Anda di halaman 1dari 6

VERDIAN 13113004

SISTEM KONVERSI ENERGI HIDRO

PENDAHULUAN

Ketika air hujan jatuh ke permukaan bumi, air hujan tersebut memiliki energi
potensial relatif terhadap permukaan air laut atau tempat air tersebut mengalir. Pada saat air
hujan jatuh pada ketinggian tertentu, energi potensial yang dimiliki air hujan tersebut akan
dikonversikan menjadi energi kinetik. Jika air tersebut dialirkan melewati turbin air, maka
energi kinetik dari air tersebut akan diubah menjadi energi mekanik. Energi mekanik pada
turbin tersebut akan digunakan untuk memutar generator listrik yang dihubungkan ke poros
turbin. Besar daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaa berikut :

dimana,

W = berat jenis dari air, N/m3


Q = debit aliran air, m3/detik
H = ketinggian (head), m
= efisiensi konversi energi potensial menjadi energi mekanik

Proses pembangkitan listrik dari air yang mengalir hanyalah sebagian proses kecil dari
siklus evaporasi yang dialami air tersebut. Siklus tersebut diawali dengan proses
penguapan/evaporasi dari air yang mengalami pemanasan dari energi matahari. Setelah air
menguap, uap air akan mengalami proses pendinginan dan membentuk awan. Proses
pendinginan yang terus menerus terjadi akan menyebabkan uap air tersebut berubah fasa
menjadi air kembali dan akan turun ke permukaan bumi dalam bentuk hujan ataupun salju.
Sebagian besar, sekitar 2/3 dari air hujan yang turun akan mengalami proses penguapan
kembali dari permukaan tanah, sisanya akan mengalir ke laut ataupun saluran air tanah.

Gambar 01. Siklus evaporasi dan pendinginan air

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membangun sebuah pembangkit listrik
tenaga hidro :

 Modal keseluruhan untuk membangun pembangkit listrik tenaga hidro tersebut


VERDIAN 13113004

 Modal untuk membangun jaringan transmisi listrik dan kerugian listrik akibat
transformasi dan transmisi jarak jauh karena pembangkit listrik tenanga hidro
umumnya terletak pada daerah berbukit yang jauh dari perkotaan
 Biaya pembangkitan listrik dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga uap, gas
dan bahan bakar minyak yang dapat dibangun didekat perkotaan.

Kelebihan dari pembangkit listrik tenaga hidro adalah sebagai berikut :

 Pembangkit tersebut memiliki tingkat keandalan yang tinggi dan biaya pengoperasian
maupun biaya perawatannya rendah
 Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keadaan operasinya
 Dapat menyesuaikan daya yang dihasilkan dengan daya yang dibutuhkan dalam
waktu yang singkat
 Efisiensi dari pembangkit tidak berubah terhadap usia
 Tidak memerlukan bahan bakar
 Biaya untuk pembangkitan listrik cenderung tidak berubah terhadap waktu

Kekurangan dari pembangkit listrik tenaga hidro adalah sebagai berikut :

 Biaya untuk membangun pembangkit listrik tenaga hidro sangat mahal


 Memerlukan waktu yang lama dalam proses desain dan pembangunan
 Jarak antar pembangkit dengan perkotaan jauh
 Biaya transformasi dan transmisi listrik mahal
 Output yang dihasilkan pembangkit ini tidak konstan, bergantung pada musim dan
laju debit air yang mengalir.

