Soen’an Hadi Poernomo * Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(IISIP), Jakarta. *Pengurus Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI)
OPINI
Last updated Sep 15, 2017
Share
Salah satu potret kepemimpinan juga dapat dilihat dari filosofi yang digunakan
dalam menjalankan roda organisasi atau mengelola kewenangan dan
tanggungjawabnya. Ada yang menonjol idealismenya sebagaimana aliran
Plato, adapula yang realistis sebagaimana ajaran Aristoteles, namun banyak
juga yang model Machiavelli, yakni boleh benar atau salah, yang penting
tujuan tercapai. Tentu semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
Model Plato
Plato yang hidup tahun 428-347 sebelum Masehi, banyak mengikuti ajaran
Socrates. Aliran filsafatnya berpendapat bahwa manusia dalam melihat
segala sesuatu senantiasa tergantung pada pikiran dan kejiwaannya. Aliran
yang disebut Idealisme ini, dalam kelompok Subyektif Idealisme,
bertentangan dengan aliran filsafat Naturalisme, sedangkan kelompok
Obyektif Idealisme, bertentangan dengan aliran filsafat Realisme.
Pemahaman aliran Idealisme diibaratkan dalam perumpamaan “Allegory of
Cave”, yakni bila ada seseorang sepanjang hidupnya di dalam gua, yang
belakangnya terdapat nyala api, maka bayangan dirinya dalam dinding gua
akan dianggap sebagai suatu hal yang nyata.
Gaya pemimpin idealis semacam ini sangat bagus kalau yang bersangkutan
memang menguasai bidangnya, serta memahami kekuatan dan kelemahan
gagasannya. Sebaliknya, sangat berbahaya bila dimiliki oleh pemimpin yang
tidak memahami bidangnya, hanya mendapatkan referensi dari sumber yang
salah, dan tidak komunikatif. Oleh karenanya, pengikut aliran ini memberikan
beberapa tambahan pencerahan. Rene Descartes (1596-1650) mengingatkan
mengenai penggunaan filsafat Idealisme untuk tidak bermodal pemikiran yang
buruk : “wipe the mirror clean to be ready for undistorted vision”. Ditegaskan
pula oleh Immanuel Kant (1724-1804): “it does not reflect the world, but tries
to understand and interpret it”.
Model Aristoteles
Aristoteles (384-322 sebelum Masehi), anak seorang dokter istana, ditinggal
wafat ayahnya saat masih remaja. Ketika umur 17 tahun dikirim walinya untuk
“nyantri” pada Akademi yang dikelola Plato di Athena, hingga gurunya
tersebut wafat tahun 347 sebelum Masehi. Disamping mengajar, ia aktif
meneliti dan menulis. Karya Aristoteles, baik prosa populer maupun puisi,
merambah berbagai bidang. Mulai dari biologi—zoology maupun botani,
fisika, politik, psikologi, dan tentu saja filsafat. Banyak istilah keilmuan masa
kini yang terambil dari karya Aristoteles. Banyak pula filosof yang mengikuti
pemikirannya, Romawi maupun Kristen, bahkan ada juga dari Arab—al-Kindi
dan Ibnu Sina di Bagdad pada abad IX dan X, serta Ibnu Bajjah dan Ibnu
Rushdi di Spanyol pada abad XII.
Gaya pemimpin yang beraliran Realisme akan bagus karena realistis, tepat
untuk diaplikasikan, difahami oleh publik, dan rasional. Akan lebih hebat lagi
apabila diikuti dengan kreatifitas, akan memberikan kemajuan, inovasi, dan
manfaat yang besar. Hanya apabila tidak disertai etika hokum atau moral,
bisa mendatangkan pragmatisme yang negatif.
Memang ada pepatah, dalam politik hanya ada satu kepastian, yakni ketidak
pastian. Dalam bahasa halusnya sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh
reformis Cina, Deng Xiao Ping: “Tidak peduli kucing hitam atau putih, yang
penting dapat menangkap tikus”.
Bisa jadi dalam politik agak memaklumi apabila ada yang menghalalkan
segalacara. Namun apabila ada pemimpin yang bertabiat model Machiavelli,
tingkat kepercayaan public akan merosot, dan kemenangan pasti akan
menjauh.***
Share
PENDAHULUAN
Pengkajian tentang kepemimpinan telah dilakukan oleh para cendekiawan psikologi sejak tahun
1930-an. Kepemimpinan dan manajemen adalah dua konsep yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan. Kepemimpinan adalah kumpulan (agregasi) kualitas-kualitas intelektual, pengertian
tentang ekologi kemanusiaan serta ciri-ciri moral, yang memungkinkan seseorang untuk
membangkitkan motivasi orang lain, guna melaksankan tugas yang ditentukan.
Sedangkan manajemen berarti proses untuk mentransformasikan sumber daya sebagai "input",
menjadi hasil "output" yang berguna secara efesien atau secara ekonomik. [2]
/tujuan
PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Menurut Robert dan Hunt[3] seorang pemimpin adalah orang yang perilakunya dapat
mempengaruhi atau menentukan perilaku anggota lain dalam kelompoknya. Dalam arti lain, pemimpin
mampu mempertahankan motovasi para pengikutnya, jadi bukan hanya sekedar mempengaruhi sesaat
saja.
Menurut Stephen R. Copey, pemimpin memiliki 4 peran yang sangat mendasar, yaitu:
1. MENGATASI PERUBAHAN
2. MEMOBILISASI ORANG
3. MEMBANGKITKAN MOTIVASI
4. MENGHASILKAN PERUBAHAN
Beberapa ahli perencanaan strategic, membedakan dua bentuk kepemimpinan; yaitu (1) transactional
leadership dan (2) transformational leadership. Yang pertama lebih dekat pada pengertian dan/atau
fungsi manajemen, sedangkan transformational leadership mempunyai karakter sebagai berikut:
TIPE KEPEMIMPINAN
a. Tipe deserter
Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasaketerlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas,dan
ketaatan, sukar diramalkan.
b. Tipe birokrat
Sifatnya : korektif, patuh pada peraturan dan norma-norma, manusia organisasi, tepat, akurat/
cermat, keras, berdisiplan.
c. Tipe missionary
d. Tipe developer
Diposting oleh hmi di 11.49