Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya kepada penulis,sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran
yang berjudul “Teori Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia”. Makalah ini berisikan tentang
Teori Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia.Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih saya
kepada :

1. Prof.Karwono,M.Pd dan Agil Lepiyanto,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.

1) Orang tua yang selalu menyemangati kami.

2) Teman-teman yang saling membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan.

Metro,11-04-2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………… i

KataPengantar.......................................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan……………….................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Pengolahan Informasi………………………...................................................... 2

2.2 Sistem Memori Manusia………………….................................................................... 3

2.3 Komponen Belajar......................................................................................................... 5

2.4 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar.................................................... 6

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 10

3.2 Saran………………………………………………………………………...………. 10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan
bahan belajar.

Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar.
Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-
beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting
dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan
adanya belajar.

Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar sebagai temuan
mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai
perubahan yang memunculkan adanya teori – teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori –
teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya
teori belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan
psikologi belajar tertentu.

Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori –
teri yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat
dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki
keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan –
kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah teori
belajar pengolahan informasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud teori pengolahan informasi ?

2. Apa yang dimaksud sistem memori manusia ?

3. Bagaimanakah komponen belajar ?

4. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kulah Belajar dan Pembelajaran serta untuk
menambah wawasan pengetahuan tentang Teori Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori pengolahan informasi

Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi,


mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Hal
yang demikian juga dapat dikatakan bahwa penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai
bagaimana respon individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.

Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana
dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur
cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki sutu
perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan
informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga
melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori
seorang individu.

Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan
antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas.

Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses
belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan
pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.

Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan model
berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan meng-gambarkan cara individu memanipulasi
simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay &
Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.

Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing,
karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya
disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working
memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.

2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini
berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan
memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.

3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu
menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit
mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.

Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau pemantau
bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam
long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi
kreativitas).

Adapun tokoh lain yang menjelaskan teori ini:

1. Robert Gagne

Robert M. Gagne, Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi, Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya
berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya
dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep Robert M Gagne, Jerome
Seymour Bruner, Albert Bandura dan Lev Vygotsky merupakan tokoh-tokoh penting yang telah
mencetuskan berbagai teori pembelajaran dan memberi sumbangan yang besar dalam dunia
pendidikan. Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika,
yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran
di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif.
Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan
belajar yang efektif.

Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam
memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa untuk memecahkan masalah.

Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training Adalah Edgar
Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi
Pembelajaran modern.

Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi Robert
Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat
dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup dan
berkembang sesuai harapan. Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini
memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan
informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. (Pada titik ini sejarah
psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap
konsep soul dan mind.

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh individu tersebut (peserta
didik).

2.2 Sistem memori manusia

Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat
penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah koleksi potongan-potongan
kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan.

Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu adalah sebuah
wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling berkaitan.

Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk
mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser, 1967. Ada juga yang
mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif, tetapi merupakan suatu yang aktif memilih
data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data data menjadi informasi yang
bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Hal ini berarti memori
juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit
dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-
interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.

Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur memori
yaitu:

1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)

Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke sistem
memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima
manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak
lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan
informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera ini biasanya
disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua
orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat
hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai
pencatatan pengideraan. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya
dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.

2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)

Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang
tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang
siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka
pendek adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang.

Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa
adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.

Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat
penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses
pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari
para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di samping
selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah seharusnya mengucapkan
kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru
ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak ataupun garis
bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi,
memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari
seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih
penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri,
sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selama proses
pembelajaran sedang berlangsung.

3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)

Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari
memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi yang
ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi. Informasi
yang sudah tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk hilang, sehingga dapat
diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka panjang adalah penyimpanan jangka
pendek yang mendapat pengulangan. Kata lainnya kata lainnya penyimpanan jangka panjang tidak
akan terbentuk tanpa adanya pengulangan.

Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses
pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan
sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam
jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada
siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit.

Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru
agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
· Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa,
apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi
17–08–1945.

· Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-
hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan
jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16,
25, 36, dan 49.

· Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa
untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan
mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak
menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.

2.3 Komponen belajar

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu:

1. mengarahkan perhatian ke stimulus

2. mengkode stimulus

3. penyimpanan dan pemanggilan informasi.

a. Perhatian ke stimulus

Pengolahan sistem informasi dalam memori manusia diawali ketika isyarat fisik diterima pencatat
sensori melalui indera (visual, audio maupun kenestik ). Isyarat fisik ini disimpan sebenta di sebut
ikon dan memori audio disebut peniru bunyi (echo). Jenis retensi isyarat yang ke tiga disebut taktil
atau haptik, untuk retensi ini belum banyak penelitian yang di lakukan. Peranan perhatian ada dua
peran perhatian dalam sistem pengolahan informasi yaitu:

1) pengolahan informasi secara otomatik, peran perhatian terhadaap hal-hal yang sudah sedemikian
luasnya sehingga berlangsung tanpa kendali secara sadar dan tidak memerlukan perhatian khusus.
Misalnya pengenalan pola-pola yang sudah diketahui seperti pola perkalian 1 x 10. B) pros deliberate

2) peranan perhatian untuk mengolah informasi yang memerlukan usaha sadar yang dilakukan
secara terkosentrasi, yaitu untuk mengenal informasi yang diperlukan untuk pola-pola yang belum
diketahui (baru)

2. Mengkode stimulus

Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai memori
jangka panjang sebagai memori inaktif, maka di perlukan pengkodean yaitu mengubah stimulus
sehingga dapat di simpan sehingga pada waktu lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Ada
dua cara pengkodean yaitu: gladi pelihara atau gladi primer dan gladi elaboratif. Pengulangan
terhadap informasi yang ingin diingat ini adalah salah satu contoh gladi pelihara. Kebalikannya gladi
elaboratif adalah mengubah melalui berbagai cara yaitu:

a) diganti dengan lambang lain (subsitusi)

b) dilengkapi dengan informasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya.

