PENDAHULUAN
2.1. IDENTITAS
Nama : Tn. Dw
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 25 Tahun
Alamat : Hamadi Pasar
Pekerjaan : Penjual Ikan
Agama : Islam
No. MR : 449236
TMRS : 11 Februari 2018
Tanggal Pemeriksaan : 13 Februari 2018
2.2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri dada
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri
dada di sebelah kiri, yang dirasakan sejak 10 jam sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri dada dirasakan berlangsung sekitar ± 30 menit dan terasa
seperti ditekan dan berat yang dirasakan pada dada sebelah kiri. Nyeri
dada juga dirasakan tembus ke belakang dan menjalar ke lengan kiri,
bahu kiri, leher dan sekitar rahang. Nyeri dada tersebut dialami oleh
pasien saat ia sedang beraktifitas. Untuk mengurangi sakitnya pasien
biasanya beristirahat. Nyeri dada yang dialami pasien juga diikuti dengan
susah bernafas, perasaan lemas, keringat dingin, nyeri ulu hati, mual (+),
muntah (-), batuk (-).
Status Generalis :
Kulit : Warna : Sawo Matang
Sianosis : Tidak ada
Turgor : Cepat kembali
Kelembapan : Cukup
Pucat : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Thoraks :
- Dinding dada/paru
Inspeksi :
Bentuk : Simetris, Ikut gerak Napas
Retraksi : Tidak ada
Palpasi : Vokal Fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor-Sonor
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Vesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Apeks teraba di ICS V 1 jari ke arah lateral, sinistra,
irama reguler, thrill (-)
Perkusi : Sonor/Sonor
Batas atas ICS II linea parasternal sinistra
Batas Kanan ICS IV linea parasternal dekstra
Batas Kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, benjolan (-)
Palpasi : Nyeri Tekan epigastrium (+)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Massa : Tidak ada
Perkusi : Tympani/ Pekak : Tympani
Asites : Tidak ada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Periksa Elektrolit
- Periksa Ureum/Creatinin
Hematologi Klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 11,98 5 – 10
Eritrosit 6.66 L. 4.50 – 5.50
Hemoglobin 19,8 L. 14.0 – 17.0
Hematokrit 56,2 L. 42 – 52
MCV 84.4 84.0 – 96.0
MCH 29.7 28.0 – 34.0
MCHC 35.2 32.0 – 36.0
RDW-SD 38.8 -
RDW 12.8 11.5 – 14.5
Trombosit 218 150 – 400
MPH 9.4 7.4 – 10.4
PCT 0.20 0.15 – 0.32
PDW 10.4 9.0 – 13.0
P-LCR 21.2 -
DDR Negatif
Kimia Darah
Pemeriksaan Hasil Satuan Low Range High Range
Glu-H 134 mg/dL - 140
BUN 9.4 mg/dL 7.0 18.0
CREA 0.74 mg/dL - 0.95
Hasil EKG
2.6. DIAGNOSIS
Stemi Anterior Lateral tanpa Revaskularisasi
2.7. Terapi
a. Non Farmakoterapi
Bed rest
b. Farmakoterapi
IVFD NaCl 0,9% asnet
Heparinisasi dengan Lovenox 2 x 0,6cc
Isosorbit Dinitrat 1 x 5 mg (p.0)
Aspilet 1 x 80 mg (p.o)
Clopidogrel 1 x 75 mg (p.o)
Laxadin 3 x 1 CTH (p.o)
Alprazolam 1x 0,5 mg (p.o)
Captopril 3 x 3,124 mg (p.o)
Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)
Rawat ICU
2.8. Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
INFARK MIOKARD AKUT
3.1. Definisi
Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu
usia (25-40 tahun) atau (>75 tahun), jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga,
sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi,
merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh,
kolesterol, serta kalori.3
3.3. Patologi
3.5. Diagnosis
Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan
anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST >2
mm, minimal pada 2 sandapan prekordial yang berdampingan atau >1 mm
pada 2 sandapan ekstremitas. Pemeriksaan enzim jantung terutama troponin T
yang meningkat akan memperkuat diagnosis.2
2. cTn : ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14
hari sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
3.5. Penatalaksanaan
Tatalaksana umum
F
Fibrinolitik
b. Kontraindikasi relatif
8. Kehamilan
Obat Fibrinolitik
1. Anti trombotik
2. Thienopiridin
3. Penyekat Beta
4. Inhibitor ACE
3.7. Komplikasi
1. Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran,
dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
ini disebut remodelling ventricular yang sering mendahului
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau
tahun pasca infark. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang
terjadi dikaitkan dengan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar
pasca infark pada apeks ventrikel kiri yang mengakibatkan penurunan
hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis
lebih buruk.2
2. Gangguan Hemodinamik
3. Syok kardiogenik
6. Ekstrasistol ventrikel
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis terjadi pada hampir semua
pasien STEMI dan tidak memerlukan terapi. Obat penyekat beta efektif
dalam mencegah aktivitas ektopik ventrikel pada pasien STEMI.2
3.8. Prognosis
Gejala Klinis
Gambaran klinis infark miokard Hal ini sesuai dengan keluahan
umumnya berupa nyeri dada saat pasien datang, yaitu keluhan nyeri
substernum yang terasa berat, dada di sebelah kiri, yang dirasakan
menekan, seperti diremas-remas dan sejak 10 jam sebelum masuk rumah
terkadang dijalarkan ke leher, rahang, sakit. Nyeri dada dirasakan berlangsung
epigastrium, bahu, atau lengan kiri, sekitar ± 30 menit dan terasa seperti
atau hanya rasa tidak enak di dada. ditekan dan berat yang dirasakan pada
IMA sering didahului oleh serangan dada sebelah kiri. Nyeri dada juga
angina pektoris pada sekitar 50% dirasakan tembus ke belakang dan
pasien. Nadi biasanya cepat dan lemah, menjalar ke lengan kiri, bahu kiri, leher
pasien juga sering mengalami dan sekitar rahang. Nyeri dada tersebut
diaforesis. dialami oleh pasien saat ia sedang
beraktifitas.
Diagnosis
Diagnosis IMA dengan elevasi Hal ini sesuai dengan keluahan
segmen ST ditegakkan berdasarkan saat pasien datang, yaitu keluhan nyeri
anamnesis nyeri dada yang khas dan dada di sebelah kiri, yang dirasakan
gambaran EKG adanya elevasi ST >2 sejak 10 jam sebelum masuk rumah
mm, minimal pada 2 sandapan sakit. Nyeri dada dirasakan berlangsung
prekordial yang berdampingan atau >1 sekitar ± 30 menit dan terasa seperti
mm pada 2 sandapan ekstremitas. ditekan dan berat yang dirasakan pada
Pemeriksaan enzim jantung terutama dada sebelah kiri. Nyeri dada juga
troponin T yang meningkat akan dirasakan tembus ke belakang dan
memperkuat diagnosis.2 menjalar ke lengan kiri, bahu kiri, leher
dan sekitar rahang.
Juga dari hasil EKG di mana ditemukan
ST elevasi di lead I, aVL, V2, V3, V4,
V5.
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan IVFD Nacl 0,9% +
KCL 60 meq
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC. Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2007
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2010.
3. Santoso M, Setiawan T. Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia
Kedokteran. 2005; 147: 6-9
4. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta:
EGC. 2007.
5. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwald’s Heart Diseases: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia: Elsevier. 2008
6. Fauci, Braunwald, dkk. 17thEdition Harrison’s Principles of Internal
Medicine. New South Wales: McGraw Hill. 2010.
7. Antman EM, Hand M, Armstrong PW, et al. Focused update of the
ACC/AHA 2004 guidelines for the management of the patients with ST-
elevation myocardial infarction : a report of the American College of
Cardiology American Heart Association Task Force on Practice Guidelines.
2008;51:210–247.
8. Fesmire FM, Bardy WJ, Hahn S, et al. Clinical policy: indications for
reperfusion therapy in emergency department patients with suspected acute
myocardial infarction. American College of Emergency Physicians Clinical
Policies Subcommittee (Writing Committee) on Reperfusion Therapy in
Emergency Department Patients with Suspected Acute Myocardial Infarction.
Ann Emerg Med. 2006;48:358–383.
9. Rieves D, Wright G, Gupta G. Clinical Trial (GUSTO-1 and INJECT)
Evidence of Earlier Death for Men thanWomen after Acute Myocardial
Infarction. Am J Cardiol.2000; 85 : 147-153
10. International Joint Efficacy Comparison of Thrombolytics. Randomized,
Double-blind Comparison of Reteplase Doublebolus Administration with
Streptokinase in Acute Myocardial Infarction. Lancet.1995; 346 : 329-336.
11. Manning, JE "Fluid and Blood Resuscitation" in Emergency Medicine: A
Comprehensive Study Guide. JE Tintinalli Ed. McGraw-Hill: New York.
2004. p.227.
12. Werf FV, Bax J, Betriu A, Crea F, Falk V, Fox K, et al. Management of acute
myocardial infarction in patients presenting with persistent ST-segment
elevation: the Task Force on the Management of ST-Segment Elevation Acute
Myocardial Infarction of the European Society of Cardiology. Eur Heart J
2008;29:2909–2945.
13. ISIS 2 Collaborative Group: Randomized trial of intravenous streptokinase,
oral aspirin, both or neither among 17.187 cases of suspected AMI.
Lancet.1986; 1:397.
14. Montalescot G, Barragan P, Wittenberg O, et al, for the ADMIRAL
(Abciximab before Direct Angioplasty and Stenting in Myocardial Infarction
Regarding Acute and Long-Term Follow Up) Investigators. Platelet
Glycoprotein IIb/IIIa inhibition with coronary stenting for acute myocardial
infarction. N Engl J Med. 2001;344:1895-903.
15. Zeymer U, Gitt AK, Jünger C, et al. Acute Coronary Syndromes (ACOS)
registry investigators Effect of clopidogrel on 1-year mortality in hospital
survivors of acute ST-segment elevation myocardial infarction in clinical
practice. Eur Heart J 2006;27:2661–66.