Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN


( DISCOVERY LEARNING )

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Desain dan Model Pembelajaran Sejarah

Disusun Oleh :
SITI SAMSIYAH
NIM S861902013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas
mata kuliah Desain dan Model Pembelajaran Sejarah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah dapat


terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Djono, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Desain dan Model
Pembelajaran Sejarah.
2. Orang tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
3. Keluarga penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
4. Teman – teman yang selalu memberi dukungan serta saran agar penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .............................................................................................1

KATA PENGANTAR ..........................................................................................2

DAFTAR ISI .........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................4

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................6

C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning …………......................7

B. Tujuan dan Strategi Model Pembelajaran Discovery Learning ……………..8

C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning …………........10

D. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning ………13

E. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning ……….........................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………

B. Saran …………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt.
akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka
berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah
Swt. Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Mujadalah/58: 11)

Menurut ayat diatas, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang


beriman dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karenanya Allah
menyuruh manusia berpikir menggali ilmu pengetahuan,membentuk majelis
ta’lim,membaca ayat-ayat Allah,baik ayat tertulis maupun yang tercipta,
menyiapkan segala sumberdaya untuk meningkatkan keilmuan kita, dan
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya pendidikan.


Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan juga memegang
peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang sangat
berkualitas, oleh karena itu hendaknya pendidikan dikelola dengan semestinya,
baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Agar tercapainya
pendidikan yang berkualitas, kita harus melihat terlebih dahulu bagaimana
proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik pada peserta
didiknya.

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama.
Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat
dibutuhkan oleh pendidik untuk disampaikan pada peserta didiknya. Strategi
belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan
mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode
pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan
oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan
pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang
efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran, dan
mempersiapkan peserta didik yang berkualitas.

Dalam mempelajari strategi pembelajaran tidak akan lepas dari model


pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di
dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat
dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai
kepada siswa. Model pembelajaran mempunyai banyak jenis, salah satu nya
yaitu model pembelajaran Discovery Learning.

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaran


yang mengacu pada keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk melanjutkan
pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Di Indonesia Model
pembelajaran Discovery Learning /penemuan sering diterapkan karena
mempunyai banyak keuntungan, diantaranya yaitu siswa akan belajar bagaimana
belajar (learning how to learning).

Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah makalah yang berjudul “Model
pembelajaran Discovery Learning ” dengan harapan agar makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca secara lebih rinci
mengenai konsep dasar model Discovery Learning itu sendiri secara lebih rinci .
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran discovery learning ?
2. Bagaimanakah tujuan dan strategi model pembelajaran discovery learning?
3. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran discovery learning?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran discovery
learning ?
5. Bagaimanakah penerapan dari model pembelajaran discovery learning
dalam pembelajaran ?

C. TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari model pembelajaran discovery learning.
2. Untuk mengetahui tujuan dan strategi model pembelajaran discovery
learning.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran discovery learning.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
discovery learning.
5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan dari model pembelajaran discovery
learning dalam pembelajaran.
BAB II
ISI

A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan


suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi. Dengan demikian
pembelajaran discovery adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi,
membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri
(Sujarwo,2011:74). Guru hanya mendorong siswa agar mempunyai pengalaman
dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-
prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Model pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang


mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya melainkan
dengan ditemukan sendiri. Dalam model discovery learning, mulai dari strategi
sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto,2004) yang menyatakan bahwa,
apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa
sendiri.

Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam


penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk
menemukan hukum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut.
Pembelajaran penemuan disusun dengan asumsi bahwa observasi yang teliti dan
dilakukan dengan hati-hati serta mencari bentuk atau pola dari temuannya
(dengan cara induktif) akan mengarahkan siswa kepada penemuan hukum-
hukum atau prinsip-prinsip.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan
ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Ada tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,


menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
2. Berpusat pada siswa;
3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada.
Menurut Gorman (1978) pembelajaran discovery dapat dilakukan dalam
dua bentuk yaitu free discovery (penemuan bebas) dan guided discovery
(penemuan terbimbing). Dalam free discovery siswa benar-benar dilepas dalam
mengidentifikasi masalah,penyelesaian masalah, dan menguji hipotesis dengan
konsep-konsep, dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik kesimpulan
pada situasi baru. Dalam guided discovery,siswa diberi pertanyaan-pertanyaan
untuk mencapai keberhasilan dalam mengungkap konsep atau prinsip-prinsip
yang dapat diukur (Sujarwo,2011:76-77).

B. Tujuan dan Strategi Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning


Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut :
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa
dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.

2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola


dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan.

4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja


bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.

5.Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-


keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.

6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam


beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan


oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap,
yaitu:

1. Mengklarifikasi;
2. Menarik kesimpulan secara induksi;
3. Pembuktian kebenaran (verifikasi).
2. Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dalam pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa
strategi, strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh
khusus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus
tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju
kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan
strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu
benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan
strategi induktif sebaiknya selalu menggunakan perkataan “barangkali”
atau “mungkin”.
b. Strategi deduktif
Dalam strategi deduktif memegang peranan penting dalam hal
pembuktian. Karena sejarah berisi argumentasi deduktif yang saling
berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting dalam
pengajaran sejarah. Dari konsep sejarah yang bersifat umum yang sudah
diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk menemukan
konsep-konsep lain yang belum ia ketahui sebelumnya. Sebagai contoh,
untuk menentukan proses kedatangan agama hindu, siswa dapat
diarahkan untuk membentuk kelompok kemudian mengamati peta jalur
masuknya agama hindu dan bukti-bukti peninggalannya kemudian
menemukan jalur masuknya agama hindu ke Indonesia.
C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan siswa;

2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan


generalisasi pengetahuan;

3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta


peranan masing-masing siswa;

5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;


6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang


mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Langkah Persiapan

Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning)


adalah sebagai berikut:

 Menentukan tujuan pembelajaran.

 Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,


gaya belajar, dan sebagainya).

 Memilih materi pelajaran.

 Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari


contoh-contoh generalisasi).

 Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,


ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

 Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari


yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.

 Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang


menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.

b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi


kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah).

c. Data collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada


para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan


mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk


membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004 :
244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik


sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Penilaian pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang
digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam
model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika
bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian
hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan
pengamatan.
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Kelebihan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery).

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;
k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang;
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya;
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar;
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2. Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery.

a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk


belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak
atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

E. Penerapan Model Discovery Learning

Model pembelajaran discovery merupakan suatu model pengajaran yang


menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam
mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented menjadi student oriented. Dalam model pembelajaran Discovery
Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan


kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan
dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan.

Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran


dengan penemuan, yakni sebagai berikut :

a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada


masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat
mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan,
misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.

c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan
simbolik.

d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru


hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya
tidak mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan
dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan.
Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang
tepat.
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-
generalisasi dengan menemukan generalisai-generalisasi itu.

Tahap-tahap dalam mengaplikasikan Model pembelajaran Discovery


Learning di kelas yaitu :

1. Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning

Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan model discovery


learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Tahap ini telah
dijelaskan dalam langkah-langkah model pembelajaran discovery learning di
halaman 10 s.d.11.

2. Prosedur Aplikasi Discovery Learning

Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model


Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut :

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).

b) Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah).

c) Data Collection (pengumpulan data).

d) Data Processing (pengolahan data).

e) Verification (pembuktian).

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

Tahap-tahap dalam pelaksanaan model ini telah dijelaskan dalam langkah-


langkah model pembelajaran discovery learning di halaman 12 s.d.13.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu


model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada
pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk belajar sendiri melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong
siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi
diri mereka sendiri.

Tujuan dari model pembelajaran discovery learning adalah siswa dapat


terlibat secara aktif,menemukan pola dan strategi dalam menyelesaikan
masalah,terampil dalam melakukan penemuan. Model discovery menggunakan
dua strategi yaitu strategi induktif dan deduktif. Adapun langkah-langkah
dalam metode ini terdiri dari tahap persiapan dan pelaksanaan yang meliputi
Stimulation, Problem statement, Data collection, Data processing,
Verification, dan Generalization.

Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran


penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus
bekerja hingga menemukan jawaban. Melalui pembelajaran penemuan siswa
mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam
berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan
memanipulasi informasi.

Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di


antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu,menyita
pekerjaan guru,tidak berlaku untuk semua topik, dan tidak semua siswa dapat
melakukan penemuan.
B. Saran

Model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk


materi-materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan
agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang
dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya dan tidak
hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery
diperlukan keaktifan seluruh siswa.

Selain itu alat–alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah


diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini,
tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Sujarwo.2011.Model-model Pembelajaran Suatu Strategi


Mengajar.Yogyakarta:Venus Gold Press

Agustian nosal.blogspot.com/2012/02/Belajar dan pembelajaran matematika


model pembelajaran discovery learning

Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University


Press.

Sulipan. Blogspot.com/16 Mei 2011.Metode Pembelajaran Penemuan


(Discovery Learning)

Anda mungkin juga menyukai