Contoh mengenai hal tersebut seperti pada hal di bawah ini: Mengasosiasikan pohon korma
(informasi baru) dengan pohon korma sawit (informasi lama) ini adalah contoh gladi elaboratif.

3. Penyimpanan dan retrival

Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka panjang
untuk dapat di ingat kembali sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini sangat bergantung bagai
mana informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan informasi sebelumnya
dari memori jangka panjang. Gladi pelihara dan gladi elaboratif ke duanya dapat membantu individu
dalam mengingat informasi dalam waktu yang akan datang. Sistem mnemonik adalah cara untuk
memudahkan kembali meliputi: akronim, catatan, kartu pengisyaratan, titian ingatan, penggunaan
kata-kata frase untuk mengingat not-not yang terletak pada garis-garis paranada dan seterusnya.

2.4 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa meemori manusia itu suatu
sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi suatu sandi-
sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Dalam hal ini individu
diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu penyleksian,
pengorganisasian danpengubahan terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang
berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar yang akan dijalani dirinya.

Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat
bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini menunjukan
bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang mempengaruhi
terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal ini menyangkut aspek
perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan di atas, bahwakomponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus,
pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).

Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah

a. Membimbing untuk menerima stimulus

b. Memperlancar pengkodean

c. Memperlancar penyimpanan dan retrival


Melihat dari komponen tersebut sudah pasti ketiganya merupakan suatu satu kesatuan yang harus
dilakukan secara berutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan di dapat atau hasil belajar
dari peserta didik itu sendiri.

1. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus

Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan diperhatikannya,
ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia memiliki suatu aplikasi filterasi terhadap
stimulus-stimulus yang di perhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan
dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:

a. Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik akan
memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan dipilih. Jadi
dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang telah ditentukan.

b. Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal stimulus
melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di
simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini
akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah tertanam
dalam memori manusia.

Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta didik dalam
menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan lain apakah informasi yang
diberikan itu diterima di dalam memori kinirja peserta didik. Untuk memudahkan penerimaan
informasi untuk tujuan behavioral dapat dilakukan dengan organise muka (advance organize), yaitu
merupakan konsep-konsep paying bagi bahan baru.

Tujuan dengan pemberian kerangka ini atau advance organize yaitu untuk membantupeserta didik
untuk mengetahui dan memperhatikan hal-hal penting dari material atau bahan pelajaran yang
baru. Adapun yang mengatakan bahwa advance organizer juga berguna untuk memberikan kerangka
konseptual untuk belajar. Selain itu melalui advance organizer akan menjadi suatu penghubung
antara simpanan informasi peserta didik pada waktu sekarang dengan dengan belajar yang baru.
Melalui hal ini juga dapat di gunakan sebagai jembatan antara kognitif lama dan struktur kognitif
yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer dapat memperlancar proses mengkode
pada peserta didik.

Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (mayer: 19979)
yaitu:

a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis dalam
materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana membuat hubungan yang
singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta didik dengan informasi yang akan di
peroleh saat proses belajar.

b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan informasi yang


baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat diartikan juga
bahwa melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami informasi yang sama sekali
belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya. Hal ini akan di lakukan oleh
pendidik melalui pengenalan sederhana mengenai informasi baru tersebut dan setelah itu akan
diperinci. Selain dari pada itu pendidik juga akan memberikan motivasi pada peserta didik agar
mampu untuk memahami informasi baru tersebut, motivasi yang di berikan dapat berupa data-data
pendukung dan penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia mampu untuk mengkode dan
memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).

2. memperlancar pengkodean

Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka
panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna
memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua
rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan
pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau
kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik.
Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk kata-
kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik
yang kurang dikenal juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat
berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan.

Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk
di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang berbasis
peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang berasal dari peserta didik
itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi yang sembarangsaja sifatnya
misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.

3. memperlancar penyimpanan dan retrival

Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan
mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa: irama bunyi,sajak,
kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk
maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan
peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besardalam proses mengingat kembali
terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.

Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia
dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa
retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term
memori ( ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi
yang akan dimunculkan

Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:
· Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari
dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian terhadap
informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di munculkan.

· Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di dalamnya,
sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam
hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan proses
penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan eksklusif ke
informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan
kembali dapat didapatkan oleh individu.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa kesimpulan


antaranya:

1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu


mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari
lingkungan.

2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term
Memory)

3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

3.2 Saran

Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah hasil
karya tulis kami yang terangkim dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya kami
ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai