternak yang hampir tidak dapat
sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Sama halnya
dengan bahan pangan hewani lainnya seperti, susu, telur dan lain-lain, daging
bersifat mudah rusak akibat proses kimia dan fisik bila tidak ditangani dengan
baik.
Banyak cara yang dilakukan untuk membuat hasil olahannya itu lebih lezat
dan menarik tanpa merusak tekstur daging itu sendiri. Penyimpanan yang salah
akan mengurangi cita rasa serta nilai gizi yang ada di dalamnya. Sama halnya
prosedur dan dilakukan secara hati-hati agar terhindar dari kontaminasi bakteri.
beda, sehingga berbeda pula cara pengolahannya. Penampilan dan kandungan gizi
pada daging sangat menentukan kualitas dari daging itu sendiri. Kualitas daging
bisa dilihat dari warna, tekstur dan baunya. Sehingga sangat perlu pengujian
secara fisik dan kimia untuk mengetahui kualitas dari daging yang akan
dikonsumsi.
3
II
PEMBAHASAN
Daging adalah urat daging (otot) yang telah dikuliti dengan baik, berasal
dari sapi, babi, domba, kambing, yang telah cukup dewasa dan sehat pada
penyembelihan, terdiri dari otot-otot pada rangka, lidah, diafragma, jantung, dan
esofagus, tetapi tidak termasuk otot-otot pada bibir, hidung atau moncong, dan
Perdagangan RI, urat daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali urat
daging bagian bibir, hidung, dan telinga, yang berasal dari hewan yang sehat saat
dipotong.
lemak 25 gram, kalsium 14 miligram, fosfor 200 miligram, dan zat besi 2
ayam potong yang masih muda memiliki daging yang empuk dan cocok
untuk masakan ayam panggang, grill atau ayam goreng. Lemaknya sedikit,
makin tua umur ayam makin banyak lemaknya. Untuk pengolahan ayam
potong sendiri tidak berbeda dengan daging. Ayam yang telah dipotong
4
perlu didiamkan dahulu sekitar 4 jam. Warna merah tua pada daging ayam
Ayam segar yang biasa digunakan untuk pengolahan terdiri dari tiga,
yaitu:
dipotong)
- ayam segar beku (tahan untuk beberapa hari jika disimpan dalam
lemak yang putih kekuningan dan merata di bawah kulit, memiliki bau
yang segar, kekenyalan yang elastis dan tidak ada tanda-tanda memar
proteinnya juga daging ayam mengandung lemak. Protein pada ayam yaitu
18,2 g, sedangkan lemaknya berkisar 25,0 g. Untuk memperjelas zat yang
5
2.2. Pengertian, Sifat Fisik dan Sifat Kimia Daging Sapi.
Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang biasa dan
Sebagai contoh has luar, daging iga dan T-Bone sangat umum digunakan
a. Ph Daging
meskipun daging dalam keadaan dingin dan akan naik lagi pH-nya
pada kontaminasi dan kondisi membusuk. Bila pH mencapai 6,7 atau
Nilai pH pasca mati akan ditentukan oleh jumlah asam laktat yang
dihasilkan dari glikogen selama proses glikolisis anaerob dan hal ini
Penurunan nilai daya ikat air oleh protein daging, dan pada saat
6
otot menyerap kembali semua air yang mengalami translokasi atau
keluar pada saat penyimpanan beku (Bratzler et al., 1977 dan Lawrie,
daging, sehingga daya ikat air terhadap protein daging akan semakin
lemah, yang akan menyebabkan nilai daya ikat air (Bratzler et al,
1977). Hal ini juga akan terlihat pada banyaknya cairan yang keluar
cairan yang keluar dari daging menunjukkan bahwa nilai daya ikat air
Penurunan nilai daya mengikat air juga dapat meningkatkan nilai susut
masak.
c. Susut Masak
susut masak yang tinggi, hal ini karena kehilangan nutrisi selama
proses pemasakan akan lebih sedikit.