PEMILIHAN LOKASI

Pembangkit listrik tenaga hidro akan sangat ekonomis jika dibangun pada daerah yang
berlokasi tinggi dan memiliki danau dengan kapasitas penampungan air yang besar.
Karakteristik penting dari lokasi untuk pembangunan pembangkit listrik ini adalah memiliki
kapasitas penampungan air yang besar, curah hujan yang tinggi dan cocok untuk dibangun
tempat penampungan air seperti bendungan. Untuk keperluan tersebut, dibutuhkan penelitian
dari segi geologi, geografi dan meteorologi dari daerah tersebut. Beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi untuk pembangkit listrik tenaga hidro adalah
sebagai berikut :

1. Ketersediaan air
Ketersediaan air merupakan faktor yang penting karena air merupakan sumber energi
yang akan dikonversikan menjadi listrik. Energi dari air tersebut diperoleh dari aliran
buatan, seperti aliran air dari bendungan ataupun aliran air dari sungai. Oleh karena
itu, perlu diperhitungkan debit air yang mengalir dan variasinya untuk beberapa tahun
kedepan untuk mengetahui jumlah energi yang dapat dihasilkan dan apakah aliran air
tersebut berkelanjutan.
VERDIAN 13113004

2. Penyimpanan air
Jumlah energi yang dibangkitkan dari pembangkit listrik tenaga hidro dapat bervariasi
bergantung pada curah hujan. Untuk memperoleh daya pembangkitan yang konstan,
maka diperlukan penyimpanan/penampungan air ketika jumlah air berlebihan
sehingga air yang berlebihan tersebut dapat digunakan ketika kekurangan air. Dalam
pemilihan lokasi dari bendungan, perlu dipelajari juga geologi dan topografi dari
daerah tersebut untuk mengetahui besar daerah serapan air.
3. Ketinggian air
Level ketinggian air yang tersedia untuk kebutuhan pembangkitan listrik harus berada
diatas level minimum yang diperlukan
4. Jarak ke pemakai listrik
Jarak dari lokasi pembangkit listrik ke daerah pemakai listrik perlu diperhitungkan
karena biaya yang mahal serta kerugian yang timbul dari jaringan transmisi dan
perawatannya.
5. Akses ke lokasi pembangkit
Akses transportasi ke lokasi pembangkit merupakan faktor yang penting.

KLASIFIKASI

Pembangkit listrik tenaga hidro dapat diklasifikasi sebagai berikut :

1. Storage plant
a. High head plants
b. Low head plants
c. Medium head plants
2. Run-of-river power plants
a. With pondage (aliran air dapat diatur sehingga digunakan untuk menyuplai
base load)
b. Without pondage (aliran air tidak dapat diatur sehingga biasanya digunakan
untuk menyuplai peak load/beban puncak)
3. Pumped storage power plants

Storage plant

Pembangkit ini umumnya digunakan untuk memenuhi beban dasar (base load).
Berdasarkan ketinggian head, pembangkit jenis ini dapat diklasifikasi menjadi

a. Head tinggi (diatas 100 m)


Pada jenis head tinggi, air dialirkan dari tempat penampungan ke penstock melalui
terowongan yang kemudian akan dialirkan ke turbin. Sebelum memasuki penstock, air
akan ditampung pada kolam kecil (forebay). Fungsi dari forebay adalah untuk
membantu pengaturan jumlah aliran air yang dibutuhkan ke turbin dan menjaga head
dari air tetap konstan. Pada daerah yang tidak dimungkinkan untuk dibangun forebay,
sebagai penggantinya dibangun surge tank yang memiliki konstruksi yang vertikal.
Surge tank ditempatkan setelah terowongan air dan sebelum katuk pada penstock.
Fungsi dari surge tank adalah untuk mencegah peningkatan tekanan secara tiba-tiba
VERDIAN 13113004

pada penstock akibat penurunan beban pada turbin ataupun penutupan katup secara
tiba-tiba pada inlet turbin.

Gambar 02. Skema dari storage plant dengan tipe head tinggi

b. Head sedang (diatas 50 sampai 100 m)


Jika ketinggian head dari air melebihi 50 meter, maka diperlukan penstock untuk
mengalirkan air dari forebay menuju turbin. Pembangkit ini memiliki konstruksi yang
sama dengan tipe head rendah. Perbedaannya hanyalah pada tipe head sedang, air
mengalir melalui penstock menuju turbin.

Gambar 03. Skema dari storage plant dengan head sedang


c. Head rendah (dibawah 50 m)
Tipe ini disebut juga dengan pembangkit listrik kanal air, dengan konstruksi seperti
gambar berikut

Gambar 04. Skema dari storage plant dengan head rendah (kanal air)
VERDIAN 13113004

Pada storage plant dengan head air yang rendah, bendungan dibangun pada sungai
untuk mengalihkan aliran sungai ke kanal air yang kemudian akan ditampung pada
forebay. Air dari forebay akan digunakan untuk menggerakkan turbin air, kemudian
air akan dialirkan kembali ke sungai. Jika terjadi kelebihan air akibat peningkatan
aliran air pada sungai ataupun pengurangan beban pada pembangkit, maka air dapat
mengalir dari atas bendungan ataupun dapat dibangun saluran pada forebay untuk
mengalirkan air yang berlebih menuju sungai.

Pumped storage power plant

Pembangkit listrik jenis ini digunakan untuk menyuplai beban puncak. Pembangkit ini
memiliki kolam air tail dan head yang dihubungkan melalui penstock. Ketika kebutuhan
energi tidak pada puncaknya (peak load), energi listrik yang berlebihan digunakan untuk
menggerakkan pompa untuk memompa air dari tail pond menuju head pond, sehingga energi
yang berlebihan tersebut disimpan oleh air dalam bentuk energi potensial ketinggian. Pada
saat beban puncak, energi potensial tersebut akan dikonversikan menjadi energi listrik dengan
cara mengalirkan air dari head pond menuju tail pond untuk memutar turbin.

Gambar 05. Skema dari pembangkit tipe pumped-storage

PEMILIHAN TURBIN AIR

Beberapa hal berikut merupakan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
jenis turbin air untuk pembangkit listrik :

1. Kecepatan rotasi
Pemilihan jenis turbin harus menyesuaikan dengan kecepatan putar kerja dari
generator listrik untuk menghasilkan frekuensi listrik yang diinginkan. Kecepatan
putar generator dapat dihitung dengan persamaa berikut

dimana,
f = frekuensi
p = jumlah pasang pole
VERDIAN 13113004

2. Kecepatan spesifik
Kecepatan spesifik dapat dihitung dengan persamaan berikut
;

dimana,
nq = kepecatan spesifik berdasarkan debit (SI)
n = kecepatan putar poros turbin (rpm)
Q = laju aliran (m3/detik)
H = tinggi jatuh air netto, head (m)
nq = kepecatan spesifik berdasarkan daya poros (English)
n = kecepatan putar poros turbin (rpm)
HP = daya turbin (HP)
H = tinggi jatuh air, head (m)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan persamaan-persamaa diatas, dapat ditentukan


jenis turbin air yang sesuai dengan melihat tabel berikut

PUTARAN SPESIFIK
NO JENIS TURBIN
Nq ns
1 Turbin Pelton 1 Nosel 1-10 4-35
2 Turbin Pelton 2 Nosel 5-15 17-50
3 Turbin Pelton 4 Nosel 7-20 24-70
4 Turbin Francis kecepatan rendah 20-35 70-120
5 Turbin Francis kecepatan sedang 35-65 120-220
6 Turbin Francis kecepatan tinggi 65-105 220-350
7 Turbin Francis kecepatan sangat tinggi 105-130 350-430
8 Turbin Propeller/Turbin Kaplan 90-300 300-1000
Tabel 01. Pemilihan jenis turbin air berdasarkan kecepatan spesifik

3. Efisiensi maksimum
Pemilihan turbin berdasarkan efisiensi maksimum yang dapat dicapai turbin tersebut.
Turbin dengan kecepatan spesifik yang rendah tidak memiliki efisiensi yang tinggi
karena friksi yang besar. Sedangkan pada turbin dengan kecepatan spesifik tinggi
ketidakefisienan turbin terjadi karena debit air yang keluar dari turbin sangat besar.

Gambar 06. Hubungan efisiensi dengan kecepatan spesifik

Referensi :
Raja, A., Srivastava, A. P., & Dwivedi, M. (2006). Power Plant Engineering. New Delhi: New Age
International.

Anda mungkin juga menyukai