sampai 54,5% dengan kisaran 15% sampai 40%. Hal ini menunjukkan
bahwa susut masak yang diperoleh pada berbagai jenis ternak dengan
air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5% mineral, dan bahan-bahan lainnya
7
(Forrest et al., 1992). Jumlah ini akan berubah bila hewan digemukkan
a. Protein
setiap otot, antara lain pada otot Longissimus dorsi 21,41%, otot
dan Kauffman, 1971). Adapun komposisi asam amino esensial dan non
Arginin 6,6
Histidin 2,9
Isoleusin 5,1
Leusin 8,4
Lisin 8,4
Metionin 2,3
Fenilalanin 4
Thereonin 4
Triptopan 1,1
Valin 5,7
Tabel 3. Komposisi asam amino non esensial protein daging sapi Asam
8
Amino Esensial Protein Kasar (%)
Alanin 6,4
Sistein 1,4
Glisin 7,1
Prolin 5,4
Tirosin 3,3
b. Kadar Air
oleh adanya perbedaan kadar lemak dari otot. Perbedaan kadar lemak
ambang kadar air normal untuk daging sapi segar yaitu antara 65-80%.
c. Nilai pH
9
mencapai 5,1 – 6,1 maka lebih stabil terhadap kerusakan oleh mikroba,
yang rendah (Abustam dan Ali, 2004). Urat daging yang mempunyai
(Lawrie, 1979).
domba muda yang belum berusia satu tahun, yang merupakan jenis daging
yang disembelih ketika berusia antara satu bulan hingga satu tahun,
loin, rusuk dan bahu. Daging domba berwarna merah muda, daging terdiri
10
dari serat-serat halus yang sangat rapat jaringanya, konsistensi cukup
kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta
Castrated Boer Crossbred Goat Meat” yang ditulis oleh Djalal Rosyidi,
Lilik Eka Radiati dan Nadhirotul Uyun, dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi
11
Hasil uji menunjukkan bahwa kadar air daging kambing PE jantan
dengan kambing PB kastrasi, Rata rata kadar air yang diperoleh pada
kastrasi sebesar 17,907 %. Hal ini sesuai dengan Soeparno (1998) yang
karkas yaitu tulang, otot dan lemak, selain dipengaruhi oleh status gizi,
12
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genotip dan status fisiologi
Kejobong Jantan Pada Umur Satu Tahun” yang disusun oleh G. El Aqsha,
Kadar air daging hasil penelitian ini tidak berbeda nyata diantara
ketiga bangsa kambing, baik pada otot LD maupun BF. Rata-rata kadar air
daging kambing hasil penelitian ini adalah 77,49% pada otot LD dan
77,53% pada otot BF. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air daging
adalah spesies ternak, umur, jenis kelamin, pakan serta lokasi dan fungsi
b. Kadar Abu
Kadar abu daging hasil penelitian ini tidak berbeda nyata diantara
ketiga bangsa kambing, baik pada otot LD maupun BF. Rata-rata kadar
abu daging kambing hasil penelitian ini adalah 1,30% pada otot LD dan
1,05% pada otot BF. Kadar abu daging berkisar antara 2 – 3%. Kadar abu
13
pada daging kambing adalah 3,9% dan kadar abu daging kambing hasil
et al. (2009).
c. Kadar Protein
Kadar protein daging hasil penelitian ini tidak berbeda nyata diantara
ketiga bangsa kambing, baik pada otot LD maupun BF. Rata-rata kadar
protein daging kambing hasil penelitian ini adalah 18,79% pada otot LD
dan 18,79% pada otot BF. Tidak berbedanya kadar protein daging kambing
karena kadar protein daging relatif tetap dan tidak dipengaruhi oleh umur
dan pakan (Tillman et al., 1991). Mahmud et al. (2009) menyatakan bahwa
Kadar lemak daging hasil penelitian ini tidak berbeda nyata diantara
ketiga bangsa kambing, baik pada otot LD maupun BF. Rata-rata kadar
lemak daging kambing hasil penelitian ini adalah 1,96% pada otot LD dan
2,03% pada otot BF. Hal ini disebabkan karena kemungkinan umur
Menurut Henry Alford (2009) dalam tulisan nya di new york times
sama saja dengan daging domba padahal tidak begitu, daging kambing
berasal dari kambing dan daging domba berasal dari domba, dua hewan
14
kambing yaitu Afrika sub-sahara, Timur Tengah, India, Pakistan, Meksiko,
kambing yang masih muda (berusia di bawah satu tahun) disebut dengan
baik untuk pengasinan, berwarna merah pucat dan selebihnya hampir sama
daging dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik berupa umur, jenis otot, glikogen otot dan tingkat stres
tinggi (>5,9).
15
permukaan daging kering karena cairan daging terikat secara erat dengan
dengan daging ternak yang lebih tua, hal ini disebabkan olehperbedaan
ukuran serat dan berkas otot. Sedangkan Perbedaan daya ikat air
ini di ambil dari presentasi protein daging kambing di pasar kota malang,
6%.
16
IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
sifat fisik yaitu berwarna merah atau putih, kenyal dan tidak memar,
- Daging sapi adalah daging yang berasal dari sapi biasa dan umum
dikonsumsi. Memiliki sifat fisik warna lebih gelap karena penurunan pH,
daya ikat air menurun dan susut masak. Sedangkan sifat kimia 70% air,
- Daging domba adalah daging dari domba yang diternakan. Memiliki sifat
fisik berwarna merah muda, daging terdiri dari serat-serat halus yang
dibawah kulit terdapat banyak lemak berwarna putih, bau sangat khas
pada daging domba jantan. Sedangkan sifat kimia utama yaitu protein dan
lemak.
- Daging kambing adalah daging dari ternak kambing dan umum
dikonsumsi. Sifat fisik daging kambing yaitu, berwarna merah pucat dan
4.2. Saran
Pengertian, sifat fisik, dan sifat kimia daging ayam, daging sapi, daging
hasil ternak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E dan H.M. Ali. 2004. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Astuti,D.A. 1995. Evaluasi Pemanfaatan Nutrien berdasarkan Curahan Melalui
Sistem Vena Porta dan Organ Terkait Pada Kambing PE Tumbuh dan Laktasi.
Desertasi 1995 IPB Bogor.
Badan Litbang, Departemen Pertanian RI 2007. Jurnal Litbang Pertanian.
Jakarta: Badan Litbang, Departemen RI.
Berg R.T. dan R.M Butterfield. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney
University Press. Sydney.
Briskey, H. C. dan R. G. Kauffman. 1971. Quality Characteristic of Muscle as a
Food. In: The Science of Meat and Meat Products. 2nd ed, J. F. Price and B. S.
Schweigert, eds. W. H. Freemen and Co., San Fransisco.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1986. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta.
Forrest, J.C., E.D. Aberle, H. B. Hedrick, M.D. Judge, dan R. A Merkel. 1992.
Principle of Meat Science. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. USA
Henry Alford (31 March 2009). "How I Learned to Love Goat Meat".
New YorkTimes. Diakses tanggal 15-09-2016.
Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C Forrest, H. B. Hedrick, and R. A. Merkel. 1989.
Principles of Meat Science. Kendall/Hunt Publishing Co., Iowa
K.F. Warner, "Boning Lamb Cuts", Leaflet 74, U.S. Department of Agriculture,
Bureau of Animal Industry, June 1931.
Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta
Mahmud, M.K., Hermana, N. A. Zulfianto, R. R. Apriyantono, I. Ngadiarti, B.
Hartati, Bernadus dan Tinexcelly. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Romans, J.R., J.C. William, C.W. Carlos, L.G., Marion and K.W. Jones. 1994.
The Meat We Eat. 13rd Ed. Interstate Publishers Inc. Danville. Illinois.
Raiymbek, G., B. Faye, A. Serikbayeva, G. Konuspayeva, and I. T. Kadim.
Chemical composition of Infraspinatus, Triceps brachii, Longissimus thoraces,
Biceps femoris, Semitendinosus, and Semimembranosus of Bactrian (Camelus
bactrianus) camel muscles. Jurnal AgriSains 3 (4): 1-12.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tarwotjo.1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
18
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1991.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Winarno, F. G. dan Koswara S. 2002. Daging : Komposisi, Penanganan dan
Pengolahannya. M-Brio Press. Bogor
Yanti, H., Hidayati dan Elfawati. 2008. Kualitas daging sapi dengan kemasan
plastik PE (polyethylen) dan plastik PP (polypropylen) di Pasar Arengka Kota
Pekanbaru. J. Peternakan. 5(1): 22 ‐ 27.
19